Pengembangan kapasitasindividu akan mencakup 1. Keterampilan perencanaan (kemampuan atau kapasitas melakukan analisis situasi hingga monitoring evaluasi 2. Keterampilan manajerial yakni kapasitas memfasilitasi memoderasi dan mengkoordinis semua pelaku dan kepentingan kedalam suatu proses perencanaan yang teratur 3. Keterampilan sosial yakni kapasitas dalam membangun proses dialogis yang konstruktif dalam rangka membangun kebersamaan dalam keberagaman kepentingan untuk menghasilkan produk perencanaan yang mampu mengakomodir kepentingan dari bawah . selain itu di perlukan kapasitas atau kemampuan mensosialisasikan peluang hambatan keberhasilan dalam implementasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi.
B. Perencanaan Partisipatif Yang Tanggap Gender
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab, perilaku dan tempat beraktivitas dari perempuan atau laki-laki yang dibentuk atau dikonstruksi secara sosial, budaya dan adat istiadat masyarakat. Peran gender dapat berbeda antar daerah dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman, sedangkan perbedaan seks atau jenis kelamin adalah perbedaan biologis, merupakan kodrat yang menetap tidak dapat berubah sepanjang zaman. Berbagai program kesehatan sudah dikembangkan dan dijalankan di masyarakat, mulai dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk imunisasi, kesehatan reproduksi remaja, program pencegahan Infeksi Saluran Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual (ISR)/PMS, termasuk HIV/AIDS, dll. Namun demikian, sejumlah program dikeluhkan masyarakat karena dianggap belum menjawab kebutuhan masyarakat/komunitas. Bahkan, program dinilai belum tanggap/responsif gender karena mengabaikan kecenderungan dimungkinkan adanya perbedaan kondisi kesehatan antara laki dan perempuan. program yang berdaya-guna (efektif) perlu dirancang dengan pendekatan partisipatif, yakni pendekatan yang menekankan pentingnya keterlibatan warga/komunitas secara sukarela dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan dan diri mereka sendiri (Mikkelsen, 2005; 54). Dalam konteks ini, masyarakat bukan dipandang sebagai obyek (penerima) pembangunan, tetapi lebih sebagai subyek (pelaku) aktif di semua tahapan siklus proyek pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pemantauan dan evaluasi program, bahkan keberlanjutannya.1 Dengan demikian, perencanaan yang partisipatif dan juga responsif gender perlu menerapkan prinsip- prinsip: mengutamakan masyarakat, berbasis pengetahuan masyarakat, dan melibatkan perempuan. Perencanaan Partisipatif Di dalam era demokrasi dan desentralisasi seperti saat ini, tuntutan masyarakat untuk terlibat di dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan menjadi suatu keniscayaan. Ada beberapa asumsi yang mendorong partisipasi masyarakat, yakni: Pertama, rakyatlah yang paling tahu kebutuhannya, karena itu rakyat mempunyai hak untuk mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan pembangunan di wilayah lokalnya. Kedua, pendekatan partisipatif dapat menjamin kepentingan dan ‘suara’ kelompok-kelompok yang selama ini tersisih atau marjinal dalam pembangunan. Ketiga, partisipasi dalam pengawasan/monitoring terhadap proses pembangunan dapat mengurangi terjadinya berbagai penyimpangan program, termasuk tidak tercapainya tujuan program. Berangkat dari asumsi di atas, maka partisipasi yang efektif adalah yang mampu menggerakan perubahan di masyarakat secara kolektif dan institusional, bukan semata individual. Keberadaan wadah seperti ‘forum warga’ sebagai forum multistakeholder yang mempertemukan berbagai kelompok warga/ masyarakat (kelas sosial, umur, gender, dll) menjadi relevan dan signifikan diperkuat kapasitasnya. Forum ini diharapkan mampu mengakomodir berbagai aspirasi dan kepentingan warga dalam merancang sekaligus mengambil keputusan tentang program/kebijakan yang menjadi kebutuhan/kepentingan. Tahap perencanaan mencakup: 1. Identifikasi masalah dan akar/penyebabnya (analisis masalah), 2. Identifikasi berbagai pilihan tindakan guna mengatasi masalah (analisis tujuan dan prioritas), 3. Identifikasi pihak-pihak yang berkontribusi langsung maupun tidak langsung pada program (analisis stakeholders), 4. Mengembangan matriks/disain program, termasuk berisi indikator capaian dan teknik/metode pemantauan-evaluasi program, serta potensi keberlanjutan program.