Professional Documents
Culture Documents
hipertensi
1. Faktor – faktor risiko sehubungan dengan kesehatan, seperti riwayat keluarga, gaya
hidup, kemiskinan. Meliputi data-data mengenai riwayat penyakit keluarga, makanan
yang disukai dan aktivitas seharihari
2. Riwayat medis, riwayat perawatan di rumah sakit dan operasi, riwayat medis
keluarga. Pola Metabolik-Nutrisi
Pola eliminasi
1. Kebiasaan pola buang air kecil: frekuensi, jumlah, warna, bau, nyeri, nokturia,
kemampuan mengontrol buang air besar, adanya perubahanperubahan.
2. Kebiasaan pola buang air besar: frekuensi, jumlah, warna, bau, nyeri, nokturia,
kemampuan mengontrol buang air besar, adanya perubahanperubahan.
Pola Aktivitas-Latihan
3. Data pemeriksaan fisik yang berkaitan meliputi pemeriksaan tandatanda vital. Pola
Istirahat-Tidur
4. Kebiasaan tidur sehari-hari: jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual
menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur.
Pola Persepsi-Kognitif
4. Tingkat pendidikan
Pola Hubungan-Peran
2. Pentingnya keluarga
2. Status ekonomi
Sel menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya jumlah
cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrasel.
1. Sistem integumen
o Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan pucat dan
terdapat bintik–bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan
menurunnya sel–sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan
kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun rambut wajah
meningkat, rambut menipis/botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya
2. Sistem Muskuler
3. Sistem pendengaran
4. Sistem Penglihatan
o Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan (daya
adaptasi terhadap kegegelapan lebih lambat, susah melihat gelap). Hilangnya
daya akomodasi, menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas
pandangan. Menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.
5. Sistem Pernafasan
6. Sistem Kardiovaskuler
7. Sistem Gastointestinal
o Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik
lemah sehingga sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
8. Sistem Perkemihan
o Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50 %, laju filtrasi glumesulus menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
sehingga kurang mampu memekatkan urine, Dj urin menurun, proteinuria
bertambah, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung
kemih menurun ( zoome ) karena otot – otot yang lemah, frekwensi berkemih
meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan
retensi urin dan pembesaran prostat ( 75 % usia diatas 60 tahun).
9. Sistem Reproduksi
o Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi
payu darah testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur – angsur, dorongan sek menetap sampai usia diatas 70 tahun
asal kondisi kesehatan baik.
1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot nafas (suplai O2 kurang)
ditandai dengan dispnea, nafas pendek, RR abnormal, penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi, penurunan pertukaran udara per menit, menggunakan otot
pernafasan tambahan, orthopnea, tahap ekspirasi berlangsung sangat lama, penurunan
kapasitas vital.
3. PK hipertensi
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan
perubahan pola tidur normal, melaporkan ketidakpuasan dalam tidur.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen ditandai
dengan ketidaknormalan tekanan darah, HR terhadap aktivitas , melaporkan keletihan
dan kelemahan.
6. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai dengan klien
mengeluh nyeri kepala skala 3 dari 0-5, klien tampak meringis kesakitan
PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mm Hg dan tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg (Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation,
and Treatment of High Pressure VII (JNC VII), 2003). Pada kelompok usia lanjut, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
(Smeltzer & Bare, 2002).
EPIDEMIOLOGI
Kejadian hipertensi terus mengalami penngkatan dari tahun ke tahun. Data World
Hypertension League Brochure 2009 menyebutkan bahwa hipertensi diderita lebih dari 1,5
miliar jiwa di seluruh dunia. Kejadian hipertensi juga terus mengalami peningkatan di
wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (2007) menyatakan bahwa prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Data Kementrian Kesehatan RI 2009 prevalensi
hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% pada tahun 2010. Prevalensi ini
selanjutnya diestimasi akan meningkat menjadi 37% pada tahun 2015 dan 42 % pada tahun
2025 (Indonesian Society of Hypertension, 2012).
PENYEBAB
Corwin (2009) menyebutkan penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada: a. Elastisitas dinding aorta menurun
KLASIFIKASI
Menurut JNC VII (2003), tekanan darah dibagi dalam tiga klasifikasi yakni normal,
prehipertensi, hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2. Klasifikasi ini didasarkan pada nilai
rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah, yang pemeriksaannya dilakukan pada
posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.
GEJALA KLINIS
KOMPLIKASI
Hipertensi yang tidak diobati dengan baik akhirnya menyebabkan komplikasi pada target
organ yaitu jantung, mata, ginjal dan otak (cerebrovascular). Komplikasi-komplikasi tersebut
antara lain pada mata berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan, pada ginjal berupa gagal ginjal, pada jantung bisa terjadi gagal jantung, angina
pectoris, infark jantung, bahkan kematian mendadak, dan komplikasi hipertensi pada otak
dapat bersifat akut atau kronik. Komplikasi hipertensi pada otak yang sifatnya akut biasanya
karena kenaikan tekanan darah yang cepat dan mendadak seperti pada ensefalopati hipertensi.
Sedangkan komplikasi yang bersifat kronik berupa kelainan-kelainan pembuluh darah otak
berupa Nodular atherosklerosis (atheroma), Charcot-Bouchard aneurysm, dan Fibrinoid
necrosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada klien dengan hipertensi menurut Doengoes
(2000) meliputi :
10. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
12. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
16. EKG: Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut.
o Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 34 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran
dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat mengontrol
tekanan darah.
5. Berhenti merokok
Terapi Farmakologis
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.
1. Diuretik
2. Penghambat Simpatis
3. Betabloker
o Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan
betabloker adalah metoprolol, propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian
pada penderita diabetes harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala
hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi sangat rendah sehingga
dapat membahayakan penderitanya). Pada orang dengan penderita
bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
4. Vasodilatator
o Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan
hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah
pusing dan sakit kepala.
6. Antagonis kalsium
o Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan
yang termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang mungkin
timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual.