You are on page 1of 18

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

ANGGOTA KELOMPOK 2 :
1. VINA RETNO R
2. SAFINAS MARDIANA
3. ASIH PURWATI
4. DWI RAFIKA N
5. PRIONO

D-III KEPERAWATAN 2B
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Meningitis adalah radang pelindung sistem syaraf pusat.enyakit ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat dengan otak dan tulang
belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan
kematian. Kebanyakan kasusu meningitis di sebabkan oleh mikroorganisme,
seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit yang menyebar dalam darah ke cairan
otak.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan
hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang
tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara
cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat
berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari meningitis?
2. Mengetahui etiologi dari meningitis ?
3. Mengetahui patofisioli dari meningitis?
4. Mengetahui tanda dan gejala dari meningitis ?
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari meningitis ?
6. Mengetahui asuhan keperawatan dari meningitis ?
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

A. DEFINISI
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis dibagi menjadi dua :
1. Meningitis purulenta
Yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh bakteri non spesifik
yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau reaksi purulen pada
cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus influensa, E.
Coli.
2. Meningitis tuberkulosa
Yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang bersifat serosa yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus, riketsia.
Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang meningitis dibagi
menjadi :

1. Pakimeningitis, yamg mengalami adalah durameter

2. Leptomeningitis, yang mengalami adalah araknoid dan piameter.


B. ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan
pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti
disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka
meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan
meningitis serosa.
a. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus
influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A,
Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh
akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan
terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan
eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan
subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat
menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan
cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan
menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
b. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi
pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak
ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada
seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan
otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
C. PATOFISIOLOGI

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui
sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di
dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat
yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat
menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat
menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan
hydrocephalus.
Rute infeksi yang paling sering adalah penyebaran vaskuler dari fokus-fokus
infeksi ketempat lain. Contohnya organisme nasofaring menyerang pembuluh-
pembuluh darah yang terdapat didaerah tersebut dan memasuki aliran darah
keserebral atau membentuk tromboemboli yang melepaskan emboli sepsis kedalam
aliran darah. Invasi oleh perluasan langsung dari infeksi-infeksi disinus paranasal dan
disinus mastoid jarang terjadi. Organisme-organisme dapat masuk melalui implantasi
langsung setelah luka yang tertembus, fraktur tulang tengkorak yang memberikan
sebuah lubang kedalam kulit atau sinus, lumbal fungsi, prosedur pembedahan dan
kelainan-kelainan anatomis seperti shunt ventrikuler. Organisme-organisme yang
terimplantasi menyebar kedalam cairan serebrospinal oleh penyebaran infeksi
sepanjang rongga subarnoid.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Neonatus :
a. Gejala tidak khas
b. Panas ±
c. Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran
menurun.
d. Ubun-ubun besar kadang-kadang cembung.
e. Pernafasan tidak teratur.
2. Anak umur 2 bulan - > 2 tahun
a. Gambaran klasik (-)
b. Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
c. Kadang-kadang “ high pitched cry “.
3. Anak umur > 2 tahun :
a. Panas , menggigil, muntah, nyeri kepala.
b. Kejang
c. Gangguan kesadaran.
d. Tanda-tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, tanda Brudzinski dan
Kering.
4. Gejala yang sering terlihat :
a. Keluhan penderita mula-mula nyeri kepala yang menjalar ketengkuk
dan punggung
b. Kesadaran menurun
c. Kaku kuduk, disebabkan mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk ;

d. Terdapat tanda kernig dan Brundzinski yang positif.


Tanda kernig yang positif adalah bila paha ditekuk 90° keventral,
tungkai dapat diluruskan pada sendi lutut.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip
terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
5.Elektrolit darah : Abnormal .
6.ESR/LED : meningkat pada meningitis
7.Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
(Doenges, 1999)

G. ASUHAN KEERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata klien
b. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c. Riwayat kesehatan sekarang
1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda
: tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat,
taikardi, disritmia.
3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia,
ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai
kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas
nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek
kremastetik hilang pada laki-laki.

7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,
menangis.
8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernafasan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata
hematogen dari patogen.
b. Perubahan perfusi jaringan serebral sehubungan dengan edema serebral,
hipovolemia.
c. Hiperthermi berhubungan dengan respon peradangan pada sistem saraf
pusat
d. Potensial terhadap ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
peningkatan TIK dan depresi fungsi serebral
e. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muntah
f. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,
kelemahan umum vertigo.
g. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
h. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
i. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
j. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

3. Intervensi keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata
hematogen dari patogen.
Tujuan : tidak terjadi penyebaran infeksi

Kriteria : mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti


penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain
Intervensi :
1) Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
2) Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
3) Pantau suhu secara teratur
4) Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus
menerus
5) Auskultasi suara nafas, pantau kecepatan pernafasan dan usaha
pernafasan
6) Ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan tarik nafas dalam
7) Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )
8) Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses
infeksi serebral

Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol,
gentamisin.

b. Perubahan perfusi jaringan serebral sehubungan dengan edema serebral,


hipovolemia.
Tujuan : Klien terhindar atau dapat mempertahankan perfusi dan tidak
adanya kejang.

Kriteria : tanda-tanda vital stabil, tak adanya/menurunnya berat sakit


kepala, adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK

Intervensi :
1) Tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital
2) Pantau status neurologis.
3) Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
4) Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan
haluaran.
5) Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah dan mengejan.

Kolaborasi.
1) Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
2) Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
3) Pantau BGA.
4) Berikan obat : steroid, Klorpomasin, asetaminofen

c. Hiperthermi berhubungan dengan respon peradangan pada sistem saraf


pusat
Tujuan : klien dapat mempertahankan suhu normal

Kriteria : suhu tubuh 37 derajat Celcius, nadi 80 x/menit, pernafasan 16-


20x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg, wajah tidak memerah

Intervensi :
1) Pantau suhu setiap 4 sampai 8 jam sesuai indikasi
2) Berikan obat-obatan antipiretik sesuai pesanan
3) Pertahankan suhu ruangan sampai 20 derajat C
4) Lakukan tindakan pendinginan sesuai indikasi : berikan mandi kompres
hangat, singkirkan peralatan tenun tempat tidur yang berlebih, gunakan
selimut hipotermia
5) Perbanyak msukan cairan

d. Potensial terhadap ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


peningkatan TIK dan depresi fungsi serebral
Tujuan : pola nafas menjadi lebih efektif
Kriteria : ekspansi dada simetris, Bunyi nafas jelas ketika auskultasi, GDA
dan tanda vital dalam batas normal, Tidak terdapat tanda distres pernafasan

Intervensi :
1) Kaji dan pantau pernafasan : frekuensi dan pola nafas
2) Kaji status pernafasan , auskultasi bunyi nafas
3) Pantau GDA sesuai pesanan
4) Berikan bantuan ventilator/oksigen sesuai pesanan
5) Baringkan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang optimal
6) Bantu dan instruksikan pasien untuk berbalik dan nafas dalam
7) Pantau TTV
e. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria : tidak mengalami tanda-tanda melnutrisi, nilai laboratorium dalam


rentang normal

Intervensi :
1) Kaji mual muntah dan intake output
2) Auskultasi bising usus
3) Timbang berat badan sesuai indikasi
4) Jaga keamanan saat memberikan makan pad klien
5) Berikan makann dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan
teratur
6) Tingkatkan kenyamanan, lingkugnan yang santai
7) Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium : albumin, asam amino,
zat besi, ureum kreatinin, glukosa dan elektrolit darah
8) Berikan makan dengan cara yang sesuai (NGT)
f. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,
kelemahan umum vertigo.
Tujuan : Klien tidak mengalami injury

Kriteria : tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera yang lain, tidak


adanya luka dan dislokasi

Intervensi :
1) Pantau adanya kejang
2) Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan
nafas buatan
3) Hindarkan penekanan pada tubuh selama kejangTirah baring selama
fase akut
4) kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
g. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Tujuan : Klien terbebas dari rasa sakit

Kriteria : menunjukkan postur rileks, mampu tidur/istirahat.

Intervensi :
1) Monitor rasa nyeri
2) Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri
3) Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan
posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak
aktif atau pasif dan masage otot leher.
4) Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
5) Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
6) Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul

Kolaborasi
7) Berikan anal getik, asetaminofen, codein
h. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
Tujuan : klien tetap terpenuhi mobilitas fisiknya

Kritera :
1) mempertahankan posisi fungsional dengan tidak adanya kontraktur,
footdrop
2) Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum
3) mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus
Intervensi :
1) Kaji derajat imobilisasi pasien.
2) Bantu latihan rentang gerak.
3) Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
4) Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau
air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
5) Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.
6) Gunakan penahan/footboard selama terjadi paralise kaki
7) Evaluasi pemakaian alat bantu selama paralise
8) Kaji kemampuan klien untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan
keseimbangan untuk berdiri
9) Kaji sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit
dan edema
i. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
Tujuan : klien mampu beradaptasi terhadap perubahan sensor persepsi

Kriteria : meningkatkan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi,


mendemonstrasikan perubahan perilaku menghadapi defisit.

Inervensi :
1) Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
2) Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
3) Observasi respons perilaku.
4) Hilangkan suara bising yang berlebihan.
5) Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
6) Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
7) Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.
j. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
Tujuan : ansietas berkurang

Kriteria : tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada


tingkat dapat diatasi

Intervensi :
1) Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
2) Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
3) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
4) Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta
petunjuk sumber penyokong.
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi
endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi.
PENUTUP

Meningitis adalah radang membrane melindungi system saraf pusat. Penyakit


ini data di sebabkan oleh mikroorganisme, luka, fisik, kanker, obat-obatan tertentu.
Meningitis adalah radang pada meninges (membrane yang menelilingi otak
dan medulla spinalis) di sebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
Penyebab-penyebab dari meningitis faktor material, bakteri, faktor predisosisi, dan
faktor imunologi
Gejala yang sering terlihat :

1. Keluhan penderita mula-mula nyeri kepala yang menjalar ketengkuk


dan punggung
2. Kesadaran menurun
3. Kaku kuduk, disebabkan mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk ;
4. Terdapat tanda kernig dan Brundzinski yang positif.
Tanda kernig yang positif adalah bila paha ditekuk 90° keventral,
tungkai dapat diluruskan pada sendi lutut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
2. Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
3. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor
edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
4. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process,
diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC;
1998.
5. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.
6. Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan;
1996.
7. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Editor Setiawan. Jakarta : EGC

8. Suriadi & Rita Yuliani. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 1.
Jakarta : CV Sagung Seto.

You might also like