You are on page 1of 12

BAB I

LAPORAN KASUS
I.1 Identitas
Nama : Ny. NH
Usia : 20 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

I.2 Anamnesis
Keluhan Utama : pasien P1A0 dengan perdarahan pervaginam setelah 2 jam PP
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dirujuk dari praktek bidan dengan P1A0 post partum H-0 + HPP. Pasien sudah
melahirkan jam 10.00 dipraktek bidan. Setelah bayi lahir, pasien diberi 1 kali suntikan
oksitosin 10 U intramuskular, kemudian placenta lahir, ditemukan placenta tidak lengkap.
Kemudian ditemukan robekan didaerah perineum dan diheacting. Pasien diberikan RL dan
Oksitosin 2 ampul 16 tpm dan dilakukan masase uterus. Perdarahan aktif dengan total ±800
cc, tanda vital pasien tensi 90/50 mmHg, nadi 88 kali/menit, teratur, kuat, penuh, maka
diputuskan untuk memasang O2 3 lpm.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat epilepsi : disangkal
Riwyat penyakit darah : disangkal
Riwayat penyakit ginjal/ saluran kemih : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat penyakit keluarga : disangkal

1
Riwayat Menstruasi :
Menarche pada usia 13 tahun. Siklus menstruasi teratur, panjang siklus 28 hari, durasi 5-6
hari. Tidak pernah mengalami dismenorea.

Riwayat Perkawinan : Menikah 1 kali, dengan suami ini sudah 1 tahun.


Riwayat Kontrasepsi : Tidak menggunakan kontrasepsi.

Riwayat Obstetri :
No Tahun Usia Riwayat Jenis Berat ASI/ Ket
Gestasi Persalinan Kelamin Lahir PASI
1 Hamil
ini

I.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan Darah : 90/50 mmHg
Laju Nadi : 88 kali/ menit, teratur, lemah, penuh
Laju Napas : 20 kali/ menit
Suhu : 36.7oC
Berat badan sekarang : 60 kg
Berat badan sebelum hamil : 52 kg
Tinggi badan : 155 cm
Mata : konjungtiva anemis +/+ ; sklera ikterik -/- ; mata cekung -/-
Mulut : mukosa oral basah
Thorax :
Jantung : bunyi jantung I & II reguler, murmur -, gallop –
Paru : vesikuler +/+ ; rhonki -/- ; wheezing -/-
Mammae : hiperpigmentasi areola +/+ ; retraksi puting -/- ; ASI -/-
Abdomen :
Inspeksi : tampak cembung ; linea nigra + ; striae gravidarum +
Palpasi : supel ; nyeri tekan -
Perkusi : timpani +
Auskultasi : bising usus + ; 5 kali/menit

2
Ekstremitas : akral hangat ; CRT < 2 detik ; edema -/- ; refleks fisiologis ++/++ ;
refleks patologis -/-

I.4 Pemeriksaan Ginekologis:


Fundus uteri : setinggi umbilikus, lembek
Pemeriksaan pelvis :
Inspekulo :
Vulva : tampak jahitan di arah jam 8, tidak tampak pendarahan aktif,
tak tampak kelainan lain.
Vagina : rugae +, laserasi - , tidak tampak massa maupun kelainan lain.
Porsio : tampak fluksus dan perdarahan aktif; stolsel + ; letak portio
antefleksi ; tak tampak massa maupun kelainan lain.
Vagina toucher:
Vulva dan vagina : tampak jahitan di arah jam 8, pendarahan aktif - ; tidak
tampak kelainan lain.
Porsio : fluksus + minimal.
Korpus uteri dan parametrium: tak teraba
Kavum douglasi : tak teraba

I.5 Pemeriksaan Penunjang


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 6.2 g/dL* 11-16.5
Hematokrit 21.1%* 37-47
Leukosit 15.990 / uL* 4.000-10.000
Trombosit 206.000 / uL 150.000 – 450.000
Golongan darah B+
HbsAg - -

I.6 Resume
- Anamnesa: pasien P1A0, pendarahan pervaginam terus menerus dan tidak nyeri, plasenta
ahir tapi tidak lengkap dan terdapat robekan di perineum Sudah diberikan suntikan oksitosin
10U IM sebanyak 2 kali, RL dan Oksitosin 2 ampul 16 tpm, Total pendarahan ±800 cc.
- PF: Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 90/50 mmHg
Laju Nadi : 88 kali/ menit, teratur, kuat, penuh
3
Laju Napas : 20 kali/ menit
Suhu : 36.7oC
Konjungtiva anemis +/+
Nyeri tekan abdomen –
Fundus uteri: setinggi umbilikus, kontraksi adekuat
Inspekulo dan VT: pada vulva dan vagina tampak jahitan di arah jam 8, tampak
fluksus +, perdarahan aktif.

I.7 Diagnosis Kerja


P1A0, 20 tahun, post partus maturus per vaginam H-0 dengan ruptur perineum grade 2 dan
dengan pendarahan post partum e.c sisa placenta

I.8 Tatalaksana
Pasang 2 IV line
- IV line pertama: RL 500 cc + Oksitosin 2 amp, 16 tpm
- IV line kedua: RL 30 tpm
Cefadroxyl 3 x 500 mg
Mitergin 2 x 1 amp
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Transfusi PRC 2 kolf/ hari sampai Hb >8

4
BAB II
ANALISA KASUS
Teori Kasus
Kehilangan darah lebih dari 500 ml. Kehilangan darah sebanyak ±800 ml.
Perdarahan post partum primer Perdarahan post partum primer (terjadi pada
perdarahan yang terjadi pada 24 jam 24 jam pertama).
pertama.
Perdarahan post partum
sekunderperdarahan yang terjadi lebih
dari24 jam pertama.
Dapat disebabkan oleh gangguan pada: Disebabkan karena gangguan pada tissue,
tonus (hipotonia, atonia), tissue (sisa yaitu sisa plasenta.
plasenta), trauma (robekan), thrombin
(gangguan koagulasi).
Tatalaksana : placenta manual, eksplorasi Tatalaksana : pemberian mitergin
manual/digital, kuretase, pemberian
uterotonika

BAB III
DASAR TEORI
5
Perdarahan post partum merupakan penyabab kematian pada ibu terbanyak di dunia
dengan perkiraan angka kematian sebanyak 140.000 per tahunnya, atau 1 kematian ibu setiap
4 menit. Perdarahan post partum terjadi pada 5% dari seluruh kasus persalinan dan berperan
penting dalam kematian ibu. Sebagian besar kasus kematian tersebut terjadi dalam 4 jam
setelah persalinan. Pada kasus non-fatal, perdarahan post partum dapat menyebabkan
munculnya beberapa komplikasi lain seperti anemia defisiensi besi hingga infark dari
hipofisis (Sheehan’s syndrome).
Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan sebanyak 500 mL atau lebih yang
terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan yang lebih dari normal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya perubahan tanda vital seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat
dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi > 100 kali/menit. Efek perdarahan
terhadap ibu bergantung pada volume darah pada saat ibu hamil, kecepatan hilangnya darah,
serta kadar hemoglobin sebelumnya.
Perdarahan dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan menurunnya volume
intravascular dan menurunkan penghantaran oksigen ke organ dan jaringan. Mekanisme
kompensasi fisiologis seperti refleks takikardi, vasokonstriksi perifer, dan peningkatan
kontraktilitas miokardium akan terjadi untuk mempertahankan perfusi jaringan.
Meningkatnya jumlah darah yang hilang dapat menyebabkan kolapsnya sistem sirkulasi,
kerusakan organ, dan menyebabkan kematian.
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
perkiraan jumlah darah yang hilang pada pasien.

Secara umum perdarahan post partum dapat disebabkan oleh faktor 4T, yaitu ‘Tonus’,
‘Tissue’, ‘Trauma’, dan ‘Thrombin’.

6
 Tonus (hipotoni sampai atonia)
o multipara
o overdistensi uterus (gemeli, anak besar, hidramnion)
o partus lama
o malnutrisi
o akibat anestesi
o fibrosis uterin
 Tissue
o kotiledon atau selaput ketuban tersisa
o plasenta susenturiata
o plasenta akreta, inkreta, perkreta
o gumpalan darah yang tersisa
 Trauma
o cervix
o vagina
o perineum
o regio parauretra
o ruptur uteri
o inversi uteri
 Thrombin
o ITP
o DIC
o obat anti koagulasi
o penyakit hepar

7
Berikut ini adalah faktor resiko dari terjadinya perdarahan post partum berdasarkan
etiologinya masing-masing.

Berdasarkan banyaknya darah yang hilang, perdarahan post partum dapat


dikelompokkan menjadi tiga, yaitu minor (< 1 L), mayor (>1 L) dan berat (> 2 L).
Berdasarkan saat terjadinya, PPP dapat dibagi menjadi PPP primer dan PPP sekunder. PPP
primer terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai
robekan jalan lahir, sisa sebagian plasenta, atau pada sebagian kecil kasus dapat juga
8
disebabkan oleh insersio uteri. PPP sekunder terjadi 24 jam setelah persalinan dan biasanya
disebabkan oleh sisa plasenta.
Pada saat kala tiga persalinan, perdarahan akan terjadi akibat terlepasnya plasenta dari
tempat implantasinya dan kemudian keluar melalui vagina. Pada saat terjadi perdarahan
tersebut, pemijatan pada uterus harus dilakukan untuk menstimulasi kontraksi apabila
kontraksi tidak adekuat. Apabila plasenta sudah keluar dan kontraksi sudah adekuat namun
perdarahan masih berlanjut, maka pengeluaran plasenta secara manual perlu dilakukan.
Pada sebagian kecil kasus, perdarahan yang terjadi sesaat setelah persalinan
disebabkan oleh bagian dari plasenta yang tertinggal. Pada umumnya, sisa plasenta yang
tertinggal di dalam uterus menyebabkan perdarahan pasca persalinan sekunder. Pada saat
persalinan, pemeriksaan berupa inspeksi terhadap plasenta secara teliti perlu dilakukan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bagian dari plasenta yang hilang. Selain
itu, uterus juga perlu dieksplorasi dengan cara manual/digital dan bagian dari plasenta yang
tersisa harus dilepaskan dari uterus dengan kuret atau pemberian uterotonika. Anemia yang
ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfusi darah sesuai dengan keperluannya.

9
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada kasus perdarahan post partum dapat
disesuaikan dengan penyebabnya seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini.

10
Algoritma Perdarahan Pasca Persalinan

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, et al. Williams Obstetrics 24th Edition. McGraw-Hill Education,


United States. 2014.
2. Leduc D, et al. Active Management of the Third Stage of Labour: Prevention and
Treatment of Postpartum Hemorrhage. Canada. October 2009.

12

You might also like