You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN

TENSION PNEUMOTHORAKS
Posted Februari 19, 2010 by hafifah parwaningtyas in Uncategorized. Tinggalkan sebuah
Komentar

ASUHAN KEPERAWATAN TENSION PNEUMOTHORAKS

1.
1. Latar Belakang

Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam
rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. Pneumotoraks didefinisikan
sebagai adanya udara di dalam kavum/ rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang
sehat selalu negatif untuk dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi).
Tekanan pada rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4
cm H2O.

Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumotoraks dan non-tension pneumotoraks. Tension


Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga pleura
akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan
bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami
tekanan. Non-tension pneumothorax tidak seberat Tension pnemothorax karena akumulasi udara
tidak makin bertambah sehingga tekanan terhadap organ di dalam rongga dada juga tidak
meningkat.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN TENSION PNEUMOTHORAKS

1.
1. Pengertian

Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga
pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan
bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami
tekanan.

Tension pneumothorax is the accumulation of air under pressure in the pleural space. This
condition develops when injured tissue forms a 1-way valve, allowing air to enter the pleural
space and preventing the air from escaping naturally. Arising from numerous causes, this
condition rapidly progresses to respiratory insufficiency, cardiovascular collapse, and,
ultimately, death if unrecognized and untreated. Favorable patient outcomes require urgent
diagnosis and immediate management. Tension pneumothorax is a clinical diagnosis that now is
more readily recognized because of improvements in emergency medical services (EMS) and the
widespread use of chest x-rays.

(Tension pneumothoraks adalah pengumpulan/ penimbunan udara di ikuti peningkatan tekanan


di dalam rongga pleura. Kondisi ini terjadi bila salah satu rongga paru terluka, Sehingga udara
masuk ke rongga pleura dan udara tidak bisa keluar secara alami. Kondisi ini bisa dengan cepat
menyebabkan terjadinya insufisiensi pernapasan, kolaps kardiovaskuler, dan, akhirnya, kematian
jika tidak dikenali dan ditangani. Hasil yang baik memerlukan diagnosa mendesak dan
penanganan dengan segera. Tension pneumothoraks adalah diagnosa klinis yang sekarang lebih
siap dikenali karena perbaikan di pelayanan-pelayanan darurat medis dan tersebarnya
penggunaan sinar-x dada.)

1.
1. Etiologi

Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena iatrogenik atau
berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut:

 Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi gangguan salah satu pleura visceral atau
parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak menjadi hal yang
penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks)
 Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya vena
subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).
 Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke Tension
Pneumotoraks
 Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks sederhana di
mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup
 Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks

1.
1. Patofisiologi

Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Ventiel, terjadi karena mekanisme check valve
yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke dalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara
dari rongga pleura tidak dapat keluar. Semakin lama tekanan udara di dalam rongga pleura akan
meningkatkan dan melibihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini
dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas.

Tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum
tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus
dada terlihat mediastinum terdorong kearah kontralateral dan diafragma tertekan kebawah
sehingga menimbulkan rasa sakit. Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat
terganggu yang harus segera ditangani kalau tidak akan berakibat fatal.

PATOFISIOLOGI DIAGRAM
1.
1. Manifestasi Klinis

Clinical interpretation of the presenting signs and symptoms of a tension pneumothorax is crucial
for diagnosing and treating the condition.

Early findings : Chest pain, Dyspnea, Anxiety, Tachypnea, Tachycardia, Hyperresonance of the
chest wall on the affected side and Diminished breath sounds on the affected side.

Late findings : Decreased level of consciousness, Tracheal deviation toward the contralateral
side, Hypotension, Distention of neck veins (may not be present if hypotension is severe) and
Cyanosis.

(Manifestasi klinis dari tanda dan gejala yang muncul pada tension pneumothoraks penting sekali
untuk mendiagnosa dan mengetahui kondisi pasien.

Manifestasi awal : nyeri dada, dispnea, ansietas, takipnea, takikardi, hipersonor dinding dada dan
tidak ada suara napas pada sisi yang sakit.

Manifestasi lanjut : tingkat kesadaran menurun, trachea bergeser menuju ke sisi kontralateral,
hipotensi, pembesaran pembuluh darah leher/ vena jugularis (tidak ada jika pasien sangat
hipotensi) dan sianosis.)

Berikut adalah keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang berbahaya dan mematikan bila
tidak dikenali dan ditatalaksana dengan segera : dispnea, hilangnya bunyi napas, sianosis,
asimetri toraks, mediastinal shift.

1.
1. Managemen / Penatalaksanaan

Prinsip :

1. Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary


survey – secondary survey).
2. Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan)
3. Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah :
portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan
melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.
4. Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk
menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan
nyawa.
5. Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau
setelah melakukan prosedur penanganan trauma.
6. Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang telah memiliki
sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life Support).
7. Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey (airway, breathing, circulation)
merupakan bidang keahlian spesialistik Ilmu Bedah Toraks Kardiovaskular, sebaiknya
setiap RS yang memiliki trauma unit/center memiliki konsultan bedah toraks
kardiovaskular.

Primary Survey

Airway

Assessment :

 perhatikan patensi airway


 dengar suara napas
 perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada

Management :

 inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust,
hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
 re-posisi kepala, pasang collar-neck
 lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)

Breathing

Assesment

 Periksa frekwensi napas


 Perhatikan gerakan respirasi
 Palpasi toraks
 Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Management:

 Lakukan bantuan ventilasi bila perlu


 Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks

Circulation

Assesment

 Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi


 Periksa tekanan darah
 Pemeriksaan pulse oxymetri
 Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

Management
 Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
 Torakotomi emergency bila diperlukan
 Operasi Eksplorasi vaskular emergency

Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak napas berat dan
keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan. Tekanan
intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan jantung.
Himpitan pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan “venous return” juga terganggu.
Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi
darah (hemodinamik).

Penanganan segera terhadap kondisi yang mengancam kehidupan meliputi dekompresi pada
hemitoraks yang sakit dengan menggunakan needle thoracostomy (ukuran 14 – 16 G) ditusukkan
pada ruang interkostal kedua sejajar dengan midclavicular line. Selanjutnya dapat dipasang tube
thoracostomy diiringi dengan control nyeri dan pulmonary toilet (pemasangan selang dada)
diantara anterior dan mid-axillaris. Penanganan Diit dengan tinggi kalori tinggi protein 2300 kkal
+ ekstra putih telur 3 x 2 butir / hari.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.
1. Pengkajian dasar data Pasien

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat

b. Sirkulasi

Tanda : takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi apikal
(PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi rendah
sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum).

c. Psikososial

Tanda : ketakutan, gelisah.

d. Makanan / cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.

e. Nyeri / kenyamanan

Tanda : Perilaku distraksi, mengerutkan wajah


Gejala : nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara batuk
atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam.

f. Pernapasan

Tanda : pernapasan meningkat / takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori
pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun/ hilang (auskultasi 
mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang dalam rongga pleura), fremitus menurun,
perkusi dada : hipersonor diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak
sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

Gejala : kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi
/ infeksi paru (empiema / efusi), keganasan (mis. Obstruksi tumor).

g. Keamanan

Gejala : adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.

Pemeriksaan Diagnostik

a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural; dapat menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal.

b. GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik
pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.

c. Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosa.

d. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah

1.
1. Diagnosa Keperawatan

1. Pola pernafasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), nyeri,
ansietas

Ditandai : dispnea, takipnea, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori,


pelebaran nasal, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA tak normal

1. Resiko tinggi trauma penghentian napas b/d kurang pendidikan keamanan/pencegahan.

Ditandai : dispnea, takipnea, perubahan kedalaman pernapasan, hilangnya suara nafas, pasien
tidak kooperatif

1. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan pengobatan b/d kurang menerima


informasi.
Ditandai : kurang menerima informasi, mengekspresikan masalah, meminta informasi,
berulangnya masalah

1.
1. Intervensi

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Hasil

1. Pola pernafasan Tujuan : Setelah Mandiri 1. Kes


tak efektif b/d dilakukan asuhan atau
penurunan keperawatan 1 X 24 jam 1. Awasi kesesuaian pola pernapasan didu
ekspansi paru pola pernafasan pasien bila menggunakan ventilasi
(akumulasi efektif. mekanik, catat perubahan tekanan
udara/cairan, udara.
nyeri, ansietas Kriteria Hasil :

 Menunjukkan 1. Auskultasi bunyi nafas b. Area atel


pola pernapasan sebagian ar
normal atau Evaluasi dil
efektif dengan pertukaran
Gas Darah dalam perbaikan p
rentang normal.
 Bebas sianosis c. Kaji pasien adanya area nyeri, nyeri c. Sokongan
dan tanda/ gejala tekan bila batuk. membuat ba
hipoksia trauma.

d. Evaluasi fungsi pernapasan, catat d. Distres p


kecepatan/ pernapasan sesak, dispnea, tanda vital d
terjadinya sianosis, perubahan tanda vital. fisiologi da
terjadinya s
perdarahan.

e. Catat pengembangan dada dan posisi e. Pengemb


trakea paru. Devia
pada tensio

f. Bila dipasang selang dada pada pasien, f. Tak adan


evaluasi ketidaknormalan atau kontinuitas menunjukk
gelembung botol penampung. atau tidak a

Kolaborasi 1. Men
sela
a. Kaji hasil foto thoraks
infla

b. Awasi hasil Gas Darah 1. Men


vent

c. Berikan oksigen tambahan sesuai 1. Unt


indikasi. men
sian

1. Resiko tinggi Tujuan : Mandiri 1. Men


trauma atau
penghentian napas Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk
b/d kurang asuhan keperawatan 1 X menghindari berbaring atau
pendidikan 24 jam resiko trauma menarik selang.
keamanan/penceg dapat dicegah.
ahan
Kriteria Hasil : 1. Kaji tujuan/ fungsi unit drainase 1. Unt
dada dengan pasien baga
– Mencari bantuan untuk mem
mencegah komplikasi. men

– Memberi perawatan
untuk menghindari 1. Identifikasi perubahan atau situasi 1. Inte
lingkungan dan bahaya yang harus dilaporkan pada kom
fisik. perawat.

1. Observasi tanda distres pernafasan 1. Pne


bila kateter toraks lepas atau kare
tercabut. pern
daru

1. Kurang Tujuan : Setelah Mandiri 1. Mem


pengetahuan dilakukan asuhan pem
mengenai kondisi keperawatan 1X24 jam 1. Kaji patologi masalah individu pent
aturan pengobatan klien dan keluarga dapat
b/d kurang mengerti tentang kondisi
menerima kesehatan klien. 1. Identifikasi kemungkinan terjadi 1. Unt
informasi. komplikasi jangka panjang. kom
Kriteria Hasil :

1. Kaji ulang praktik kesehatan yang 1. Mem


 Pasien dapat baik contoh nutrisi baik, istirahat men
mengidentifikasi dan latihan
tanda atau gejala
yang
memerlukan 1. Kaji ulang tanda / gejala yang 1. Beru
evaluasi medik memerlukan evaluasi medik cepat, mem
 Mengikuti contoh nyeri dada tiba-tiba, men
program dispnea, distres pernapasan lanjut. kom
pengobatan dan
menunjukkan
perubahan pola
hidup yang perlu
dicegah agar
tidak
menimbulkan
masalah baru

Kesimpulan

Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam
rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. Pneumotoraks dibagi menjadi
Tension Pneumothorax dan non-tension pneumathoraks. Semakin lama tekanan udara di dalam
rongga pleura akan meningkatkan dan melibihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam
rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas.

Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak napas berat dan
keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan. Tekanan
intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan jantung.
Himpitan pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan “venous return” juga terganggu.
Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi
darah (hemodinamik).

DAFTAR PUSTAKA

Alagaff, Hood, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University
Press.

Bosswick, John A., Jr. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.

Doenges, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://ansharbonassilfa.wordpress.com/2009/04/17/pneumotoraks/
http://askepsolok.blogspot.com/2008/08/trauma-thoraks-i.html

http://medlinux.blogspot.com/2009/02/pneumotoraks.html

http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/pneumothoraks.html

Sudoyono, Aru W., dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : FKUI.

You might also like