You are on page 1of 9

(PENGGUNAAN OBAT DAN OBAT LIVE SAVING –

ICD 10)
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
00 1 dari 1

RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PANDUAN PRAKTIK KLINIS Tgl. Terbit : Ditetapkan
1 Februari 2016 Direktur Proyek RS UNS

Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,


Sp.PD-KR-FINASIM
NIP. 195106011979031002
PENGERTIAN Alat dan obat live saving adalah alat dan obat yang dibutuhkan sebagai pertolongan
pertama dalam penanganan kedaruratan medis.
TUJUAN Memberikan petunjuk penggunaan obat dan alat yang benar, tepat dan cepat dalam
hal penanganan pasien di Instalasi Gawat Darurat
KEBIJAKAN Upaya pelayanan yang optimal pada penderita gawat darurat tidak terlepas dari
tersedianya alat-alat / obat-obat "emergency" habis pakai di IGO yang selalu siap
pakai. Oalam hal ini perlu petunjuk pelaksanaan yang jelas dalam ha) penugasannya
PROSEDUR 1. Alat-alat habis pakai:
a. Nasogastric Tube (NGT)
1) Indikasi:
a) Kuras lambung pada pasien keracunan
b) Pada pasien vomitus berat untuk mencegah aspirasi Misal: pada illues,
gastrilitis.
c) Hematemesis
2) Cara pemasangan:
a) Ukur panjang NGT dari telinga ke hidung sampai lambung pasien.
b) Masukkan ujung NGT lewat hidung, pasien suruh menelan NGT sampai batas yang
telah kita ukur tadi, plester NGT dengan bibir atas.
c) Untuk memastikan NGT masuk lambung (tidak masuk paru) hisap NGT agar keluar
cairan lambung atau bisa juga dites dengan memasukkan udara, dengan stetoskop di
atas epigastrik akan terdengar udara masuk.
b. Catheter ( Foley Catheter)
1) Indikasi
a) Retensi Urine pada BPH
b) Untuk mengukur banyaknya urine output pada dehidrasi
c) Keperluan diuresis yang cepat, misalnya : pada pemberian diuretik pada odem
paru.
2) Cara Pemakaian:
a) Bersihkan OUE dengan antiseptik (betadine)
b) Masukkan jelly 3 cc lewat OUE.
c) Masukkan ujung catheter lewat OUE dengan cara steril samapi vesica urinaria
sehingga keluar urine.
d) Fiksasi dengan cara memasukkan aquabidest 15 cc lewat pengunci.
c. Urinal Bag
1) Indikasi: lihat catheter
2) Cara Pemakaian:
Dipasang di luar ujung chateter dengan sekaligus dipergunakan mengukur
besarnya urine output
d. Abocath
1) Indikasi:
Memberikan jalur yang dapat memasukkan obat dan cairan ke dalam tubuh pasien.
2) Cara pemasangan :
1) Lakukan ikatan di atas yang dipilih
2) Masukkan jarum setelah dilakukan tindakan atiseptik sehingga darah keluar kemudian
hubungkan dengan infus set
3) Kemudian ditutup dengan kasa anti septik dan lakukan fiksasi
e. Infus set / transufi
1) Indikasi
a) Penghubung abocath dengan cairan infus / darah, sekaligus mengatur besarnya
cairan infus / darah.
b. Jalan masuk oabt-obatan yang dimasukkan secara intravena.
2) Cara pemasangan :
3) Dipasang antara abocath dan botol infus
f. Laringoscope dan endotracheal
1) Indikasi,
a) Proteksi jalan nafas
b) Optimalisasi jalan nafas
c) Ventilasi mekanik
2) Cara pemasangan intubasi endotracheal
a) Secara adequat siapkan peralatan yang diperlukan.
b) Jelaskan dengan singkat prosedur pasien yang sadar, dan isi surat ijin bila situasi
memungkinkan, biarkan pasien sadar, secara spontan bernafas dengan oksigen melalui
masker Fi02 Tinggi untuk mulai preoksigenasi.
c) Awasi pasien dengan pulse oximetri bila mungkin.
d) Pasang masker, pelindung mata dan sarung tangan.
e)Kecuali pasien dianestesi dengan dalam, semprotkan benzokain/tetrakain kedalam
farings posterior dan dasar lidah.
f) Masukkan stilet kedalam selang endotracheal yakinkan tidak ada penonjolan keluar
terjadi melalui akhir balon. Buat lengkungan "hockey stick" pada selang dan stilet. Uji
integritas balon selang dengan mengembangkannya dengan udara 10 ml. Kempeskan balon
dan biarkan udara semprit mengisi selang.
g) Berikan jelly lidokain pada akhir balon ujung selang.
h) Buat posisi pada kepala tempat tidur, biarkan pasien terlentang dan buat kepala
dan leher dalam posisi menghirup menggunakan penyangga sesuai kebutuhan.
Jangan lakukan ini bila ada kemungkinan fraktur tulang servikal.
i) Gunakan bag dan masker untuk memberikan preogsigenasi selama sedikitnya 30
detik dengan
j) Genggam selang endotracheal dengan tangan kanan dengan cara seperti membiarkan
ibu jari dan jari telunjuk bebas. Masukkan dengan tangan kiri dari mata pisau
laryngoscope ke garis tengah.
k) Lanjutkan mata pisau ke valecula, dan biarkan laryngoscope kearah kiri dan
keatas denga kekuatan langsung sejajar ke sepanjang aksis pegangan, tahan tarikan
menggunakan kekuatan sudut pergelangan tangan.
I) Perhatikan laryng pasien jika sekresi menutupi pandangan, pegang alat penghisap
dengan ibu jari dan telunjuk yang bebas dari tangan kanan, bersihkan jalan nafas
dan kembalikan alat ke asisten anda.
m) Masukkan selang endotracheal ke dalam sisi kanan mulut pasien lanjutkan ke farings
dan akhirnya melalui pita-pita.
n) Angkap laryngsope dan stilet selang endotracheal dan isi balon dengan udara 5 cc
sampai 10 ml.
o) Ventilasikan bag melalui selang saat mengauskultasikan hemitiraks dan epigastrum.
Berkurangnya bunvi nafas di selang ke dalam batang utama bronchus kanan dan
memerlukan pengempesan balon, beberapa sentimeter tarik selang dan kemudiang
kembangkan lagi.
p) Setelah bunyi nafas optimal dicapai, amankan selang dalam posisi dengan benzocain
dan plester dan kemudian ambil dan periksa dengan film sinar X.
g. EKG
1) Indikasi
Mengidentifikasi daerah kerusakanpada miokardium, disaritmia kelainan konduksi intra
ventrikuler serta kelainan yang lainnya.
2) Cara penggunaan EKG :
a) Siapkan EKG dengan meletakkannya di sisi tempat tidur, hubungkan dengan sumber
graund dan putar pada power on
b) Siapkan pasien dengan menjelaskan prosedur yakinkan pasien bahwa prosedur tindakan
tidak menyebabkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Pasien
dalam posisi telentang dan supinasi lengan. Kaki dan tangan terbuka.
c) Hubungkan sadapan tungkai pada masing-masing ujungnya. Pilih tempat yang datar,
terang untuk memfiksasi perekat elektrode. Masing-masing lempeng elektrode diberi
jelly dan yakinkan bahwa tiap-tiap elektrode terpasang secara lembut.
d) Hubungkan sedapan tungkai pada lempeng elektrode tungkai yang sesuai. Setiap kabel
ada tandanya dan kode warna agar mudah melihatnya.
e) Kenali letak dari sedapan elektrode pada dada dan berikan tanda dengan jelly:
V1: Daerah intercostal keempat, batas sternum kanan
V2: Daerah inter costal keempat, batas sternum kiri
V3: Daerah inter costal kelima antara Vz dan V4
V4: Daerah inter costal kelima, garis tengah clavicula
V5. Daerah inter costal kelima sebelah kiri mid axilla anterior
V6. Daerah inter costal kelima mid axilla kiri
f) EKG dengan satu saluran, mempunyai satu sadapan dada yang dipindahkan pada setiap
titik di dada (VisampaiVet dan padasetiap titik dicatat Sadapan tersebut ditempelkan pada
dada dengan menekan bagian atas balonnya yang berhubungan dengan ujungelektrode.
g) Singkirkan semua kabel dari dada pasien, karena gerakan pernafasan dapat
menyebabkan wondering baseline.
h) Alur kecepatan kertas pada 25 mm/detik.
i) Atur posisi jarum di tengah kertas EKG dengan memutar letaknya pada tombol kontrol.
j) Periksa ukuran defleksi dengan menekan tombol" standar-dized 1 mv" defleksi harus
diatur pada 10 mm atau setinggi 10 kotak kecil pada kertas EKG.
k) Jika menggunakan mesin dengan saluran tunggal, atur sadapan pada sadapan 1 dan putar
penggerak kertas. Catat kecepatan mendekati 110 detik. Tandai sadapan pada kertas ekg
dan ulangi untuk masing-masing sadapan.
I) Setelah mencatat 12 sadapan, beritahukan pasien bahwa ia sydah boleh bergerak
sesukanya.
m) Putuskan hubungan sadapan ekstremitas dan electrode dadadari pasien dan
matikan EKG
n) Tandai hasil rekaman EKG dengan membubuhkan nama pasien, nomor catatan
medik, tanggal dan waktu pencatatan.
h. Bidai
1) Indikasi :
Mencegah pergerakan tulang yang patah.
2) Cara melakukan pembidaian :
a) Siapkan bidai sesuai ukuran dan kassa perban.
b) Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang di dekat tulang
yang patah.
c) Pemasangan tidak boleh terlalu kencang karena akan merusak jaringan tubuh.
Di samping alat-alat tersebut di IGD perlu disediakan alat-alat habis pakai yang
lain:
i. Gibs dan softbandnya
j. Alkohol
k. Kassa steril
l. betadine
m. Jarum injeksi
2. Obat-obat habis pakai
a. Adrenalin
a) Indikasi :
1) Shock anafilaktik
2) Henti jantung pada kegagalan RKP dosis : 1 mg (dewasa), 10 meg/kg (anak-
anak).
3) Asthma Bronchiale dosisi : 0,2-0,3 mg secara SC.
b) Pemberian :
Bisa diulang tiap 5 menit sampai timbul denyut jantung.
3. Dexametason
Indikasi :
a. Shock anafilaktik
Dosis ; 10 mg (dewasa) secara IV, bisa diulang tiap jam.
b. Asthma Bronchiale
Dosis : 10 mg (dewasa) secara IV, bisa diulang tiap 6-8 jam.
Catatan : hanya diberikan pada status asmatikus dan penderita asma yang
sudah tergantung dengan obat glukocortikosteroid.
c. Alergi
Dosis : 5 mg (dewasa) secara IM / IM
4. Natrium Bicarbonat
Indikasi :
a. Henti jantung
b. Asidosis
Dosis ; 1 mg/kg secara IV
5. Dopamin
Indikasi :
Hipotensi / Shock cardiogenic
Dosis : 2- 20 mg / kgBB/ menit per drip (dititrasi) sampai tercapai tekanan yang
diinginkan.
6. Lidocain
Indikasi :
a. Disritmia ventrikuler
Dosis : 1 mg/kg BB bolus, diikuti per infuse 1-4 mg/menit sampai hilang
disaritmianya.
b.
Dosis : 2% dengan jumlah cc sesuai besarnya luka
7. Sulfas atropine
Indikasi :
a. Bradikardi
Dosis 0,5 – 2 mg IV sampai tercapai efek yang diinginkan.
b. Keracunan obat insektisida
Dosis 0,5 – 2 mg IV sampai efek yang diinginkan.
8. Aminophfin
Indikasi Asthma Bronchiale
Dosis 0,5 ampul bolus diteruskan 1,5 ampul dalam D5 per drip 10 tetes permenit.
9. Ethibernal
Indikasi pasien gaduh gelisah
Dosis : 100 mg IM ( dewasa )
10. Baralgin
Indikasi :
a. Pasien kolik (renal / abdomen) dosis 1 ampul IV / IM dewasa.
b. Untuk mengurangi rasa sakit dan kejang segala macam sebab. Dosis 1 ampul IV (
dewasa ).
11. Diazepam
Indikasi :
Pasien kejang
Dosis 10 mg per rectal (dewasa)
5 mg per rectal (anak-anak)
Bila masih kejang bisa diulang tiap 10 menit
12. Primperan
Indikasi pada pasien dengan keluhan mual dan muntah.
Dosis 1 ampul IV (dewasa)
13. Cimetidine
Digunakan pada pasien epigastrik pain (gastritis)
Dosis 1 ampul IV (dewasa)
14. Lasix
Digunakan pada pasien diures cepat, pada pasien oedem pulmunum.
Dosis : 2 ampul IV (dewasa)
15. Profenit
Digunakan sebagai analgetik kuat
Dosis 1 ampul IM
16. Transemin
Digunakan pada kasus perdarahan
Dosis 1 ampul IV
17. Cairan Infus
a. Ringer Lactat
Digunakan pada kasus hipovolumia /dehidrasi dan asidosis metabolik.
b. NaCIO,9%
Digunakan pada pasien :
1) Alkalosis metabolik misalnya pasien muntah terus menerus.
2) Cairan kuras lambung.
c. Dextrose 5 %
Digunakan untuk maintenance
d. Dextrose 10 %
Digunakan untuk pasien sulit makan ( pengganti glucose ).
e. Martos
Digunakan untuk maintenance pada penderita DM.
f. Dextran L
g. D5 ¼ S
Digunakan pada pasien nenonatus
UNIT TERKAIT Unit Farmasi

Ketua Komite Medik Ketua SMF ........................

You might also like