You are on page 1of 12

Zoo Indonesia 2017 26(1): 8-19

Karakteristik Semen Segar domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen

KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR DOMBA GARUT TIPE LAGA


PADA TIGA WAKTU PENAMPUNGAN SEMEN

FRESH SEMEN CHARACTERISTIC OF GARUT RAMS FIGHTING TYPE


AT THREE SEMEN COLLECTION TIME

Herdis
Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT
Gd. LABTIAB 612 Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan Banten 15314
E-mail: kangherdis@yahoo.co.id

(diterima Januari 2017, direvisi Maret 2017, disetujui April 2017)

ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu penampungan semen yang berbeda terhadap karakteristik semen
segar domba garut tipe laga. Penelitian menggunakan tujuh ekor domba garut jantan. Penampungan semen dilakukan
seminggu sekali menggunakan vagina buatan. Karakteristik semen segar yang diamati adalah warna, volume, kekenta-
lan, keasaman, konsentrasi, abnormalitas, persentase motil, persentase hidup dan persentase membran plasma spermato-
zoa. Waktu penampungan semen yang berbeda berpengaruh terhadap karakteristik semen segar yang dihasilkan. Waktu
penampungan semen pukul 06.00 menghasilkan kualitas semen segar domba garut tipe laga paling baik berbeda nyata
(p<0,05) dibandingkan waktu penampungan semen pukul 12.00 namun tidak berbeda nyata (p>0,05) dibandingkan
dengan waktu penampungan semen pukul 09.00. Dari penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa perbedaan waktu
berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban ruangan. Guna mendapatkan kualitas semen segar yang lebih baik disarank-
an waktu penampungan semen domba garut tipe laga dilakukan pada pukul 06.00-09.00.

Kata kunci: kar akter istik semen, waktu penampungan semen, domba gar ut

ABSTRACT
The study was carried out to find out the influence of the difference semen collection time to fresh semen characteris-
tics of garut rams fighting type. Seven garut rams were used in this study. The semen was collected once a week using
artificial vagina. Fresh semen characteristics observed were: color, volume, viscosity, acidity, concentration, abnor-
malities, the percentage of motile, percentage of viable sperm and the percentage of plasma membrane integrity.
Moreover the difference of semen collection time affect the characteristics of fresh semen. Semen collected at 06:00
am showed best quality of garut Rams fresh semen and significantly higher (p <0.05) than at 12:00 am but not signif-
icantly different (p> 0.05) than at 09:00 am. This research demonstrated that the difference of semen collection time
causes the difference of air temperature and humidity. In order to get better quality of fresh semen, it is advised to
collect the semen of fighting type of garut rams at 06:00 to 09:00.

Keywords: semen char acter istics, semen collection time, gar ut r ams

PENDAHULUAN di provinsi Jawa Barat dan telah dibudi-


Domba garut merupakan salah satu dayakan secara turun temurun (Kementerian
plasma nutfah domba Indonesia yang perlu Pertanian 2011).
dilindungi dan memiliki potensi besar untuk Menurut Nurcholis dkk. (2016) domba
dikembangkan (Rizal & Herdis 2008). Kepu- garut merupakan domba lokal Indonesia yang
tusan Menteri Pertanian No. 914/Kpts/ berpotensi dikembangkan sebagai domba
OT.140/6/2011 menunjukkan bahwa domba pedaging karena pertumbuhannya relatif ce-
garut merupakan kekayaan sumber daya ge- pat dan bersifat prolifik dan dapat dijadikan
netik ternak asli Indonesia yang perlu dilin- sebagai domba laga atau tangkas. Menurut
dungi dan mempunyai sebaran asli geografis Rizal dkk. (2015) domba garut jantan dewasa

8
Karakteristik Semen Segar Domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen
Herdis

memiliki bobot badan sekitar 60–80 kg, penyakit. Penerapan teknologi reproduksi sep-
bahkan dapat mencapai lebih dari 100 kg, se- erti pengolahan semen dan inseminasi buatan
dangkan domba garut betina dewasa bobotnya (IB) merupakan alternatif tepat guna untuk
sekitar 30– 50 kg. Fakta ini menjadikan dom- meningkatkan populasi domba garut secara
ba garut potensial dijadikan sebagai donor se- aktif progresif. Melalui teknologi IB, semen
men untuk meningkatkan kualitas domba lokal yang diperoleh dari pejantan unggul dapat dio-
lainnya melalui penerapan teknologi insemi- lah sehingga lebih banyak jumlah domba
nasi buatan (IB). betina yang dapat dikawinkan dan meminimal-
Domba garut jantan biasa digunakan kan pengaruh negatif pada domba pejantan
sebagai domba petarung atau domba laga yang yang dijadikan sumber semen (Herdis 2011).
berperan dalam industri pariwisata sehingga Namun demikian keberhasilan program
mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi IB dengan semen segar maupun semen beku
dibandingkan domba lokal (Mulyono 2000). pada ternak domba belum sesuai dengan yang
Menurut Qomariyah dkk. (2001) domba garut diharapkan. Salah satu faktor yang menyebab-
jantan memiliki postur yang gagah dan tanduk kan rendahnya keberhasilan tersebut adalah
yang khas dengan ukuran yang besar, kokoh, kualitas semen yang digunakan. Semen adalah
kuat dan melingkar. Kelebihan lain domba cairan yang mengandung spermatozoa dan hasil
garut adalah cepat dewasa kelamin, tidak -hasil kelenjar kelamin pelengkap. Kualitas
mengenal musim kawin dan mempunyai sifat semen segar yang diperoleh sangat menentukan
dapat melahirkan anak kembar dua ekor atau apakah semen tersebut layak untuk di
lebih (Adiati dkk. 2001; Hastono dkk. 2001; inseminasikan. Beberapa faktor yang
Rizal dkk. 2013; Herdis 2015). mempengaruhi kualitas semen segar antara lain
Dalam pengembangbiakan domba garut metode penampungan, lingkungan, manajemen
masalah utama yang menjadi kendala adalah yang digunakan, individu dan umur pejantan
terbatasnya pejantan unggul dan potensi repro- yang digunakan (Rizal & Herdis 2008).
duksi ternak betina yang belum dimanfaatkan Melihat pentingnya proses penampungan
secara optimal. Sebagai Ilustrasi, domba garut semen untuk mendapatkan kualitas semen yang
jantan unggul jumlahnya terbatas dan hargan- lebih baik, maka dilakukan penelitian pengaruh
ya relatif mahal karena biasa digunakan untuk waktu penampungan semen yang berbeda
kontes domba laga. Pada saat ini perkawinan terhadap karakteristik semen segar domba garut
domba garut sebagian besar dilakukan dengan tipe laga. Penelitian ini bertujuan untuk
mencampurkan seekor domba jantan dengan mendapatkan waktu penampungan semen yang
lima ekor domba betina di dalam kandang ko- paling optimal guna mendapatkan kualitas
loni selama 40 hari. Pengaruh negatif yang semen segar domba garut terbaik. Hasil
terjadi pada domba jantan setelah dicampurkan penelitian diharapkan menjadi masukkan yang
adalah berat badan turun hingga 10 kg dan berharga untuk digunakan sebagai data dasar
domba jantan menjadi lebih peka terhadap untuk mendapatkan kualitas semen segar

9
Zoo Indonesia 2017 26(1): 8-19
Karakteristik Semen Segar domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen

sehingga dapat mendukung keberhasilan meliputi pemeriksaan konsentrasi dan abnor-


aplikasi teknologi IB pada ternak domba garut. malitas spermatozoa, persentase motilitas, per-
sentase hidup dan persentase membran plasma
METODE PENELITIAN utuh spermatozoa.
Pemeriksaan volume dilakukan dengan
Penelitian menggunakan tujuh ekor
menggunakan tabung penampung semen yang
domba garut jantan tipe laga berumur kurang
mempunyai ukuran ml. Pemeriksaan warna
lebih tiga tahun milik peternakan domba garut
diamati secara visual setelah penampun-
Lesan Putra,Ciomas Bogor dengan berat badan
gan semen. Pemeriksaan derajat keasaman
sekitar 80 kg. Domba garut jantan
semen dilakukan dengan menggunakan pH
dikandangkan dalam kandang individu. Pakan
meter. Pemeriksaan kekentalan/konsistensi dil-
yang diberikan berupa hijauan rumput segar dan
akukan dengan memiringkan tabung penam-
leguminosa sekitar 8 kg per ekor per hari,
pung kemudian ditegakkan kembali, bila
sedangkan konsentrat diberikan sekitar 0,8 kg
semen turunnya lambat berarti konsentra-
per ekor per hari. Bahan dan peralatan yang
sinya tinggi dan jika turunnya cepat berarti
digunakan pada penelitian antara lain eosin
konsentrasinya rendah (Garner & Hafez 2008).
0,2% dan 2%, NaCl fisiologis, alkohol 70%,
Penilaian dilakukan dengan sistem skor 1- 3,
vagina buatan, tabung reaksi, gelas objek, gelas
nilai 1 berarti kental, nilai 2 berarti sedang dan
penutup, termometer, termos air panas, mikros-
nilai 3 berarti encer.
kop, pipet, stop watch, alkohol, Ky Jelly dan
Konsentrasi spermatozoa merupakan
lainnya.
jumlah sel spermatozoa dalam satu mililiter
Waktu penampungan disesuaikan dengan
semen. Pemeriksaan dihitung menggunakan
perlakuan yang diberikan, dibagi menjadi tiga
hemositometer atau kamar hitung Neubauer .
perlakuan waktu yang berbeda yakni pukul
Pemeriksaan abnormalitas spermatozoa melipu-
06.00 WIB, pukul 09.00 WIB, dan pukul 12.00
ti abnormalitas kepala, abnormalitas ekor, buti-
WIB dengan tujuh kali ulangan setiap perla-
ran sitoplasma, dan keadaan abnormal yang
kuan. Pengukuran suhu udara dilakukan
lain. Evaluasi dilakukan pada minimal 200
dengan menggunakan termometer sedangkan
spermatozoa diamati dengan menggunakan
pengukuran kelembaban dilakukan dengan
mikroskop cahaya pembesaran 400 kali.
higrometer pada setiap waktu penampungan.
Persentase Motilitas (%M) adalah per-
Semen ditampung menggunakan vagina
sentase spermatozoa yang bergerak ke depan,
buatan satu kali dalam satu minggu. Segera
dihitung dengan menggunakan mikroskop caha-
setelah ditampung, karakteristik semen dieval-
ya pada pembesaran objektif 40 kali. Pengama-
uasi secara makroskopik dan mikroskopik.
tan dilakukan dengan menggunakan sistem
Pemeriksaan makroskopis meliputi pemerik-
skor. Skor 0% (tidak ada yang bergerak) sam-
saan volume, keasaman (pH) dan kekentalan
pai 100% (seluruh sperma bergerak ke depan).
semen sedangkan pemeriksaan mikroskopis
Persentase hidup (%H) adalah persentase sper-

10
Karakteristik Semen Segar Domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen
Herdis

matozoa yang hidup, dihitung dengan karena kualitas pejantan yang digunakan
menggunakan mikroskop cahaya pada pem- menentukan kualitas anak yang dihasilkan.
besaran objektif 100 kali. Evaluasi Keberhasilan pengembangbiakan domba garut
menggunakan zat pewarna eosin-negrosin. perlu ditunjang kualitas pejantan yang
Spermatozoa yang hidup tidak menyerap memiliki kemampuan mengawini beberapa
warna sedangkan yang mati berwarna merah. induk dalam satuan waktu tertentu. Guna
Evaluasi menggunakan sistem skor 0% sampai mendapatkan kualitas spermatozoa yang
100% (Rizal dkk. 2003) . maksimal maka perlu dilaksanakan metode
Persentase Membran Plasma Utuh (% dan waktu penampungan semen yang optimal
MPU) adalah persentase keutuhan membran sehingga kualitas semen segar yang diperoleh
plasma spermatozoa diperiksa dengan cara memenuhi syarat untuk kawin alam atau
semen dimasukkan ke dalam medium hipoos- diinseminasikan.
motik 0,032 M NaCl (NaCl 0,179 g dalam Kualitas semen segar sangat menentu-
100 ml akuadestilata) kemudian dilakukan kan layak tidaknya semen tersebut untuk di-
inkubasi suhu 37oC selama 30 menit. lakukan proses pengolahan. Hasil penelitian
Setelah dilakukan inkubasi, kemudian dibuat menunjukkan warna semen yang ditampung
preparat ulas tipis pada gelas objek lalu die- adalah putih susu atau krem. Hasil ini sesuai
valuasi dengan cara pengamatan dengan dengan pendapat Ax et al. (2008) dan peneli-
mikroskop cahaya pembesaran 400x ter- tian Indriani dkk. (2013) yang menyatakan
hadap minimum 200 spermatozoa. Spermato- bahwa warna semen domba adalah putih susu
zoa yang memiliki membran plasma utuh atau krem.
ditandai oleh ekor melingkar atau Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menggelembung, sedangkan yang rusak perbedaan waktu menyebabkan perbedaan
ditandai oleh ekor lurus. Evaluasi dilakukan suhu udara secara nyata (p<0,05). Pada pukul
dengan sistem skor 0% sampai 100% (Bebas 12.00 merupakan suhu udara paling tinggi
& Laksmi 2015). (32,6oC) berbeda nyata (p<0,05)
Data dianalisis dengan analisa ragam dibandingkan suhu udara pada pukul 06.00
rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga (22,7oC) dan suhu udara pada pukul 09.00
perlakuan (waktu penampungan) dan tujuh (27,6oC). Suhu udara pada pukul 09.00 lebih
kali ulangan (tujuh ekor domba sebagai ulan- tinggi dan berbeda nyata (p<0,05)
gan). Perbedaan antar perlakuan diuji dengan dibandingkan suhu udara pada pukul 06.00.
uji beda nyata terkecil. Pada parameter kelembaban ruang
menunjukkan pada pukul 12.00 mempunyai
HASIL DAN PEMBAHASAN kelembaban ruang paling rendah (49%)
Dalam usaha pengembangbiakan ternak, berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan
faktor pejantan memegang peranan penting kelembaban ruang pada pukul 06.00 (78,1%)

11
Zoo Indonesia 2017 26(1): 8-19
Karakteristik Semen Segar domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen

Tabel 1. Temper atur dan kelembaban r uang pada waktu penampungan semen yang ber -
beda.
Waktu Penampungan Temperatur Ruang (oC) Kelembaban Ruang (%)

Pukul 06.00 22,7 ± 0,8a 78,1 ± 3,3a


Pukul 09.00 27,6 ± 2,6b 68,6 ± 7,7a
Pukul 12.00 32,6 ± 2,8c 49,0 ± 11,3b
a,b
Superskrip dalam kolom yang sama masing-masing peubah menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

dan kelembaban ruang pada pukul 09.00 Kejobong sebesar 0,63± 0,19 ml (Syamyono
(68,8%). Kelembaban ruang pada pukul 06.00 dkk. 2015).
tidak berbeda dengan kelembaban ruang pada Penelitian menunjukkan derajat keasaman
pukul 09.00 (Tabel 1). (pH) semen domba garut tipe laga yang di-
Penelitian menunjukkan perlakuan peroleh pada waktu penampungan semen
waktu penampungan yang berbeda tidak ber- pukul 12.00 (7,3) lebih tinggi dengan derajat
pengaruh terhadap volume semen domba keasaman semen yang diperoleh pada waktu
garut tipe laga yang dihasilkan (Tabel 2). penampungan semen pukul 09.00 (7,1) dan
Volume semen domba garut yang diperoleh pukul 06.00 (7,1). Namun demikian derajat
paling sedikit sebesar 2,5±0,7 ml. Hasil yang keasaman yang dihasilkan tersebut normal
diperoleh berbeda dengan apa yang diperoleh dan netral. Menurut Garner & Hafez (2008)
Santoso & Herdis (2013) sebesar 0,82 ± 0,16 pH normal semen berkisar antara 6,4 sampai
ml dan Nalley & Arifiantini (2013) sebesar 7,8.
0,65 ± 0,32 ml. Menurut Qomariyah dkk. Kekentalan atau konsistensi semen
(2001) volume semen domba garut per dapat memberikan gambaran konsentrasi sper-
ejakulat sebesar 1,1  0,2 ml. Perbedaan matozoa yang terkandung di dalam semen terse-
volume ini terjadi karena adanya perbedaan but. Berdasarkan karakteristiknya masing-
umur, ukuran tubuh, perubahan kesehatan masing ternak akan menunjukkan nilai kekenta-
reproduksi dan frekuensi penampungan. lan yang berbeda (Arifiantini 2012). Penelitian
Sebagai perbandingan volume semen kambing menunjukkan kekentalan semen domba garut

Tabel 2. Volume, keasaman, kekentalan semen dan konsentr asi sper matozoa domba Gar ut
tipe laga pada waktu penampungan semen yang berbeda.

Waktu Volume Keasaman Kekentalan Konsentrasi


Penampungan Semen(ml) semen (pH) semen Spermatozoa (106/ml)

Pukul 06.00 2,5 ± 0,7 7,1 ± 0,1a 1,0 ± 0,0a 4.626 ± 99a
Pukul 09.00 3,2 ± 0,9 7,1 ± 0,1a 1,4 ± 0,8ab 4.050 ± 82ab
Pukul 12.00 2,6 ± 0,9 7,3 ± 0,1b 2,0 ± 0,8b 3.300 ± 103b
a,b
Superskrip dalam kolom yang sama masing-masing peubah menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

12
Karakteristik Semen Segar Domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen
Herdis

tipe laga yang diperoleh pada waktu penam- sebesar 5.110 juta/ml, sedangkan Nalley &
pungan semen pukul 06.00 paling kental (1,0) Arifiantini (2013) mendapatkan konsentrasi
berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan semen domba garut sebesar 3.052 juta/ml.
kekentalan semen yang diperoleh pada waktu Tingginya konsentrasi spermatozoa pada pen-
penampungan semen pukul 12.00 (2,0) namun ampungan semen pukul 06.00 berhubungan
tidak berbeda (p>0,05) dibandingkan yang dengan temperatur ruang yang terjadi.
diperoleh pada waktu penampungan semen Menurut Toelihere (1993) temperatur ber-
pukul 09.00 (1,4). Hasil kekentalan yang pengaruh terhadap libido dan produksi sper-
diperoleh sejalan dengan parameter matozoa yang dihasilkan di daerah tropik.
konsentrasi spermatozoa yang menunjukkan Penelitian menunjukkan temperatur ruang pa-
konsentrasi spermatozoa tertinggi diperoleh da pukul 12.00 lebih panas dan menghasilkan
pada waktu penampungan semen pukul 06.00 konsentrasi lebih rendah dibandingkan tem-
(4.626±99,3 juta/ml) berbeda nyata(p<0,05) peratur ruang pada pukul 06.00.
dibandingkan konsentrasi spermatozoa yang Penelitian menunjukkan gerakan ab-
diperoleh pada waktu penampungan semen normalitas spermatozoa terendah diperoleh
pukul 12.00 (3.300±103 juta/ml) namun tidak pada waktu penampungan semen pukul 06.00
berbeda (p>0,05) dibandingkan kekentalan (5,3%) berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan
semen yang diperoleh pada waktu abnormalitas spermatozoa yang diperoleh
penampungan semen pukul 09.00 (4.050±82 pada waktu penampungan semen pukul 12.00
juta/ml). Hasil ini menunjukkan semakin (8,4%) namun tidak berbeda (p>0,05)
siang temperatur udara semakin panas dibandingkan abnormalitas spermatozoa
menyebabkan konsentrasi spermatozoa yang spermatozoa yang diperoleh pada waktu
dihasilkan semakin sedikit (Tabel 2). penampungan semen pukul 09.00 (6,7%)
Menurut Rizal dkk. (2003) warna,
konsistensi, gerakan massa, dan konsentrasi
spermatozoa merupakan parameter yang
saling berkaitan, karena warna semen diten-
tukan oleh kepadatan (konsentrasi) sperma
dan juga akan termanifestasikan pada kon-
sistensi semen dan gerakan massa sperma-
tozoa. Konsentrasi spermatozoa yang di-
peroleh lebih tinggi dibandingkan Hartanti &
Karja (2014) yang memperoleh konsentrasi
sperma pada semen segar domba garut sebe-
sar 2.865 juta/ml. Herdis dkk. (2015) Gambar 1. Abnor malitas sper matozoa
domba Garut tipe laga pada wak-
mendapatkan konsentrasi sperma domba garut tu penampungan semen yang ber-
beda.

13
Zoo Indonesia 2017 26(1): 8-19
Karakteristik Semen Segar domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen

(Gambar 1). Abnormalitas spermatozoa Kejobong sebesar 82% (Syamyono dkk.


diketahui berkorelasi negatip dengan fertilitas. 2015), persentase motilitas spermatozoa se-
Pada sapi, apabila spermatozoa abnormal men kambing Peranakan Etawah sebesar
melewati 35% menunjukkan adanya infertili- 77,78 ± 2,64% (Ariantie dkk. 2014) dan
tas atau ketidaksuburan pejantan tersebut. Ab- 67,08 ± 6,43% (Hadiyati dkk. 2015) sedangkan
normalitas spermatozoa secara umum dibagi persentase motilitas spermatozoa semen sapi
menjadi tiga kelompok yaitu primer, sekunder Simental sebesar 72,1±1,2% (Nyuwita dkk.
dan tertier. Perbedaan abnormalitas yang ter- 2014), sapi Limousin sebesar 70,0 ± 0,0%
jadi pada perbedaan temperatur penampungan (Diliyana dkk. 2014), sapi bali sebesar 72,0 ±
diduga abnormalitas sekunder dan tertier kare- 4,5% (Matahine dkk. 2014) dan sapi perah
na abnormalitas primer sudah terjadi pada saat sebesar 75% (Samik 2014). Tingginya mo-
spermatogenesis jadi tidak dipengaruhi tem- tilitas spermatozoa pada penampungan pukul
peratur ruangan. Untuk keberhasilan insemi- 06.00 dibandingkan dengan pukul 12.00
nasi buatan abnormalitas spermatozoa tidak disebabkan karena dengan tingginya suhu
boleh melebihi 20% (Herdis 2011). maka derajat metabolismenya semakin tinggi
Penelitian menunjukkan persentase semakin banyak terjadi asam laktat dan ber-
motilitas spermatozoa tertinggi diperoleh pengaruh negatif kepada motilitas spermato-
pada waktu penampungan semen pukul zoa.
06.00 berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan Persentase hidup spermatozoa dieval-
persentase motilitas spermatozoa yang uasi dengan menggunakan pewarna deferen-
diperoleh pada waktu penampungan semen sial eosin negrosin. Pada spermatozoa yang
pukul 12.00 namun tidak berbeda (p>0,05) hidup, pewarna yang masuk akan dipompa
dibandingkan dengan yang diperoleh pada kembali keluar sehingga spermatozoa terlihat
waktu penampungan semen pukul 09.00. berwarna putih atau jernih. Pada spermato-
Motilitas spermatozoa yang diperoleh lebih zoa yang mati, kemampuan daya pompa dari
rendah dibandingkan Hartanti & Karja sel sudah tidak berfungsi dengan baik sehing-
(2014) sebesar 81,25 %. Rizal dkk. (2003) ga pewarna tetap berada di dalam sel, dan sel
memperoleh motilitas spermatozoa sebesar spermatozoa terlihat berwarna merah.
76,67%. Yulnawati & Herdis (2009) mem- Penelitian menunjukkan persentase hidup
peroleh motilitas spermatozoa sebesar 73%. spermatozoa tertinggi diperoleh pada waktu
Herdis dkk. (2015) mendapatkan motilitas penampungan semen pukul 06.00 berbeda
spermatozoa pada semen segar domba garut nyata (p<0,05) dibandingkan persentase
sebesar 75% dan Nalley & Arifiantini (2013) hidup spermatozoa yang diperoleh pada
mendapatkan motilitas spermatozoa semen waktu penampungan semen pukul 12.00,
domba garut sebesar 72,92%. Sebagai gam- namun tidak berbeda (p>0,05) dibandingkan
baran, motilitas spermatozoa semen kambing persentase hidup spermatozoa yang diperoleh

14
Karakteristik Semen Segar Domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen
Herdis

Gambar 2. Per sentase motilitas, daya hidup dan membr an plasma utuh sper matozoa dom
ba Garut tipe laga pada waktu penampungan Semen yang berbeda.

pada waktu penampungan semen pukul 12.00 (77,3%), namun tidak berbeda
09.00. Persentase hidup spermatozoa semen (p>0,05) dibandingkan persentase MPU sper-
segar domba garut yang diperoleh lebih matozoa yang diperoleh pada waktu penam-
rendah dibandingkan Hartanti & Karja pungan semen pukul 09.00 (81,1%). Keutu-
(2014) sebesar 88,58%. Rizal dkk. (2003) han membran plasma dievaluasi dengan
memperoleh daya hidup sebesar 87,33%. metode hypoosmotic swelling test (HOS
Yulnawati & Herdis (2009) memperoleh per- test). Pada metode ini spermatozoa yang
sentase hidup sebesar 83,6%. Herdis dkk. mempunyai membran plasma utuh setelah
(2015) mendapatkan spermatozoa hidup diberi larutan HOS ekornya terlihat meling-
pada semen segar domba garut sebesar kar. Keadaan ini disebabkan karena pada sel
86,67%. Sebagai pembandingan persentase yang mempunyai membran plasma utuh,
spermatozoa hidup semen sapi Limousin larutan yang masuk ke dalam sel tidak bisa
95,12 ± 1,42 % (Diliyana dkk. 2014), sapi keluar lagi sehingga tekanan di dalam sel
Bali sebesar 85,0 ± 4,6% (Matahine dkk. meningkat dan spermatozoa terlihat mempu-
2014) dan sapi perah sebesar 85% (Samik nyai ekor yang melingkar. Sebaliknya, pada
2014) sel yang mempunyai membran plasma rusak,
Evaluasi terhadap parameter keutuhan larutan yang masuk ke dalam sel akan keluar
membran plasma sejalan dengan parameter kembali sehingga ekor spermatozoa terlihat
lainnya yang menunjukkan persentase MPU lurus. Membran plasma mengandung asam
spermatozoa tertinggi diperoleh pada waktu lemak tidak jenuh yang mudah teroksidasi
penampungan semen pukul 06.00 (83,7%) dalam jumlah yang tinggi. Keadaan ini me-
berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan nyebabkan membran spermatozoa mudah
persentase MPU spermatozoa yang diperoleh dirusak oleh peroksidasi.
pada waktu penampungan semen pukul Rendahnya keutuhan membran plasma

15
Zoo Indonesia 2017 26(1): 8-19
Karakteristik Semen Segar domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen

spermatozoa pada penampungan semen mikro bagi ternak yang hidup di ling-
pukul 12.00 disebabkan karena semakin ting- kungannya dan keadaan iklim mikro ini dapat
gi suhu ruangan pada waktu penampungan mempengaruhi kondisi hidup ternak.
semen menyebabkan semakin tinggi derajat Menurut Hafez & Hafez (2000) iklim ber-
metabolisme spermatozoa sehingga terjadi pengaruh langsung pada ternak diketahui dari
penimbunan asam laktat dan berdampak bu- perubahan suhu tubuhnya, sistem pengontro-
ruk terhadap daya hidup spermatozoa, yakni lan syaraf, kerja hormon, tingkah laku, kon-
lebih cepat mati serta semakin banyak terjadi sumsi pakan, air minum serta produksinya.
kerusakan membran plasma spermatozoa Suhu dan kelembaban udara merupakan
yang menyebabkan nilai MPU semakin faktor penting yang berpengaruh terhadap
kecil. ternak. Kelembaban dan suhu yang terlalu
Dari semua parameter yang diuji hasil tinggi menyebabkan ternak menjadi tercekam
penelitian menunjukkan bahwa waktu pen- karena terjadi gangguan pada sistem
ampungan semen pada pukul 06.00 pengaturan keseimbangan panas tubuh
menghasilkan kualitas semen segar domba dengan lingkungan. Hasil penelitian yang
garut tipe laga lebih baik dibandingkan diperoleh sesuai dengan apa yang dikemuka-
dengan waktu penampungan semen pada kan oleh Rizal & Herdis (2008) bahwa sper-
pukul 12.00, namun tidak berbeda dengan matozoa sangat peka terhadap panas dan si-
kualitas semen segar yang dihasilkan pada nar matahari sehingga tempat penampungan
waktu penampungan semen pukul 09.00. semen jangan terkena sinar matahari lang-
Kondisi ini berhubungan dengan kondisi su- sung karena dapat menurunkan kualitas sper-
hu ruangan dan kelembaban yang terjadi di- matozoa. Kadar metabolisme dan gerakan
mana pada pukul 12.00 suhu ruangan nyata spermatozoa berbeda-beda menurut suhu.
lebih panas dibandingkan dengan pada pukul Peningkatan suhu 10oC di atas suhu ling-
06.00. Berman (2005) melaporkan pengaruh kungan akan meninggikan kadar metabo-
langsung faktor stres panas terhadap produksi lisme dua kali lipat atau lebih serta mengu-
dan reproduksi disebabkan meningkatnya rangi daya hidup dua kali lipat. Sinar ma-
kebutuhan maintenance sebagai upaya tahari langsung akan menurunkan daya hidup
ternak menghilangkan kelebihan beban spermatozoa dan menurunkan fertilitas sper-
panas, mengurangi laju metabolisme dan matozoa. Kondisi lingkungan dengan suhu di
konsumsi pakan, sehingga mengakibatkan atas 50oC akan menyebabkan spermatozoa
keseimbangan energi negatif yang berdampak kehilangan daya gerak dalam waktu 5 menit.
pada penurunan kemampuan berproduksi dan Faktor penyusun iklim mikro dian-
sekresi hormon reproduksi yang berhubungan taranya suhu, kelembaban udara, radiasi dan
dengan fertilitas ternak tersebut. kecepatan angin serta suhu lingkungan yang
Iklim di suatu daerah merupakan iklim terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat

16
Karakteristik Semen Segar Domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen
Herdis

mempengaruhi reproduksi hewan jantan. Su- kepada teknisi lapangan dan rekan peneliti
hu udara yang tinggi dapat menyebabkan BPPT yang telah membantu sehingga
penurunan fertilitas spermatozoa. Waktu pen- penelitian ini berjalan dengan lancar.
ampungan yang berbeda dapat mempengaruhi
jumlah semen segar yang didapatkan dan juga DAFTARPUSTAKA
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas Adiati, U., Subandriyo, Tiesnamurti, B. &
Aminah, S. (2001). Karakteristik semen
semen segar. Waktu penampungan berhub-
segar tiga genotipe domba persilangan.
ungan dengan libido sedangkan libido di- Dalam H. Budi (Editor), Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan
pengaruhi oleh hormon testosteron. Kadar
dan Veteriner (hal 113-117). Bogor:
testosteron tinggi pada pagi hari sampai seki- Puslitbang Peternakan Kementerian
Pertanian.
tar pukul 08.00 sehingga pada pagi hari kuali-
Arifiantini, R. I. (2012). Teknik koleksi dan
tas spermatozoa yang dihasilkan lebih baik evaluasi semen pada hewan. Bogor: IPB
Press.
dibandingkan siang hari.
Ariantie, O. S., Yusuf, T. L., Sajuthi, D. &
Arifiantini, R. I. (2014). Kualitas semen
KESIMPULAN cair peranakan etawah dalam modifikasi
pengencer tris dengan trehalosa dan rafi-
Berdasarkan hasil penelitian dapat disim- nosa. Jurnal V eteriner, 15(1), 11-22.
pulkan bahwa perbedaan waktu berpengaruh Ax R. L., Dally, M., Didion, B. A., Lenz, R.
W., Love, C. C., Varner, D. D., Hafez,
terhadap suhu dan kelembaban ruangan. Wak- B & Bellin, M. E. (2008). Semen evalu-
tu penampungan semen yang berbeda ber- ation in farm animal reproduction. 7th
eds. Baltimore: Hafez, B. & Hafez. E.
pengaruh terhadap karakteristik kualitas se- S. E.
men segar yang dihasilkan. Karakteristik se- Bebas, W. & Laksmi, D. N. D. I. (2015). Vi-
abilitas spermatozoa ayam hutan hijau
men segar domba garut tipe laga pada penam- dalam pengencer posfat kuning telur
pungan semen pukul 06.00 dan pukul 09.00 ditambah laktosa pada penyimpanan
5oC. Jurnal V eteriner, 16(1), 62-67.
lebih baik dibandingkan penampungan semen Berman, A. (2005). Estimates of heat stress
pukul 12.00. Guna mendapatkan kualitas se- relief needs for Holstein dairy cows. J.
Anim. Sci, 83, 1377-1384.
men segar yang lebih baik disarankan waktu Diliyana, Y. F., Susilawati, T. & Rahayu, S.
penampungan semen domba garut tipe laga (2014). Keutuhan membran spermato-
zoa disekuensing sentrifugasi gradien
dilakukan pada pukul 06.00-09.00. densitas Percoll Berpengencer An-
dromed dan CEP-2 yang ditambahkan
kuning telur. Jurnal V eteriner, 15(1), 23-
UCAPAN TERIMA KASIH 30.
Terima kasih disampaikan kepada Ir. Garner D. L & Hafez, E. S. E. (2008). Sperma-
tozoa and seminal plasma. In E. S. E.
Ateng Sutisna pemilik peternakan domba Hafez & B. Hafez (Editor). Reproduction
garut tipe laga “Lesan Putra” yang telah ber- in farm animal. ( pp. 96 - 109 ) Baltimore:
Lippincott & Williams.
sedia meminjamkan domba garut jantan da- Hafez, E. S. E. & Hafez B (2000). Reproduc-
lam penelitian. Terima kasih kepada M. tion in farm animal. 7th Edition. Philadel-
phia: Lea and Febiger.
Nurfadillah yang telah membantu penelitian Hartanti, A. W. & Karja, N. W. K. (2014).
berlangsung dan terima kasih disampaikan Karakteristik frozen-thawed spermato-

17
Zoo Indonesia 2017 26(1): 8-19
Karakteristik Semen Segar domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen

zoa domba Garut yang dikriopreservasi _Jabar.pdf. [24 Oktober 2016].


dalam pengencer yang mendapat im- Matahine, T., Burhanuddin & Marawali, A.
buhan Orvus ES Paste. Jurnal Veteriner, (2014). Efektivitas air buah lontar da-
15(4), 454-460. lam mempertahankan motilitas, viabili-
Hastono, M. E. (2001). Keragaan reproduksi tas dan daya tahan hidup spermatozoa
domba rakyat di Kabupaten Garut. Da- sapi Bali. Jurnal V eteriner, 15(2), 263-
lam H. Budi (Editor), Prosiding seminar 273.
nasional teknologi peternakan dan Mulyono, S. (2000). Teknik pembibitan
veteriner (hal 100-105). Bogor: kambing dan domba. Cetakan ke-3.
Puslitbang Peternakan Kementerian Jakarta: Penebar Swadaya.
Pertanian. Nalley, W. .M. M. & Arifiantini, R. I. (2013).
Herdis. (2011). Penerapan teknologi insemi- The Hypo-osmotic swelling test in fresh
nasi buatan dalam peningkatan produk- Garut ram spermatozoa. J.Indonesian
tivitas ternak ruminansia kecil di Indo- Trop.Anim.Agric, 38(4), 212-216.
nesia. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Nurcholis, Arifiantini, R. I. & Yamin, M.
Bidang Fisiologi dan Reproduksi Ter- (2016). Kriopreservasi semen domba
nak. Jakarta: BPPT Press. Garut menggunakan tris kuning telur
Herdis. (2015). Daya motil dan keutuhan yang disuplementasi Omega-3 minyak
membran plasma spermatozoa domba ikan salmon. Jurnal V eteriner, 17(2),
Garut (Ovis A ries) pada penambahan 309-315.
kolesterol dalam pengencer semen tris Nyuwita, A., Susilawati, T. & Isnaini, N.
kuning telur. Jurnal Sains dan (2015). Kualitas semen segar dan
Teknologi Indonesia, 19(1), 16-23. produksi semen beku sapi Simmental
Herdis, Darmawan I. W. A. & Nuradianto. pada umur yang berbeda. J. Ternak
(2015). Peranan dextrosa dalam Tropika, 16(1), 61-68.
mempertahankan daya hidup Qomariyah, Mihardja, S. & Idi, R. (2001).
spermatozoa dalam proses pembekuan Pengaruh kombinasi kuning telur
semen domba. Dalam M. K. Ekayanti dengan air kelapa terhadap daya tahan
(Editor), Prosiding seminar nasional hidup dan abnormalitas spermatozoa
bioresources untuk pembangunan domba Priangan pada penyimpanan 5°
ekonomi hijau. Peran bioteknologi C. Dalam H. Budi (Editor), Prosiding
dalam peningkatan populasi dan mutu Seminar nasional teknologi peternakan
genetik ternak mendukung kemandirian dan veteriner (hal 172-177). Bogor:
daging dan susu nasional (hal 256- Puslitbang Peternakan Kementerian
265). Bogor: LIPI. Pertanian.
Hidayati, N., Arifiantini, R. I & Sajuthi, D. Rizal, M., Toelihere, M. R., Yusuf, T. L.,
(2015). Preservasi semen kambing Purwantara, B. & Situmorang, P.
peranakan etawa dalam pengencer tris (2003). Karakteristik penampilan re-
dan sitrat kuning telur dengan penam- produksi pejantan domba Garut. Jurnal
bahan sodium dodecyl sulphate. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner, 8(2), 134-
Veteriner, 16(3), 334-342. 140.
Indriani, Susilawati, T. & Wahyuningsih, S. Rizal, M. & Herdis (2008). Inseminasi buatan
(2013). Daya Hidup spermatozoa sapi pada domba. Jakarta: Penerbit Rine-
Limousin yang dipreservasi dengan ka Cipta.
metode water jacket dan free water Rizal, M., Herdis & Sangaji. (2013). Fetal
jacket. Jurnal Veteriner, 14(3), 379- bovine serum dalam pengencer tris
386. mempertahankan kehidupan dan
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. keutuhan membran plasma spermatozoa
(2011). Keputusan Menteri Pertanian semen beku domba Garut. Jurnal
Nomor: 2914/Kpts/Ot.140/6/2011 ten- Veteriner, 14(4), 437-443.
tang penetapan rumpun domba Garut. Rizal, M., Herdis, Nasrullah, Riyadhi, M.,
[Online] Diambil dari http:// Sangadji, I. & Yulnawati. (2015). Kri-
ditjennak.pertanian.go.id/download. opreservasi semen domba Garut
php?file=8%20-%20Domba %20Garut dengan Ppngencer tris yang disuple-

18
Karakteristik Semen Segar Domba Garut Tipe Laga pada Tiga Waktu Penampungan Semen
Herdis

mentasi Ethylene Diamine Tetraacetic plasma nutfah hewan di Indonesia


Acid. Jurnal Veteriner, 16 (2), 249- (hal 110-114). Bogor: Asosiasi Repro-
255. duksi Hewan Indonesia.
Samik, A., Oktanella, Y., Hernawati, T., Syamyono, O., Samsudewa, D. & Setiatin, E.
Widjaja, N. M. R. & Dewanti, I. P. P. T. (2015). Karakteristik semen dan ka-
(2014). Penambahan osteopontin da- dar testosteron berdasarkan ukuran ling-
lam pengencer semen beku sapi perah kar skrotum kambing kejobong muda
Friesian Holstein meningkatkan ek- dan dewasa. Jurnal V eteriner, 16(2), 256
spresi B-Cell CII/Lymphoma-2 sper- -264.
matozoa postthawing. Jurnal Vete- Toelihere. (1993). Inseminasi buatan pada ter-
riner, 15(4), 461-466. nak. Bandung. Angkasa.
Santoso & Herdis. (2013). Peranan raffinosa Yulnawati & Herdis. (2009). Kualitas semen
ke dalam mempertahankan kualitas se- cair domba Garut pada penambahan
men beku domba Garut. Dalam R. I. sukrosa dalam pengencer tris kuning
Arifiantini (Editor), Prosiding semi- telur. Jurnal Ilmu Ternak dan Vete-
nar nasional : Peran reproduksi riner, 14(1), 45-49.
dalam penyelamatan & pengembangan

19

You might also like