You are on page 1of 6

KOMUNIKASI DAN KONSELING

A. Komunikasi Efektif

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam
kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama
dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari
apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan,
ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah
merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang
sama, maka yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama
memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing
orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.

1. Syarat – syarat komunikasi efektif


Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :
 Menciptakan suasana yang menguntungkan.
 menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
 Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak komunikan.
 Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat
menguntungkannya.
 Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak komunikan.

2. Ciri – ciri komunikasi efektif


Adapun cirri-ciri komunikasi yang efektif antara lain yaitu :
Menyediakan informasi yang praktis
Dengan menerangkan bagaimana mengerjakan sesuatu, menjelaskan mengapa
perubahan dilakukan, menberikan solusi terhadap masalah, mendiskusikan status
sebuah proyek, dan lain-lain.

Memberikan fakta dibandingkan kesan


Dengan menggunakan bahasa yang konkrit dan menjelaskan secara detailyang
dimaksud. Informasi harus jeelas, meyakinkan, akurat, dan etis.
Mengklarifikasi dan menyingkat beberapa informasi
Dengan menggunakan table, bagan, foto maupun diagram yang menjelaskan tentang
pesan yang dimaksud.
Masyarakat tanggung jawab secara jelas
Dengan menjelaskan apa yang kita harapkan atas apa yang dapat kita lakukan, karena
pesan kita hanya ditujukan pada orang-orang tertentu saja.

Membujuk dan menyedikaitan rekomendasi


Biasanya pesan yang disampaikan adalah membujuk para pegawai untuk melakukan
sesuatu atau pelanggan untuk memanfaatkan layanan yang kita tawarkan dengan
menjelaskan manfaat yang akan mereka peroleh dengannya.

a. Memberikan Asuhan Komunikasi Efektif dan Konseling Pra Nikah

Langkah awal yang bisa dilakukan untuk mendapat keturunan yang baik adalah
menjalani program konseling kesehatan. Sebaiknya dilakukan sebelum menikah.
Konseling sebelum menikah adalah jasa pemeriksaan medis yang disertai nasihat lengkap
untuk pasangan yang akan menikah, agar tercapai kelaurag sehat dan bahagia.

 Tujuan Konseling Pra Nikah


Konseling kesehatan dapat mendeteksi berbagai hal, seperti pembawa kelainan genetik,
seperti hemofilia atau penyakit yang disebabkan darah sukar membeku, buta warna, dan
sebagainya. Atau menderita penyakit keturunan yang perlu mendapat perhatian seperti
kencing manis, jantung, dan tekanan darah tinggi. Dengan konseling juga dapat diketahui
apakah si calon ibu menderita penyakit-penyakit lainnya, seperti penyakit kelamin, paru-
paru, jantung, epilepsi, atau kanker rahim.
Pemeriksaan kesehatan pranikah penting untuk mengetahui kondisi pasangan
serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama yang berkaitan dengan masalah
kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan), juga untuk memperoleh
kesiapan mental karena masing-masing mengetahui benar kondisi kesehatan calon
pasangan hidupnya. Melalui pemeriksaan kesehatan pranikah juga dapat diketahui
penyakit-penyakit yang nantinya bila tak segera ditanggulangi dapat membahayakan
calon pasutri, termasuk bakal keturunannya.
Idealnya pemeriksaan kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum
dilangsungkannya pernikahan. Tes kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama
pernikahan belum berlangsung. Jika pada saat pengecekan ternyata ditemui ada masalah,
maka pengobatan dapat dilakukan setelah menikah. Banyak hal yang seharusnya dapat
dilakukan dan dicegah dengan melakukan tes kesehatan pra nikah.
 Peran dan Kegunaan konseling Pra Nikah
Hasil pemeriksaan kesehatan pra nikah memang wajib dilakukan oleh semua
calon pasangan pengantin. Tidak ada salahnya untuk mengetahui secara detail mengenai
keadaan fisik dengan melakukan check up, termasuk melakukan tes toksoplasma. Cukup
datang ke dokter umum dan melakukan tes fisik untuk mendeteksi adanya kelainan
tekanan darah, jantung, urine, kulit dan penyakit dalam lainnya. Sisihkan sedikit
anggaran atau budget pernikahan. Ajak calon pasangan untuk segera berkonsultasi
dengan dokter terdekat, karena penyakit yang dapat dideteksi secara dini sebagian besar
dapat ditangani sebelum berlangsungnya pernikahan.
Jangan sampai timbul penyesalan setelah menikah, hanya gara-gara penyakit yang
sebenarnya bisa disembuhkan dari jauh-jauh hari. Ada baiknya jika dituntaskan dulu
pengobatan, baru kemudian menyusun kembali rencana pernikahan. Saat ini pada
kenyataannya, tak jarang banyak calon pengantin yang enggan melakukan pemeriksaan
kesehatann sebelum melangsungkan pernikahan. Mereka menganggap bahwa, tes
kesehatan tersebut hanya akan menambah daftar kesibukan, serta pemborosan karena
memakan biaya, atau bahkan ada yang berfikiran akan dapat mempengaruhi hubungan
mereka.
Padahal pemeriksaan kesehatan pada calon pasangan suami istri sebelum
pernikahan mempunyai peranan dan kegunaan yang sangat penting bagi kelangsungan
perkawinan, terutama hubungannya dengan masalah kesehatan fisik dan reproduksi.
Sebetulnya dengan melakukan cek kesehatan pra nikah, justru akan dapat membantu
calon pasangan dari segi kesiapan mental. Langkah-langkah melakukan pemeriksaan
kesehatan pra nikah tidak sulit, dan tidak memerlukan biaya besar. Tinggal bagaimana
kesadaran dan kemauan calon pengantin tersebut. Maka dari itu lakukanlah cek kesehatan
pra nikah.
Konseling pranikah secara medis, tidak harus selalu ke dokter, peran ini bisa
diambil alih oleh bidan untuk kasus kasus tertentu seperti tentang penggunaan alat
kontrasepsi ang tepat, khususnya bagi pasangan calon pengantin ang belum siap memiliki
keturunan.
Kini tinggal bagaimana kesadaran dan kemauan calon mempelai berdua. Apakah
mau untuk "sedia payung sebelum hujan" dan berlatih menerima pasangan sepenuhnya.
Akan tetapi perlu diingat, jangan membuat hasil pemeriksaan pranikah sebagai dasar
utama kelangsungan suatu pernikahan.
b. Landasan hukum dari Informed consent
Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum bagi informed consent adalah
 Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran
 Pasal 56 UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
 Pasal 32K UU No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 290/MENKES/PER/III/2008
 KUH Perdata Pasal 1338 dan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan.
B. Contoh Kasus Keselamatan Pasien lansia ditemukan meninggal dunia disamping
tempat tidur
a. Analisis terhadap kejadian tidak diharapkan (KTD) : Seorang pasien lansia
ditemukan meninggal dunia disamping tempat tidur

b. Tim RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS )

 Ketua : Ketua Tim KKPRS


 Kepala Bidang Keperawatan
 Kepala Ruangan
 DPJP
 Dokter jaga
 Staf Perawatan

c. Menetapkan Masalah : Pasien Jatuh dari tempat tidur


Tujuan RCA : Mengurangi Jumlah pasien Jatuh dan Mengurangi Tingkat
keparahan

d. Mempelajari Masalah
 Mempelajari penanggung jawab pelayanan
 Mempelajari Pelayanan yang diterima oleh pasien
 Mempelajari Kondisi ruangan
 Mempelajari obat obatan yang diberikan

e. Menetapkan Peristiwa yang terjadi


 Pasien tidak dilakukan assessment risiko jatuh
 Pagar tempat tidur pasien tidak terpasang
 Pasien tidak dimonitor 1 jam sebelumnya
f. Mengidentifikasi Faktor Faktor Faktor Pendukung
 Pasien ditanda tangani oleh perawat baru
 Pasien diberikan sedative
 Bel Pasien tidak berda posisi yang bias diraih oleh pasien

g. Mengidentifikasi Faktor Lain yang Berperan


 Beban Kerja Perawat yang tinggi
 Tidak ada mekanisme supervise
h. Pengukuran dan mengakses data penyebab
 20 persen perawat merupakan perawat baru
 s
a. Dilaporkan kepada : Kepala Puskesmas
b. Dilaporkan oleh : Ketua Tim Mutu
c. Tanggal : 09 Juni 2016

You might also like