Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Juwartiningsih
N520184261
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa, nyeri adalah suatu
perasaan atau kondisi yang tidak nyaman dan bersifat subyektif sehingga hanya
individu yang mengalami yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi nyeri yang
dialami, di mana nyeri umumnya diakibatkan oleh terjadinya rangsangan fisik
maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik,
fisiologis, dan emosional.
B. Etiologi
1. Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri (Asmadi, 2006, hlm.142; Hidayat,
2006, hlm.214):
a. Trauma, baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik. Trauma
mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas menglami
kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. Trauma termis
menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas dan dingin. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat
asam atau basa yang kuat. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri
karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
b. Gangguan pada jaringan tubuh, misal karena edema yang berakibat
penekanan pada reseptor nyeri.
c. Tumor, dapat juga menekan reseptor nyeri.
d. Iskemia pada jaringan, misal terjadi blokade pada arteria koronaria yang
menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
e. Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
f. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.
Bentuk nyeri terdiri dari (Mubarak & Chayatin, 2005, hlm. 208-209):
1. Nyeri akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari 6 bulan. Awitan gejalanya
mendadak, penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai
dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya
meningkatkan persepsi nyeri, periode pemulihan dapat diperkirakan.
2. Nyeri kronis
Nyeri ini biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan, penyebab bisa diketahui
atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat
disembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebih dalam sehingga
penderita sukar untuk menunjukkan lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara
lain penderita menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami insomnia, di
samping itu dapat pula menganggu fungsi tubuh.
D. Patofisiologi
Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum
sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga
derajat mana nyeri tersebut menganggu, dipengaruhi oleh interaksi antara sistem
algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta intepretasi stimulus (Mubarak &
Chayatin, 2005, hlm. 204).
Sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer yang bertugas mendeteksi
kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri,
dan tekanan. Reseptor yang bertugas merambatkan sensasi nyeri disebut
nosiseptor. Reseptor nyeri tersebut dapat dirangsang oleh stimulus mekanis,
suhu, atau kimiawi. Proses fisiologi terkait nyeri disebut nosisepsi. Nosisepsi
terdiri dari empat fase (Mubarak & Chayatin, 2005, hlm. 204-205):
1. Tranduksi
Pada fase ini, stimulus atau rangsangan (misal bahan kimia, suhu, listrik, atau
mekanis) memicu pelepasan mediator biokimia (misal prostaglandin,
bradikinin, histamin, substansi P) yang mensensitisasi nosiseptor.
2. Transmisi
Nyeri yang telah ditranduksikan, merambat dari serabut saraf perifer ke
medula spinalis oleh dua serabut nosiseptor yaitu serabut C (yang
mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan) dan serabut A-Delta (yang
mentransmisikan nyeri tajam dan terlokalisasi). Dari medula spinalis stimulus
nyeri ditransmisikan ke batang otak dan talamus melalui jaras spinotalamikus
(spinotalamic tract/SST) yang membawa informasi menegnai sifat dan lokasi
stimulus ke talamus. Selanjutnya, sinyal tersebut ditransmisikan ke korteks
sensorik somatik-tempat nyeri dipersepsikan.
3. Persepsi
Pada fase ini, individu menyadari adanya nyeri. Persepsi nyeri tersebut
tampaknya terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan munculnya
berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik dan
afektif nyeri (McCaffery & Pasero, 1999).
4. Modulasi
Fase ini disebut juga sistem desenden, di mana neuron di batang otak
mengirim sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden tersebut
melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan
menghambat impuls asenden yang membahayakan di bagian dorsal medula
spinalis.
Pengalaman nyeri individu dipengaruhi oleh beberapa, antara lain (Mubarak &
Chayatin, 2005, hlm.205-207):
1. Makna nyeri
Nyeri memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang, bahkan pada orang
yang sama tetapi pada waktu yang berbeda.umumnya mausia memandang
nyeri sebagai pengalaman yang negati, walapun juga memiliki aspek positif.
Beberapa makna nyeri antara lain berbahaya/merusak, menunjukkan adanya
komplikasi (misal infeksi), memerlukan penyembuhan, menyebabkan
ketidakmampuan, merupakan hukuman akibat dosa, merupakan sesuatu
yang harus ditoleransi. Faktor yang mempengaruhi makna nyeri antara lain:
usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, pengalaman
nyeri sekarang dan masa lalu.
2. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri dalam hal ini bersifat obyektif, sangat kompleks, dan
dipengaruhi faktor-faktor yang memicu stimulus nosiseptor dan transmisi
impuls nosiseptor seperti daya reseptif dan intepretasi lokal. Persepsi nyeri
bisa berkurang ate hilang pada periode stres berat atau dalam keadaan
emosi. Kerusakan pada ujung saraf dapat memblok nyeri dari sumbernya.
Sebagai contoh penderita luka bakar derajat III tidak akan merasakan nyeri
walaupun cederanya sangat hebat karena ujung-ujung sarafnya telah rusak.
2. Nyeri kronik
a. Umumnya tanda vital dalam batas normal.
b. Kulit kering, hangat.
c. Pupil bisa normal maupun dilatasi.
d. Nyeri yang dirasakan terus berlanjut setelah penyembuhan.
e. Klien tampak depresi dan menarik diri.
f. Klien sering kali tidak menyebutkan rasa nyeri kecuali ditanya.
g. Perilaku nyeri seringkali tidak muncul.
F. Penatalaksanaan
Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri
antara lain sebagai berikut (Asmadi, 2006, hlm.149-153; Hidayat, 2006, hlm.221-
222).
1. Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Beberapa teknik
distraksi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Bernapas lambat dan berirama secara teratur.
b. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya.
c. Mendengarkan musik.
d. Mendorong klien untuk mengkhayal (guided imagery) yaitu melakukan
bimbingan yang baik kepada klien untuk mengkhayal.
e. Pijatan (massage). Beberapa teknik pijatan:
1) Remasan, yaitu mengusap otot bahu secara bersama.
2) Selang-seling tangan yaitu memijat punggung dengan tekanan
pendek, cepat, dan bergantian tangan.
3) Gesekan, yaitu nenijat punggung dengan kedua ibu jari, gerakannya
memutar sepanjang tulang punggung dari sakrum ke bahu.
4) Eflurasi, yaitu memijat punggung dengan kedua tangan, tekanan lebih
halus dengan gerakan ke atas untuk membantu aliran balik vena.
5) Petriasi, yaitu menekan punggung secara horisonta dengan gerakan
seperti meremas.
6) Teknik menyikat yaitu menekan punggung dengan ujung-ujung jari
untuk mengakhiri pijatan.
2. Relaksasi
Relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat
dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk di kursi.
Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik ini adalah klien dalam
posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan
yang tenang.
3. Hipnotis
Hipnotis adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar
diri yang dicapai melalui gagasan-gagasan yang disampaikan oleh
pehipnotis.
4. Obat analgesik
Analgesik mengurangi persepsi seseorang tentang nyeri, terutama lewat daya
kerjanya atas sistem saraf sentral dan mengubah respon seseorang terhadap
rasa sakit. Analgesik bekerja dengan cara mengganggu atau memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi
kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesik ada yang berupa narkotik dan non-
narkotik. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan
menimbukan depresi pada fungsi vital, seperti respirasi. Jenis bukan
narkotika yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin,
asetaminofen, dan bahan antiinflamasi non steroid.
Tabel I.F.1. Jenis Obat Analgetik Narkotika
Lam
Cara
Nama Nama Seranga Punca a
Dosis pembe
generik dagang n k khasi
-rian
at
Morphin - 5-20 mg SC, IM 5-10 60 4-6
sulfat per 3-4 menit menit jam
jam
15-60
Codein - mg per SC, 5-30 30-60 3-4
sulfat 3-4 jam PO menit menit jam
2-4 mg
per 4-6
Hydromorp Dilaudid jam 5-15 1 jam 4-6
hon 50-150 IV,IM, menit jam
hydroclorid mg per SC,PO
e 3-4 jam
Meperidine Demeral 2,5-10 10-15 30-60 2-4
hydroclorid mg per IV,IM, menit menit jam
e 3-4 jam SC,PO
50-100
mg per
Methadone Dolophin 3-4 jam 10 1-2 4-6
e IM,SC, menit jam jam
PO
Pentazocin
e Talwin PO
b. Intensitas nyeri/severity/scale
Skala nyeri menurut McGill (McGill Scale) mengukur intensitas nyeri
dengan menggunakan lima angka, yaitu 0 = tidak nyeri, 1 = nyeri ringan, 2
= nyeri sedang, 3 = nyeri berat, 4 = nyeri sangat berat, dan 5 = nyeri
hebat.
Sedangkan skala nyeri menurut Hayward tertera dalam tabel di bawah ini.
Tabel II.A.1
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih bisa
dikontrol dengan aktivitas yang
biasa dilakukan
10 Nyeri tidak tertahankan
Selain kedua skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker
Faces rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu
menyatakan intensitas nyerinya melalui angka. Ini termasuk anak-anak
yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang
mengalami gangguan kognisi dan komunikasi.
0 1 2 3 4 5
Tidak Sedikit Sedikit Lebih Sangat Paling
sakit sakit lebih sakit sakit sakit
sakit
c. Kualitas nyeri/quality
Terkadang nyeri bisa dirasakan seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-
tusuk”. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk
menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat
berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan tindakan
yang diambil.
d. Pola nyeri
Pola nyeri meliputi awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
e. Faktor presipitasi
Perawat mengkaji segala hal dari pasien yang dapat memicu timbulnya
nyeri (misal aktivitas/lingkungan).
h. Sumber koping
Perawat mengkaji strategi koping yang digunakan untuk mengatasi nyeri
secara individual.
i. Respon afektif
Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi,
atau perasaan gagal pada diri klien.
Stimulus dipersepsikan
A. Pengkajian
Nama pasien : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia dan Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tanggas
Alamat rumah : Jl. KU 49 Rt5/12 Smg
Nama penanggung jawab : Tn. S
Alamat : Jl. KU 49 Rt5/12 Smg
Hubungan dengan pasien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Data Medik dikirim oleh : TPPRJ
2. Keluhan Utama : Nyeri perut sebelah kiri
3. Riwayat kesehatan Sekarang
Pada tanggal 22 September 2011 pasien datang ke RS Telogorejo untuk
mengikuti program HD rutin 2x seminggu, setelah melakukan HD pasien
mengeluhkan perutnya sakit dan mual lalu disarankan dokter HD untuk opname
saja agar mendapatkan perawatan yang maksimal, jadi pasien langsung
dipesankan kamar lalu dirawat inap di ruang Cempaka II kiri hari itu juga,
kemudian dokter meminta pasien untuk di USG. Hasil USG hanya menjelaskan
ginjal pasien atropi, kemudian pasien mendapatkan terapi infus RL 10tpm,
inpepsa syrp 1 cup, nexium tab. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan USG lagi
(24/9) didapatkan hasil adanya gambaran tumor komplex adnexa dextra dan hasil
lab Ca 125 : 8,99 U/ml. Lalu tgl 26 diminta untuk mengikuti program HD langsung
dari ruangan ke RU RS.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien memiliki riwayat CKD dan rutin mengikuti HD 2x seminggu.d
5. Riwayat keseahatan keluarga
Keluarga memiliki riwayat yang sama yaitu CKD dan ada yang sudah meninggal
karena CKD.
6. Diagnosa Medik: CKD
7. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
C. Keadaan Umum
1. Kesadaran : composmentis E:4V:5M:6
2. TTV
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36ºC (axillar)
Nadi : 80 x/menit (radialis)
Pernafasan : 20x/menit (pernapasan dada)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan rambut
Rambut keringdan tidak rontok, tidak ada lesi dan bekas luka pada kulit kepala.
b. Mata
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pasien memiliki mata silinder dan
plus.
c. Hidung
Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak terpasang alat bantu napas, tidak
teraba adanya nyeri tekan pada area sinus, fungsi penghidu baik.
d. Telinga
Tidak ada serumen, dapat mendengarkan dengan baik pada jarak 2 meter.
e. Mulut
Tidak ada stomatitis, bibir lembab, rongga mulut tampak bersih, gigi sudah
ada yang tanggal.
f. Leher
Tidak ada nyeri telan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g. Dada
1) Paru
Inspeksii : bentuk dada simetris, irama pernapasan teratur, RR
20x/menit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus teraba dan
pengembangan paru sama pada area paru kanan dengan
kiri.
Perkusi : suara sonor.
Auskultasi : suara vesikuler pada semua area paru.
2) Jantung
Inspeksi : bentuk prekordium luar tidak tampak pembesaran, ictus
cordis tidak tampak.
Palpasi : ichtus cordis tidak traba.
Perkusi : suara pekak.
Auskultasi : BJ I-II terdengar jelas dan suara lup dup terdengar jelas
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar,dan supel
Aukultasi : bising usus 18 x/menit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kuadran kedua abdomen.
Perkusi : bunyi timpani
i. Ekstremitas
Atas : tangan kiri terpasang infus RL 10 tetes/menit, kekuatan otot
penuh.
Bawah : kekuatan otot penuh dan tidak ada edema.
j. Genital
Pasien menstruasi.
k. Kulit
Kering, tidak ada lsi, turgor elaastis kulit baik.
3. Pola eliminasi
Di rumah : Pasien mengatakan selama di rumah tidak mengalami masalah
dalam BAK maupun BAB, BAB 1x/hari, BAK ± 4-5x/hari.
Di RS : Pasien mengatakan selama di RS tidak merasakan adanya
gangguan BAB maupun BAK, dengan pelan-pelan, pasien berjalan
sendiri ke kamar mandi untuk BAB, frekuensinya sama saat seperti
di rumah yaitu rutin BAB 1x/hari, dan BAK 4-5x/hari (<600cc)..
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil USG
(22/9) Kesan : - Atropi kedua ginjal, penyakit ginjalkronis duplex
- Tidak tampak batu
(24/9) Kesan : - Gambaran kista nabothi
- Gambaran small fibroid uteri
- Gambaran tumor komplex adnexa dextra (6,4 cm x 6,8 cm)
2. Hasil Laboratorium
(24/9) Tumor marekr : Ca 125 -- 8,99 U/ml (N : <35)
Laju endap darah : 25 mm/jam (N : 0-20)
(26/9) Kimia klinik :
Paket HD
Ureum : 85,6 mg/dl (N : 12,84 – 42,8)
Creatinin : 12,8 mg/dl (N : 0,4 – 1,1)
Ureum (Post HD) : 34,9 mg/dl (N : 12,84 – 42,8)
Creatinin (Post HD) : 5,6 mg/dl (N : 12,84 – 42,8)
H. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 Ds: Inflamasi tumor Nyeri akut.
Pasien mengatakan nyeri perut
sebelah kiri
Do:
- P : Nyeri terus menerus
Q :menjalar seperti diremas-
remas
R : di perut sebelah kiri
S : Nyeri pada punggung
bawah skala 6
T : datangnya tak menentu
- Hasil Tumor marekr :
Ca 125 -- 8,99 U/ml
- Gambaran tumor komplex
adnexa dextra (6,4 cmx 6,8
cm)
H. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
I. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Dx : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi tumor
P : Nyeri terus
menerus
Q :menjalar seperti
diremas-remas
R : di perut sebelah
kiri
S : skala 5
14.05 T : datangnya. tak Nuril
Mengajarkan kompres menentu
hangat
Ds: pasien
mengatakan
merasa nyaman.
16.00 Do: rasa nyeri Nuril
Mengukur tanda vital
pasien. tersamarkan.
Ds: Pasien
mengatakan nyeri
perut sebelah kiri Do:
20.00 TD: 160/90 mmHg, Nuril
Meminta ps beristirahat nadi 80x/menit, suhu
dan tetap memakai 36°C, RR 20x/menit
kompres hangat. Ada nyeri tekan di
kuadran II (kiri atas)
Ds: Pasien
mengatakan nyeri
perut sebelah kiri
Do:
P : Nyeri terus
10.00 menerus Nuril
Mengukur tanda vital Q :menjalar seperti
pasien. diremas-remas
R : di perut sebelah
kiri
S : skala 5
T : datangnya. tak
menentu
Ds: pasien
mengatakan
merasa nyaman.
Do: rasa nyeri
tersamarkan.
K. Catatan Perkembangan
Hari,
Waktu Evaluasi TTD
tanggal
Senin, 26 21.15 SOAP PULANG Nuril
September S : pasien mengatakan nyeri perut sebelah kiri
2011 Do:
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada tanggal 26 September 2011 jam 20.45 WIB, dilakukan pengkajian pada Ny. S
sertelah itu mengikuti program HD dan didapatkan data subyektif bahwa pasien
mengeluh nyeri pada nyeri perut sebelah kiri . Nyeri yang dirasakan terus
menerusmenjalar seperti diremas-remas di perut sebelah kiri dengan skala 6 datangnya
tak menentu. Tanda – tanda vital dalam batas normal, Tekanan darah: 160/90 mmHg,
Nadi : 80 x/menit, Suhu : 360C, Pernapasan : 20 x/menit.
Menurut Asmadi (2008) bahwa nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan
baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita
sehingga terganggu aktivitas sehari – hari dan psikis. Pada kasus Ny. S, pasien
merasakan bahwa aktivitasnya sedikit terganggu, namun tidak semua orang yang
merasakan nyeri mengalami gangguan pada psikis mereka. Mungkin mekanisme
koping juga ikut berperan. Seperti pada Ny. S dia merasakan nyeri pada skala 6,
karena pasien merasa cemas dengan penyakitny yang dirasakan secara berlebihan.
Nyeri yang dirasakan oleh Ny. S adalah nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik yang
berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf terletak dan
tersebar pada lapisan kulit dan pada berbagai jaringan, dimana trauma mekanik
menimbulkan rasa nyeri akibat ujung – ujung saraf mengalami kerusakan akibat
gesekan. Sehingga terjadi perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang
otak dan talamus. Nyeri akut yang dialami Ny. S pada awal terjadinya nyeri akut, sistem
saraf simpatis terstimulasi mengakibatkan peningkatan tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi napas, pucat, dilatasi pupil. Saat tubuh tidak dapat menahan peningkatan
fungsi simpatis dalam jangka waktu lama dan untuk itu sistem saraf simpatis
beradaptasi sehingga respon fisiologis kurang tampak atau bahkan tidak tampak
(Kozier, et al.,2009). Pada penatalaksanaan nyeri Tn Y yaitu mengajarkan pasien
tentang relaksasi kompres hangat. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik
dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi kompres hangat memberikan individu
kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri.
Intervensi yang diberikan Tn Y adalah observasi nyeri secara komprehensif yaitu
pengkajian P, Q, R, S, T, memberi kesempatan untuk istirahat siang, ajarkan metode
distraksi selama nyeri akut mis (kompres hangat bernafas dengan teratur, menonton
TV), anjurkan pasien bveristirahat sesuai dengan kebutuhan pasien dan kolaborasi
berikan pereda nyeri yang optimal dengan anlgetik.
Implementasi yang dapat diberikan oleh perawat yaitu dalam mengurangi rasa nyeri
dan memotivasi pasien untuk tetap yakin bahwa penyakitnya akan sembuh. Intervensi
yang sudah diberikan antara lain menganjurkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi kompres hangat, mengukur tanda – tanda vital, kolaborasi dalam pemberian
analgesik.
Selama pasien dirawat selama 3hari, didapatkan kesimpulan bahwa nyeri yang
dirasakan pasien berkurang namun belum sampai dengan hilang, dan dapat
beraktivitas secara mandiri meskipun dengan pelan – pelan.
Implementasi yang dapat diberikan oleh perawat yaitu fokus dalam mengurangi rasa
nyeri dan memotivasi pasien untuk tetap yakin bahwa penyakitnya akan sembuh.
Intervensi yang sudah diberikan antara lain, menganjuurkan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi napas dalam, mengukur tanda vital, kolaborasi dalam pemberian
analgesik.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
I. Simpulan
Nyeri dapat diketahui secara subyektif, yaitu dari apa yang disampaikan oleh
seseorang, dan dari keadaan tersebut maka perawat dapat mempresepsikan
keadaan nyeri kedalam skala nyeri menurut Hayward, yang melihat skala nyeri
seseorang pada ekspresi wajah dan membagi skala nyeri kedalam rentang 0 –
10.
Pada kasus Ny. S nyeri yang dirasakan adalah nyeri sedang pada skala 6 yang
harus ditangani dengan farmakologi dalam tindakan kolaborasi, namun dalam
tindakan keperawatan secara mandiri yaitu mengajarkan teknik relaksasi, dan
menganjurkan untuk lebih banyak istirahat dan membatasi aktivitas pasien.
II. Saran
a. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara tepat sampai
dengan pasien merasakan kenyamanan
b. Pasien dapat menerapkan tekhnik relaksasi dengan tepat selama nyeri
dirasakan
c. Pasien dapat menghindari faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya
keadaan sakit
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia, aplikasi konsep
dan proses keperawatan, buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder SJ. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan, konsep, proses, & praktik. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran.
Mubarak, WI & Chayatin, Nurul. (2005). Buku ajar kebutuhan dasar manusia, teori &
aplikasi dalam praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.