You are on page 1of 6

ARTIKEL HAND SANITIZER

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT

Disusun Oleh:
Nama : Sayyidatul Mu’ayyinah
NIM : 161710101062
Kelompok/Kelas : 4 / THP B

Asisten: 1. Rina Kartika Wati 082340144468


2. Lutfi Putri Yusviani 082346057858
3. Dwi Cahya Putra 081217280695
4. Seno Dwi Pratama P 082233842560

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
HAND SANITIZER

1. Pengertian Hand Sanitizer


Hand Sanitizer merupakan gel pembersih tangan yang memiliki sebagai
antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri (Retnosari dan
Isadiartuti 2006). Banyak dari gel ini berasal dari bahan beralkohol atau etanol
yang dicampurkan bersama dengan bahan pengental, misal karbomer, gliserin,
dan menjadikannya serupa jelly, gel, atau busa untuk memudahkan penggunaan
dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Gel pembersih
tangan atau hand sanitizer ini juga dikenal dengan detergen sintetik cair pembersih
tangan yang merupakan sediaan pembersih yang dibuat dari bahan aktif detergen
sintetik dengan atau tanpa penambahan zat lain yang tidak menimbulkan iritasi
pada kulit (SNI, 1992). Di Negara berkembang, detergen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai bahan kebersihan. Di Indonesia, syarat mutu
detergen sintetik cair pembersih tangan diatur berdasarkan SNI-06-2588-1992
yang dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut ini.

Tabel 1. Standar Mutu Detergen Sintetik Pembersih Tangan


No. Jenis Uji Persyaratan

1. Kadar zat aktif Min 5.0%


2. pH 4,5 – 8,0
3 3. Emulsi cairan Stabil
4. Zat tambahan Sesuai peraturan yang berlaku

Efektivitas hand sanitizer ini dipengaruhi oleh faktor fisik kimia seperti
waktu kontak, suhu, konsentrasi, pH, kebersihan peralatan, kesadahan air, dan
serangan bakteri (Marriot, 1999). Sanitizer yang ideal menurut Marriot (1999),
harus memiliki beberapa hal seperti dibawah ini :
1. Memiliki sifat menghancurkan mikroba, aktivitas spektrum melawan fase
vegetatif bakteri, kapang, dan khamir.
2. Tahan terhadap lingkungan (efektif pada lingkungan yang mengandung bahan
organik, deterjen, sisa sabun, kesadahan air, dan perbedaan pH).
3. Mampu membersihkan dengan baik.
4. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
5. Larut dalam air dalam berbagai konsentrasi.
6. Bau dapat diterima.
7. Konsentrasi stabil.
8. Mudah digunakan.
9. Tidak mahal.
10. Mudah pengukurannya jika digunakan dalam larutan.
Berdasarkan penelitian The Centers for Disease Control and Prevention
(CDC), hand sanitizer dengan kandungan alkohol diatas 60% dapat berfungsi
sebagai antibakteri maupun antivirus. Walaupun tidak dapat membunuh seluruh
jenis bakteri dan virus. Mekanisme kerja dari hand sanitizer, bahan kimia yang
mematikan bakteri disebut dengan bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang
menghambat pertumbuhan disebut bakteriostatik. Bahan antimikrobial dapat
bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada
konsentrasi tinggi. Dalam menghambat aktivitas mikroba, alkohol 50-70%
berperan sebagai pendenaturasi dan pengkoagulasi protein, denaturasi dan
koagulasi protein akan merusak enzim sehingga mikroba tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dan akhirnya aktivitasnya terhenti. (CDC, 2009).

2. Pembuatan Hand sanitizer


Dalam pembuatan hand sanitizer terlebih dahulu menyiapkan bahan dan
alat yang akan digunakan. Berikut ini merupakan cara pembuatan hand sanitizer :
a. Memasukan 0,3 gram carbomer dan 50 ml aquadest dalam gelas beaker sambil
dipanaskan pada suhu 80oC dan diaduk dengan kecepatan 1160 rpm selama
30 mneit hingga carbomer larut sempurna.
b. Menurunkan suhu larutan dalam gelas beaker sampai 30 oC, kemudian
menambahkan TEA 0,15 ml dan diaduk dengan kecepatan 1160 rpm selama
15 menit hingga terbentuk gel yang bening.
c. Menambahkan gliserol 3 ml, propilen glikol 4 ml, nipagin 0,02 gram serta
34,42 ml dan diaduk selama 15 menit pada suhu 30 oC.
d. Memasukan ekstrak 8 ml kedalam gelas beaker kemudian diaduk selama 20
menit hingga homogen.
e. Menambahkan 0,1 ml pewangi dan 0,05 ml pewarna ke dalam hand sanitizer.
f. Mengambil sampel hand sanitizer sebanyak 10 ml untuk dianalisa.
g. Pengemasan produk yang telah memenuhi spesifikasi.

3. Penjelasan bahan-bahan yang digunakan


Teh hijau memiliki kandungan kimia berupa polifenol (katekin), tannin,
flavonoid, dan metilxantin (kafein, theofilin, dan theobromine). Teh mengandung
banyak senyawa bioaktif yang sepertiganya berupa polifenol. Polifenol dapat
berupa flavonoid atau non-flavonoid, namun kebanyakan polifenol yang
dikandung teh berupa flavonoid. Polifenol pada teh berupa katekin dan flavanol.
Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam
tubuh dan dapat mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh. (Spillane,
1992).
Carbopol 940 lebih dikenal dengan nama carboner 940. Secara kimia,
carbopol ini merupakan polimer sintetik dari asam akrilat dengan bobot molekul
tinggi. Carbopol berbentuk serbuk, berwarna putih dan higroskopik. Carboner 940
memiliki viskositas antara 40.000-60.000 (cP) digunakan sebagai bahan pengental
yang baik, viskositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening (Rowe Sheskey,
2009).
Trietanolamin dapat digunakan sebagai zat pembasa dan zat pengemulsi.
Trietanolamin secara luas digunakan dalam sediaan topikal karena dapat
membentuk emulsi. TEA juga digunakan pada pembentukan garam untuk sediaan
injeksi dan preparat topical analgesic. TEA adalah campuran trietanolamina,
dietanolamina, dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99% dan
tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai TEA
N(𝐶2 𝐻4 𝑂𝐻)3 . Fungsinya sebagai zat tambahan dan membantu stabilitas gel
dengan basis carbopol (Rowe et.al, 2003).
Metilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
101,0% 𝐶8 𝐻8 𝑂3. Digunakan sebagai zat tambahan, zat pengawet. Kelarutan: larut
dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol
(95%) dan dalam 3 bagian aseton; mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali
hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Penggunaan
metilparaben antara 0,02-0,3 % (Rowe et.al, 2003).
Propil paraben digunakan secara luas sebagai antimikroba dalam kosmetik,
produk makanan, dan formulasi farmaseutikal lainnya. Penggunaan propil paraben
dengan metil paraben digunakan sebagai pengawet pada berbagai sediaan
parental. Propil paraben berbentuk kristal, berwarna putih, tidak berbau, dan
serbuk yang tidak berasa (Rowe et al, 2003). Propilenglikol banyak digunakan
sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan sediaan farmasi dan kosmetik,
khususnya zat-zat yang tidak stabil atau tidak dapat larut dalam air. Propilglikol
adalah cairan bening, tidak berwarna, kental, dan hamper tidak berbau.
Propilglikol juga digunakan sebagai penghambat pertumbuhan jamur (Loden,
2009).
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. (1992). Mutu dan Cara Uji Sintetik Pembersih
Tangan. SNI 01-2902-1992. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional.

Centers for Disease Control and Prevention. 2009. Stroke Facts and Statistics:
Division for Heart Disease and Stroke Prevention. London: Publisher-
Science and Practice Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. Hal.
181-185, 453-455.

Loden, M. 2009. Hydrating Substance In Handbook of Cosmetic Science and


Technology 3rd Edition. 107. New York: Informa Healthcare USA.

Marriott, N. G. 1999. Principles of Food Sanitation 4th ed. Gaithersburg,


Maryland: AN Aspen Publication.

Retnosari, Dewi Isadiartuti. 2006. Studi efektivitas sediaan gel antiseptik tangan
ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.). Majalah Farmasi Indonesia, 17(4),
163-169

Rowe, R, C., Sheskey, P.J., dan Weller, P.J. 2003. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Edisi IV. London: Publisher-Science and Practice Royal
Pharmaceutical Society of Great Britain. Hal. 181-185, 453-455.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J. dan Quinn M.E. 2009. (eds.) Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Edition. Minneapolis. Pharmaceutical
Press.

Spillane, J.J. 1992. Komoditi Teh Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

You might also like