Professional Documents
Culture Documents
Rue & Byars (1981) dikutip Rahmawati, dkk menyatakan kinerja sebagai
tingkat pencapaianhasil atau “the degree ofaccomplishment”. Dengan kata lain,
kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi. Pada pengertianini
kinerja diartikan sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan mampu dicapai oleh
organisasi.
Menurut Mardiasmo (2009) dikutip oleh Sukma (2013), kinerja
(performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam rencana kerja suatu organisasi.
Pendapat lain mengenai kinerjadi kemukakan oleh Osborne(1990), kinerja
didefinisikan sebagai tingkat pencapaian suatu misi organisasi.Menurut pengertian
ini,kinerja diartikan sebagai sejauh mana untuk dapat menjamin suatu organisasi
berlangsung dengan baik, maka organisasi perlu mengadakan evaluasi. Evaluasi
tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur kinerjanya, sehingga aktivitas
organisasi dapat dipantau secara periodik. Pengukuran kinerja merupakan salah
satu faktor yang penting dalam menjamin keberhasilan strategi organisasi.
Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment.Sedangkan kinerja
perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam
periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian
penilaian kinerja perusahaan (companies performance assessment) mengandung
makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan
kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan
Norton, 1996). Menurut Siegal, et al. dalam Barbara (2000) dikutip oleh Istiqlal
(2009) penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efekti_tas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, criteria
dan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasar sasaran, standar
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, membedakan pengukuran kinerja
secara tradisional dan kontemporer.Pengukuran kinerja tradisional dilakukan
dengan membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan atau
biaya standar sesuai dengan karakteristik pertanggungjawabannya, sedangkan
pengukuran kinerja kontemporer menggunakan aktivitas sebagai pondasinya.
Menurut Aditiyo(2012) dikutip oleh Sukma (2013), penilaian kinerja perusahaan
di Indonesia masih didominasi oleh penilaian kinerja secara konvensional, yakni
hanya berfokus pada perspektif keuangansemata tanpa memperhitungkan
perspektif-perspektif lainnya di dalamperusahaan. 1266-3423-1-PB
Performance Pyramid System (PPS) adalah sebuah sistem yang saling terkait
dari variabel kinerja yang berbeda, yang dikontrol pada tingkat organisasi
yang berbeda. Lynch dan Cross menggunakan piramida berbentuk "peta"
untuk menjelaskan dan mendefinisikan tujuan dan ukuran yang relevan untuk
setiap tingkat bisnis organisasi. Empat tingkat PPS mewujudkan visi
perusahaan, akuntabilitas dari unit bisnis, dimensi kompetitif untuk sistem
operasi bisnis, dan spesifik kriteria operasional.
Pengembangan kinerja piramida perusahaan dimulai dengan
menentukanvisi perusahaan secara keseluruhan di tingkat pertama, yang
kemudian di terjemahkan ke dalam tujuan unit bisnis individu. Tingkat kedua
unit bisnis menetapkan target jangka pendek cash flow dan profitabilitas dan
tujuan jangka panjang pertumbuhan dan posisi pasar (misalnya pasar,
keuangan). Sistem operasi bisnis menjembatani kesenjangan antara tingkat
atas dan ukuran operasional (misalnya kepuasan pelanggan, fleksibilitas,
produktivitas). Akhirnya, empat ukuran kinerja utama (kualitas, pengi riman,
siklus waktu, pembuangan) yang digunakan dipusat departemen dan pekerja di
tingkat dasar.
2.3. Performance Prism
The Performance Prism (PPR), yang dikembangkan oleh Neely dan Adams pada
tahun 2001. Metode ini adalah sebuah sistem manajemen kinerja yang diorganisir
sekitar lima perspektif yang berbeda tetapi terkait kinerja: kepuasan stakeholder,
strategi, proses, kemampuan, dan kontribusi stakeholder.
PPR membedakan dirinya dari pengukuran kinerja lain dengan tidak hanya
memperhatikan pemegang saham seperti pelanggan dan karyawan, tetapi juga
pemasok, regulator, masyarakat setempat atau kelompok penekan, yang saat ini
kelompok-kelompok stakeholder yang penting untuk dipertimbangkan.
PPR jauh lebih komprehensif untuk melihat dari berbagai stakeholder
(misalnya investor, pelanggan, karyawan, regulator dan pemasok) dari pada
kerangka lain. Neely dan kawan-kawannya menentang pendapat bahwa
pengukuran kinerja yang berasal dari strategi tidak benar. bahwa keinginan dan
kebutuhan stakeholder yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu. Kemudian,
strategi dapat di rumuskan. Dengan demikian, tidaklah mungkin untuk
membentuk strategi yang tepat sebelum stakeholder dan kebutuhan mereka telah
diidentifikasi dengan jelas.
Kekuatan kerangka konseptual ini adalah pertamakali menanyakan strategi
perusahaan yang ada sebelum langkah-langkah proses pemilihan dimulai. Dengan
cara ini, kerangka memastikan bahwa ukuran kinerja memiliki dasar yang kuat.
PPM juga mempertimbangkan kinerja stakeholder baru (seperti karyawan,
pemasok, aliansi mitra atau perantara) yang biasanya diabaikan ketika membentuk
pengukuran kinerja.