You are on page 1of 9

UJI KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER HASIL PEMBEKUAN

MENGGUNAKAN MR. FROSTY ® PADA TINGKAT PENGENCERAN


ANDROMED® BERBEDA

Anis Mei Munazaroh, Sri Wahyuningsih dan Gatot Ciptadi


Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pengencer Andromed
pada level yang berbeda dengan menggunakan Mr. Frosty® selama proses pembekuan terhadap
kualitas spermatozoa kambing Boer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
percobaan atau eksperimental dengan jenis rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan masing-masing 10 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah
spermatozoa kambing Boer diencerkan menggunakan Andromed dengan perbandingan 1:4 (P1),
1:8 (P2), 1:12 (P3), dan 1:16 (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pengencer
Andromed memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap viabilitas, motilitas dan
abnormalitas spermatozoa kambing Boer setelah pendinginan dan pembekuan. Nilai rataan
viabilitas, motilitas dan abnormalitas spermatozoa terbaik pada perlakuan P1 baik pada
pendinginan dengan nilai masing-masing sebesar 88,67+4,16 %; 66,33+1,53, dan 4,67+0,57 %.
Pada pembekuan nilai rataan viabilitas, motilitas dan abnormalitas spermatozoa kambing Boer
sebesar 61,6+8,6 %; 51+6,5 % dan 8,4+1,77 %. Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh
motilitas, viabilitas dan abnormalitas terbaik pada tingkat pengenceran Andromed sebanyak 1:4
(P1).

Kata kunci: Kambing Boer, spermatozoa, pembekuan, pengencer andromed, Mr. Frosty®

THE QUALITY OF BOER GOAT FREEZING SPERMS USING MR. FROSTY®


WITH DIFFERENT ANDROMED DILUENT®
ABSTRACT
The objective of this study was to determine the effect of Andromed diluent on semen
quality of Boar goat freezing by using MR. Frosty® with end temperature -1960Celcius in liquid
nitrogen. The material used in this study was Boer goat semen. The method used in this study
experimental design with completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 10
replications and analysis by ANOVA. Results showed that the different of Andromed diluent is
influenced a highly significant (P<0,01) on the viability, motility and abnormalities of Boer goat
spermatozoa after cooling and freezing process. The viability, motility and sperm abnormality
best treatment of P1 in both cooling and freezing were to 88,67+4,16%; 66,33+1,53 % and
4,67+0,57%. In freezing the viability, motility and sperm abnormalities of Boer goat is
616+8,6%; 51+6,5% and 8,4+1,77%. The conclution of this observation is gotten the best
motility, viability, and sperm abnormalities in the ratio 1:4 (P1) andromed diluent.

Keywords : Boer, spermatozoa, Andromed diluents, MR. Frosty®

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 63-71, 2013 63


PENDAHULUAN Andromed merupakan bahan
Inseminasi Buatan (IB) merupakan pengencer instan berupa cairan yang dapat
salah satu teknologi alternatif dalam upaya digunakan dalam proses pembekuan semen.
peningkatan produktivitas dan populasi Pengencer Andromed mengandung gliserol
ternak. Perkawinan dengan IB menggunakan yang berfungsi untuk menghasilkan energi
semen dari seekor pejantan yang digunakan dan membentuk fruktosa, sehingga
untuk mengawini banyak betina. IB bertujuan menunjukkan spermatozoa yang optimum.
untuk memperkecil bahaya penularan Andromed merupakan pengencer komersial
penyakit melalui perkawinan alami dan dasar bebas protein hewani (Herdis,
spermatozoa yang digunakan berasal dari Surachman, Yulnawati, Rizal, dan
pejantan yang telah diseleksi (pejantan Maheswari, 2008). Bahan pengencer instant
unggul). Salah satu keberhasilan perkawinan ini berupa cairan yang tersusun atas
dengan IB sangat dipengaruhi oleh kualitas aquabidest, fruktosa, gliserol, asam sitrat,
sperma. Kualitas sperma sesudah buffer, pHosfolipid, (Susilawati, 2011).
penampungan akan mengalami penurunan Andromed adalah pengencer yang dapat
apabila tidak segera digunakan. Spermatozoa memberikan pengaruh terbaik terhadap
yang tidak diencerkan fertilitasnya akan persentase motilitas dan persentase hidup
menurun, oleh karena itu untuk spermatozoa dibandingkan dengan susu skim
mempertahankan kualitas spermatozoa (Kuswanto dkk, 2007).
selama penyimpanan dan pembekuan adalah Penelitian ini dilakukan untuk
dengan penambahan bahan pengencer. mengetahui pengaruh penggunaan pengencer
Penambahan bahan pengencer Andromed pada level yang berbeda dengan
bertujuan untuk menyediakan sumber energi menggunakan alat MR. Frosty selama proses
bagi sperma sehingga menjamin pembekuan terhadap kualitas spermatozoa
kelangsungan hidup sperma selama kambing Boer.
penyimpanan (preservasi) atau pembekuan
(kriopreservasi). Syarat penting bahan METODE PENELITIAN
pengencer sperma adalah mampu Materi Penelitian
menyediakan zat-zat makanan sebagai Materi yang digunakan dalam
sumber energi, mencegah terjadinya cold penelitian ini adalah semen dari 2 ekor
shock sewaktu preservasi dan kriopreservasi, pejantan kambing Boer murni berumur 4
menjaga pH dan tekanan osmotik yang sama tahun dengan berat badan 78 kg yang
dengan sperma (Salisbury dan Van demark, dipelihara secara intensif dan digunakan
1985). Pengenceran juga dapat memberi untuk produksi semen di Laboratorium
perlindungan terhadap cold shock yang Sumber Sekar Fakultas Peternakan
terjadi saat pembekuan dan sebagai Universitas Brawijaya Malang.
penyanggah untuk menjaga kestabilan pH
(Mumu, 2009). Kematian spermatozoa Metode Penelitian
karena cold shock pada saat pendinginan dan Metode yang digunakan adalah
pembekuan dapat diperkecil dengan percobaan atau eksperimental dengan jenis
menambahkan bahan pengencer sebagai rancangan percobaan Rancangan Acak
pelindung. Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan

64 Uji Kualitas Spermatozoa Kambing Boer Hasil ….……...............….. Anis,M.N dkk


setiap perlakuan 10 ulangan. Perlakuan semen kambing antara 0,5-1,5 ml/ejakulat.
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Suyadi., dkk (2004) menambahkan bahwa
P1 : Spermatozoa kambing Boer diencerkan volume semen kambing Boer bervariasi
menggunakan Andromed dengan menurut individu, umur, berat badan, pakan
perbandingan 1:4 dan frekuensi penampungan.
P2 : Spermatozoa kambing Boer diencerkan
menggunakan Andromed dengan Tabel 1. Rataan kualitas semen segar
perbandingan 1:8 kambing Boer
P3 : Spermatozoa kambing Boer diencerkan Parameter Rataan
menggunakan Andromed dengan Volume (ml) 0,8+0,2
Konsentrasi 2630+115,33
perbandingan 1:12
Konsistensi Pekat
P4 : Spermatozoa kambing Boer diencerkan Warna Putih susu-putih
menggunakan Andromed dengan kekuningan
perbandingan 1:16 Bau Amis khas hewan
pH 6,6+0,17
Motilitas massa (%) 3+
Variabel Pengamatan
Motilitas Individu 73,33+5,77
Variabel yang diamati dalam (%)
penelitian ini adalah: 1. Motilitas massa, 2. Viabilitas (%) 93,67+0,58
Motilitas individu, 3.Persentase hidup mati Abnormalitas (%) 4,33+1,15
(Viabilitas), 4.Abnormalitas spermatozoa
Konsistensi atau kekentalan
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan salah satu sifat semen yang
4.1 Pemeriksaan Makroskopis dan memiliki hubungan dengan konsentrasi
Mikroskopis Semen Segar Kambing spermatozoa di dalamnya. Semakin kental
Evaluasi makroskopis meliputi semen dapat diartikan semakin tinggi pula
volume, warna, bau, kekentalan, dan pH konsentrasi (Kartasudjana, 2001). Hal ini
semen. Pemeriksaan mikroskopis meliputi sesuai dengan hasil pengamatan, yaitu
gerakan massa, gerakan individu, konsentrasi konsistensi semen pekat atau kental. Evans
hidup dan mati spermatozoa, dan dan Maxwell (1987) juga menambahkan
abnormalitas spermatozoa (Kartasudjana, bahwa derajat kekentalan semen memiliki
2001). Hasil uji kualitas semen segar korelasi positif terhadap kandungan
kambing dapat dilihat pada Tabel1. spermatozoa didalam semen sehingga apabila
Berdasarkan Tabel. 1 diatas dalam pengamatan ditemukan semen yang
diketahui rata-rata volume semen segar terlalu encer maka dapat diduga bahwa
kambing Boer adalah 0,8+0,2 ml. Menurut semen tersebut memiliki konsentrasi
Suyadi dkk., (2004) volume semen kambing spermatozoa yang rendah.
Boer yang dewasa di Indonesia berkisar Konsentrasi spermatozoa atau
antara 0,70 ml-1,50 ml. Hasil penelitian kandungan spermatozoa dalam setiap mili
tersebut menunjukkan bahwa semen kambing liter semen merupakan salah satu parameter
Boer tersebut normal. Hal ini sesuai dengan kualitas semen yang sangat berguna untuk
pendapat Partodihardjo (1992) yang menentukan jumlah betina yang dapat
menyatakan bahwa kisaran normal volume diinseminasi menggunakan semen tersebut
(Kartasudjana, 2001). Semen kambing yang

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 63-71, 2013 65


mempunyai kualitas baik memiliki semakin tinggi pH semen dari pH normal
konsentrasi sekitar 2500-5000 juta/ml (Evans akan membuat spermatozoa lebih cepat mati.
dan Maxwell, 1987). Konsentrasi semen Semen segar dikatakan normal bila
kambing pada pemeriksaan adalah spermatozoa memperlihatkan daya gerak
2630+115,33 juta/ml. hal ini menunjukkan yang aktif dan gerakan massa yang
bahwa tingkat konsentrasi kambing tersebut bergelombang (Tambing dkk., 2001). Hasil
cukup baik dan berada dalam kisaran normal. penelitian menunjukkan bahwa motilitas
Penilaian konsentrasi spermatozoa permili masaa rata-rata 3+ atau (+++) dan motilitas
sangat penting, karena factor ini digunakan individu rata-rata 73,33+5,77 %. Menurut
untuk penentuan kualitas semen dan Yusuf dkk., (2006) gerakan massa dilakukan
menentukan tingkat pengencer (Bearden and dengan cara meneteskan satu tetes semen
Fuquay, 1984). menggunakan pipet diatas gelas objek, lalu
Semen kambing Boer yang sehat diperiksa dibawah mikroskop dengan
umumnya berwarna keabu-abuan, putih susu pembesaran 100x. Nilai gerakan massa terdiri
atau putih kekuningan dengan konsistensi dari sangat baik (+++), baik (++), cukup (+),
agak kental. Suyadi dkk., (2004) menyatakan dan buruk (-). Tambing dkk., (2001)
warna semen ambing yang baik adalah putih menambahkan bahwa semen dengan
krem, putih susu atau kuning. Warna krem motilitas 50-80% tergolong normal dan fertil.
pada semen tergolong normal, seperti yang Spermatozoa yang motil progresif berkurang
dinyatakan oleh Evan Maxwell (1987), antara lain karena adanya proses pembekuan
bahwa warna krem pada semen disebabkan dan thawing. Menurut Sonjaya dkk., (2005),
oleh adanya riboflafin dari sekresi kelenjar ada dua faktor yang mempengaruhi motilitas
vesikularis. Lopes (2002) juga menyatakan spermatozoa yaitu faktor endogen dan
bahwa kualitas semen dinyatakan baik eksogen. Yang termasuk kedalam faktor
apabila memiliki warna kekuningan. endogen antara lain umur dan sumber energy
Semen yang normal pada umumnya sedangkan faktor eksogen antara lain
memiliki bau amis khas disertai dengan bau temperature dan PH.
dari hewan tersebut. Bau busuk bisa terjadi Hasil pengamatan motilitas individu
apabila semen mengandung nanah yang semen kambing Boer adalah 73,33+5,77%.
disebabkan oleh adanya infeksi organ Hasil ini masih termasuk dalam kisaran
reproduksi jantan (Kartasudjana, 2001). Hasil normal menurut pendapat Hafez (2008)
pengamatan sesuai dengan pendapat diatas motilitas yang baik yaitu antara 60%-80%.
semen berbau amis khas. Lopes (2002) juga menyatakan bahwa
Derajad keasaman (pH) semen kualitas semen dinyatakan baik apabila
kambing Boer relative agak asam yaitu memiliki motilitas lebih dari 50%.
berkisar antara 6,5-7,0 (Suyadi dkk., 2004). Persentase daya hidup spermatozoa
Rata-rata pH semen segar hasil penelitian hasil pemeriksaan adalah 93,67+0,58. Hal ini
adalah 6,6+0,17. Menurut pendapat Suyadi menunjukkan bahwa semen tersebut
dkk., (2004) derajad keasaman sangat termasuk kualitas baik. Hal ini sesuai dengan
menentukan status kehidupan spermatozoa pendapat Toelihere (1993) yang menyatakan
didalam semen. Semakin rendah atau bahwa semen yang normal biasanya
mempunyai Persentase hidup minimal 50%.

66 Uji Kualitas Spermatozoa Kambing Boer Hasil ….……...............….. Anis,M.N dkk


Hasil ini lebih tinggi dari penemuan Herdis Hasil pengamatan diuji dengan
(2005) dengan daya hidup 85,67%, sehingga menggunakan analisa statistik diperoleh hasil
spermatozoa ini sangat baik digunakan untuk tingkat pengenceran Andromed terhadap
proses pembekuan semen. Pemeriksaan spermatozoa memberikan pengaruh yang
hidup dan mati spermatozoa harus dilakukan sangat nyata (P<0,01) terhadap motilitas
secara selektif. Perhitungan spermatozoa spermatozoa saat proses pendinginan dan
yang hidup dan yang mati dengan pembekuan. Penurunan motilitas setelah
menggunakan zat warna tertentu. proses pendinginan dan pembekuan terbaik
Spermatozoa yang mati permebilitas pada tingkat pengenceran 1:4 (P1).
membrannya meningkat atau menyerap
warna, sedangkan spermatozoa yang hidup Tabel 2. Rataan motilitas spermatozoa
tidak menyerap warna. Sel spermatozoa yang kambing Boer
tidak menyerap warna akan berwarna jernih Perlakuan Motilitas (%)
sedangkan sel spermatozoa yang menyerap Pendinginan Pembekuan
warna akan berwarna seperti diserap P1 66,33+1,53 c 51+6,58 c
(Tambing dkk., 2001). P2 53,33+1,52 c 35,5+5,97 b
P3 20+10 b 3+1,94 a
4.2.Motilitas Individu Spermatozoa P4 4,33+1,15 a 0,7+0,55 a
Kambing Boer Post Thawing Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom
Motilitas atau daya gerak yang sama menunjukkan perbedaan
spermatozoa merupakan ukuran yang yang sangat nyata (P<0,01).
digunakan sebagai kesanggupan spermatozoa
untuk membuahi sel telur. Rataan tertinggi Hal ini menunjukkan semakin tinggi
persentase motilitas spermatozoa yaitu pada konsentrasi Andromed maka semakin rendah
perlakuan ke satu pada saat proses Persentase motilitas spermatozoa setelah
pendinginan dan pembekuan. Hasil pembekuan. Semen kambing mudah
pengamatan motilitas individu pada semen mengalami kerusakan selama proses
segar rata-rata adalah 70%. Setelah mendapat pembekuan, karena terjadinya pembentukan
perlakuan pendinginan dan pembekuan Kristal-kristal es yang dapat menyebabkan
diperoleh hasil rataan terbaik pada perlakuan kematian spermatozoa. Toelihere (1985)
pemberian Andromed 1:4 (P1) sebesar menyatakan bahwa selama proses
66,33+1,53 % dan 51+6,58 %.Hasil ini pembekuan semen Kristal-kristal es yang
menunjukkan adanya penurunan tingkat terbentuk akan menyebabkan konsentrasi
motilitas individu setelah proses pendinginan elektrolit meningkat di dalam sel yang akan
dan pembekuan. melarutkan selubung lipoprotein dinding sel
Meskipun demikian nilai ini masih spermatozoa dan pada waktu thawing akan
termasuk dalam standar motilitas yang baik mengubah permeabilitas membrane plasma
setelah pendinginan yaitu di atas 50%. sehingga spermatozoa akan mati. Hasil
Demikian pula pendapat Kartasudjana (2001) penelitian menunjukkan terjadinya
bahwa spermatozoa yang memiliki motilitas penurunan kualitas spermatozoa dari proses
kurang dari 60% tidak dianjurkan dalam pendinginan hingga proses pembekuan dan
program inseminasi buatan. pencairan kembali (thawing). Motilitas
spermatozoa setelah proses pendinginan

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 63-71, 2013 67


mengalami penurunan, penurunan ini 4.3.Viabilitas Individu Spermatozoa
disebabkan oleh faktor egg-yolk coagulating Kambing Boer Post Thawing
enzyme pada plasma semen kambing yang Viability atau spermatozoa hidup
bersifat toksin , maupun karena cold shock. adalah syarat mutlak bagi terjadinya
Penurunan motilitas spermatozoa juga fertilisasi. Rataan persentase viabilitas
disebabkan karena perlakuan yang spermatozoa setelah pendinginan dan
menimbulkan kerusakan dan kematian pembekuan pada ke empat jenis perlakuan
spermatozoa. pada spermatozoa kambing Boer seperti pada
Selama proses thawing spermatozoa Tabel 3.
rentan sekali terhadap kerusakan sel akibat Hasil uji statistik menunjukkan
perubahan tekanan osmotic secara tiba-tiba bahwa perlakuan yang berbeda memberikan
yang disebabkan oleh pencairan yang cepat. pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
Hanya spermatozoa yang mempunyai terhadap viabilitas individu sperma setelah
kemampuan daya membran plasma kuat yang proses pendinginan dan pembekuan. Rataaan
mampu bertahan (Maxwell and viabilitas setelah proses pendinginan dan
Watson,1996). Penurunan motilitas ini juga pembekuan terbaik pada tingkat pengenceran
dikarenakan berkurangnya persediaan energi 1:4 (P1).
spermatozoa yang digunakan untuk
mempertahankan hidup dan mendukung Tabel 3. Rataan viabilitas spermatozoa
pergerakan spermatozoa. kambing Boer
Penurunan motilitas setelah proses Perlakuan Viabilitas (%)
pendinginan dan pembekuan berada pada Pendinginan Pembekuan
kategori normal pada konsentrasi 4% (P1) P1 88,67+4,16 c 61,6+8,69 c
yaitu 66,33+1,53 % dan 51+6,58 % (Tabel
P2 75+5 b 42+5,87 b
1). Zenichiro dkk., (2002) menyatakan bahwa
motilitas individu post thawing adalah P3 26+10,15 a 6,3+3,53 a
40%.Penurunan ini juga bisa disebabkan oleh
P4 11,67+3,51a 3+1,63 a
pengaruh fisik saat perlakuan.
Selama proses pendinginan hingga Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom
memasukkan spermatozoa ke criyo vials yang sama menunjukkan perbedaan
dilakukan didalam lemari es, karena yang sangat nyata (P<0,01).
keterbatasan alat dilaboratorium sumber
Perbedaan rataan viabilitas ini bisa
sekar spermatozoa dibawa ke laboratorium
disebabkan karena pengaruh fisik pada saat
LSIH UB untuk dimasukkan ke lemari es -
perlakuan sehingga dapat menimbulkan
80ºC dan didalam perjalanan dibutuhkan
kematian. Gesekan antar spermatozoa dapat
beberapa waktu kurang lebih 25 menit dan
menyebabkan abnormalitas sekaligus
harus menjaga kestabilan suhu pada saat
kematian.
transportasi dijalan. Sedangkan motilitas
Terjadinya penurunan viabilitas
spermatozoa sangat rentan terhadap pengaruh
spermatozoa setelah proses pendinginan dan
suhu dan lingkungan (Ax, et al., 2000).
pembekuan bisa disebabkan karena pengaruh
fisik saat perlakuan yang menyebabkan
kematian. Pengaruh fisik tersebut diakibatkan

68 Uji Kualitas Spermatozoa Kambing Boer Hasil ….……...............….. Anis,M.N dkk


oleh gesekan antar spermatozoa, antara menyebabkan semen beku membutuhkan
spermatozoa dengan dinding tabung, atau waktu yang panjang untuk proses peleburan
antara globul lemak dari kuning telur kristal es nya.
sehingga menyebabkan kecenderungan Persentase daya hidup spermatozoa
penurunan viabilitas seiring dengan tingkat dapat diketahui dari perbedaan warna
pengenceran yang berbeda. spermatozoa pada preparat. Spermatozoa
Penurunan Persentase viabilitas yang hidup akan berwarna putih karena tidak
spermatozoa mengalami penurunan pada menyerap warna (terutama bagian kepala),
setiap perlakuan yang berbeda dan sedangkan spermatozoa yang mati akan
berpengaruh sangat nyata pada saat berwarna merah karena menyerap warna
penambahan pengencer Andromed (Tabel 3). Eosin (Kartasudjana, 2001).
Badan standarisasi Nasional menetapkan
kualitas semen sesudah proses pembekuan 4.4 Abnormalitas Individu Spermatozoa
harus menunjukkan spermatozoa hidup Kambing Boer Post Thawing
(viabilitas) minimal 40% (Anonimous, 2005). Spermatozoa yang memiliki
Penurunan kualitas spermatozoa setelah morfologi yang normal merupakan syarat
proses pendinginan dan pembekuan bagi terjadinya fertilisasi. Abnormalitas
disebabkan karena spermatozoa mengalami merupakan keadaan dimana spermatozoa
cold shock (kejutan dingin). Faktor lain yang mengalami kecacatan pada salah satu atau
dapat menyebabkan penurunan kualitas seluruh bagian tubuh spermatozoa.
spermatozoa adalah karena selama proses Abnormalitas primer terjadi sewaktu proses
pembekuan semen terjadi pembentukan spermatogenesis maupun adanya gangguan
Kristal-kristal es, sehingga konsentrasi testikuler, abnormalitas sekunder terjadi
elektrolit didalam sel meningkat dan akan setelah spermatozoa meninggalkan tubuli
melarutkan selubung lipoprotein dinding seminiferi menuju saluran reproduksi jantan,
spermatozoa (Toelihere, 1985). Menurut sedangkan abnormalitas tersier terjadi setelah
Maxwell dan Watson (1996), bahwa selama ejakulasi sampai pada proses handling.
pembekuan dan penyimpanan semen terjadi
ketidakseimbangan membran, yang dapat Tabel 4. Rataan abnormalitas spermatozoa
menurunkan ketahanan spermatozoa kambing Boer
sehingga setelah thawing kualitas semen Perlakuan Abnormalitas (%)
menjadi rendah. Pendinginan Pembekuan
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat P1 4,67+0,57 a 8,4+1,77 a
perbedaan rataan persentase viabilitas
P2 7+1a 9,3+1,34 ab
spermatozoa pada ke empat jenis perlakuan.
Rataan tertinggi persentase viabilitas P3 10,67+0,58 b 11,9+1,85 bc
spermatozoa saat pendinginan dan P4 11,67+1,15 b 13,9+3,57 c
pembekuan yaitu pada perlakuan pertama
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom
(P1) yaitu masing-masing sebesar
yang sama menunjukkan perbedaan
88,67+4,16 % dan 61,6+8,69 %. Kondisi ini yang sangat nyata (P<0,01)
disebabkan karena suhu yang terlalu rendah
pada pendinginan dan pembekuan

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 63-71, 2013 69


Hasil analisis statistik pada Tabel 4 mengalami abnormalitas diakibatkan oleh
menunjukkan pemberian pengencer pengaruh fisik pada saat perlakuan, dimana
Andromed memberikan pengaruh yang spermatozoa saling bergesekan satu sama
sangat nyata (P<0,01) terhadap abnormalitas lain sehingga menyebabkan abnormalitas
individu spermatozoa setelah pendinginan sekaligus kematian. Faktor-faktor yang
dan pembekuan. Rataan persentase mempengaruhi persentase abnormal adalah
abnormalitas spermatozoa setelah tindakan tidak hati-hati mencairkan semen
pembekuan diperoleh hasil abnormalitas dengan cairan yang tidak sama isotonisnya,
tertinggi pada tingkat konsentrasi Andromed cold shock, panas, gangguan nutrisi atau
1:16 (P4) dan abnormalitas terendah terdapat gangguan endokrin yang mempengaruhi
pada konsentrasi 1:4 (P1). Hal ini disebabkan spermatogenesis normal (Yulianti, 2006).
karena pengencer Andromed merupakan
buffer yang bagus dan dapat menekan
penurunan kualitas spermatozoa selama KESIMPULAN
Kualitas spermatozoa kambing Boer
proses pembekuan. Hasil pengamatan
setelah proses pembekuan secara lambat
menunjukkan rataan persentase abnormalitas
menggunakan alat MR. Frosty dengan
setelah proses pembekuan pada tingkat
penurunan suhu -1°C/menit sampai
konsentrasi Andromed 1:16 (P4) adalah
dimasukkan kedalam nitrogen cair -196°C
8,4+1,77 % dan 13,9+3,57%.
dengan perlakuan yang berbeda diperoleh
Peningkatan abnormalitas sperma-
motilitas, viabilitas dan abnormalitas terbaik
tozoa setelah proses pendinginan dan
pada tingkat pengenceran Andromed
pembekuan bisa disebabkan oleh pengaruh
sebanyak 1:4 (P1).
fisik spermatozoa yang menyebabkan
spermatozoa abnormal. perubahan suhu dapat
menyebabkan perubahan permeabilitas UCAPAN TERIMA KASIH
membrane sel dinding spermatozoa dan Penelitian ini merupakan bagian dari
mengakibatkan disharmonisme, pemecahan kegiatan Program Penerapan IPTEKS bagi
membrane, dan pengeluaran enzim. Kondisi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK)
demikian dapat menyebabkan peningkatan dibiayai oleh Dirjen DIKTI, Depdikbud No
abnormalitas spermatozoa. Kontrak 321/SP2H/KPM/ DITLIBTABMAS
Jumlah spermatozoa abnormal /V/ 2013, Tanggal 13 Mei 2013. An. G.
semakin meningkat, akan menyebakan Ciptadi, dkk. (2011-2013).
rendahnya kesuburan semen ternak tersebut.
Sel spermatozoa yang cacat, walaupun dapat DAFTAR PUSTAKA
membuahi sel telur namun biasanya berakhir Anonimus, 2005. Persyaratan Mutu. Badan
dengan kematian anak sebelum dilahirkan. Standarisasi Nasional.
Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan Ax, R.L., M. Dally., B.A. Didion., R.W.
abnormalitas adalah tindakan kurang hati-hati Lenz., C.C. Love., D.Dd Verner., B.
pada saat perlakuan, mencairkan semen Havez and M.E. Bellin. 2000. Semen
dengan cairan yang tidak sama isotonisnya, Evaluation, In Farm Animal. 7th
cold shock, panas, dan gangguan nutrisi. Edition. Edited by B. Hafez. Co
Peningkatan jumlah spermatozoa yang Director. Reproductive Health Center.

70 Uji Kualitas Spermatozoa Kambing Boer Hasil ….……...............….. Anis,M.N dkk


IVF Andrology Laboratory. Kiawah Salisbury, G.W, N.L. Van Denmark and
Island. South Carolina. USA. Lodge, J.R, 1985. PHisiology of
Bearden and Fuquay. 1984. Applied Animals Reproduction and Artificial
Reproduction. 2nd ed. Reston Insemination of Cattle. WH. Freeman
Publishing Company Inc. Aprentice- and Company, San Fransisco.
hall company Reston. Virginia. Sonjaya. H, Sutomo dan Hastuti. 2005.
Evans, W.H and Maxwell, J.M, 1987. Pengaruh Penambahan Calcium
Membran Structure and Function. IRL IonopHore Terhadap Kualitas
Press. Oxford University. Oxford : 11 Spermatozoa Kambing Boer Hasil
– 28. Seksing. J. Sains & Teknologi 5 (2).
Herdis, K. dan Surachman. 2005. Inseminasi Suyadi, Susilawati, T dan Isnaini, N. 2004.
Buatan Teknologi Tepat Guna Solusi Uji Coba Produksi Semen Beku
dalam Meningkatkan Populasi Ternak Kambing Boer. Laporan Penelitian.
Akibat Krisi Ekonomi. http:// Fakultas Peternakan. UB. Malang.
www.iptek.net.id/ind/pustaka_pangan/ Tambing, S.N, M. Gazali. dan B. Purwantara.
pdf/Seminar_Teknologi_Untuk_ 2001. Pemberdayaan Teknologi
Negeri/pdf dan_doc/inseminasi.pdf. Inseminasi Buatan pada Ternak
Diakses tanggal 12 Mei 2012. Kambing. Wartazoa Vol. 11, No.1
Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi
Buatan Pada Ternak. Jakarta. Pada Ternak. Angkasa Bandung.
Kuswanto, S. Suharyati dan P. E. Santoso. Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan
2007. Pengaruh Penggunaan pada Ternak. Angkasa Bandung.
Andromed, Stock Solution, dan Susus Yusuf, Arifiantini dan Mulyadi. 2006.
Skim Sebagai Bahan Pengencer Efektifitas Waktu Pemaparan Gliserol
Terhadap Kualitas Semen Cair Sapi Terhadap Motilitas Spermatozoa Pada
Limousin Selama Penyimpanan. Pembekuan Semen Domba Lokal
Fakultas Pertanian Unila. Menggunakan Pengencer Tris Kuning
Lopes, F. P., 2002. Semen Collection and Telur. Fakultas Kedokteran Hewan.
Evaluation in Ram. ANS 33161. Institut Pertanian Bogor.
University of Florida. Yulianti, E. R. 2006. Pengaruh Beberapa
Maxwell, W.M.C and Watson, P.F, 1996. Pengencer Dengan Waktu Equilibrasi
Recent Progres in Preservation of Ram Yang Berbeda Terhadap Kualitas
Semen. Animal Reproluction Science. Semen Kambing Boer Sebelum
42. Elsevier. Pembekuan. Skripsi. Fakultas
Mumu, M.I. 2009. Viabilitas Semen Sapi Peternakan UB. Malang.
Simental Yang Dibekukan Menggu- Zenichiro, K, Herliantien, Sarastina. 2002.
nakan Kriopektan Gliserol. Journal Instruksi Praktek Teknologi Prossesing
Agroland 16 (2) : 172-179. Semen Beku Pada Sapi. BBIB
Partodihardjo, S., 1992. Ilmu Reproduksi Singosari. Malang.
Hewan. Mutiara Sumber Widya,
Jakarta.

J. Ternak Tropika Vol. 14, No.2: 63-71, 2013 71

You might also like