Professional Documents
Culture Documents
A dengan
Surabaya
Oleh :
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
Surabaya, …………....……
i
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
dengan ST elevasi ( STEMI ) ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini diajukan guna kenaikan golongan dari IIIa ke IIIb dalam proses kepegawaian.
Pada kesempatan ini juga saya berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung
terutama para dokter dan teman sejawat ICCU RSUD dr. m Soewandhie
Surabaya.
Saya menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari
segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembimbing dari DKK dan rekan-rekan semuanya, sangat
Penulis,
1ii
DAFTAR ISI
iv1
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................... 52
5.1.Kesimpulan ......................................................................................... 55
5.2.Saran .................................................................................................... 55
v1
BAB I
PENDAHULUAN
Negara maju. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK, sehingga upaya
yang salah dan kurang cepat serta cermat adalah salah satu penyebab kematian.
Infark miokard akut merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki dan
miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit ini.
hasil optimal dalam reperfusi koroner maupun stabilisasi koroner setelah iskemia
1
2
1.2. Tujuan
gangguan dari pembuluh darah koroner yang dalam mengenal dan menanganinya
membutuhkan perhatian serta pengenalan daari faktor resiko yang ada pada
penderita serta tindakan yang segera dapat diambil terhadap penderita tersebut
dalam waktu yang singkat agar tidak terjadi komplikasi yang dapat membawa
1.3. Manfaat
Mengenal faktor resiko PJK sangat penting dalam usaha pencegahan PJK
merupakan salah satu usaha yang cukup besar peranannya dalam penanganan PJK
untuk menurunkan resiko dan kematian akibat PJK yaitu dengan cara
mengendalikan factor resiko PJK. Faktor resiko utama PJK adalah hipertensi,
bersifat reversible.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
koroner. Arteri koroner itu sendiri adalah pembuluh darah yang menyuplai
darah ke jantung agar dapat terus bekerja. Arteri koroner terletak pada bagian
otot polos pembuluh darah koroner dan plak aterosklerosis pada dinding arteri
yang pada akhirnya dapat menyebabkan sakit dada (Angina Pectoris) atau
yang factor resiko utamanya adalah karena merokok, penyakit kencing manis
3
4
pasokan darah ke jantung secara tiba-tiba dapat terjadi ketika salah satu nadi
Bagian otot jantung yang biasa di pasok oleh nadi yang terblokade berhenti
berfungsi dengan baik segera setelah splasme reda dengan sendirinya, gejala-
gejala hilang secara menyeluruh dan otot jantung berfungsi secara betul-betul
dalam beberapa wad saja dan bagian otot jantung termaksut mengalami
penurunan mutu atau rusak secara permanen otot yang mati ini disebut infark.
(Nenk, 2009).
a. Usia
lama dari lahir sampai mati. Perubahan yang paling dini mulai pada usia
bermodifikasi hanya setelah usia 40 tahun, terjadi pada laki-laki umur 35-
hubungan antara umur dan kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total
b. Jenis Kelamin
pada wanita terjadi 10 tahun lebih lama dari pria. Secara umum faktor
wanita berubah setelah menopause. Hal ini diduga faktor hormonal seperti
c. Keturunan / genetika
Jika ada anggota keluarga yang terkena PJK pada usia yang relative muda,
a. Hipertensi
orang normal.
b. Hiperkolesterolmia
bahkan kematian.
c. Merokok
d. Obesitas
gaya hidup yang pasif. Lemak tubuh yang berlebih (terutama obesitas
resistensi insulin.
7
e. Kurang bergerak
mudah terkena PJK dibandingkan dengan yang aktif bergerak atau aktif
f. Diabetes Melitus
g. Stres
akan terjadi.
8
1. Patologi
lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif
biasanya dijumpai dalam aorta pada usia 10 tahun dan dalam arteri
intima yang meninggi dan dapat diraba yang mencerminkan lesi paling
khas aterosklerosis lanjut dan biasanya tidak timbul hingga usia decade
obstrukksi. Plak fibrosa terdiri atas inti pusat lipid dan ddebris sel
sel-sel otot polos dan kolagen. Plak fibrosa biasanya terjadi di tempat
vena.
c. Lesi lanjut atau komplikata terjadi bila suatu plak fibrosa rentan
miokardium.
pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat
dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST,
penderita tidak mengeluh adanya nyeri dada. Pemeriksaan fisik, foto dada
yang ringan.
Nyeri dada yang timbul saat melakukan aktifitas, bersifat kronis (> 2 bulan).
benda berat atau terasa panas, seperti di remas ataupun seperti tercekik.rasa
nyeri sering menjalar ke lengan kiri atas / bawah bagian medial, ke leher,
lengan kanan. Nyeri biasanya berlangsung seingkat (1-5) menit dan rasa
nyeri hilang bila penderita istirahat. Selain aktifitas fisik, nyeri dada dapat
Pada saat nyeri, sering disertai keringat dingin. Rasa nyeri juga cepat hilang
(50 – 70% penderita). Dapat juga terjadi perubahan segmen ST yaitu depresi
segmen ST (depresi segmen ST) sangat nyata pada pemeriksaan uji beban
latihan.
Pada prinsipnya iskemia yang terjadi pada PJK disebabkan oleh karena
Pada subset klinis ini, kualitas, lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama
juga berubah. Sering timbul saat istirahat. Pemberian nitrat tidak segera
berbeda dengan angina stabil. Angina tidak stabil sering disebut sebagai
akibat plaque rupture (fissuring), di samping itu diduga juga terjadi spasme
namun belum terjadi oklusi total atau oklusi bersifat intermitten. Pada
tahun 1959 digambarkan sebagai suatu sindroma nyeri dada sebagai akibat
iskemia miokard yang hampir selalu terjadi saat istirahat. Hampir tidak
miokard. Hal ini dapat terjadi pada arteri koroner yang mengalami stenosis
satu arteri koroner dan sering terjadi pada daerah arteri koroner yang
mengalami stenosis.
Manifestasi klinis
Seringkali juga tidak didapatkan adanya faktor risiko yang klasik kecuali
perokok berat. Serangan nyeri biasanya terjadi antara tengah malam sampai
jam 8 pagi dan rasa nyeri sangat hebat. Pmeriksaan fisik jantung biasanya
Patologi
Manifestasi klinis
Gejala prodomal
Penderita infark miokard akut sering didahului oleh keluhan dada terasa
yang klasik pada saat istirahat sehingga dianggap terjadi angina tidak stabil.
Tiga puluh persen penderita mengeluh gejala tersebut 1-4 minggu sebelum
Nyeri dada
penderita tidak dapat menahan rasa nyeri tersebut. Nyeri dada berlangsung >
(diremas), choocking (tercekik), berat (heavy pain). Kadang juga bisa tajam
14
(knife like) atau pun seperti terbakar (burning). Lokasi nyeri biasanya
hingga merasa perut tidak enak (abdominal discomfort). Gejala lain yang
sering menyertai adalah mual, muntah, badan lemah, pusing, berdebar dan
keringat dingin.
2.5. Komplikasi :
ventrikel kiri atau gagal jantung kiri, menimbulkan kongeti pada vena
2. Syok Kordiogenik
mengalami infark yang masif, biasanya mengenai dari 40% ventrikel kiri.
ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat: pengurangan aliran ke
aorta, dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
2.6. Penatalaksanaan:
1. Farmakologi
demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri
jika diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Dan terapi ini masih
2. Non-farmakologi
karena :
kolesterol
hiperkolesterolemi.
Pengkajian
1. Identitas
17)
2. Keluhan utama
Pasien pjk biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan skala
nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri palig tinggi. Pengakajian nyeri secara
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain apakah
klien pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau
Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada. (Wantiyah,2010: hal 18)
6. Riwayat psikososial
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau
b. Tanda-tanda vital
dan modus yang digunakan untuk bernapas. Pastikan posisi ETT tepat
tekanan darah; suhu; denyut jantung dan iramanya; pulsasi prifer; dan
merupakan salah satu tanda cemas atau takut (Wantiyah,2010: hal 18)
hal 13)
j. Sistem Integumen, pada klien PJK akral terasa hangat, turgor baik.
untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan
9. Pemeriksaan penunjang
penunjang diantaranya:
aritmia jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika
yang terjadi dan ini dilakukan secara serial untuk evaluasi lebih lanjut
Abufachri.wordpress.com (2015)
http://www.medicinesia.com: (2015)
b. Chest X-Ray (foto dada) Thorax foto mungkin normal atau adanya
ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman (Kulick, 2014: hal 42).
d. Ekokardiogram
terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan (Mayo Clinik, 2012: hal 43).
scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang
10. Penatalaksaan
karena
kelelahan
Monitor
toleransi
aktivitas pasien
Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
Anjurkan untuk
menurunkan
stress
Vital Sign
Monitoring
Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah
27
aktivitas
ronkhi pada
jalan napas
utama
Monitor adanya
tanda tanda
gagal nafas
Monitor pola
respirasi
30
Monitor
masukan
makanan /
cairan dan
hitung intake
kalori harian
Monitor status
nutrisi
Berikan diuretik
sesuai interuksi
Batasi masukan
cairan pada
keadaan
hiponatrermi
dilusi dengan
serum Na < 130
mEq/l
Kolaborasi
dokter jika
tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
Tentukan
riwayat jumlah
dan tipe intake
cairan dan
eliminaSi
Tentukan
kemungkinan
faktor resiko
32
dari ketidak
seimbangan
cairan
(Hipertermia,
terapi diuretik,
kelainan renal,
gagal jantung,
diaporesis,
disfungsi hati,
dll )
Monitor berat
badan dan
elektrolit urine
Monitor serum
dan osmilalitas
urine
Monitor adanya
distensi leher,
rinchi, eodem
perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda
dan gejala dari
odema
33
III. SASARAN
IV. MATERI
a. Definisi
b. Penyebab
d. Pencegahan
34
e. Tindakan
V. METODE
ceramah
diskusi/Tanya Jawab
VI. MEDIA
Powerpoint
VII. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
penyuluhan diseleksi
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
5. Apa yang harus dlakukan apabila dikeluarga kita ada yang terkena
Tahap Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan Metode
Kegiatan Peserta
Menerima
(IMA) mendengarkan
Koroner
Koroner
Materi
kebutuhan 02 dan darah pada otot otot jantung yang diakibatkan karena adanya
penyempitan dari pembuluh darah jantung yang sehingga beban kerja jantung
2. Penyebab PJK
kolesterol tinggi)
Stress emosional
diremas-remas, mendadak.
Lokasi nyeri pada dada kiri menjalar ke lengan kiri leher, punggungdan
Nyeri bisa timbul saat aktivitas berat / meningkat hilang saat istirahat
>30 menit
4. Pencegahan
melalui :
Hidup teratur (pola makan dan minum) hindari gaya hidup yang
Olahraga teratur
38
serat seperti: sayur dan buah karena makanan yang tinggi serat dapat
A,C dan E
Secara umum serangan yang timbul adalah nyeri dada yang terlokalisir di dada
kiri yang manjalar, sangat menusuk dan berat. Dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Ambil posisi yang nyaman, usahakan sirkulasi tetap adekuat , kurangi aktifitas
/ istirahat cukup
d. Hilangkan kecemasan.
perawatan intensif jantung. Bila keluhan nyeri semakin berat dan lebih dari
dibawa ke perawatan intensif jantung dengan waktu < 6 jam setelah serangan
nyeri.
BAB III
TINJUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Nama : Tn. A
Umur : 61 Tahun
Alamat: Surabaya
b. Keluhan Utama
Tn. H datang ke RS dengan keluhan nyeri dada juga dirasakan sangat nyeri
seperti rasa terbakar dan ditindih benda berat. Keluhan dirasakan menjalar
Keadaan Umum
Suhu : 36,5ºC
Nadi : 88x/menit
40
3
41
RR : 30x/menit
Breathing
Pemeriksaan fisik :
Blood
Brain
oleh inspirasi
Tanda : Gelisah
Terapi
DS: Klien mengeluh sesak, nafas Perubahan perfusi jaringan Pola nafas
pendek. O2 dalam darah menurun tidak efektif
DO: dispnea, inspirasi mengi, ↓
takipnea, pernapasan dangkal. Kongesti pulmonalis
↓
Sesak nafas
↓
Ketidakefektifan pola nafas
DS: Pasien mengeluh lemah Perubahan perfusi jarigan Intoleransi
DO:Pasien terlihat lemah karena ↓ aktivitas
hipoksia O2 dalam darah menurun
↓
Hipoksia
↓
Kelemahan
↓
Intoleransi aktivitas
44
Intervensi :
Intervensi Rasional
Kolaboratif
Berikan obat-obatan sesuai indikasi: 1. Dapat menghilangkan nyeri,
1. Agen non steroid, mis: menurunkan respon inflamasi.
indometasin(indocin);, ASA(aspirin) 2. Untuk menurunkan demam dan
2. Antipiretik mis: ASA/asetaminofen meningkatkan kenyamanan.
(tylenol) 3. Diberikan untuk gejala yang lebih berat.
3. Steroid 4. Memaksimalkan ketersediaan oksigen
4. Oksigen 3-4 liter/menit untuk menurunkan beban kerja jantung
dan menurunkan ketidaknyamanan
karena iskemia.
Mandiri
1. Selidiki keluhan nyeri dada, 1. Mengetahui lokasi dan derajat nyeri.
memperhatikan awitan, faktor Pada iskemia miokardium nyeri dapat
pemberat atau penurun memburuk dengan inspirasi dalam,
gerakan atau berbaring dan hilang
dengan duduk tegak atau membungkuk.
2. Memberikan lingkungan yang tenang
dan tidakan kenyamanan. Mislanya
merubah posisi, menggunakan kompres
hangat, dan menggosok punggung
1. Tindakan ini dapat meningkatkan
kenyamanan fisik dan emosional pasien.
45
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau irama dan frekuensi jantung 1. Takikardia dan disritmia dapat terjadi
saat jantung berupaya untuk
meningkatkan curahnya berespon
1. Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan terhadap demam. Hipoksia, dan
jarak / tonus jantung, murmur, gallop S3 asidosis karena iskemia.
dan S4. 2. Memberikan deteksi dini dari
terjadinya komplikasi misalnya GJK,
1. Dorong tirah baring dalam posisi semi tamponade jantung.
fowler 3. Menurunkan beban kerja jantung,
2. Berikan tindakan kenyamanan memaksimalkan curah jantung
misalnya perubahan posisi dan gosokan4. Meningkatkan relaksasi dan
punggung, dan aktivitas hiburan dalam mengarahkan kembali perhatian
toleransi jantung
3. Dorong penggunaan teknik 1. Perilaku ini dapat mengontrol
menejemen stress misalnya latihan ansietas, meningkatkan relaksasi dan
pernapasan dan bimbingan imajinasi menurunkan kerja jantung
4. Evaluasi keluhan lelah, dispnea,
palpitasi, nyeri dada kontinyu. 1. Manifestasi klinis dari GJK yang
Perhatikan adanya bunyi napas dapat menyertai endokarditis atau
adventisius, demam miokarditis
Kolaboratif
1. Berikan oksigen komplemen 1. Meningkatkan keseterdian oksigen
46
oksegen ke otot.
adekuat secara individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit
hangat dan kering, nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.
Intervensi:
47
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Evaluasi status mental. Perhatikikan 1. Indicator yang menunjukkan
terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, embolisasi sistemik pada otak.
muntah, peningkatan TD.
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba 2. Emboli arteri, mempengaruhi
yang disertai dengan takipnea, nyeri jantung dan / atau organ vital lain, dapat
pleuritik, sianosis, pucat terjadi sebagai akibat dari penyakit
katup, dan/ atau disritmia kronis
1. Tingkatkan tirah baring dengan tepat 3. Dapat mencegah pembentukan atau
migrasi emboli pada pasien
endokarditis. Tirah baring lama,
membawa resikonya sendiri tentang
terjadinya fenomena tromboembolic.
Kriteria Hasil: mempertahankan pola nafas efektif bebas sianosis, dan tanda
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan 1. Kecepatan dan upaya mungkin
kedalaman. Contoh adanya dispnea, meningkat karena nyeri, takut, demam,
penggunaan otot bantu nafas, pelebaran penurunan volume sirkulasi, hipoksia
nasal. atau diatensi gaster.
2. Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga
1. Lihat kulit dan membran mukosa menunjukkan kondisi hipoksia atau
untuk adanya sianosis. komplikasi paru
3. Merangsang fungsi
1. Tinggikan kepala tempat tidur pernafasan/ekspansi paru. Efektif pada
letakkan pada posisi duduk tinggi atau pencegahan dan perbaikan kongesti
semifowler. paru.
Kolaborasi:
Berikan tambahan oksigen dengan Meningkatkan pengiriman oksigen ke
kanul atau masker, sesuai indikasi paru untuk kebutuhan sirkulasi
khususnya pada adanya gangguan
ventilasi
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas. 1. Miokarditis menyebabkan inflamasi
Perhatikan adanya dan perubahan dalam dan kemungkinan kerusakan sel-sel
keluhan kelemahan, keletihan, dan miokardial, sebagai akibat GJK.
dispnea berkenaan dengan aktivitas Penurunan pengisian dan curah jantung
dapat menyebabkan pengumpulan
cairan dalam kantung perikardial bila
ada perikarditis. Akhirnya endikarditis
dapat terjadi dengan disfungsi katup,
secara negatif mempengaruhi curah
jantung
1. Pantau frekuensi dan irama jantung, 2. Membantu derajad dekompensasi
tekanan darah, dan frekuensi pernapasan jantung and pulmonal penurunan TD,
sebelum dan sesudah aktivitas dan takikardia, disritmia, takipnea adalah
selam di perluka indikasi intoleransi jantung terhadap
2. Mempertahankan tirah baring selama aktivitas.
periode demam dan sesuai indikasi. 3. Demam meningkatkan kebutuhan dan
konsumsi oksigen, karenanya
1. Membantu klien dalam latihan meningkatkan beban kerja jantung, dan
progresif bertahap sesegera mungkin menurunkan toleransi aktivitas
untuk turun dari tempat tidur, mencatat 4. Pada saat terjadi inflamasi klien
respon tanda vital dan toleransi pasien mungkin dapat melakukan aktivitas
pada peningkatan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan
2. Evaluasi respon emosional miokard permanen.
5. Ansietas akan terjadi karena proses
inflamasi dan nyeri yang di timbulkan.
Dikungan diperlukan untuk mengatasi
frustasi terhadap hospitalisasi.
50
Kolaborasi
Berikan oksigen suplemen Peningkatan ketersediaan oksigen
mengimbangi peningkatan konsumsi
oksigen yang terjadi dengan aktivitas.
Intervensi
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Jelaskan efek inflamasi pada jantung, 1. Untuk bertanggung jawab terhadap
ajarkan untuk memperhatikan gejala kesehatan sendiri, pasien perlu
sehubungan dengan memahami penyebab khusus,
komplikasi/berulangnya dan gejala yang pengobatan, dan efek jangka panjang
dilaporkan dengan segera pada pemberi yang diharapkan dari kondisi inflamasi,
perawatan misalny demam, nyeri, sesuai dengan tanda/gejala yang
peningkatan berat badan, peningkatan menunjukkan kekambuhan/komplikasi
toleransi terhadap aktifitas.
2. Anjurkan pasien/orang terdekat 1. Untuk bertanggung jawab terhadap
tentang dosis, tujuan dan efek samping kesehatan sendiri, pasien perlu
obat: kebutuhan diet/pertimbangan memahami penyebab khusus,
khusus: aktivitas yang pengobatan, dan efek jangka panjang
diizinkan/dibatasi yang diharapkan dari kondisi inflamasi,
sesuai dengan tanda/gejala yang
menunjukkan kekambuhan/komplikasi
2. Perawatan di rumah sakit
1. Kaji ulang perlunya antibiotic jangka lama/pemberian antibiotic
panjang/terapi antimikrobial IV/antimicrobial perlu sampai kultur
51
3.4. Evaluasi
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyajikan persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam
A. Pengkajian.
Ditinjau secara umum, maka hasil pengkajian pada tinjauan kasus tidak
jauh berbeda dengan pengkajian pada tinjauan teoritis. Pada tinjauan teoritis
dijumpai adanya nyeri dada, kelelahan dan keletihan. Pada tinjauan kasus hal-hal
stress lama, ansietas, khawatir, takut. Sedangkan pada tinjauan kasus tidak
(PJK) dalam hal ini diperlukan pemeriksaan diagnostik. Dimana pada tinjauan
kateterisasi jantung, scan jantung, sonogram. Pada tinjauan kasus juga dilakukan
52
53
pertama tidak ada anjuran dokter dan juga keterbatasan alat-alat fasilitas rumah
sakit.
B. Diagnosa keperawatan.
Adapun diagnosa yang terdapat pada tinjauan teoritis tetapi tidak terdapat
menurunnya laju filtrasi glumelulus. Diagnosa ini tidak timbul pada tinjauan
kasus karena kondisi tidak dengan hipertensi, peningkatan berat badan, dan pula
dengan iskhemia jaringan. Diagnosa ini tidak terdapat pada tinjauan teoritis tetapi
trdapat ditinjauan kasus, hal ini penulis menjumpai langsung keluhan dari klien
memakanan makanan yang disediakan dan tidak dihabiskan, sehingga berat badan
menurun dan nyerinya muncul ketika aktifitas hal ini juga dijumpai penulis sama
klien.
suplay oksigen. Ini terdapat pada tinjauan kasus dan juga terdapat di tinjauan
teoritis. Hal ini dilihat dari aktifitas klien sehari-hari selama perawatan. Dalam hal
kebutuhan klien dapat dipenuhi. Dan perencanaan yang ada pada tinjauan kasus
periksa tanda-tanda vital, berikan bantuan dalam aktifitas perawatan diri. namun
pada tinjauan kasus juga dilakukan perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis.
D. Pelaksanaan keperawatan.
dilihat dari perencanaan halaman sebelum-sebelumnya, dan hal hal sesuai dengan
E. Evaluasi.
klien. Hal ini dapat dilihat dengan ketiga masalah dapat teratasi. Dari hasil
evaluasi teratasi yaitu : nyeri dada, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
intoleransi aktifitas, dikarenakan klien patut apa yang sudah dibilang. Alternatif
rencana tidak lanjut dan diteruskan oleh keluarga cara yang telah diterapkan
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
organ jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala
yang dimiliki oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner
juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena
adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah tinggi
alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini
dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari faktor-
kerja.
5.2.Saran
55
56
http://teknologitinggi.wordpress.com/2008/10/24/mengenali-gejala-
penyakit-jantung-koroner-penyebab-kematian.
jantung.
Nenk. (2009). Serangan Jantung atau Heart Attack. Edisi 11 oktober 2009.
http://www.lenterabiru.com/2009/10/serangan-jantung-atau-heart-
attack.htm.
Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular
57
58
Jakarta.
Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with
data.