Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan
kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat
(public health). Perubahan paradigma kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat
berubahnya pola penyakit, gaya hidup, kondisi kehidupan, lingkungan kehidupan, dan
demografi. Pada awal
perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada faktor-faktor yang
menimbulkan risiko kesehatan seperti udara, air, penyakit-penyakit bersumber makanan
seperti penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan kemiskinan dan kondisi
kehidupan yang buruk. Dalam perkembangan selanjutnya, disadari bahwa kondisi
kesehatan juga dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat (Depkes RI., 2004).
B. RUMUSAN MASALAH
1. konsep belajar
2. teori belajar
3. prinsip belajar
4. model belajar
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Diharapakan pembaca mengerti tentang penjelasan dari promosi kesehatan yang kami
buat di makalah ini. Sehingga pembaca menegetahui apa saja yang ada di pembahasan
promosi kesehatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. menanbah atau memperoleh tingkah laku baru
belajar sebenarnya merupakan suatu usaha untuk memperoleh usaha hal baru
dalam tingkah laku (pengetahuan, percakapan, keterampilan, dan nilai-nilai). Dari
pernyataan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas dari belajar dalam memperoleh
suatu hal yang baru. Disamping itu dalam proses belajar juga terjadi suatu peralihan
dari potensi dan keaktivitasan
Pendapat ini didukung oleh hilgard, yang disarikan oleh pasaribu, dan simanjuntak,
yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap
lingkungan. Prubahan tersebut tidak dapat disebut dalam belajar apabila disebabkan oleh
pertumbuhan atau keadaan sementara, misalnya kelelahan atau kerena obat obatan.
3
2.2 TEORI BELAJAR
Perkembangan teori proses belajar yang ada dapat dikelompokan kedalam kedua
kelompok besar, yakni teori stimulus respon yang kurang memperhatikan faktor internal
dan teori transformasi yang memperhitungkan faktor internal. Teori stimulus respon yang
berpakal pada psikologi asosiasi dirintis oleh john locke dan herbart. Didalam teori ini apa
yang terjadi pada diri subjek belajar merupakan rahasia atau biasa disebut black box.
Belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-gabungkan tanggapan
dengan jalan mengulang-ngulang. Tanggapan-tanggapan tersbut diperoleh melalui
pemberian stimulus atau rangsangan rangsangan. Makin banyak dan sering di beri stimulus,
maka makin memperkaya subjek belajar. Teori ini tidak memperhitungkan faktor internal
yang terjadi pada subjek belajar.
Sedangkan kelompok teori proses belajar yang kedua adalah memperhitungkan faktor
internal maupun eksternal. Pertama, teori tranformasi yang berlandasan pada psikologi
kognitif seperti yang dirumuskan oleh neisser, bahwa proses belajar adalah tranformasi dari
masukan (input ), kemudian input tersebut direduksi, disimpan,ditemukan kembali, dan
dimanfaatkan. Selanjutnya dijelaskan bahwa belajar dimulai dari kontak individu dengan
dunia luar transformasi dari masukan masukan sensoris bersifat aktif malalui proses selesksi
untuk dimasukan kedalam ingat (memori). Meskikupm teori ini dikembangkan berdasarkan
psikologi kognitif, tetapi tidak membatasi penelaahannya pada kawasan (domain)
pengetahuan saja, selain juga meliputi kawasan efektif dan psikomotorik yang ditunjukan
dalam bentuk berbagai permainan.
1. teori belajar gestalt
Teori gestalt yang berdeasar pada teori belajar psikologi beranggapan, bahwa setiap
fenomena terdiri dari satu kesatuan esensial yang melebihi jumlah dari unsurnya, bahkan
keseluruhan itu lebih dari bagiannya. Selanjutnya, para ahli psikologi gestalt
menyimpulkan bahwa seorang dikatakan belajar apabila dia memperoleh pemahaman
dalam situasi problematis. Pemahaman tersebut ditandai adanya:
a. suatu perubahan yang tiba tiba dari keadaan yang tak berdaya menjadi keadaan yang
mampu menguasai atau memecahkan masalah.
b. adanya retensi yang baik
c. adanya peristiwa tranfer
untuk memperoleh pemahaman itu kita harus berhadapan dengan problem solving. Ini
berarti bahwa belajar yang berarti adalah seseorang menghadapi problem dan
menemukan pemecahannya.
4
Contohnya:
Bagaimana meningkatkan gizi masyarakat desa disuatu daerah yang penduduknya kurang
gizi. penyebab kekurangan gizi:
1. Mungkin karna penduduknya padat sedangkan pertanian kurang
2.ketidaktahuan masyarakat terhadap makanan bergizi
3. kuatnya tradisi dan adat istiadat
4. kurangnya partisipasi masyaraaakat
5. kurangnya perhatian pemerintah daerah
3. teori asosiasi
Menurut teori ini belajar adaalah mengambil tanggapan yang menggabungkan
tanggapan dengan jalan mengulang. Jadi, belajar ialah mengulang di dalam
mengasosiasikan tanggapan sehingga reproduksi yang satu dapat menyebabkan reproduksi
lain dalam ingatan kita. Tujuan belajar ialah mereproduksikan gabungan tanggapan
dengan cepat dan di percaya.
Contoh : dalam memberikan situasi belajar kepada masyarakat harus di perbanyak
tanggapan pada diri mereka.
5
C. teori belajar sosial
Untuk melangsungkan kehidupannya manusia memerlukan belajar. Yaitu secara
fisik, misalnya menari, olahraga, mengandarai mobil.
Dalam belajara psikis termasuk juga belajar sosial, yakni sesorang mempelajari
peranan nya dalam kontak sosial. Cara yang sangat penting dalam belajar sosial menurut
teori stimulus-respon adalah tingkahlaku tiruan.
1. teori belajar sosial dan tiruan dari N.E Miller dan J.Dolard
Pandangan N.E Miller dan J.Dolard berttitik tolak dari teori Hull yang dikembangkan
menjadi teori tersendiri. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan
hasil belajar. Oleh karana itu untuk memahami tingkh laku sosial dan proses belajar
sosial, kita mengetahui prinsip psikologi belajar.
Tiga macam mekanisme tingkah laku tiruan yaitu:
1. tingkah lakku sama( same behaviour )
Tingkah laku terrjadi apabila kedeua orang yang bertingkah laku sama terhadap
rangsangan atau isyarat yang sama contohnya :
dua orang yang belanja ditoko dan dengan barang yang sama.
2. tingkah laku tergantung
Tingkah laku ini timbul dalam interaksi 2 pihak misalnya, kakak adik yg sedang
menunggu ibunya pulang dari pasar
3. tingkah laku salinan
Pada tingkah laku ini peniru bertingkah laku atas dasar isyarat berupa tingkah laku
yang diberikan oleh model. Pengaruh ganjaran dan hukuman terhadap kuat atau
lemahnya tingkah laku tiruan. hal ini berarti perkiraan tentang tingkah laku model
dalam kurung waktu yang relatif panjang akan dijadikan patokan oleh si peniru
untuk memperbaiki tingkah lakunya
6
Ada pengaruh tingkah laku model terhadap tingkah laku peniru, ada 3 macam :
a. Efek Modeling
tingkah laku yaitu peniru melakukan tingkah laku melalui asosiasi sehingga sesuai
denga n tingkah laku model
b. Efek penghambat
yaitu tingkah laku tidak sesuai dengan tingkah laku model. Di hambat timbulnya,
sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model di hapuskan.
c. Efek kemudahan
yaitu tingkah laku sudah pernah di pelajari oleh peniru.
Akhirnya A.Bandura dan R.H Walker menyatakan bahwa terjadi proses pengganti ini
dapat pula menerangkan gejala timbulnya emosi pada peniru dan emosi pada model.
7
2.3.3 prinsip 3
Belajar adalah suatu konsekuensi dari pengalaman. Seseorang menjadi
bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggunag jawab. Dia menjadi atau dapat berdiri
sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Orang tidak akan
merubah perilakunya hanya karena seseorang mengatakan kepadanya untuk
mengubahnya. Untuk belajar efektif tidak cukup jika hanya dengan memberikan
informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan pengalaman.
Kita tidak cukup dengan hanya mengatakan bahwa imunisasi bagi anak itu
penting, tetapi juga dengan memberikan imunisasi kepada anak sehingga orang tua
akan memperoeh pengalaman
2.3.4 prinsip 4
Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi. Kerja sama akan
memperkuat proses belajar. Orang pada hakikatnya senang saling bergantung dan
saling membantu. Dengan kerja sama, saling berinteraksi, dan berdiskusi, disamping
memperoleh pengalaman dan orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-
pemikiran dan daya kreasi tertentu.
Impilikasi prinsip ini dalam pendidikan kesehatan adalah dengan
pembentukan kelompok dan diskusi kelompok akan sangat mempermudah proses
belajar
2.3.5 prinsip 5
Belajar adalah proses evolusi. Bukan proses revolusi karena perubahan perilaku
memerlukan waktu dan kesabaran.
Perubahan prilaku adalah suatu proses yang lama, karena memerlukan
pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain, contoh dan mungkin pengalaman
sebelum menerima atau berprilaku baru. Bagaimanapun menguntungkan bagi dirinya,
belajar akan selalu dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakan dan sangat
mengganggu. Untuk itu dalam melakukan pendidikan kesehatan hasilnya tidak dapat
kita peroleh dengan segera, dan tidak boleh tergesa-gesa, tetapi memerlukan kesabaran
dan ketekunan.
8
2.3.6. prinsip 6
Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang menyakitkan karena
menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat menyenangkan dan sangat berharga
bagi dirinya dan mungkin harus melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup atau
pegangan hidupnya. Maka dalam mengintroduksikan hal-hal baru yang dikehendaki
mereka untuk berprilaku baru, sebaiknya dilakukan tidak secara dramatis dan radikal.
Harus hati-hati dan sedikit demi sedikit, sehingga individu/masyarakat mau
meninggalkan perilaku lama dengan senagn hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak
menimbulkan frustasi.
2.3.7 prinsip 7
Belajar adalah proses emosional dan intelektual. Belajar di pengauhi oleh
keadaan individu atau si pengajar secara keseluruhan. Belajar bukan hanya proses
intelektual, tetapi emosi juga menentukan. Oleh karena itu hasil belajar sangat
ditentukan oeh situasi psikologi individu saat belajar. Bila seseorang sedang dalam
keadaan kalut,murung,frustasi,konflik,dan tidak puas, maka jangan di bawa kedalam
suatu proses belajar.
Demikian juga iklim proses belajar harus diciptakan sedemikian rupa sehingga
terasa tidak tegang,kaku,dan mati. Harus diciptakan situasi yang hidup,gembira,dan
tidak terlalu formal.
2.3.8 prinsip 8
Belajar bersifat individual dan unik. Setiaporang mempunyai gaya belajar dan
keunikan sendiri dalam belajar untuk itu kita harus menyediakan media belajar yang
bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai
dengan keunikan dan gaya masing-masing.
Seluruh prinsip-prinsip belajar di atas,mencakup situasi proses belajar yang
menguntungkan, mempunyai ciri-ciri komunikasi yang bebas dan terbuka, konfrontasi
penerimaan,respek, diakuinya hak untuk salah, kerja sama kolaborasi, saling
mengevaluasi,keterlibatan tiap individu,aktif,kepercayaan, dan sebagainya
9
2.4 MODEL PROMKES
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik bermutu yang
mewakili sesuatu hal nyata. Model dalam kebidanan adalah aplikasi struktur kebidanan
yang memungkinkan seorang bidan untuk menerapkannya sebagai cara mereka bekerja.
Model praktik kebidanan didasarkan isi dari teori dan konsep praktik. Teori dan konsep
mencerminkan filosofi, nilai dan keyakinan tentang manusia. Nilai adalah keyakinan
seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran, keyakinan mengenai ide-ide, objek,
atau perilaku. Nilai budaya adalah suatu yang dianggap berharga atau keyakinan yang
dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntunan nurani. Nilai-nilai
tersebut dijadikan landasan, alasan, dan montivasi dalam perbuatanya.
Banyak model yang dikembangkan dapat mempengaruhi kesehatan serta
memperbaiki intervensi pencegahan dan promosi kesehatan. Pendekatan model kesehatan
terapan dapat menjadi dasar untuk kegiatan-kegiatan promosi kesehatan seperti Health
Belief Model (HBM),Transteoritical Model (TTM),Teori Sebab Akibat, Model
Transaksional Stres dan Koping, Theory of Reasoned Action (TRA), serta Health Field
Concept.
2.4.1 Model keyakinan kesehatan (Healty Belif Model)
Model Keyakinan Kesehatan (Health Belif Model-HBM) dikembangkan sejak 1950
olehn kelompok ahli psikologi sosial dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika.
Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara luas
dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering
dipertimbangkan sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang dimulai dari
pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain itu, model keyakinan kesehatan
digunakan untuk mengidentifikasi prioritas beberapa faktor penting yang berdampak
terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu
(Rosenstock, 1990).
Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap
isu keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut merupakan
kesimpulan dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alasan individu
melakukan atau tidak melakukan tindakan kesehatan, berkaitan dengan berbagai
hubungan variasi yang lebih luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting
dari Model Keyakinan Kesehatan dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan respns
terhadap gejala atau diagnosis penyakit.
10
Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan
untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut Model Keyakinan
Kesehatan, tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi
secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman
yang dirasakan setara penilaian terhadap keuntungan dan kerugian.
Acaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or
illness) mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau rasa sakt
benar-benar mengancan dirinya. Jika ancaman meningkat, maka perilaku pencegahan
juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman berdasar pada kerentanan (perceived
vurnerabilitiy) dan derajat keparahan (perceived severity) yang dirasakan. Induidu
mungkin dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi.
Individu mengevaluasi keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah
dirinya sendiri atau penyakit sengaja tidak ditanagani.
Pertimbanagan antara keuntungan dan kerugian perilaku memengaruhi
seseorang untuk memutuskan melakukan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.
Petunjuk berperilaku yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol
(salient position) diduga tepat memulai proses perperilaku. Hal ini berupa berbagai
informasi dari luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media
massa, kampanye, nasihat orang lain, pengalaman penyakit dari anggota keluarga
yang lain atau teman.
Ancaman dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi oleh
berbagai variabel, yaitu variabel demografi (umur, jenis kelamin, latar belakang
budaya), variabel sosiopsikologis (kepribadaian, kelas, sosial, tekanan sosial),dan
variabel struktrual (pengetahuan dan pengalaman sebelumnya). Sebagai contoh, orang
tua dan remaja akan memandang penyakit jantung atau kanker secara berbeda. Sikap
orang sudah memiliki pengalaman dan penyakit tertentu akan berbeda dibandingkan
orang yang tidak memiliki pengalaman ini.
11
2.4.2 Aplikasi Model Keyakinan Kesehatan
Model keyakinan kesehatah adalah prilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis
dan mencakup berbagai perilaku seperti pemerksaan dan pencegahan dan imunisas.
Contohnya, model keyakinan kesehatan dalam imunisasi memberi kesan bahwa orang yang
mengikuti program imunisasi percaya terhadap hal-hal berikut:
Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-sifat yang dikaitkan
dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu seperti merokok, diet, olahraga, perilaku
keselamatan, penggunaan alkohol, penggunaan kondom untuk pencegahan AIDS dan gosok
gigi. Promoai kesehata dan pencegahan penyakt telah lebih ditekankan pada kontrol resiko.
Penelitian terjadinya gejala dan resfons terhadap gejala menggambarkan secara lengkap
bagaimana individu menginterpretasikan keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku selektif.
Gambar tentang kesakitan diterjemahkan.
Kelemahan Model Keyakinan Kesehatan
Secara teoritis, terdapat enam kelemahan model keyakinan kesehat
1. Tahapan percobaan
Model perubahan ini adalah sebuah proses yang melibatkan kemajuan melalui enam
tahap:
13
6. Pemutusan yaitu individu tidak memiliki godaan dan memiliki keberhasilan diri100%,
dimana mereka yakin tidak akan kembali pada kebiasaan lama yang tidak sehat
mereka sebagai cara untuk mengatasi.
7. Proses perubahan
Proses perubahan adalah kegiatan rahasia dan terbuka yang digunakan orang untuk maju
melalui beberapa tahap:
Teori sebab akibat dalam promosi kesehatan tentunya akan menjadi lelas ketika memahami
hukum sebab akibat tersebut. Aplikasi sebab akibat dalam promosi kesehatan memberi
penekanan pada petugas kesehatan bahwa suatu penyakit yang terjadi pasti ada penyebabnya.
14
2.4.5 Model Transaksional Stres dan Koping
Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu karena tekanan
psikologi. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetap lebih mengenai
kejiwaan. Banyak hal yang memicu stres, seperti : rasa khwatir, kesal, kletihan, frustasi,
perasaan tertekan, kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, sindrom premenstruasi (PMS),
fokus yang berlebhan pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita dan juga rasa takut.
Stresor adalah keadaan yang diakibatkan oleh lingkungan internal atau eksternal
sehingga memengaruhi tindakan kesejahteraan dan membutuhkan kesehatan fisik
maupun psikologis untuk mengembalikan keseimbangan (Lazarus & Cohen, 1977).
Diawal 1960-an dan 1970-an, stres dianggap sebagai fenomena transaksional stimulus ke
perseptor. Koping (kemahiran bertahan) adalah menstabilkan faktor yang dapat
membantu individu memprtahankan adaptasi psikososial selama perode menegangkan.
Koping meliputi perilaku kognitif dan upaya mengurangi atau menghilangkan stres
terkait kondisi dan tekanan emosional (Lazarus dan Folkam, 1984 ; Moos dan Schaefer,
1993). Ada dua cara menghadapi stres. Cara pertama adalah respon berfokus pada
masalah yaitu resfon diarahkan pada peristiwa eksternal. Stres dihilangkan atau
dikurangi dengan memecahkan atau mnegendalikan masalah. Cara kedua adalah respon
berfokus pada emosi yaitu resfon diarahkan pada reaksi emosional dari peristiwa dan
cenderung digunakan untuk menangani masalah-masalah yang tidak terkendali.
Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka kerja untuk
mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Pengalaman stres ditafsirkan sebagai
transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini bergantung pada dampak dari
stresor eksternal. Hal ini dimediasi oleh penilaian pertama orang tentang streosor dan
penilaian kedua pada sumber daya sosial atau budaya sekitarnya. Ketika berhadapan
dengan stresor, seseorang mengevaluas potensi ancaman atau disebut dengan penilaian
primer, yaitu penilaian seseorang tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stres,
positif, terkendali, menantang, atau tidak relevan. Penilaian kedua menghadapi stresor
adalah evaluasi pengendalan stresor dan sumber daya yang dimiliki untuk
menghadapnya. Sebagai conto, penilaian sumber daya masyarakat dalam mengatasi dan
membuat sebuah pilihan seperti apa yang dapat dilakukan tentang situasi yang terjadi
(cohen, 1984). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel dibawah.
15
Konsep
Devinisi
Penilaian Primer (Primary Appraisal)
Evaluasi makna dari suatu stresor atau peristiwa mengancam.
Penilaian Sekunder (secondary Appraisal)
Evaluasi pengendalian dari stresor dan sumber daya untuk menghadapinya.
Upaya Koping
Strategi realisasi digunakan untuk menengahi penilaian primer dan sekunder.
Manajemen Masalah
Masalah diarahkan untuk mengubah situasi stres.
Regulasi Emosi
Peraturan bertujuan mengubah cara berfikir dalam menghadapi situasi stres.
Meaning-based Koping
Koping mendorong mosi positif yang pada gilirannya menopang proses koping
dengan memungkinkan pemerangan masalah atau emosi berfokus koping.
Outcomes of Koping
Emosional kesejahteraan, status fungsional, perilaku kesehatan.
Penempatan tpe joping yang sesuai (Dispositional koping styles)
Menggeneralisasi cara berperilaku yang dapat memengaruhi reaksi seseorang secara
emosional atau menghadapi stresor; relatif stabil sepanjang waktu dan situasi.
Optimisme
Kecenderungan untuk memiliki harapan umum positif bagi hasil.
Information Seeking
Mencari gaya yang waspada (pemantauan) dibandingkan dengan mereka yang
melibatkan penghindaran (menumpilkan)
Kunci konstruksi Model Transaksi stres dan Koping (Glanz,dkk,2002).
16
yoga. Visual citra adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan suasan hati seseorang
dan meningkatkan keterampilan koping, misalnya dengan memvisualisasikan pertahanan
antibodi menghancurkan sel tumor.
Aplikasi Model Transaksional dari Stres dan Koping
Aplikasi ini beguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengaruh stres
pada orang tidak semua sama. Stres dapat menyebabkan penyakit pengalaman negatif. Faktor
penting dalam mengatasi stres adalah apakah hal itu memengaruhi dan bagaimana orang
mencarinperawatan medis atau dukungan sosial pada orang profesional. Untuk mengatasi
stres, strategi masalah berfokus koping, emosi yang berfokus koping, dan makna berbasis
koping dapat digunakan sebab penelitian yang memfasilitasi atau menghambat praktik-
praktik gaya hidup (Glanz,dkk,2002).
Theory of Reasoned Action (TRA)
TRA merupakan teori perilaku manusia secara umum, yang mana teori ini digunakan
dalam berbagai perilaku manusia, khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis.
Teori ini kemungkinan berkembang dan banyak dignakan untuk menentukan faktor-faktor
yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Teori ini menghubungkan antara keyakinan,
sukaf, kehendak (intention) dan perilaku. Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku,
artinya cara terbaik mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang adalah mengetahui
kehendak orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience),
yaitu memperhatikan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak ditentukan oleh sikaf dan
norma subjektif. Komponen sikaf merupakan hasil pertimbangan untung-rugi dari perilaku
tersebut (outcome of the behavor) dan pentingnya konsekuensi-konskuensi bagi individu
(evaluation regarding the outcome).
Aplikasi TRA
TRA merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan
dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berainan, seperti pengaturan penggunaan subtansi
ertentu (merokok, alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan
AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat
kontrasepsi, latihan kebugaran, dan praktik olahraga. TRA juga digunakan untuk memenuhi
persyaratan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja K3), seperti tindakan keselamatan
dalam pertambangan batubara, ketidakhadiran karyawan, dan perilaku konsumen.
Kelemahan TRA
Kelemahan TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang,
kehendak tidak selalu menuju perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-hambatan yang
17
mencampuri atau memengaruhi kehendak atau perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet, 1994).
Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM adalah bahwa pengaruh TRA
berhubungan dengan norma subjektif, Menutut TRA, seseorang dapat membuat
pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan
seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan
kesehatan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di gambar.
18
BAB III
PENUTUP
a. kesimpulan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani
ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik.
b. saran
berharap dari makalah ini teman – teman dan pembaca dapat menambah pengetahuan
tentang konsep belajar
19
DAFTAR PUSTAKA
20