You are on page 1of 20

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH

PERENCANAAN DAN REORGANISASI USAHA PETERNAKAN SAPI


PERAH

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD GHAISAN 200110160275

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Illahi Robbi Allah SWT karena atas
nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Perencanaan dan Reorganisasi Usaha Peternakan Sapi Perah”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Ternak Perah serta
sebagai pembelajaran atau pedoman dalam pembuatan suatu makalah bagi
mahasiswa Fakultas Peternakan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Hermawan, MS.
selaku dosen pengajar Manajemen Ternak Perah yang telah memberikan arahan
dan masukan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penyusun
sangat membutuhkan kritik dan saran bagi para pembaca. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat kepada seluruh pembaca untuk mendapatkan wawasan baru bagi
pembaca.

Sumedang, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................... iii

I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1


1.2 Identifikasi Masalah................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................... 2

II PEMBAHASAN............................................................................. 3

2.1 Tatalaksana Usaha Sapi Perah.................................................... 3


2.1.1 Pemeliharaan Tingkat Produksi yang Layak dan
Menguntungkan................................................................ 3
2.1.2 Pengupayaan dan Penggunaan Fasilitas Kredit Secara
Efisien dan Menyeluruh..................................................... 4
2.2 Tenaga Kerja............................................................................... 5
2.2.1 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja.............................. 5
2.2.2 Perhitungan Pengalokasian Beban Kerja Yang Optimal.... 6
2.2.3 Penggunaan Tenaga Kerja Yang Efesien........................... 6

2.3 Pemasaran Usaha Peternakan Sapi Perah................................... 7


2.3.1 Langkah-Langkah Melakukan Efisiensi Biaya Produksi. . 11

III KESIMPULAN............................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 17

ii
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan dalam usaha peternakan sapi perah bergantung pada sejauh

mana perencanaan usaha tersebut direncanakan, diatur dan ditata dengan baik.

Selain dari perencanaan yang dibuat, dibutuhkan juga ilmu, kebijakan dalam

pengambilan keputusan dan pengalaman dari peternak itu sendiri. Perencanaan

harus berdasarkan tujuan dibangunnya usaha dan realistis.

Peternak harus mengetahui alasan mengapa ingin mendirikan perusahaan

peternakan sapi perah, memahami bagaimana tatalaksana dalam pemeliharaan

sapi perah sampai bias menghasilkan produk yang menguntungkan,

memperhitungkan besar kebutuhan atau modal yang akan digunakan dam

keuntungan yang akan didapatkan, dll. Sehingga usaha dapat berjalan dengan

baik, sekalipun di tengah perjalanan terdapat masalah, peternak dapat

menyelesaikan masalahnya dengan bijak dengan mengubah system yang lebih

baik lagi.

Melihat banyaknya ilmu yang harus dipelajari dan dipahami sehingga

dapat dipraktekan dengan baik, maka dalam makalah ini penulis berusaha

menjabarkan bagaimana perencanaan dan reorganisasi yang baik dalam usaha

peternakan sapi perah.

1.1 Rumusan Masalah

(1) Bagaimana tata laksana yang baik dalam usaha sapi perah.

(2) Bagaimana perencanaan tenaga kerja yang dalam usaha sapi perah.

(3) Bagaimana system pemasaran yang baik dalam usaha sapi perah.
1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui tata laksana yang baik dalam usaha sapi perah.

(2) Mengetahui perencanaan tenaga kerja yang baik dalam usaha sapi perah.

(3) Mengetahui system pemasaran yang baik dalam usaha sapi perah.
II

PEMBAHASAN

2.1 Tatalaksana Usaha Sapi Perah

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh usaha ternak

sapi perah skala kecil dan menengah. Menurut Ratnawati (2002) bahwa usaha

ternak sapi perah Indonesia memiliki komposisi peternak skala kecil (kurang dari

4 ekor sapi perah) mencapai 80%, peternak skala menengah (4 - 7 ekor sapi perah)

mencapai 17%, dan peternak skala besar (lebih dari 7 ekor sapi perah) sebanyak

3%. Dengan rata-rata pemilikan sapi sebanyak 3 -5 ekor per peternak, tingkat

efisiensi usahanya masih rendah. Jika skala kepemilikan ternak tersebut

ditingkatkan menjadi 7 ekor per peternak, maka diharapkan akan dapat

meningkatkan efisiensi usaha sekitar 30% (Swastika dkk, 2000)

Dari komposisi peternak tersebut, sumbangan terhadap jumlah produksi

susu segar dalam negeri adalah 64% oleh peternak skala kecil, 28% oleh peternak

skala menengah, dan 8% oleh peternak skala besar (Ratnawati,2002).

2.1.1 Pemeliharaan Tingkat Produksi yang Layak dan Menguntungkan


Tingkat pendapatan berkaitan dengan tingkat keuntungan optimal,

sehingga terkait dengan upaya pencapaian keuntungan yang optimal, maka kita

sebagai peternak harus memahami aspek-aspek teknis dan ekonomis produksi.

Tingkat efisiensi teknis produksi pada umumnya telah mampu dicapai oleh

peternak. Adapun pemeliharaan tingkat produksi yang dapat dilakukan antara lain:

(1) Memperhatikan kondisi sapi, baik itu kesehatan maupun produktifitas nya.

(2) Memperhatikan harga konsentrat dan hijauan, feed convention rate pun

harus di perhatikan.

(3) Memperhatikan kebutuhan nutrisi sapi harian.


(4) Memperhatikan upah tenaga kerja.

(5) Memperhitungkan lokasi yang ideal.

(6) Memperhatikan kebutuhan perkandangan dan kebutuhan obat-obatan

untuk sapi.

(7) Memperhatikan jumlah sapi produktif.

Dengan memperhatikan beberapa aspek diatas, kita sebenarnya sudah dapat

melakukan suatu usaha produksi yang layak dan menguntungkan.

2.1.2 Pengupayaan dan Penggunaan Fasilitas Kredit Secara Efisien dan

Menyeluruh

Kesanggupan para peternak dalam menyediakan jaminan bagi perolehan

kredit didominasi oleh ternak pada urutan pertama, sertifikat tanah atau surat

berharga, kendaraan bermotor, dan rumah tinggal pada urutan terakhir. Hal

tersebut cukup logis mengingat bahwa ternak sapi paling tinggi liabilitasnya,

dimana apabila peternak mengalami kesulitan finansial dalam membayar pokok

maupun bunga kredit maka ternak sapi yang dimiliki akan relatif lebih mudah

untuk dijual. Adapun fasilitas kredit yang efisien dan menyeluruh harus

memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

(1) Jangka waktu yang dipilih secara mayoritas oleh peternak adalah antara 1-

7 tahun (93,55%). Jangka waktu pengembalian di atas 7 tahun hanya

relatif sedikit (6,45%). Mayoritas pilihan (1-7 tahun) tersebut didasarkan

pada siklus suatu usaha ternak dan keinginan peternak untuk semakin

cepat menikmati hasil usaha ternaknya.

(2) Analisis cash flow menunjukkan bahwa payback period yang dihasilkan

adalah rata-rata 6 tahun sejak pinjaman diberikan. Nilai payback period


tersebut adalah berturut-turut sebagai berikut: 6,24 tahun (12%); 6,17

tahun (18%); 6,10 tahun (24%); dan 6,03 tahun (30%).

2.2 Tenaga Kerja

2.2.1 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja

Andrew E. Sikula mengemukakan bahwa “Perencanaan sumber daya

manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan

kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar

pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi” adapun dengan adanya

perencanaan tenaga kerja untuk peternakan sapi perah, maka usaha pertama yang

harus dilakukan adalah mengadakan inventarisasi tenaga kerja dalam hal-hal

sebagai berikut :

(1) Jumlah tenaga kerja yang ada

(2) Kualifikasi masing-masing tenaga kerja

(3) Lama waktu masing-masing tenaga kerja

(4) Kemampuan, pengetahuan dan pendidikan masing-masing tenaga kerja

(5) Potensi bakat masing-masing tenaga kerja

(6) Minat atau perhatian tenaga kerja

2.2.2 Perhitungan Pengalokasian Beban Kerja Yang Optimal

Perhitungan dan pengalokasian beban kerja optimal dapat menggunakan

metode Work Load Analysis (WLA), ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

efisiensi kerja berdasarkan total presentase beban kerja dari pekerjaan yang

diberikan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Perhitungan besarnya beban kerja dengan menggunakan rumus dibawah

ini :
Beban Kerja = (%Produktif x Perfomance Rating) x (1+Allowance)x Total Menit

Pengamatan

Total Menit Pengamatan

Beban Kerja = (%Produktif x ∑ menit pengamatan)x P x (1+L) x Y

Y x∑ menit pengamatan

Untuk penggunaan tenaga kerja yang efisien ada baiknya

menentukan fungsi dari maisng-masing pekerja dan harus sesuai dengan

kebutuhan pemeliharaan.

2.2.3 Penggunaan Tenaga Kerja Yang Efesien

Usaha peternakan sebagai bagian dari usaha pertanian mengalami

perkembangan yang cukup pesat untuk meningkatkan peranannya, terutama

kualitas surnber daya manusia yang digunakan. Tenaga keIja sebagai input dalam

usahatani memiliki dua fungsi yaitu: (1) Sebagai pekerja dan (2) Sebagai

pengelola seluruh input yang digunakan.

Faktor tenaga kerja di dalam usaha petemakan harus diperhitungkan,

karena biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah biaya

pakan yaitu 20-30 persen dari biaya produksi. Penggunaan tenaga kerja yang

efisien pada usaha petemakan sapi perah di Indonesia, yaitu seorang tenaga kerja

menangani enam sampai tujuh ekor sapi dewasa (6 -7 ST). Berdasarkan hal ini

maka makin tinggi efisiensi penggunaan tenaga kerja maka makin tinggi

pendapatan yang akan diterima (Sudono, 1999).

Menurut Soekartawi et al (1986}) anggapan yang biasa dipakai tanpa

memperhatikan kebiasaan bekerja adalah bahwa delapan jam kerja sarna dengan

satu hari kerja. Oleh karena itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam

kerja tenaga kerja pria dewasa atau hari kerja pria (HKP) dengan menggunakan
faktor konversi 0,8 HKP untuk wanita dan 0,5 HKP untuk anak-anak. Kelemahan

dari pendekatan ini adalah bahwa seorang pekerja wanita atau anak-anak dianggap

bekerja efektif seperti seorang pria. Widagdo (Rivianti, 1993) menyatakan bahwa

dalam satu tahun seseorang bersedia bekelja selama 300 hari kerja sedangkan

pada usaha petemakan yang digunakan untuk pemeliharaan temak adalah sekitar

50 persen dari waktu yang lazim dipergunakan untuk usaha pertaniannya. Hasil

penelitian Syaf (1993) menyatakan semakin tinggi urnur petemak maka curahan

jam kerja petemak pada usaha sapi perah akan semakin menurun. Semakin tinggi

pendidikan petemak maka curahan jam keljanya akan semakin besar, karena

apabila petemak mempunyai pendidikan yang cukup tinggi maka petemak

tersebut akan lebih mudah menerima dan mencoba metode-metode baru dalam

pemeliharaan temak seperti pemberian pakan hijauan unggul seperti Penniseturn

purpureurn, melakukan pencatatan produksi, dan inseminasi buatan.

2.3 Pemasaran Usaha Peternakan Sapi Perah

Saluran Pemasaran ( Marketing Channel ) adalah sekelompok organisasi

yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk atau jasa

yang disediakan untuk digunakan dan dikonsumsi. Perantara yang digunakan

untuk melakukan pemasaran ada 3 : Pedagang, Agen, dan Fasilitaor

(1) Pedagang : berhak menjual kembali barang dagangan. Contoh : pedagang

grosir dan pedagang eceran (ITC, Tanah Abang)

(1) Agen : Dapat bernegosiasi atas nama produsen, tetapi tidak berhak

memiliki atas barang tersebut. Contoh : broker (raywhite) , agen penjualan

(alfamart menjual tiket kereta) dan perwakilan produsen


(2) Fasilitator : membantu dalam distribusi tetapi tidak berhak atas barang dan

tidak menegosiasikan pembelian atau penjualan. Contoh : Perusahaan

transportasi, gudang independen, bank dan agen periklanan.

Pilihan saluran tergantung pada strategi pemasaran perusahaan dengan

memperhatikan segmentasi, penentuan target dan positioning. Ada 2 strategi

yaitu:

(1) Strategi dorong ( push strategy )

Menggunakan tenaga penjualan, uang promosi dagang, atau sarana lain

produsen untuk mendorong perantara membawa, mempromosikan, dan menjual

produk ke pengguna akhir.

Tepat digunakan bila loyalitas merek dalam suatu katagori rendah, pilihan merek

dilakukan di took, produk menjadi barang impuls, dan manfaat produk dipahami

dengan baik

(2) Strategi tarik ( pull strategy )

Produsen menggunakan iklan, promosi dan bentuk komunikasi lain untuk

menyakinkan konsumen agar meminta produk dari perantara sehingga mendorong

perantara memesan produk tersebut.

Tepat digunakan bila loyalitas merek tinggi dan keterlibatan yang tinggi

dalam katagori tersebut, konsumen mampu menerima perbadaan antar-merek, dan

konsumen sudah memilih merek sebelum pergi ke toko.

Rancangan Sistem Saluran Pemasaran :

(1) Menganalisis kebutuhan konsumen

(2) Menentukan tujuan saluran

(3) Mengidentifikasi saluran utama

(4) Mengevaluasi alternatif saluran utama


Memperluas pangsa pasar bisa dikatakan memperbesar bisnis.

Hal ini dikarenakan jika pangsa pasar meningkat, maka tentu

permintaan akan meningkat, kemudian jumlah produk yang dihasilkan

juga harus meningkat, termasuk juga tenaga produksi akan

meningkat.Terdapat 3 strategi dimana perusahaan ingin memperluas produk atau

pasarnya, yaitu:

(1) Strategi penetrasi pasar, dimana hal ini dilakukan dengan cara membanjiri

pasar dengan produk baru yang belum ada dipasaran, sehingga orang atau

pelanggan akan membeli produk tersebut.

(2) Strategi pengembangan pasar, ini dilakukan bilamana perusahaan mulai

mencari saluran baru atau wilayah baru untuk pasar produknya yang belum

tersentuh dari produk tersebut.

(3) Strategi pengembangan produk, strategi ini dilakukan bilamana perusahaan

telah melakukan dua strategi sebelumnya dimana produk sebelumnya

dilakukan diversifikasi atau penemuan turunan dari produk tersebut.

Podusen harus merancang dan mempertahankan mutu produk sesuai

dengan yang diharapkan konsumen perantara dan/atau konsumen akhir. Secara

umum untuk mempertahankan mutu dapat ditempuh upaya-upaya sebagai berikut:

(1) Pengadaan bahan baku. Baik bahan baku/mentah maupun

perkakas/peralatan harus direncanakan dan dikendalikan dengan baik. Aspek-

aspek penting yang perlu diperhatikan, yaitu (a) Persyaratan-persyaratan dan

perjanjian pengadaan bahan baku/mentah, (b) Pemilihan pemasok yang memiliki

kemampuan mengadakan bahan baku yang bermutu, (c) Kesepakatan tentang

jaminan mutu dengan pemasok, (d) Kesepakatan tentang metoda-metoda


verifikasi, (e) Penyelesaian perselisihan mutu, (f) Perencanaan dan pengendalian

pemeriksaan, dan (g) Catatan-catatan mutu penerimaan bahan baku (mentah).

(2) Pengendalian Proses Produksi. Pengendalian produksi dilakukan secara

terus menerus meliputi kegiatan antara lain: (a) Pengendalian mutu bahan baku

dengan inti kegiatan adalah sistem persediaan (inventory system), dengan tujuan

pengendalian kecacatan bahan baku , (b) Pengendalian dan pemeliharaan bahan

baku selama di gudang pemampungan dan peralatan, (c) Proses produksi secara

umum dan poduksi khusus, produksi khusus yaitu proses produksi yang kegiatan

pengendaliannya merupakan hal yang sangat penting terhadap mutu produk dan

(d) Pengendalian dan perubahan proses untuk meningkatkan mutu produk.

(3) Pengkemasan. Pengkemasan dilakukan dengan benar dan memenuhi

persyaratan teknis untuk kepentingan distribusi. Pengkemasan merupakan tahap

terakhir produksi sebelum didistribusikan. Pengemasan berfungsi sebagai: (a)

Memelihara keutuhan selama penyimpanan dan distribusi, (b) Melindungi produk

dari benturan, cuaca lingkungan dan manusia, (c) Mencegah kehilangan

komponen atau utuh selama pengangkutan dan distribusi.

(4) Penyimpanan dan Penanganan. Penyimpanan dan penanganan produk

bertujuan untuk mencegah kerusakan akibat getaran, pengaruh suhu, kelembaban,

sinar matahari dan sebagainya selama penanganan, pengangkutan, dan

penyampaian.

(5) Pemeriksaan dan Pengujian Selama Proses dan Produk Akhir. Tujuan

utama adalah untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan memenuhi

persyaratan sesuai dengan ketentuan/prosedur yang telah ditetapkan.

(6) Keamanan dan Tanggung Jawab produk. Karakteristik mutu dan keamanan

produk semakin hari semakin penting diperhatikan, karena banyak kasus yang
terjadi baik di dalam pelaksanaan, pengkemasan dan penyerahan kepada

penerima. Oleh karena itu perlu dikembangkan metode atau peraturan tentang

praktek proses produksi dan penyerahan kepada penerima yang baik.

Perusahaan besar atau kecil yang bergerak dibidang pengolahan atau

industri pasti melakukan proses dan atau mengolah bahan baku dan bahan

penunjang lainnya untuk dijadikan sebuah produk, dengan menggunakan bahan

baku, tenaga kerja , mesin-mesin, peralatan, perlengkapan, dan lain-lain.

Dalam setiap tahapan proses produksi memerukan biaya, terdapat

beberapa biaya yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan, seperti bahan baku,

bahan penolong, tenaga kerja, dan biaya-biaya produksi lainnya. Namun dalam

proses produksi, biaya yang digunakan sering kali lebih tinggi dari standar biaya

yang telah dianggarkan sebelumnya. Penyebab utama tingginya biaya produksi

antara lain pemborosan bahan baku dan penolong, pemborosan waktu kerja

diperusahaan, pemborosan dalam penggungaan mesin dan peralatan, pemborosan

dalam menggunakan modal kerja. Oleh karena itu perusahaan harus melakukan

efisiensi biaya supaya terhindarkan dari kelebihan biaya produksi.

2.3.1 Langkah-Langkah Melakukan Efisiensi Biaya Produksi

(1) Menimalkan Pemborosan Bahan Baku

Menimalkan pemborosan bahan baku dengan cara :

a) Pembelian bahan baku dengan teliti dan cermat.

Untuk meminimalkan biaya produksi bukan berati perusahaan harus

membeli bahan baku dengan harga murah namun tidak memperhatikan

kualitasnya, karena bahan baku yang tidak sesuai kualitasnya maka akan tidak

bisa digunakan sebagai bahan baku produksi, hal ini bisa menjadi pemborosan

pembelian bahan baku. Belilah bahan baku yang berkualitas baik, hal ini bisa
dilakukan dengan mencari suplier yang dapat memberikan bahan baku yang

berkualitas dengan harga yang sesuai, karena bahan baku yang berkualitas baik

akan menghasilkan produk yang berkualitas baik pula.

b) Kurangi pemborosan dengan cara yang terampil.

Dalam usaha sektor industri, keterampilan akan menghasilkan

penghematan, karena dengan keterampilan mengolah bahan baku dan bahan

penolong yang baik, akan menghindarkan dari rusaknya bahan bahan yang

digunakan.

Pekerja yang terampil untuk mengurangi kerusakan produk, hal ini akan

menjaga kestabilan perusahaan untuk menghasilkan poduk yang baik dan

berkualitas. Jika produk tidak berkualitas atau bahkan rusak maka perusahaan

akan mengalami kerugian, karena biaya produksi yang dikeluarkan akan sia-sia.

Pelatihan kepada pekerja yang dapat diaplikasikan dalam bekerja,

peralatan yang baik, suasana kerja yang kondusif, pembayaran upah yang lancar,

serta pengawasan yang cermat ketika proses produksi berlangsung akan

mengurangi kerusakan produk.

(1) Mengurangi biaya tenaga kerja

Mengurangi biaya tenaga kerja bukan berarti harus mengurangi jumlah

tengaga kerja, namun salah satu cara untuk meminimalkan biaya tenaga yaitu

dengan menghitung upah tenaga kerja berdasarkan waktu dalam menghasilkan

beberapa bagian ataupun produk tertentu, jangan sia-siakan waktu ketika produksi

mulai berjalan.

Hal-hal yang menyebabkan biaya tenaga kerja menjadi lebih tinggi antara

lain:
a) Penempatan mesin dan peralatan serta bahan tidak di tata dengan baik dan

tepat.

b) Suasana kerja yang kurang kondusif dan tempat kerja yang buruk yang

tidak memberikan kenyamanan bagi pekerja ketika proses produksi

berlangsung di perusahaan.

Seharusnya perusahaan melakukan pembenahan tata ruang kerja yang baik. Yakni,

dengan menempatkan, mesin-mesin, peralatan, penyimpanan bahan baku dan

penolong dan lain lain dengan baik dan tepat, agar dapat berhubungan antara datu

dengan yang lain, sehingga memudahkan beraktivitas. Dengan alur yang sesuai

akan memudahkan penangannya dalam tahapan proses produksi. Tata letak yang

tidak tepat akan mengakibatkan penanganan dalam produksi menjadi panjang, hal

ini juga yang mengakibatkan biaya tinggi karena terjadi pemborosan waktu.

Ketidak nyamanan akan menigkatkan stress ketika terjadi permasalahan.

Maka buatlah jalan-jalan ditempat produksi tenang dan rapi, karena kerapian

menghemat waktu. Suasana yang teratur membuat nyaman anda dan pekerja

mengendalikan lebih produktif.

(2) Gunakan mesin dan peralatan dengan benar

Pada banyak kasus, terkadang mesin berhenti lebih banyak dibandingkan

dengan waktu pemakaian karena pengambilan bahan baku yang lama dari tempat

penyimpanan, pekerja lain yang belum selesai ketika pekerja lain telah selesai

dengan pekerjaannya sehingga pekerja dan mesin saling mengganggu. Apalagi

ketika mesin mesin macet dan rusak dikarenakan jarang dilakukan perawatan.

Sebaiknya, sebelum memulai pekerjaan, pastikan bahwa mesin dapat bekerja

dengan baik dan pekerja benar benar telah mengetahui cara menggunakannya.
Hal-hal yang mesti diperhatikan dalam penggunaan mesin dan peralatan

produksi:

a) Pemeliharaan mesin dan peralatan

Lakukan pemeliharaan mesin dan peralatan secara rutin pastikan bahwa

mesin dan peralatan selalu dalam keadaan baik karena melakukan pemeliharaan

dengan baik juga dapat menjaga kestabilan kapasitas produksi

b) Pahami proses produksi.

Dengan memahami proses produksi maka perusahaan akan mengatur tata

letak di tempat kerja dengan baik

c) Menjaga keselamatan kerja

Perusahaan bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja, keamanan

kerja bukan hanya mencegah kecelakaan, tetapi juga terhadap buruknya kondisi

tempat kerja perusahaan yang tidak sesuai dengan standar keselamatan kerja,

sehingga risiko kecelakaan mudah terjadi.

(3) Mengurangi Pemborosan dalam Penggunaan Modal Kerja

Bahan baku yang perusahaan beli harus cepat diproduksi dan dijadikan

produk siap jual secepat mungkin. Semakin cepat produk terjual semakin cepat

anda mendapat keuntungan dan semakin cepat uang ( modal kerja ) meningkat

sehingga mampu untuk memproduksi kembali.

(4) Hindari menyimpan persediaan

Jika hal ini terjadi, akan banyak sekali modal kerja yang tertahan. Aturlah

produksi dengan baik, dengan cara tertentu yang memugnkinkan proses produksi

berlangsung secara efektif dan efisien.

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, maka perusahaan

melakukan produksi dengan biaya yang minimal (relative, tergantung produk dan
segmen pasar), dan perusahaan dapat menjual produk tersebut dengan harga yang

tepat. Dengan efisiensi perusahaan juga akan mendapatkan beberapa hal antara

lain: bertambahnya konsumen yang membeli produk, karena perusahaan dapat

menetapkan harga produk yang tepat, kemampuan bersaing dengan perusahaan

lain yang dimiliki produk yang sejenis, laba yang lebih besar karena dapat

menekan biaya dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.


III

KESIMPULAN

(1) Tatalaksana usaha yang baik dalam usaha sapi perah perlu memahami

aspek-aspek teknis, ekonomi produksi sehingga dapat menghasilkan

keuntungan yang optimal. Hal yang perlu diperhatikan yaitu kondisi sapi,

kebutuhan hijauan dan konsentrat serta nutrisinya, upah tenaga kerja,

lokasi yang ideal, dll. Selain itu juga harus bisa mempertimbangkan

penggunaan fasilitas kredit yang efisien dan menyeluruh.

(2) Perencanaan tenaga kerja yang baik dalam usaha sapi perah yaitu

mengadakan inventaris tenaga kerja dalam hal jumlah tenaga kerja yang

ada, kualifikasi masing-masing tenaga kerja, lama waktu masing-masing

tenaga kerja, kemampuan pengetahuan dan pendidikan masing-masing

tenaga kerja, potensi bakat masing-masing tenaga kerja, dan minat atau

perhatian tenaga kerja. Lalu, menghitung alokasi beban kerja yang

optimal.

(3) Dalam system pemasaran yang baik dalam berusaha perlu memperhatikan
segmentasi, penentuan target dan positioning. Selain itu terdapat 3 strategi

dimana perusahaan ingin memperluas produk atas pasarnya yaitu, strategi

penetrasi pasar, strategi pengembangan pasar, dan strategi pengembangan

produk.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Trisbintoro. 2013. Konsultasi UMKM, Manajemen dan Permodalan


(Efisiensi Biaya Produksi) . Diunduh secara berkala:
http://kadinbandung.org/dialog/qna/6/53 (25November 2018)

https://studylibid.com/doc/293675/strategi-perluasan-pemasaran-produk (diakses
25 nov 018)

https://www.academia.edu/12117554/SALURAN_PEMASARAN

Ratnawati, Novita. 2002. Kajian Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha


Peternakan Sapi dan Kambing Perah di Pesantren Darul Falah, Ciampea,
Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Swastika, D. K. S. et al. 2000. Dampak Krisis Ekonomi terhadap Prospek


Pengembangan Peternakan Sapi Perah. Laporan Penelitian. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor.

You might also like