Professional Documents
Culture Documents
Sumartono
Dosen FIKOM Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
sumartono@indonusa.ac.id
ABSTRAK
Secara normatif pers dalam meliput suatu berita harus bersikap netral.
Namun dalam prakteknya wartawan dalam tugas mencari dan meliput
berita sulit melepaskan diri dari ikatan emosional dan primordialisme.
Pada pemberitaan di surat kabar Kompas dan Republika mengenai
konflik Ambon terlihat bahwa kedua surat kabar ini cukup sulit untuk
bertindak objektif dan netral. Kepentingan-kepentingan ideologis dan
agama sulit untuk dihindari dan mempengaruhi dalam pemuatan dan
penyajian berita di surat kabar Kompas dan Republika
kekacauan yang selama era Orde Baru masyarakat Indonesia yang masih
selalu ditutup-tutupi. Pemberitaan sangat heterogen mulai dari suku,
media atas sejumlah isu memperli- agama, dan bahasanya. Fenomena ini
hatkan munculnya keberanian dan dapat dicermati pada konflik Ambon,
kejujuran dalam menentukan sikap. yang semula hanya terjadi di Pulau
Pada Era Reformasi krisis, dan konflik Ambon. Perkembangan berikutnya
menjadi lebih tajam dan tampak konflik meluas hingga ke Kepulauan
semakin dramatis diberitakan melalui Maluku. Perluasan konflik yang
liputan pers. Konflik Ambon dan awalnya merupakan masalah lokal
Maluku Utara yang bernuansa agama kemudian meluas menjadi isu nasional.
memperlihatkan dengan jelas sikap Secara umum, konflik Ambon
dan posisi yang diambil oleh media berlangsung dari tahun 1999 sampai
massa tertentu dalam pemberitaannya. 2002. Selama empat tahun konflik
Dibandingkan dengan topik- Ambon, tidak terjadi terus menerus.
topik lain, para wartawan menganggap Ada Kalanya berhenti, disertai dengan
krisis, konflik, dan perang sebagai hal perjanjian dan perdamaian, lalu
yang memenuhi banyak kriteria kembali muncul. Konflik Ambon yang
jurnalistik untuk membuat peristiwa berlangsung selama empat tahun itu
menjadi berita. Karena menarik banyak menimbulkan kerugian, keru-
perhatian tentu saja peristiwa konflik sakan dan kehancuran fisik dan
tidak akan luput dari perhatian dan tatanan sosial yang selama ini terbina
pemberitaan media massa. Di antara dengan baik. Kerusuhan itu menghan-
berbagai macam media massa yang curkan ikatan persaudaraan yang
menyiarkan berita mengenai konflik selama ini dibangun melalui adat pela
bernuansa agama adalah surat kabar gandong.
Kompas dan surat kabar Republika. Sebagian masyarakat menilai
Kompas dikenal sebagai surat kabar berbagai kerusuhan yang terjadi di
yang membawa aspirasi dan suara Ambon acapkali dilihat sebagai akibat
umat Katolik, sedangkan surat kabar pemberitaan media. Misalnya, Pusat
Republika banyak dikenal masyarakat Penanggulangan Krisis Persatuan
sebagai medianya umat Islam Gereja Indonesia (PGI) pernah mem-
(Eriyanto, 2003). protes pemberitaan media. Menurut
Pemberitaan media mengenai PGI (Eriyanto, 2003) pemberitaan
konflik dapat membawa pengaruh media memutarbalikkan fakta dan
pada dua hal. Pertama pemberitaan penuh dengan kebohongan. Berita
media justru memperluas eskalasi media menyebutkan ada warga Rinjani
konflik. Kedua, pemberitaan media yang beragama Islam tertembak di
mengenai konflik dianggap sebagai dalam masjid oleh warga Ahuru yang
wacana yang dapat membantu beragama Kristen. Padahal, menurut
meredakan dan menyelesaikan konflik PGI yang terjadi adalah korban sudah
(Siebert, et al. 1986) meninggal oleh tembakan aparat
Mencermati kedua kemung- keamanan lalu dibawa oleh warga ke
kinan tersebut tampaknya kemung- dalam masjid. Akibat kesalahan
kinan pertama lebih terbuka terjadi pemberitaan ini, terutama oleh media
melalui pemberitaan suatu konflik yang terbit di Jakarta menimbulkan
oleh media massa (Ritonga dan kemarahan warga Ambon dan
Iskandar, 2002). Apalagi kondisi menyulut konflik menjadi besar.
sitas, ketegangan, dan kekerasan yang Namun jika isu-isu dan masalah-
berbeda. Fase-fase konflik terdiri dari masalah penyebab pertentangan antara
(Fisher, 2001). Pertama, prakonflik; dua pihak tidak diatasi dengan baik,
merupakan periode dimana terdapat fase ini sering kembali lagi menjadi
ketidaksesuaian sasaran diantara dua situasi prakonflik.
pihak atau lebih sehingga timbul
Pembahasan
konflik. Dua, konfrontasi; pada fase
ini konflik menjadi semakin terbuka. Proses Pengolahan Berita
Hubungan di antara kedua pihak Berita di media massa sebelum
menjadi sangat tegang, mengarah pada dipublikasikan akan melalui beberapa
polarisasi di antara para pendukung di fase pemrosesan berita. Dengan
masing-masing pihak. Tiga, krisis; ini menggunakan, memahami konsep
merupakan puncak krisis, ketika gatekeeper kita dapat memahami
ketegangan dan/atau kekerasan terjadi bagaimana cara kerja komunikasi
paling hebat. Komunikasi normal di massa. Seorang gatekeeper (Moss dan
antara kedua pihak kemungkinan Tubs, 1996) adalah orang yang
putus. Peryataan-pernyataan umum memilih, mengubah dan menolak
cenderung menuduh dan menentang pesan dapat mempengaruhi aliran
pihak-pihak lainnya. Empat, akibat; informasi kepada seseorang atau
pada fase ini, tingkat ketegangan, sekelompok penerima.
konfrontasi dan kekerasan pada fase Menurut White (McQuail,
ini agak menurun, dengan kemung- 1993) dalam sebuah studi tentang
kinan adanya penyelesaian. Lima, editor berita telegram pada sebuah
pascakonflik; situasi diselesaikan surat kabar Amerika, yang dalam
dengan cara mengakhiri berbagai pekerjaan memilih berita dianggap
konfrontasi kekerasan, ketegangan sebagai kegiatan gatekeeper. Model
berkurang dan hubungan mengarah ke tersebut dapat dilihat pada gambar di
lebih normal di antara kedua pihak. bawah ini
N1
N M
N2 N3 N2’
N3
N4 N5 N4’
N5 N1
Sumber: McQuail, 1993
Gambar 1
Model Gatekeeper dalam Proses Pengolahan Berita
dapat dilakukan misalkan dengan Ambon dapat dilihat dari siapa yang
mengunakan frase, “menurut dijadikan sumber berita. Orang yang
pendapat . . .”, atau “berdasarkan hasil dijadikan sumber berita itu antara lain
pengamatan. . .” dari golongan/kelompok pemerin-
Mengenai kesesuaian judul dan tahan dan militer, warga, dan tokoh
isi berita di surat kabar, secara umum agama.
judul berita mengenai konflik Ambon Keseimbangan sumber berita
di surat kabar Kompas sesuai dengan pada surat kabar Kompas terlihat
isi beritanya. Judul berita di surat kabar sudah memberikan porsi yang
Republika terlihat cenderung subyek- seimbang antara sumber berita dari
tif, emosional dibanding dengan surat kalangan muslim, dan sumber berita
kabar Kompas. Kepentingan dan dari kalangan kristen.. Sedangkan surat
sentimen agama terlihat banyak kabar Republika dalam pemberita-
pengaruhnya pada judul berita di surat annya lebih banyak mengambil
kabar Republika. Judul-judul berita sumber berita dari kalangan muslim.
yang cenderung subyektif emosional Dalam usaha menjaga keseim-
misalnya, “Dua Masjid di Ambon bangan sumber berita pada peristiwa
Dibakar (06/10/99)”, “Allahu Akbar!!! konflik, banyak hambatan yang
Duka Ambon Duka Bersama ditemui wartawan Mengenai
(14/01/00)”. Isi berita dari judul-judul keseimbangan Muis (2000) menge-
berita tersebut menceritakan tentang mukakan fairness doctrine mengha-
nasib tragis umat Islam Di Maluku. ruskan setiap penulisan berita atau
Republika melalui peberitaannya laporan harus dilakukan secara
terlihat bersimpati atas penderitaan lengkap, adil dan berimbang atau
umat muslim, dan juga terkesan proporsional. Konsep fairness doctrine
memprovokasi umat Islam untuk ini menurut Muis (1999) sama dengan
berjihad membela Muslim Maluku. ketentuan dan keharusan memberikan
Berita di surat kabar Republika porsi pem-beritaan yang sama
mengenai konflik Ambon terlihat lebih terhadap isu-isu kontroversial dalam
emosional sehingga antara judul dan masyarakat atau terhadap semua
isi berita ada yang tidak sesuai. golongan sebagai-mana yang diatur
Menurut Sudibyo et al. (2001) diakui dalam pasal 7 kode etik jurnalistik
atau tidak setiap media memiliki PWI.
kepentingan-kepentingan tertentu Sikap netralitas pemberitaan
entah itu ekonomi, politik, ideologis dapat dilihat dari isi pemberitaan tidak
atau apapun namanya. Dalam hal ini memihak, tidak membela dan tidak
pembuatan berita bukan sekedar memojokkan atau menjelek-jelekkan
menyampaikan realitas, tetapi diyakini salah satu pihak yang bertikai.
membungkus satu atau sejumlah Berdasarkan data yang ada
kepentingan. surat kabar Kompas dalam
memberitakan konflik Ambon terlihat
Impartialitas lebih netral dibandingkan Republika.
Impartialitas adalah sikap Dalam memberitakan kerusuhan,
netral dalam penyajian dan seimbang konflik yang melibatkan umat Islam
dalam penyajian fakta antara yang pro surat kabar Kompas menggunakan
dan kontra. Keseimbangan sumber cara bahasa dan penyajian yang netral
berita pada pemberitaan konflik dan tidak menunjukkan keberpihakkan
4. Pada fase keempat dan lima surat buatan judul tidak bersifat
kabar Kompas dan Republika subjektif dan emosional. Isi berita
lebih banyak menyajikan falta harus disesuaikan dengan judul.
akibat konflik, serta himbauan dan 4. Wartawan/redaksi surat kabar
harapan agar pihak-pihak yang Republika lebih memperhatikan
bertikai di Ambon segera berdama pemberian kesempatan yang sama
dan konflik segera berakhir. kepada nara sumber yang berbeda
pendapat, baik dari sudut pan-
dangnya, dokumen-dokumennya
Saran
maupun data lainnya seperti gam-
Dalam kegiatan pencarian dan
bar. Hal itu selain untuk meme-
penulisan berita sangat sulit bagi
nuhi rasa keadilan dalam pembe-
wartawan untuk bertindak objektif dan
ritaan, juga sebagai komitmen
tidak memihak. Keberpihakkan
terhadap
wartawan pada penulisan berita
5. keseimbangan pemberitaan seba-
hendaknya kepada kebenaran dan
gaimana diamanatkan oleh Kode
keadilan didasarkan pada hukum dan
Etik Jurnalistik (KEJ).
undang-undang. Upaya yang dapat
Wartawan/redaksi surat kabar
dilakukan bagi surat kabar Kompas
Republika dalam penulisan berita
dan Republika untuk bisa mendekati
konflik hendaknya bersikap netral,
objektifitas adalah sebagai berikut
tidak membela satu kelompok dan
1. Lakukan periksa dan periksa
mendiskreditkan kelompok lain.
kembali fakta kepada sumber
Keberpihakkan pers adalah pada
berita agar akurasi berita lebih
kebenaran, keadilan dan kepen-
terjaga. Kompas hendaknya
tingan umum.
menyebutkan dari mana data
diperoleh (sumber data) dan berita
di Republika hendaknya disertai Daftar Pustaka
data pendukung seperti kutipan Assegaff D.H, “Jurnalistik Masa
materi UU, dokumen dan gambar- Kini”, Ghalia Indonesia,
gambar untuk membantu pembaca Jakarta, 1983.
lebih memahami isi berita. Apalagi
dalam tinjauan jurnalistik, Departemen Pendidikan dan
dokumen dan gambar dijadikan Kebudayaan, ”Kamus Besar
sebagai alat penjelas berita. Bahasa Indonesia”, Edisi ke
2. Dalam pembuatan berita hendak- dua, Balai Pustaka, Jakarta,
nya redaksi surat kabar Kompas 1995.
dan Republika lebih bersikap
profesional dengan tidak mema- Djuroto T, ”Manajemen Penerbitan
sukkan opini pada berita, atau Pers”, Remaja RosdaKarya,
memisahkan secara tegas antara Bandung, 2000.
fakta dan opini. Opini wartawan
dapat dimasukan pada tajuk atau Ecip S, ”Dinamika keterbukaan,
dengan mengunakan frasa yang Kebebasan, dan Tanggung
dapat menjelaskan bahwa kalimat Jawab Komunikasi Massa di
tersebut adalah opini wartawan Indonesia”,. Jurnal ISKI,
3. Wartawan/redaksi surat kabar No5/Oktober 2000, Remaja
Republika hendaknya dalam pem- RosdaKarya, Bandung, 2000.