You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan
atau segera lahir.Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah
melancarkan kelangsungan penapasan bayi yang sebagian besar terjadi pada
waktu persalinan.Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna.Penyebab terjadinya hipoksia sangat banyak sekali
diantaranya adalah karena faktor dari ibu, plasenta, persalinan.Apabila asfiksia pada bayi
ini tidak di tangani secara baik maka dapat menyebabkan kematian pada bayi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan Asfiksia?

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada bayi dengan asfiksia
2. Tujuan khusus
Makalah tentang asuhan keperawatan pada neonatus dengan asfiksia
bertujuan untuk :
1. Mengetahui definisi tentang Asfiksia
2. Mengetahui etiologi dari Asfiksia
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Asfiksia
4. Mengetahui patofisiologi dari Asfiksia
5. Mengetahui apgar skor dari Asfiksia
6. Mengetahui komplikasi dari Asfiksia
7. Mengetahui penatalaksanaan dari Asfiksia
8. Mengetahui prognosis dari Asfiksia

1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada
neonatus dengan Asfiksia
2. Manfaat praktis
a. Tenaga keperawatan

1
Meningkatkan pengetahuan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada
neonatus dengan Asfiksia
b. Mahasiswa keperawatan
Dapat dijadikan sumber referensi dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan
pada neonatus dengan Asfiksia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan
atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 1997).

2
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas secara
spontan dan adekuat (Wroatmodjo,1994).
Asfiksia Neonatotum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai
dengan keadaan dimana hipoksia dan hiperkapneu serta sering berakhir dengan asidosis
(Santoso NI, 1992).
Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan
kelangsungan penapasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu
persalinan.

Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak


dilakukan secara sempurna.

2.2 Etiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonaturum terjadi karena :

1. Gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu kejanin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2 misalnya pada:
a. Partus lama (CCPD, servix kaku, anonia / mersia uteri)
b. Raptura uteri membukat : kontraksi uterus yang terus menerus menggagu
sirkulasi darah ke plasenta.
c. Prolapsus : tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul
d. Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
e. Perdarahan banyak, misalnya plasenta previa dan solusio placenta
f. Kalau plarenta sudah tua dapat terjadi post mmahiritas (sirotinus) dis fungsi
uri.
g. Lilitan tali pusat
h. Sampul tali pusat
i. Ketuban telah pecah.
2. Faktor ibu
a. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat bberupa gizi ibu yang buruk,
penyakit menahun (anemia, pilpertensi, poni jantung dll)
b. Gangguan His : tetania uteri – hipertoni
c. Turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta hipertensi
pada hamil dan gestosis pre-eklamsia – eklamsia
d. Vaso kontriksi arternal: hipertensi pada hamil dan gestosis pre-eklamsia-
eklamsia
e. Gangguan pdtula nutrisi / Ch solusio plasenta
3. Palisis pusat pernapasan akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forceps atau
trauma dari dalam seperti akibat obat bius.

3
2.3 Gambaran Kulit
Ada 2 macam :

1. Asfiksia livinda (biru)


2. Asfiksia palida (putih)
Perbedaan Asfiksia Palida Asfiksia Livinda

Warna kulit Pucat Kebiru-biruan


Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negatif Positif
Bunyi jantung Tidak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik

2.4 Manifestasi Klinis


Untuk dapat menegakkan diagnosis gawat janin dapat tertekan dengan melakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
1. In Utero :
a. DJJ irreguler dan frekwensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali per menit
 Terjandinya gawat janin menimbulkan perubahan denyut jantung janin
 Meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
 Mungkin jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur
 Jumlah penurunan dibawah 100 kali permenit apabila di sertai irama yang
tidak teratur
b. Terdapat mekkanium pada air ketuban (letak kepala)
c. Analisa air ketuban / amnioskopis
d. Kardio tokografi
e. Ultrasonografi
2. Setelah lahir
a. Tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernapas
b. Kalau sudah mengalami pendarahan diotak maka ada gejala neorolagik seperti
kejang, nistagmus ddan menangis kurang baik / tidak menanis
3. Pemeriksaan PH darah janin
Dengan mengunakan amnioskop yang dimasukkan lewat servik dibuat sayatan kecil
pada kulit kkepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah inidirasakan PH-nya
adanya asidosis menyebabkan turunya PH. Apabila PH itu turun sampai dibawah 7,2
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.
2.5 Patofisiologi

4
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2
terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa
kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan
terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki
periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi
dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
2.6 Apgar Score

SCORE 0 1 2

A : Appearance (color) (edemen Blue pale Body pink Completely


kulit) Extremities blue

P : Pulse (heart rate) (denyut nadi) Absoent Below 100 Over 10

G : Grimece (reflex irritability in No Grimace Cry


serponnse to sfimulahio of sale Response
of foot

A : Acctivity (rnasde tone) - (tumor Limp Some flexion of Active


otot) extremities motion

R : Respiration (respiratory effenet) Agsent Slow, Irreguler Strong cry


pernapasan

5
Keterangan:
a. Asfikasi berat (nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen
terkendali.

Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan nitrikus bicartona- 7,5%
dengan dosis 7,5% dengan dosis 2,4 nil/kg BB : cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg BB,
diberikan via vera umbilikus

b. Asfikasi ringan sedang (nilai APGAR 4-6)


Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sample bayi dapat bernapas normal
kembali.

c. Bayi normal atau sedikit Asfikasi (nilai 7-9) d. Bayi normal dengan APGAR10
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga
terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan
ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema
otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke
organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran
CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

6
2.8 Penatalaksanaan
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna dalam resusitasi, prinsip dasar yang perlu
diingat adalah:

a. Menempatkan lingkungan yang baik hagi bayi dan mengusahakan tetap behasnya
jalan sehat.
b. Memberikan bantuan pernapasan secara aktif kepada bayi dengan usaha
pernapasan buatan
c. Memperbaiki asidosis yang terjadi
d. Menjaga agar peredaran darah tetap baik.
Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2 golongan:

1. Tindakan umum:

a. Kepala bayi diletakkan pada posisi yang lebih rendah


b. Bersihkan jalan nifas dari lendir : mulut tenggorokan ddan saluran nafas bagian
atas.
c. Mengurangi kegilangan panas badan bayi dengan membungkus tubuh dan kepala
bayi. Penggunaan siriar lampu untuk pemanasan luar dan leringkan tubuh bayi
mengurangi euaporasi.
d. Memberikan rangsangan menangis : memukul telapak kaki, menekan tandon pada
tumit bayi atau pada bayi tertentu diberikan suntikan vitamin K
e. Dalam ruang gawat darurat bayi selalu tersedia : penghisap lendir bayi dan O 2
dengan maskernya.
2. Tindakan khusus
Tindakan ini segera dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil.
Proses yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asifiksia yang timbul pada bayi,
yang dinyatakan oleh tinggi-rendahnya nilai APGAR

a. Asfiksia Berat (Nilai AS 0 - 3)

“Langkah utama” ialah memperbaiki fentilasi paru-paru dengan memberikan O 2


secara tekanan langsung dan berulang-ulang. O2 diberikan dengan tekanan tidak
lebih dari 30 ml air.

7
Tekanan positif dikerjakan dengan meniupkan udara yang telah diperkaya dengan
O2 melalui ketetor nadi. Untuk mencapai tekanan kurang lebih 1/3 - ½ dari tiupan
maksimal yang dapat dikerjakan untuk memperoleh tekanan positif dapat
digunakan pompa resusitas. Bila bayi memeprlihatkan pernapasan spontan keteter
trakea segera dikeluarkan. Keadaan asiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis
yang membutuhkan perbaikan segera, karena itu bikarbonas natrius 7,5% haris
segera diberikan dengan dosis 2-4 ml/kg BB disamping itu golikosas 40%
diberikan pula dengan dosis 1-2 ml/kg BB. Obat ini diberikan secara hati-hati ddan
perlahan-lahan. Untuk menghindari efesamping obat, pemberia obat harus
diencerkan dengan air steril atau kedua obat diberikan bersama-sama dalam satu
semprit mell pembulu darah umbilikus.

Bila setelah beberapa waktu peprnapasan spontan tidak timbul dan frekuensi
jantung menurun (kurang dari 100 /menitmaka pemberian obat lain segera serta
massage jantung segera dilakukan. Massage jantung dikerjakan dengan melakukan
penekanan diatas tulang dardda secara teratur 8-100 x/mnt. Tindakan ini dilakukan
berselingan dengan napas buatan, yaitu setiap 5 menit massge diikuti dengan satu
kali pemberian napas buatan. Bila tindakan-tindakan tersebut diatas tidak
memberikan hasil yang diharapkan keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini
mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa belum diperbaiki
secara semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia diafragmatika. Atsesia
atau stenosis jalan napas dll.

b. Asfiksia Ringan (Nilai AS 4-6)


Disini dapat dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks bernapas.
Hhal ini dapat dikerjakan 30-60 detik setelah penilaian menurut APGAR 1 menit.
Pernapasan aktif yang sederhani. dapat melakukan secara pernapasan kodok. Yaitu
dengan cara memasukkan

3. Tindakan-tindakan lain dalam resusitasi


Pengisapan cairan lambung hanya dilakukan pada bayi-bayi tertentu untuk
menghindarkan kemungkinan timbulnya regurgitasi dan aspirasi terutama pada bayi
yang sebelumnya menderita gawat janin yang dilahirkan dari ibu yang mendapat obat-
obatan analgensia/anesthesia dalam persalinannya, pada bayi premature dan
sebagainya.

8
2.9 Prognosis
Asfiksia livia lebih baik dari pada papilia. Prognosis tergantung pada kekurangan O 2
dan luasnya perdarahan pada otak bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali
harus dipikirkan kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsy dart bodh pada
masa menadatang

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
Data subyektif terdiri dari

1. Biodata atau identitas pasien

2. Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin

3. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat

4. Riwayat kesehatan

5. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus asfiksia berat yaitu :

 Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,


merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.

 Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran


multiple, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.

 Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi


tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
9
 Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.

 Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan


(kehamilan postdate atau preterm).

6. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat


erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

 Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum


baik solusio plasenta maupun plasenta previa.

 Kala II : persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan,


persalinan dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi).

 Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan.

 Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat


penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

7. Riwayat post natal

Yang perlu dikaji antara lain :

 Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.

 Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

 Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial


aesofagal.

8. Pola nutrisi

Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
10
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.

9. Pola eliminasi

Yang perlu dikaji pada neonatus adalah

 BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.

 BAK : frekwensi, jumlah

10. Latar belakang sosial budaya

11.Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis


psikotropika

b. Data Obyektif
1. Keadaan umum

Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.

2. Tanda-tanda Vital

Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi
bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh <
37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal
antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur

3. Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk


menentukan kesehatan pasien

11
 Kulit : Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanogo dan verniks.

 Kepala : Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal


haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.

 Mata : Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.

 Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan


lendir.

 Mulut : Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

 Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

 Leher : Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

 Thorax : Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara


wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.

 Abdomen

 Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus


costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.

 Umbilikus

 Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya


tanda – tanda infeksi pada tali pusat.

12
 Genitalia : Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus
perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus
keputihan, kadang perdarahan.

 Anus : Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air


besar serta warna dari faeses.

 Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan


adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-
jari tangan serta jumlahnya.

 Refleks : Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang

c. Data Penunjang

1. Darah

 Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :

 Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia


Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.

 Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10


gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga
resiko tinggi.

 Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)

 Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :

 pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi


asidosis metabolik.

 PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post


asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.

13
 PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post
asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.

 HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

2. Urine

Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :

 Natrium (normal 134-150 mEq/L)

 Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)

 Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

3. Photo thorax

Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

3.2 Analisa Data

Sign / Symptorn Kemungkinan Penyebab Masalah

1. Pernafasan tidak - Riwayat partus lama Gangguan pemenuhan


teratur, kebutuhan O2
- Pendarahan peng-
pernafasan
obatan.
cuping hidung,
cyanosis, ada - Obstruksi pulmonary
lendir pada
- Prematuritas
hidung dan
mulut, tarikan
inter-costal,
abnormalitas gas
darah arteri.

2. Akral dingin, - lapisan lemak dalam Resiko terjadinya


cyanosis pada kulit tipis hipotermia
ekstremmitas, keadaan
umum lemah, suhu
tubuh dibawah

14
normal
3. Keadaan umum - Reflek menghisap Resiko gangguan
lemah, reflek lemah pemenuhan kebutuhan
menghisap lemah, nutrisi.
masih terdapat retensi
pada sonde
4. Suhu tubuh diatas - Sistem Imunitas Resiko terjadinya infeksi
normal, tali pusat yang belum
layu, ada tanda-tanda sempurna
infeksi, abnormal - Ketuban mekoncal
kadar leukosit, kulit
- Tindakan yang tidak
kuning, riwayat
aseptik
persalinan dengan
ketuban mekoncal
5. Akral dingin - Metabolisme Resiko terjadinya
meningkat hipoglikemia
Ekstremitas pucat,
cyanosis, hipotermi, - Intake yang kurang.
distrostik rendah atau
- Obstruksi pulmonary
dibawah harga
normal.
6. Bayi dirawat di dalam - Perawatan Intensif Gangguan hubungan
inkubator di ruang interpersonal antara ibu
intensif, belum ada dan bayi.
kontak antara ibu dan
bayi

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek


menghisap lemah.

15
3. Resiko terjadinya hipoglikemia

4. Resiko terjadinya hipotermia

5. Resiko terjadinya infeksi

6. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan


rawat terpisah.

3.4 Rencana Keperawatan

NO. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

1. Gangguan Tujuan : Kebutuhan O2 1. Letakkan bayi 1. Memberi rasa


pemenuhan bayi terpenuhi terlentang dengan alas nyaman dan
kebutuhan O2 yang data, kepala lurus, mengantisipasi
Kriteria:
sehubungan dan leher sedikit flexi leher yang
dengan post 1. Pernafasan normal 40- tengadah/ekstensi dapat mengurangi
asfiksiaa berat 60 kali permenit. dengan meletakkan kelancaran jalan
bantal atau selimut nafas
2. Pernafasan teratur.
diatas bahu bayi
2. Jalan nafas harus
3. Tidak cyanosis. sehingga bahu
tetap
terangkat 2-3 cm
4. Wajah dan seluruh dipertahankan
tubuh Berwarna 2. Bersihkan jalan nafas, bebas dari lendir
kemerahan (pink mulut, hidung bila untuk menjamin
variable). perlu. pertukaran gas
yang sempurna
5. Gas darah normal 3. Observasi gejala
kardinal dan tanda- 3. Deteksi dini
PH = 7,35 – 7,45
tanda cyanosis tiap 4 adanya kelainan
PCO2 = 35 mm Hg jam
4. Menjamin
PO2 = 50 – 90 mmHg 4. Kolaborasi dengan oksigenasi
team medis dalam jaringan yang
pemberian O2 dan adekuat terutama
pemeriksaan kadar gas untuk jantung dan
darah arteri. otak. Dan

16
peningkatan pada
kadar PCO2
menunjukkan
hypoventilasi

2. Resiko Tujuan : tidak terjadi 1. Letakkan bayi 1. Mengurangi


terjadinya hipotermi terlentang diatas kehilangan panas
hipotermi pemancar panas (infant pada suhu
Kriteria
sehubungan warmer) lingkungan
dengan adanya 1. Suhu tubuh 36,5 – sehingga
2. Singkirkan kain yang
roses persalinan 37,5°C meletakkan bayi
sudah dipakai untuk
yang lama menjadi hangat
2. Akral hangat mengeringkan tubuh,
dengan ditandai
letakkan bayi diatas 2. Mencegah
akral 3. Warna seluruh tubuh
handuk / kain yang kehilangan tubuh
kemerahan
kering dan hangat. melalui konduksi

3. Observasi suhu bayi 3. Perubahan suhu


tiap 6 jam. tubuh bayi dapat
menentukan
4. Kolaborasi dengan
tingkat
team medis untuk
hipotermia
pemberian Infus
Glukosa 5% bila ASI 4. Mencegah
tidak mungkin terjadinya
diberikan. hipoglikemia

3. Resiko Tujuan : Kebutuhan 1. Lakukan observasi 1. Deteksi adanya


gangguan nutrisi terpenuhi BAB dan BAK jumlah kelainan pada
penemuan dan frekuensi serta eliminasi bayi
Kriteria
kebutuhan konsistensi. dan segera
nutrisi 1. Bayi dapat minum mendapat
2. Monitor turgor dan
sehubungan pespeen / personde tindakan /
mukosa mulut.
dengan reflek dengan baik. perawatan yang
menghisap 3. Monitor intake dan out tepat.
2. Berat badan tidak
lemah. put.
turun lebih dari 10%. 2. Menentukan

17
3. Retensi tidak ada. 4. Beri ASI/PASI sesuai derajat dehidrasi
kebutuhan. dari turgor dan
mukosa mulut.
5. Lakukan control
berat badan setiap hari. 3. Mengetahui
keseimbangan
cairan tubuh
(balance)

4. Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
secara adekuat.

5. Penambahan
dan penurunan
berat badan
dapat di monito

4. Resiko Tujuan: 1. Lakukan teknik aseptik 1. Pada bayi baru


terjadinya dan antiseptik dalam lahir daya tahan
Selama perawatan tidak
infeksi memberikan asuhan tubuhnya
terjadi komplikasi
keperawatan kurang / rendah.
(infeksi)
2. Cuci tangan sebelum 2. Mencegah
Kriteria :
dan sesudah melakukan penyebaran
1. Tidak ada tanda-tanda tindakan. infeksi
infeksi. nosokomial
3. Pakai baju khusus/
2. Tidak ada gangguan short waktu masuk 3. Mencegah
fungsi tubuh. ruang isolasi (kamar masuknya bakteri
bayi) dari baju petugas
ke bayi
4. Lakukan perawatan
tali pusat dengan triple 4. Mencegah
dye 2 kali sehari. terjadinya infeksi
dan memper-
5. Jaga kebersihan
cepat
(badan, pakaian) dan
18
lingkungan bayi. pengeringan tali
pusat karena
6. Observasi tanda-tanda
mengan-dung anti
infeksi dan gejala
biotik, anti jamur,
kardinal
desinfektan.
7. Hindarkan bayi kontak
5. Mengurangi
dengan sakit.
media untuk
8. Kolaborasi dengan pertumbuhan
team medis untuk kuman.
pemberian antibiotik.
6. Deteksi dini
9. Siapkan pemeriksaan adanya kelainan
laboratorat sesuai
7. Mencegah
advis dokter yaitu
terjadinya
pemeriksaan DL, CRP.
penularan infeksi

8. Mencegah infeksi
dari pneumonia

9. Sebagai
pemeriksaan
penunjang.

5. Resiko Tujuan: 1. Berikan nutrisi secara 1. Mencega


terjadinya adekuat dan catat serta pembakaran
Tidak terjadi
hipoglikemia monitor setiap glikogen dalam
hipoglikemia selama
sehubungan pemberian nutrisi. tubuh dan untuk
masa perawatan.
dengan pemantauan
2. beri selimut dan
metabolisme Kriteria intake dan out
bungkus bayi serta
yang meningkat put.
1. Akral hangat perhatikan suhu
lingkungan 2. Menjaga
2. Tidak cyanosis
kehangatan agar
3. Observasi gejala
3. Tidak apnea tidak terjadi
kardinal (suhu, nadi,
proses
4. Suhu normal (36,5°C
19
-37,5°C) respirasi) pengeluaran suhu
yang berlebihan
5. Distrostik normal 4. Kolaborasi dengan
sedangkan suhu
team medis untuk
(> 40 mg) lingkungan
pemeriksaan laborat
berpengaruh pada
yaitu distrostik
suhu bayi.

3. Deteksi dini
adanya kelainan.

4. Untuk
mencegah
terjadinya
hipoglikemia
lebih lanjut dan
kompli-kasi yang
ditimbulkan pada
organ - organ
tubuh yang lain.

6. Gangguan Tujuan : 1. Jelaskan para ibu / 1. Ibu mengerti


hubungan keluarga tentang keadaan bayinya
Terjadinya hubungan
interpersonal keadaan bayinya dan mengura-ngi
batin antara bayi dan
antara bayi dan sekarang. kecemasan serta
ibu.
ibu sehubungan untuk
2. Bantu orang tua / ibu
dengan Kriteria : kooperatifan
mengungkapkan
perawatan ibu/keluarga.
1. Ibu dapat segera perasaannya.
intensif.
menggendong dan 2. Membantu
3. Orientasi ibu pada
meneteki bayi. memecah-kan
lingkungan rumah
permasalahan
2. Bayi segera pulang sakit.
yang dihadapi.
dan ibu dapat
4. Tunjukkan bayi pada
merawat bayinya 3. Ketidaktahuan
saat ibu berkunjung
sendiri. memperbesar
(batasi oleh kaca
stressor
pembatas).
20
5. Lakukan rawat gabung 4. Menjalin kontak
jika keadaan ibu dan batin antara ibu
bayi jika keadaan bayi dan bayi
memungkinkan. walaupun hanya
melalui kaca
pembatas.

5. Rawat gabung
merupakan upaya
mempererat
hubungan ibu dan
bayi/setelah bayi
diperbolehkan
pulang.

BAB IV

PENUTUP

21
4.1 Kesimpulan

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas
secara spontan dan adekuat . . Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan atau segera lahir.Tujuan melakukan tindakan terhadap
bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan penapasan bayi yang
sebagian besar terjadi pada waktu persalinan.Manifestasi klinis dapat
diketahui pada saat bayi masih dalam kandungan, saat kelahiran dan dengan
pemeriksaan pH darah bayi. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak
dapat dipengaruhi lagi. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila
kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Selama apneu sekunder,
denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan
upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan
pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

4.2 Saran

Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat sebaiknya melakukan pengkajian


yang lengkap, sehingga dapat melakukan intervensi keperawatan yang tepat.

22

You might also like