You are on page 1of 13

Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

OBJEKTIVITAS KONFLIK AMBON PADA PEMBERITAAN


KOMPAS DAN REPUBLIKA

Sumartono
Dosen FIKOM Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
sumartono@indonusa.ac.id

ABSTRAK
Secara normatif pers dalam meliput suatu berita harus bersikap netral.
Namun dalam prakteknya wartawan dalam tugas mencari dan meliput
berita sulit melepaskan diri dari ikatan emosional dan primordialisme.
Pada pemberitaan di surat kabar Kompas dan Republika mengenai
konflik Ambon terlihat bahwa kedua surat kabar ini cukup sulit untuk
bertindak objektif dan netral. Kepentingan-kepentingan ideologis dan
agama sulit untuk dihindari dan mempengaruhi dalam pemuatan dan
penyajian berita di surat kabar Kompas dan Republika

Kata Kunci: Berita, Objektifitas, Konflik

Pendahuluan Tinjauan Teori


Indonesia merupakan negara Pada era Orde Baru, tuntutan
multi etnis yang memiliki aneka ragam kemajemukan rakyat Indonesia dicoba
suku, budaya, bahasa, dan agama. disatukan dengan memanfaatkan
Pada permukaan orang-orang media massa. Untuk menyatukan
Indonesia tampak bersatu di bawah kemajemukan rakyat Indonesia ini
semboyan Bhineka Tunggal Ika, media massa berperan sebagai salah
namun tidak demikian halnya pada satu pilar terbentuknya negara
kenyataan. Keanekaragaman dan demokratis dan masyarakat madani.
perbedaan itu merupakan potensi Media massa menjadi wadah perbe-
terpendam pemicu konflik. daan pendapat yang sehat; tidak
Pakar studi konflik dari bertendensi memojokkan kelompok
Universitas Oxford, Steward, yang berseberangan dengan dirinya
(Kompas 16/12/03) menyebutkan (Sudibyo, et al. 2001).
empat kategori negara yang berpotensi Dalam kungkungan rezim
konflik. Keempat kategori adalah Orde Baru, media massa dipaksa
negara dengan tingkat pendapatan dan untuk berhati-hati dalam pemberitaan
pembangunan manusianya rendah, atas kasus-kasus yang bernuansa Suku,
negara yang pernah terlibat konflik Agama, Ras dan Antar golongan
serius dalam 30 tahun sebelumnya, (SARA). Wacana tentang etnis, ras dan
negara dengan tingkat keanekara- agama selama ini menjadi hal yang
gaman suku, budaya yang tinggi, dan selalu ditutup-tutupi dan tabu di kala-
negara yang rezim politiknya berada ngan masyarakat. Namun seiring
dalam transisi rezim represif menuju dengan runtuhnya rezim Orde Baru,
rezim demokratis. Indonesia bisa berubah pula tatanan institusi media.
masuk dalam keempat kategori Di era Reformasi, kebebasan
tersebut sekaligus. pers telah menghadirkan dengan jelas

Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005 47


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

kekacauan yang selama era Orde Baru masyarakat Indonesia yang masih
selalu ditutup-tutupi. Pemberitaan sangat heterogen mulai dari suku,
media atas sejumlah isu memperli- agama, dan bahasanya. Fenomena ini
hatkan munculnya keberanian dan dapat dicermati pada konflik Ambon,
kejujuran dalam menentukan sikap. yang semula hanya terjadi di Pulau
Pada Era Reformasi krisis, dan konflik Ambon. Perkembangan berikutnya
menjadi lebih tajam dan tampak konflik meluas hingga ke Kepulauan
semakin dramatis diberitakan melalui Maluku. Perluasan konflik yang
liputan pers. Konflik Ambon dan awalnya merupakan masalah lokal
Maluku Utara yang bernuansa agama kemudian meluas menjadi isu nasional.
memperlihatkan dengan jelas sikap Secara umum, konflik Ambon
dan posisi yang diambil oleh media berlangsung dari tahun 1999 sampai
massa tertentu dalam pemberitaannya. 2002. Selama empat tahun konflik
Dibandingkan dengan topik- Ambon, tidak terjadi terus menerus.
topik lain, para wartawan menganggap Ada Kalanya berhenti, disertai dengan
krisis, konflik, dan perang sebagai hal perjanjian dan perdamaian, lalu
yang memenuhi banyak kriteria kembali muncul. Konflik Ambon yang
jurnalistik untuk membuat peristiwa berlangsung selama empat tahun itu
menjadi berita. Karena menarik banyak menimbulkan kerugian, keru-
perhatian tentu saja peristiwa konflik sakan dan kehancuran fisik dan
tidak akan luput dari perhatian dan tatanan sosial yang selama ini terbina
pemberitaan media massa. Di antara dengan baik. Kerusuhan itu menghan-
berbagai macam media massa yang curkan ikatan persaudaraan yang
menyiarkan berita mengenai konflik selama ini dibangun melalui adat pela
bernuansa agama adalah surat kabar gandong.
Kompas dan surat kabar Republika. Sebagian masyarakat menilai
Kompas dikenal sebagai surat kabar berbagai kerusuhan yang terjadi di
yang membawa aspirasi dan suara Ambon acapkali dilihat sebagai akibat
umat Katolik, sedangkan surat kabar pemberitaan media. Misalnya, Pusat
Republika banyak dikenal masyarakat Penanggulangan Krisis Persatuan
sebagai medianya umat Islam Gereja Indonesia (PGI) pernah mem-
(Eriyanto, 2003). protes pemberitaan media. Menurut
Pemberitaan media mengenai PGI (Eriyanto, 2003) pemberitaan
konflik dapat membawa pengaruh media memutarbalikkan fakta dan
pada dua hal. Pertama pemberitaan penuh dengan kebohongan. Berita
media justru memperluas eskalasi media menyebutkan ada warga Rinjani
konflik. Kedua, pemberitaan media yang beragama Islam tertembak di
mengenai konflik dianggap sebagai dalam masjid oleh warga Ahuru yang
wacana yang dapat membantu beragama Kristen. Padahal, menurut
meredakan dan menyelesaikan konflik PGI yang terjadi adalah korban sudah
(Siebert, et al. 1986) meninggal oleh tembakan aparat
Mencermati kedua kemung- keamanan lalu dibawa oleh warga ke
kinan tersebut tampaknya kemung- dalam masjid. Akibat kesalahan
kinan pertama lebih terbuka terjadi pemberitaan ini, terutama oleh media
melalui pemberitaan suatu konflik yang terbit di Jakarta menimbulkan
oleh media massa (Ritonga dan kemarahan warga Ambon dan
Iskandar, 2002). Apalagi kondisi menyulut konflik menjadi besar.

48 Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

Menurut McQuail (1989) media apa yang menarik perhatian pembaca


secara normatif harus bersikap netral. adalah tim redaksi berita
Berita di media massa adalah cermin Berita bukan apa yang disepa-
realitas sosial yang merupakan refleksi kati seluruh wartawan melainkan apa
dari kehidupan sosial. Namun, yang disiarkan para pemegang fungsi
penyajian realitas oleh para komuni- utama pers, yaitu “penjaga gawang”
kator media massa melalui berita seperti reporter yang berpengaruh,
dengan berbagai alasan teknis, editor berita, dan editor kawat. Berita
ekonomis ataupun ideologis sudah menurut Nimmo (1989), adalah apa
diatur sedemikian rupa sehingga tidak yang dikatakan, dilakukan, dan dijual
mencerminkan realitas sesungguhnya. wartawan dalam kerangka pembatasan
Dalam hal ini tugas wartawan menurut institusional, ekonomi, teknologis,
Muis (1999) adalah berupaya mene- sosial dan psikologis.
mukan akurasi, di atas segala-galanya, Untuk membuat berita, menu-
dan menyajikan kepada pembaca- rut Djuroto (2000) paling tidak harus
pembacanya. Kewajiban lainnya memenuhi dua syarat yaitu 1) faktanya
adalah mengutamakan kejujuran atau tidak boleh diputar sedemikian rupa
keterbukaan (fairness), berupaya men- sehingga akurasi tinggal sebagian saja,
jauhi sikap berpihak atau berat sebelah 2) berita itu harus menceritakan segala
dengan cara memberi tempat kepada aspek secara lengkap. Dalam menulis
pihak-pihak yang saling menentang berita dikenal semboyan “satu
untuk mengetengahkan pendapat masalah dalam satu berita”. Artinya
mereka melalui surat kabar. Selain itu satu berita harus dikupas dari satu
pers juga harus objektif dan akurat masalah saja (monofacta) dan bukan
dalam membuat pemberitaan banyak masalah (multifacta) karena akan
menimbulkan kesukaran penafsiran
Tinjauan Pustaka yang menyebabkan berita menjadi
Berita Konflik tidak sempurna
Berita menurut Djuroto (2000) Konflik menurut Fisher (2001)
berasal dari bahasa sansekerta, vrit adalah hubungan antara dua pihak
yang dalam bahasa Inggris disebut atau lebih (individu atau kelompok),
write, arti sebenarnya adalah ada atau yang memiliki atau merasa memiliki,
terjadi. Sebagian ada yang menye- sasaran-sasaran yang tidak sejalan.
butnya dengan vritta, artinya kejadian Dari pengertian diatas yang
atau telah terjadi. Vritta dalam bahasa dimaksud dengan berita konflik dalam
Indonesia kemudian menjadi berita penelitian ini adalah laporan tentang
atau warta. Dalam Kamus Besar fakta, peristiwa mengenai dua pihak
Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian atau lebih, baik individu ataupun
berita adalah: 1) cerita atau keterangan kelompok yang tidak sejalan atau
mengenai kejadian atau peristiwa yang saling bertentangan yang terpilih oleh
hangat; kabar; 2) laporan 3) staf redaksi untuk disiarkan karena
pemberitahuan; pengumuman. dapat menarik perhatian khalayak.
Gil (1993) mengemukakan Berita konflik dalam konteks
pengertian berita sebagai laporan penelitian ini adalah peristiwa konflik
tentang sesuatu yang menarik perha- yang terjadi di daerah Ambon.
tian orang. Pihak yang menentukan Konflik berubah setiap saat,
melalui berbagai fase aktivitas, inten-

Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005 49


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

sitas, ketegangan, dan kekerasan yang Namun jika isu-isu dan masalah-
berbeda. Fase-fase konflik terdiri dari masalah penyebab pertentangan antara
(Fisher, 2001). Pertama, prakonflik; dua pihak tidak diatasi dengan baik,
merupakan periode dimana terdapat fase ini sering kembali lagi menjadi
ketidaksesuaian sasaran diantara dua situasi prakonflik.
pihak atau lebih sehingga timbul
Pembahasan
konflik. Dua, konfrontasi; pada fase
ini konflik menjadi semakin terbuka. Proses Pengolahan Berita
Hubungan di antara kedua pihak Berita di media massa sebelum
menjadi sangat tegang, mengarah pada dipublikasikan akan melalui beberapa
polarisasi di antara para pendukung di fase pemrosesan berita. Dengan
masing-masing pihak. Tiga, krisis; ini menggunakan, memahami konsep
merupakan puncak krisis, ketika gatekeeper kita dapat memahami
ketegangan dan/atau kekerasan terjadi bagaimana cara kerja komunikasi
paling hebat. Komunikasi normal di massa. Seorang gatekeeper (Moss dan
antara kedua pihak kemungkinan Tubs, 1996) adalah orang yang
putus. Peryataan-pernyataan umum memilih, mengubah dan menolak
cenderung menuduh dan menentang pesan dapat mempengaruhi aliran
pihak-pihak lainnya. Empat, akibat; informasi kepada seseorang atau
pada fase ini, tingkat ketegangan, sekelompok penerima.
konfrontasi dan kekerasan pada fase Menurut White (McQuail,
ini agak menurun, dengan kemung- 1993) dalam sebuah studi tentang
kinan adanya penyelesaian. Lima, editor berita telegram pada sebuah
pascakonflik; situasi diselesaikan surat kabar Amerika, yang dalam
dengan cara mengakhiri berbagai pekerjaan memilih berita dianggap
konfrontasi kekerasan, ketegangan sebagai kegiatan gatekeeper. Model
berkurang dan hubungan mengarah ke tersebut dapat dilihat pada gambar di
lebih normal di antara kedua pihak. bawah ini

N1

N M
N2 N3 N2’

N3
N4 N5 N4’

N5 N1
Sumber: McQuail, 1993
Gambar 1
Model Gatekeeper dalam Proses Pengolahan Berita

50 Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

Keterangan membedakan antara fakta, interpretasi,


N = Sumber Berita dan opini.
N1; N2; …Nx = Berita yg diperoleh Menurut Merril (1984) objek-
wartawan tifitas berita dapat dicapai dengan tiga
N1; N5 ; N3 =Berita yg tidak ter- cara. Pertama pemisahan fakta dari
seleksi pendapat. Kedua, menyajikan panda-
N2’; N4’ =Berita yg dipubli- ngan terhadap berita tanpa disetrtai
kasikan dimensi emosional. Ketiga, membe-
M = Massa rikan kesempatan kepada seluruh
pihak untuk menjawab dengan cara
memberikan banyak informasi pada
Menurut Bitner (dalam Moss
masyarakat
dan Tubs, 1996), keputusan gatekeeper
Dua komponen objektifitas
mengenai informasi mana yang harus
yang harus dipertimbangan seperti
dipilih dan ditolak dipengaruhi oleh
dirumuskan Westerstahl (Mc Quail,
banyak variabel antara lain: ekonomi,
1989) mencakup faktor faktualitas dan
pembatasan legal, batas waktu
faktor impartialitas. Faktualitas
(deadline), etika, kompetisi, nilai berita,
dikaitkan dengan bentuk penyajian
dan reaksi terhadap umpan balik.
laporan tentang peristiwa atau pernya-
Hal-hal tersebut merupakan
taan yang dapat dicek akurasinya pada
sebagian dari pertimbangan-pertim-
sumber dan disajikan tanpa komentar.
bangan yang menentukan berita-berita
Impartialitas dihubungan dengan sikap
yang akan dibuang dan berita mana
netral wartawan (reporter), suatu sikap
yang akan dipilih, disunting dan
yang menjauhkan penilaian pribadi
dipublikasikan kepada khalayak sasa-
(personal) dan subjektif demi penca-
ran media massa.
paian sasaran yang diinginkan.

Objektifitas Berita Faktualitas


Objektifitas berasal dari kata
Kefaktualan berita ditentukan
objek menurut KBBI adalah mengenai
oleh beberap kriteria akurasi antara
keadaan yang sebenarnya tanpa dipe-
lain keutuhan laporan, ketepatan yang
ngaruhi pendapat atau pandangan
ditopang oleh pertimbangan inde-
pribadi. Sedangkan menurut Assegaf
penden, dan tidak adanya keinginan
(1983), objektifitas (objectivity) adalah
untuk menyalaharahkan atau menekan.
menceritakan keadaan yang sebenar-
(McQuail; 1989) Pers juga dituntut
benarnya dan bagaimana kejadian yang
melakukan pemberitaan yang akurat
akan dituliskan itu berlangsung
yang tidak boleh berbohong, menya-
Objektifitas berita menurut
takan fakta sebagai fakta dan pendapat
Djuroto (2000), artinya penulis berita
sebagai pendapat (Siebert et al., 1986)
hanya menyiarkan berita apa adanya.
Seorang pembuat berita harus
Jika materi berita itu berasal dari dua
menjaga objektifitas dalam pemberi-
pihak yang berlawanan, harus dijaga
taannya. Artinya penulis berita hanya
keseimbangan informasi dari kedua
menyiarkan berita apa adanya. Penulis
belah pihak yang berlawanan. Penulis
berita tidak memberi kesimpulan atas
berita tidak memberi kesimpulan atas
dasar pendapatnya sendiri. Dalam
dasar pendapatnya sendiri. Dalam
menulis berita, penulis harus membe-
menulis berita, penulis berita harus

Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005 51


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

dakan antara fakta, interpretasi dan Dua tahun kemudian, pemerintah


opini (Djuroto; 2000) mengikis partai-partai politik dengan
memaksa mereka (kecuali golongan
Karya) melebur menjadi dua partai,
Impartialitas
yaitu Partai Persatuan Pembangunan
Menurut Sudibyo (2001)
(PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia
Impartialitas adalah sikap netral dalam
(PDI). Akibat dari restrukturisasi ini,
penyajian dan seimbang dalam penya-
hubungan antara Kompas dan Partai
jian fakta antara yang pro dan kontra.
Katolik semakin longgar sampai
Keseimbangan juga berkaitan dengan
akhirnya kini Kompas menjadi
pemberian waktu, ruang, dan pene-
institusi bisnis yang profesional dan
kanan yang proporsional oleh media
beorientasi bisnis.
Salah satu syarat objektifitas
Saat ini Kompas mengha-
berita yang lebih populer dikenal
dirkan dirinya sebagai koran indepen-
dengan istilah pemberitaan dua sisi
dent, dan lebih berorientasi bisnis. Visi
(cover both story), dimana pers menya-
surat kabar Kompas adalah berparti-
jikan semua pihak yang terlibat
sipasi dalam membangun masyarakat
(Siebert et al., 1986)
Indonesia baru, yaitu masyarakat
Menurut Djuroto (2000) jika
dengan kemanusiaan transendental,
materi berita itu berasal dari dua pihak
persatuan dalam perbedaan, menghor-
yang berlawanan, harus dijaga keseim-
mati individu dan masyarakat yang adil
bangan informasi dari kedua belah
dan makmur. Sedangkan misi surat
pihak yang berlawanan tersebut.
kabar Kompas adalah menjadi nomor
satu dalam semua aspek usaha,
Surat Kabar Kompas diantara usaha-usaha lain yang sejenis
Surat kabar Kompas dibangun dan dalam kelas yang sama. Meskipun
pada tahun 1965 oleh Jacob Oetama demikian latar belakangnya sebagai
sebagai prakarsa partai katolik dalam koran yang dekat dengan kekuatan
usaha mempresentasikan suara mereka katolik mempengaruhi posisi Kompas
pada kancah perpolitikan tahun 1960- dalam berbagai perdebatan politik,
an. terutama bila perdebatan itu
Ciri kepartaian muncul secara menyangkut atau menyinggung kekua-
dominan pada Kompas sebagaimana tan politik Islam.
surat kabar partai lain pada masa itu.
Kompas dengan demikian menjadi Surat Kabar Republika
juru bicara partai, meskipun dengan Republika hadir dalam kancah
cara yang cukup halus. Pembaca dapat pers nasional dengan latar belakang
menjumpai pengumuman-pengumu- sosial politik yang sangat penting.
man dari partai katolik, oganisasi- Republika dilihat sebagai satu titik
organisasi katolik, juga universitas yang menandai kebangkitan politik
katolik. Islam tahun 1990-an. Nama Republika
Kedekatan Kompas dengan sendiri berasal dari ide (mantan)
Partai Katolik berlanjut sampai pada Presiden Soeharto yang disampai-
tahun 1971. Saat itu hubungan antara kannya saat beberapa pengurus Ikatan
surat kabar dengan partai politik Cendekiawan Muslim Indonesia
meningkat, sementara pemerintah (ICMI) Pusat menghadap untuk
berusaha memperkecil primordialisme.

52 Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

melaporkan rencana peluncuran harian dan membesar menjadi keributan


umum tersebut antar warga beda agama dan adanya
Republika dibangun ICMI pembakaran rumah ibadah.
melalui Yayasan Abdi Bangsa yang Sikap redaksi surat kabar
dikepalai Menteri Riset dan Teknologi Kompas dan Republika dalam
BJ. Habiebie sekaligus pemilik PT. memberitakan peristiwa ini terlihat
Abdi Bangsa. Dengan dukungan berbeda. Secara umum surat kabar
ICMI, Surat Izin Penerbitan Usaha Kompas pada fase pertama terlihat
Pers gampang diraih. lebih hati-hati dalam memberitakan
Manajemen awal Republika konflik Ambon sedangkan surat kabar
mencoba meretas persoalan klasik: Republika terlihat lebih emosional.
Bagaimana mengedepankan misi Islam Judul-judul berita pada fase
dalam sebuah negara. Dalam konteks satu konflik Ambon misalnya, pada
jurnalisme, bagaimana menerpakan tanggal 21/01/99 surat kabar Kompas
kaidah pemberitaan yang profesional mengangkat judul berita “Kota
tanpa meningalkan misi keIslamannya. Ambon Diguncang Keributan Antar
Republika tidak hanya ditu- Warga”, sedangkan pada hari yang
jukan untuk mendukung partai politik sama Republika mengangkat judul
atau untuk orang Islam yang saleh saja, “Sedikitnya 10 Tewas Dalam
tetapi untuk orang-orang yang belum Kerusuhan Ambon”. Pada tanggal
mantap imannya dan enggan dengan 21/01/99 surat kabar Republika pada
seruan moralistik. Republika secara judul berita menekankan pada jumlah
teratur memuat artikel-artikel menge- korban. Tanggal 19/02/99 surat kabar
nai seni, televisi, sastra dan trend Kompas pada judul “Rehabilitasi
mode yang menarik bagi Muslim kelas Ambon Dimulai” lebih pada upaya
menengah dan atas yang menjadi perdamaian, sedangkan pada judul
pembacanya. Republika adalah suatu “Ambon Kembali Diguncang Bom”
upaya untuk menunjukan bahwa Islam pada surat kabar Republika, kerusuhan
bukan hanya sekedar persoalan untuk di Ambon masih berlangsung dan
orang desa dan ulama, tetapi sebuah berlanjut. Tanggal 14/03/99 judul
agama yang bisa mengilhami suatu berita “Konflik Ambon Mereda” surat
kesadaran sosial yang sesuai dengan kabar Kompas memberitakan bahwa
aspirasi rakyat sebagai keterbukaan, konflik di Ambon sudah mereda,
dan pluralisme. sedangkan pada judul “Luka Ambon
Luka Kita”, memberitakan sikap dan
rasa simpati redaksi Republika pada
Kajian pada Topik-topik Konflik pemderitaan umat Islam di Ambon.
Ambon Pada fase dua konflik Ambon
Berdasarkan hasil penelitan/ mulai terjadi pemisahan dan
tesis Sumartono mengenai topik-topik perpecahan antara warga Kristen dan
yang ada selama lima fase konflik Islam. Judul-judul berita di surat kabar
Ambon pada surat kabar Kompas dan Kompas pada fase dua isi berita
Republika terlihat ada perbedaan banyak mengkritik, namun disam-
sudut pandang. Fase satu konflik paikan secara tidak langsung, misalnya
Ambon dimulai dari perkelahian antar pada judul “Lemah Peran Intelijen
warga pemuda kampung Batumerah Ambon” (Kompas, 06/10/99), dan
dengan Mardika. Konflik ini menjalar Kompas tanggal 01/12/99 “Makin

Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005 53


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

Jelas Keberpihakkan Aparat Di laporan peristiwa dan pernyataan yang


Ambon”. Sikap simpati terlihat pada dapat dicek akurasinya pada sumber,
penderitaan dan perjuangan umat dan disajikan tanpa komentar atau
Islam di Ambon terlihat pada pembe- setidaknya dipisahkan secara jelas dari
ritaan surat kabar Republika, misalnya berbagai komentar. Kriteria akurasi
pada tanggal 06/10/99, judul berita di meliputi kelengkapan informasi,
Republika adalah “Dua Masjid Di akurasi dan tidak menyalaharahkan
Ambon Dibakar” dan tiga judul berita laporan. Nilai informasi berkaitan
pada tanggal 01/12/99. dengan seleksi informasi yang
Pada fase tiga, situasi kota signifikan bagi khalayak.
Ambon relatif tenang selama empat Berdasarkan hasil penelitian
bulan pertama. Namun memasuki ada perbedaan tingkat akurasi, data
bulan kelima situasi kota Ambon dan perbedaan jumlah korban di
kembali tegang dan pada fase ini dalam pemberitaan surat kabar
kelompok Islam mulai dibantu oleh Kompas dan Republika. Perbedaan
Laskar Jihad dari Jawa dan kelompok data tersebut antara lain; Kompas
Kristen mulai mengorganisasikan diri menyebutkan jumlah korban tewas
ke dalam kelompok kristus. sebanyak 11 orang, sedangkan
Judul berita yang menunjukkan Republika menyebutkan 10 orang,
adanya pengelompokan berdasarkan Kompas tidak menyebutkan rumah
sentimen keagamaan terlihat pada ibadah yang dibakar, sedangkan
pemberitaan di surat kabar Kompas Republika menyebut ada empat tem-
dan Republika. Berita di Kompas pat ibadah yang dibakar.
berjudul “Galela Terus Mencekam” Perbedaan data jumlah korban
(14/01/00), secara samar menunjuk- tersebut bias terjadi karena waktu
kan rasa simpati dan prihatin pada peliputan berita antara surat kabar
umat Kristen di Ambon. Republika, Kompas dan Republika. Karena itu
pada hari yang sama membuat judul pencantuman waktu pencarian dan
berita “Allahu Akbar!!! Duka Ambon, penulisan berita hendaknya ditulis di
Duka Bersama” menunjukkan rasa dalam isi berita.
simpati Republika pada umat Islam di Mengenai manfaat pencantu-
Ambon. man tanggal berita, Soehoet (2003)
Topik-topik berita di surat berpendapat tanggal berita ditulis
kabar Kompas dan republika pada fase sesudah judul berita. Tanggal berita
empat dan lima lebih banyak menya- berguna untuk memberitahukan
jikan fakta akibat konflik, himbauan kepada pembaca, di mana dan tanggal
serta harapan kepada para pembaca berapa reporter yang bersangkutan
agar konflik Ambon segera berakhir. menulis beritanya. Manfaat pencantu-
Gaya dan format penyampaian fakta, man tanggal berita Pembaca berhak
himbauan dan harapan pada berita di mengetahuinya, reporter wajib menu-
surat kabar Kompas dan Republika liskan yang sebenarnya.
tetap sama seperti yang dilakukan pada Adanya dateline kita bisa
fase satu sampai tiga mengetahui kapan wartawan menulis
suatu berita dan tanggal berapa berita
Faktualitas tersebut dicetak dan dibaca oleh
Faktualitas menurut Sudibyo et pembaca surat kabar. Misalnya, berita
al. (2001) mengacu pada bentuk mengenai bom yang meledak di

54 Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

Ambon pada tanggal 29 januari 1999 dengan membuka konfrontasi


ditulis oleh wartawan pada tanggal langsung. Mereka menghindarkan
yang sama maka dateline berita tersebut penyajian berita yang dapat memicu
adalah. 29/09/99 Kadang redaksi kebencian umat Islam. Dengan kata
media massa menerima dan menulis lain, bentuk kehati-hatian dengan tidak
sebuah berita beberapa hari setelah melibatkan terlalu jauh pada konflik
peristiwa terjadi dan menulis dateline yang terjadi ditujukan secara strategis
sesuai dengan tanggal terjadinya agar Kompas tidak dimusuhi
peristiwa (bukan saat menulis berita). kelompok lain dan ditinggalkan
Hal ini dilakukan untuk memberi pembacanya.
kesan kepada pembaca bahwa berita Mengenai pemisahan fakta dan
tersebut masih baru, masih aktual. opini pada lima fase pemberitaan
Tindakan mengubah dateline ini mengenai konflik ambon di surat
sebenarnya merupakan suatu penipuan kabar, persentase tertinggi secara
dan berbahaya. Karena selang waktu umum ada pada surat kabar Republika.
antara berita tersebut ditulis dan berita Ada kecenderungan wartawan/redaksi
tersebut dimuat, banyak kemungkinan Republika dalam pemberitaan menge-
yang dapat terjadi misalnya jumlah nai konflik Ambon terjebak dalam
korban menjadi bertambah dan primordial agama.
sebagainya. Jadi nilai kejujuran perlu Kesulitan wartawan/redaksi
dipertahankan, walaupun nilai unsur Republika melepaskan ikatan primor-
aktualitas menjadi rendah di mata dial agama menurut Sudibyo et al.
pembaca. (2001) karena seorang wartawan juga
Republika dalam beritanya mempunyai sikap, nilai kepercayaan
menyebutkan ada rumah ibadah yang dan orientasi tertentu terhadap politik,
dibakar, sedangkan Kompas tidak agama, ideologi dan aliran dimana
memberitakan hal ini. Mengenai tidak semua komponen itu berpengaruh
adanya pencantuman/data mengenai terhadap hasil kerjanya dalam pem-
empat rumah ibadah yang terbakar di buatan berita.
surat kabar Kompas bisa disebabkan Salah satu sarana untuk
karena redaksi Kompas lebih berhati- mengkomodasi pendapat wartawan,
hati dalam memberitakan kerusuhan Oetama, J. (1987) mengemukakan
yang menyangkut umat Islam. Sikap bahwa surat kabar telah memberikan
hati-hati juga ditunjukkan segan tidak ruangan khusus bagi pendapat yang
menyebut secara langsung pihak-pihak disebut dengan halaman opini atau
yang terlibat. Pelaku kerusuhan hanya editorial page. Halaman opini ini
disebut sebagai massa, sekelompok terdiri dari 1) Tajuk rencana, 2) Artikel
massa, kelompok agama tertentu dan kolom, dan 3) surat pembaca.
lain-lain tanpa menyebutkan identitas Namun dalam perkembangan
agama yang jelas. Hal ini untuk pers selanjutnya, terjadilah pendekatan
menyamarkan fakta bahwa yang bahkan pembauran antara yang
sedang saling berhadap-hadapan, disebut fakta dan opini. Untuk
bertikai adalah orang Islam dan orang memperjelas mana fakta dan mana
Kristen. Sikap kehati-hatian ini opini wartawan hendaknya menye-
didasarkan atas kesadaran bahwa butkan dengan jelas pada pemberitaan
sebagai media kelompok minoritas, mana bagian yang antara fakta/
Kompas tidak berani berspekulasi peristiwa dengan pendapat. Hal ini

Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005 55


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

dapat dilakukan misalkan dengan Ambon dapat dilihat dari siapa yang
mengunakan frase, “menurut dijadikan sumber berita. Orang yang
pendapat . . .”, atau “berdasarkan hasil dijadikan sumber berita itu antara lain
pengamatan. . .” dari golongan/kelompok pemerin-
Mengenai kesesuaian judul dan tahan dan militer, warga, dan tokoh
isi berita di surat kabar, secara umum agama.
judul berita mengenai konflik Ambon Keseimbangan sumber berita
di surat kabar Kompas sesuai dengan pada surat kabar Kompas terlihat
isi beritanya. Judul berita di surat kabar sudah memberikan porsi yang
Republika terlihat cenderung subyek- seimbang antara sumber berita dari
tif, emosional dibanding dengan surat kalangan muslim, dan sumber berita
kabar Kompas. Kepentingan dan dari kalangan kristen.. Sedangkan surat
sentimen agama terlihat banyak kabar Republika dalam pemberita-
pengaruhnya pada judul berita di surat annya lebih banyak mengambil
kabar Republika. Judul-judul berita sumber berita dari kalangan muslim.
yang cenderung subyektif emosional Dalam usaha menjaga keseim-
misalnya, “Dua Masjid di Ambon bangan sumber berita pada peristiwa
Dibakar (06/10/99)”, “Allahu Akbar!!! konflik, banyak hambatan yang
Duka Ambon Duka Bersama ditemui wartawan Mengenai
(14/01/00)”. Isi berita dari judul-judul keseimbangan Muis (2000) menge-
berita tersebut menceritakan tentang mukakan fairness doctrine mengha-
nasib tragis umat Islam Di Maluku. ruskan setiap penulisan berita atau
Republika melalui peberitaannya laporan harus dilakukan secara
terlihat bersimpati atas penderitaan lengkap, adil dan berimbang atau
umat muslim, dan juga terkesan proporsional. Konsep fairness doctrine
memprovokasi umat Islam untuk ini menurut Muis (1999) sama dengan
berjihad membela Muslim Maluku. ketentuan dan keharusan memberikan
Berita di surat kabar Republika porsi pem-beritaan yang sama
mengenai konflik Ambon terlihat lebih terhadap isu-isu kontroversial dalam
emosional sehingga antara judul dan masyarakat atau terhadap semua
isi berita ada yang tidak sesuai. golongan sebagai-mana yang diatur
Menurut Sudibyo et al. (2001) diakui dalam pasal 7 kode etik jurnalistik
atau tidak setiap media memiliki PWI.
kepentingan-kepentingan tertentu Sikap netralitas pemberitaan
entah itu ekonomi, politik, ideologis dapat dilihat dari isi pemberitaan tidak
atau apapun namanya. Dalam hal ini memihak, tidak membela dan tidak
pembuatan berita bukan sekedar memojokkan atau menjelek-jelekkan
menyampaikan realitas, tetapi diyakini salah satu pihak yang bertikai.
membungkus satu atau sejumlah Berdasarkan data yang ada
kepentingan. surat kabar Kompas dalam
memberitakan konflik Ambon terlihat
Impartialitas lebih netral dibandingkan Republika.
Impartialitas adalah sikap Dalam memberitakan kerusuhan,
netral dalam penyajian dan seimbang konflik yang melibatkan umat Islam
dalam penyajian fakta antara yang pro surat kabar Kompas menggunakan
dan kontra. Keseimbangan sumber cara bahasa dan penyajian yang netral
berita pada pemberitaan konflik dan tidak menunjukkan keberpihakkan

56 Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

mereka. Kompas tidak menunjukkan kelompok Islam. Keberpihakan


keberpihakan yang nyata terhadap Republika pada kelompok Islam
kelompok minoritas Kristen. disebabkan wartawan yang meliput
Keberpihakan surat kabar Republika peristiwa dan menulis berita beragama
pada kelompok muslim dan sikap Islam. Menurut Sudibyo et al. (2001)
netral surat kabar Kompas dalam kepentingan-kepentingan ideologis,
memberitakan konflik Ambon bisa agama sering tak terhindarkan dan
terlihat dari pemilihan topik dan judul mempengaruhi pemuatan dan
berita. penyajian berita
Judul-judul berita di surat Sebagai surat kabar yang
kabar Republika terlihat lebih membawa aspirasi umat Islam dan
subyektif dan emosional dibanding
karena umat Islam merupakan
judul berita di surat kabar Kompas. mayoritas masyarakat di Indonesia,
Misalnya pemberitaan tanggal Republika dalam memberitakan
06/10/99, surat kabar Republika konflik Ambon lebih banyak berpihak
mengangkat peristiwa konflik Ambon kepada umat Islam
dengan judul “Dua masjid Di Ambon
Dibakar” sedangkan Kompas
mengangkat judul “Lemah Peran Kesimpulan
Intelijen Ambon”. Dari judul berita Setelah melakukan analisis isi
terlihat bahwa surat kabar Republika pada surat kabar Kompas dan
dalam pemberitaan konflik Ambon Republika serta melakukan pemba-
cenderung subjektif dan merasa ikut hasan yang mendalam, maka diperoleh
bersimpati terhadap warga muslim di kesimpulan sebagai berikut :
Ambon. Sedangkan surat kabar 1. Secara umum surat kabar Kompas
Kompas lebih mempersoalkan dalam pemberitaan konflik terlihat
ketidakmampuan pihak intelijen dalam lebih hati-hati dan lebih objektif,
memprediksi dan mengatasi masalah sedangkan surat kabar Republika
kerusuhan di Ambon. Hal yang sama dalam pemberitaan mengenai
terlihat pada berita tanggal 14/01/00, konflik Ambon terlihat lebih
surat kabar Republika mengangkat emosional.
berita konflik Ambon dengan judul 2. Pada pemberitaan konflik Ambon
“Allahu Akbar!!! Duka Ambon Duka fase dua surat kabar Kompas lebih
Kita Bersama” sedangkan Kompas banyak melontarkan kritik lepada
mengangkat judul “Galela Terus pemerintah yang disampaikan
Mencekam”. Sikap netral surat kabar secara tidak langsung dan
Kompas didasarkan atas kesadaran pemberitaan surat kabar Republika
bahwa kelompok kristen merupakan terlihat lebih menaruh simpati dan
kelompok minoritas. Kompas sebagai memuela kelompok muslim.
surat kabar berdasarkan latar belakang 3. Pada fase ketiga konflik Ambon
sejarah berdirinya dikenal sebagai surat berita di surat kabar Kompas dan
kabar yang menyuarakan umat Republika mulai memperlihatkan
Kristen, harus bersikap hati-hati agar adanya sentimen keagamaan. Surat
tidak menyinggung perasaan mayoritas kabar secara tersamar memuela
umat Islam di Indonesia. Surat kabar kelompok kristen, sedangkan surat
Republika dalam memberitakan kabar Republika secara terbuka
konflik Ambon terlihat lebih membela membela kelompok muslim.

Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005 57


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

4. Pada fase keempat dan lima surat buatan judul tidak bersifat
kabar Kompas dan Republika subjektif dan emosional. Isi berita
lebih banyak menyajikan falta harus disesuaikan dengan judul.
akibat konflik, serta himbauan dan 4. Wartawan/redaksi surat kabar
harapan agar pihak-pihak yang Republika lebih memperhatikan
bertikai di Ambon segera berdama pemberian kesempatan yang sama
dan konflik segera berakhir. kepada nara sumber yang berbeda
pendapat, baik dari sudut pan-
dangnya, dokumen-dokumennya
Saran
maupun data lainnya seperti gam-
Dalam kegiatan pencarian dan
bar. Hal itu selain untuk meme-
penulisan berita sangat sulit bagi
nuhi rasa keadilan dalam pembe-
wartawan untuk bertindak objektif dan
ritaan, juga sebagai komitmen
tidak memihak. Keberpihakkan
terhadap
wartawan pada penulisan berita
5. keseimbangan pemberitaan seba-
hendaknya kepada kebenaran dan
gaimana diamanatkan oleh Kode
keadilan didasarkan pada hukum dan
Etik Jurnalistik (KEJ).
undang-undang. Upaya yang dapat
Wartawan/redaksi surat kabar
dilakukan bagi surat kabar Kompas
Republika dalam penulisan berita
dan Republika untuk bisa mendekati
konflik hendaknya bersikap netral,
objektifitas adalah sebagai berikut
tidak membela satu kelompok dan
1. Lakukan periksa dan periksa
mendiskreditkan kelompok lain.
kembali fakta kepada sumber
Keberpihakkan pers adalah pada
berita agar akurasi berita lebih
kebenaran, keadilan dan kepen-
terjaga. Kompas hendaknya
tingan umum.
menyebutkan dari mana data
diperoleh (sumber data) dan berita
di Republika hendaknya disertai Daftar Pustaka
data pendukung seperti kutipan Assegaff D.H, “Jurnalistik Masa
materi UU, dokumen dan gambar- Kini”, Ghalia Indonesia,
gambar untuk membantu pembaca Jakarta, 1983.
lebih memahami isi berita. Apalagi
dalam tinjauan jurnalistik, Departemen Pendidikan dan
dokumen dan gambar dijadikan Kebudayaan, ”Kamus Besar
sebagai alat penjelas berita. Bahasa Indonesia”, Edisi ke
2. Dalam pembuatan berita hendak- dua, Balai Pustaka, Jakarta,
nya redaksi surat kabar Kompas 1995.
dan Republika lebih bersikap
profesional dengan tidak mema- Djuroto T, ”Manajemen Penerbitan
sukkan opini pada berita, atau Pers”, Remaja RosdaKarya,
memisahkan secara tegas antara Bandung, 2000.
fakta dan opini. Opini wartawan
dapat dimasukan pada tajuk atau Ecip S, ”Dinamika keterbukaan,
dengan mengunakan frasa yang Kebebasan, dan Tanggung
dapat menjelaskan bahwa kalimat Jawab Komunikasi Massa di
tersebut adalah opini wartawan Indonesia”,. Jurnal ISKI,
3. Wartawan/redaksi surat kabar No5/Oktober 2000, Remaja
Republika hendaknya dalam pem- RosdaKarya, Bandung, 2000.

58 Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005


Objektivitas Konflik Ambon Pada Pemberitaan Kompas dan Republika

Eriyanto, ”Media dan Konflik Realita)”, Papyrus, Surabaya,


Ambon”, Kantor Berita Radio 2003.
68H, Jakarta, 2003.
Prakoso, “Sikap Netralitas Pers
Hamzah A., et al, “Delik-Delik Pers terhadap Pemerintahan
di Indonesia”, Media Sarana Habiebie (Analisis Isi
Pers, Jakarta, 1987. Terhadap Kompas dan
Republika)”, dalam Jurnal
Hasrullah, ”Megawati dalam Ikatan Sarjana Komunikasi
Tangkapan Pers”, LKiS, Indonesia, No. 3/April 1999,
Jakarta, 2001. Remaja RosdaKarya, Bandung,
1999.
Hill DT, “The Press in New Order
Indonesia”, Pustaka Sinar Rachmah, Ida, ”Metode Analisis Isi
Harapan, Jakarta, 1995. Mengukur Obyejtivitas Pers”,
(dalam Bungin Burhan, editor,
Ishwara, Luwi, “Catatan-Catatan Metodologi Penelitian
Jurnalisme Dasar”, Kompas, Kualitatif Aktualisasi
Jakarta, 2005. metodologis ke Arah Ragam
Varian Kontemporer, Rajawali
McQuail D, “Teori Komunikasi Pers, Jakarta, 2001.
Massa”, (Terjemahan A.
Dharma. dan A. Ram), Rivers, William L dan Mathews, Cleve,
Erlangga, Jakarta, 1989. (alih Bahasa Arwah Setiawan),
“Etika Media Massa dan
McQuail D., dan Windahl S., Kecenderungan untuk
“Coomunication Models For the Melanggarnya”, Gramedia,
Study of Mass Communication”, Jakarta, 1994.
Longman Publishing, New
York, 1993. Siebert, Fred. S., Theodore P., Wilbur.
S (alih bahasa Putu Laksman),
Muis A., ”Jurnalistik Hukum “Empat Teori Pers,
Komunikasi Massa Menjang- Intermasa”, Jakarta, 1986.
kau Era Cybercommu-nication
milenium ketiga”, Dharu Sudibyo, Agus., Ibnu Hamad.,
Anuttama, Jakarta, 1999. Muhammad Qadari, “Kabar-
Kabar Kebencian Prasangka
Nimmo, “Komunikasi Politik: Agama di Media Massa”,
Komunikator, Pesan dan Institut Studi Arus Informasi,
Media”, Remaja Rosda Karya, Jakarta, 2001.
Bandung, 1993.
Susanto S., “Ilmu Komunikasi Teori
Pareno S. A, “Manajemen Berita dan Praktek”, Remaja
(Antara Idealisme dan RosdaKarya, Bandung, 1995.

Jurnal Komunikologi Vol. 2 No. 2, September 2005 59

You might also like