You are on page 1of 12

MAKALAH HAMBATAN PENGGUNAAN ENERGI SURYA

Disusun oleh: I Gede Khrisna Eka Yudha (121130085)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Saat ini kebutuhan energi, khususnya energi listrik (energi listrik adalah energi
yang mudah dikonrversikan ke dalam bentuk energi yang lain) terus meningkat
dengan pesat, bahkan di luar estimasi yang diperkirakan. Hal ini sudah selayaknya
sebagai dampak meningkatnya seluruh aktivitas kehidupan yang menggunakan
energi listrik.
Selama ini kebutuhan energi bahkan kebutuhan dunia masih mengandalkan
minyak bumi sebagai penyangga utama kebutuhan energi. Sementara itu tidak
dapat dihindarkan bahwa sumber energi ini semakin langka dan mahal harganya.
Bagi Indonesia masalah energi menjadi lebih penting lagi artinya dan perlu
mendapatkan penanganan yang khusus karena :

• Lebih kurang 80 % kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh minyak bumi


(data 2002)
• Harga minyak dan Konsumsi minyak bumi yang cenderung meningkat dengan
pesat setiap tahun.

• Banyaknya sumber-sumber alternatif di Indonesia yang perlu dikembangkan.

Pokok-pokok mengenai energi telah dicantumkan dalam Kebijakan Energi


Nasional yang tujuan dari kebijakan tersebut adalah penghematan bahan bakar
minyak bumi dan pengembangan sumber-sumber energi alternatif lainnya.

Harga minyak mentah internasional yang terus naik akhir-akhir ini semakin
mempersulit perekonomian Indonesia karena untuk konsumsi dalam negeri sangat
tergantung pada impor minyak sebanyak 487 ribu barel per hari. Harga minyak
mentah pada perdagangan tanggal 3 Juli 2008 telah melewati US$ 145 per barel
dan dikhawatirkan akan memicu stagflasi dan kekacauan politik di berbagai
negara (Anonim, 2008a dan 2008b). Meskipun pemerintah telah menaikkan harga
bahan bakar minyak ( BBM) sekitar 33% pada tanggal 23 Mei 2008 untuk
mengurangi beban subsidi BBM namun defisit anggaran dan kesulitan ekonomi
akan terus berlanjut jika harga minyak internasional terus naik.
Mengingat struktur anggaran pembangunan Indonesia sangat ditentukan
oleh penerimaan minyak dan gas (migas) dan subsidi BBM, maka kenaikan harga
minyak global dan BBM domestik dapat memicu inflasi. Kenaikan harga BBM
pada bulan Oktober 2005, sebagai contoh, telah menyebabkan inflasi sebesar
16%.

Untuk mengatasi hal itu selanjutnya presiden menekankan penghematan


bahan bakar minyak dalam negeri terutama untuk kebutuhan yang tidak dapat
digantikan dengan bentuk energi yang lain seperti transportasi, feedstock industri
dan lain-lain serta pemanfaatan seoptimal mungkin sumber-sumber energi
alternatif lain, seperti Tenaga Air, panas bumi, Tenaga Matahari dan sebagainya.
Dengan mempertimbangkan permasalahan-permasalahan energi tersebut maka
diperlukan langkah-langkah serta strategi untuk pengembangan energi lebih lanjut
seperti tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional. Tujuan Kebijakan Energi
Nasional dapat dirumuskan
• Pengadaan energi dalam negeri, mengusahakan tersedianya energi dalam negeri
secara terus-menerus dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan dan
harga yang terjangkau.

• Pengadaan energi untuk ekspor, mengusahakan tersedianya minyak, gas bumi,


dan sumber energi lain untuk ekspor dengan harga yang paling menguntungkan
dalam waktu cukup panjang.

• Penghematan penggunaan bahan bakar minyak, menggunakan bahan bakar


minyak dengan cara yang sehemat-hematnya terutama untuk kebutuhan yang
tidak dapat diganti dengan bentuk energi lain seperti transportasi dan feedstock
industri.
I.2 Rumusan Masalah
Masalah yang di bahas pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
a. Apa yang dimaksud dengan energi surya?
b. Bagaimana saja cara pemanfaatan energi surya?
c. Apa saja hambatan pemanfaatan energi surya ?
I.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Mengetahui definisi energi surya
b. Mengetahui pemanfaatan energi surya
c. Mengetahui aplikasi/penerapan energi surya
d. Megnetahui hambatan pemanfaatan energi surya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian energi
Dalam fisika, energi adalah properti fisika dari suatu objek, dapat
berpindah melalui interaksi fundamental, yang dapat diubah bentuknya namun tak
dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Joule adalah satuan SI untuk energi,
diambil dari jumlah yang diberikan pada suatu objek (melalui kerja mekanik
dengan memindahkannya sejauh 1 meter dengan gaya 1 newton.
Kerja dan panas adalah 2 contoh proses atau mekanisme yang dapat
memindahkan sejumlah energi. Hukum kedua termodinamika membatasi jumlah
kerja yang didapat melalui proses pemanasan-beberapa diantaranya akan hilang
sebagai panas terbuang. Jumlah maksimum yang dapat digunakan untuk kerja
disebut energi tersedia. Sistem seperti mesin dan benda hidup membutuhkan
energi tersedia, tidak hanya sembarang energi. Energi mekanik dan bentuk-bentuk
energi lainnya dapat berpindah langsung ke bentuk energi panas tanpa batasan
tertentu.
Ada berbagai macam bentuk-bentuk energi, namun semua tipe energi ini
harus memenuhi berbagai kondisi seperti dapat diubah ke bentuk energi lainnya,
mematuhi hukum konservasi energi, dan menyebabkan perubahan pada benda
bermassa yang dikenai energi tersebut. Bentuk energi yang umum diantaranya
energi kinetik dari benda bergerak, energi dari cahaya matahari dan radiasi
elektromagnetik, energi potensial yang tersimpan dalam sebuah benda karena
posisinya seperti medan gravitasi, medan listrik atau medan magnet, dan energi
panas yang terdiri dari energi potensial dan kinetik mikroskopik dari gerakan-
gerakan partikel tak beraturan. Beberapa bentuk spesifik dari energi potensial
adalah energi elastis yang disebabkan dari pemanjangan atau deformasi benda
padat dan energi kimia seperti pelepasan panas ketika bahan bakar terbakar.
Setiap benda yang memiliki massa ketika diam, memiliki massa diam atau sama
dengan energi diam, meski tidak dijelaskan dalam fenomena sehari-hari
Salah satu energi yang penting dan sangat mudah ditemukan adalah energi
matahari atau energi surya
II.2 Energi Matahari
Matahari adalah satu satunya sumber energi bagi bumi. Bumi mempunyai
sistim selubung tersendiri (atmosfer) yang tebalnya ratusan kilometer diatas
permukaan bumi dan yang menciptakan kondisi yang menunjang kehidupan
habitat bumi. Terdiri dari lima lapisan yakni troposfer, stratosfer,mesofer,
termosfer dan exosfer, lapisan ini berperan sebagai filter radiasi matahari. Mahluk
hidup hidup dilapisan troposfer (biosfer), dimana terjadi ekosistim yang terjalin
erat satu dengan yang lain dan merupakan siklus berkelanjutan yang membentuk
basis untuk kehidupan.
Kedudukan sumbu bumi yang mempunyai kemiringan sebesar 23,50
terhadap garis normal bidang orbit bumi dalam sistim tata surya kita
menimbulkan konsekwensi terjadinya pola iklim yang berbeda beda dibumi
tergantung dari lokasi geografis suatu tempat pada bola bumi. Energi surya
merupakan sumber
Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar
biasa besarnya ke permukaan bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi
menerima sekitar 1000 watt energi matahari per-meter persegi. Kurang dari 30 %
energi tersebut dipantulkan kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi
panas, 23 % digunakan untuk seluruh sirkulasi kerja yang terdapat di atas
permukaan bumi, sebagaian kecil 0,25 % ditampung angin, gelombang dan arus
dan masih ada bagian yang sangat kecil 0,025 % disimpan melalui proses
fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan yang akhirnya digunakan dalam proses
pembentukan batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil, proses fotosintesis
yang memakan jutaan tahun) yang saat ini digunakan secara ekstensif dan
eksploratif bukan hanya untuk bahan bakar tetapi juga untuk bahan pembuat
plastik, formika, bahan sintesis lainnya.Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber
segala energi adalah energi matahari. Energi matahari dapat dimanfaatkan dengan
berbagai cara yang berlainan bahan bakar minyak adalah hasil fotosintesis, tenaga
hidro elektrik adalah hasil sirkulasi hujan tenaga angin adalah hasil perbedaan
suhu antar daerah dan sel surya (sel fotovoltaik) yang menjanjikan masa depan
yang cerah sebagai sumber energi listrik.
II.4 Upaya Pemanfaatan Energi Surya
Indonesia yang merupakan daerah sekitar katulistiwa dan daerah tropis
dengan luas daratan hampir 2 juta , dikaruniai penyinaran matahari lebih dari 6
jam sehari atau sekitas 2.400 jam dalam setahun. Energi surya dimuka bumi
Indonesia mempunyai intensitas antara , betapa melimpahnya energi yang
sebagian besar terbuang sia-sia ini. Tantangan, bagaimana mengembangkan
pemanfaatan sumber energi ini. 2km2/7.06.0mkW−
Bagi Indonesia upaya pemanfaatan energi surya mempunyai berbagai keuntungan
yang antara lain adalah :
 Energi ini tersedia dengan jumlah yang besar di Indonesia.
 Sangat mendukung kebijakan energi nasional tentang
penghematan, diversifikasi dan pemerataan energi.
 Memungkinkan dibangun di daerah terpencil karena tidak
memerlukan transmisi energi maupun transportasi sumber energi.
Teknologi ini masih relatif baru di Indonesia , hal ini dimungkinkan
karena ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia masih sangat terpengaruh oleh
teknologi dari negara-negara Barat yang pada umumnya negara-negara tersebut
mempunyai 4 musim, sehingga kurang mendapatkan sinar matahari kalupun
mendapat sinar namun dengan jumlah yang tidak terlalu besar.
Sedang di Indonesia seharusnya sel surya ini mendapatkan perhatian
khusus, sebab Indonesia yang merupakan daerah tropis dan di daerah katulistiwa
maka Indonesia mempunyai karakteristik angin yang kurang baik (sangat
fluktuatif) dibanding dengan karakteristik angin di negara –negara Barat namun
sangat menguntungkan untuk energi matahari yang rata-rata mendapat sinar
matahari 6 jam dalam sehari dengan cuaca yang sangat mendukung.
Alat utama untuk menangkap, perubah dan penghasil listrik adalah
Photovoltaic atau yang disebut Panel Solar Cell. Dengan alat tersebut sinar
matahari dirubah menjadi listrik melalui proses aliran-aliran elektron negatif dan
positif didalam cell modul karena perbedaan electron. Hasil dari aliran elektron-
elektron akan menjadi listrik DC yang dapat langsung dimanfatkan untuk mengisi
aki sesuai tegangan dan ampere yang diperlukan.
II.5 Sel Surya
teknologi saat ini, terdapat 3 generasi sel surya, pertama, sel surya yang
terbuat dari silikon kristal tunggal (monokristal) dan silikon kristal banyak
(polikristal). Kedua, sel surya yang terbuat dari silikon tipe lapis tipis (thin film)
dan yang ketiga sel surya organik atau sel surya fotoelektrokimia atau Dye
Sensitized Solar-Cell (DSSC).
Dalam fabrikasinya, sel surya berbasis silikon memerlukan biaya yang
mahal dalam bahan bakunya dan juga memakai bahan kimia yang berbahaya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, para peneliti. mengkaji untuk jenis sel
surya fotoelektrokimia. Untuk memfabrikasi sel surya fotoelektrokimia tidak
memerlukan biaya yang mahal, karena material yang
dibutuhkan tidak memerlukan tingkat kemurnian yang tinggi. Sel surya
fotoelektrokimia pertama kali diperkenalkan oleh Gratzel pada tahun 1991. Saat
ini, efisiensi tertinggi sel surya fotoelektrokimia
yang diperoleh Gratzel yang tersensitisasi dye telah mencapai 10-11 % (Gratzel,
2006). Sel surya fotoelektrokimia tersusun dari material semikonduktor yang
memiliki band gap lebar, misalnya ZnO, elektroda counter, elektrolit, dan dye
II.6 Hambatan Sel Surya
harga sel surya saat ini cenderung makin murah, namun yang jadi masalah
pengembangan listrik tenaga matahari yakni keterbatasan pembebasan lahan dan
masih sangat mahalnya harga baterai. harga baterai penyimpan tenaga matahari 3
kali lipat daripada harga solar cell. Dalam pemakaiannya sel surya mampu
bertahan untuk jangka waktu 25 tahun.
Kelemahan pertama adalah keterbatasan lahan. Area yang di butuhkan
untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Angin tentunya lebih luas lagi di
banding PLTU batubara. Sebagai perbandingan untuk memberikan listrik kepada
1000 rumah Tenaga Surya membutuhkan lahan terbesar 3,3 hektar, Angin 2,4
hektar, batubara 0,29 hektar dan yang terkecil Nuklir 0,10 hektar. Dari diagaram
diatas dapat di lihat bahwa Surya dan Angin memakai lahan yang luar biasa besar.
Bayangkan pembebasan lahanya.
Sebagai negara kepulauan maka Indonesia mempunyai lahan daratan yang
terbatas dibanding negara lain. Indonesia memiliki kepadatana penduduk yang
sangat padat sekitar 121 Km2 bandingkan dengan China yang berpenduduk diatas
1 milyar memiliki kepadatan yang lebih tinggi 142 Km2 dan India 368 Km2
bahkan Singapore negara kecil ternyata memiliki kepadatan 7148 km2 yang jauh
lebih tinggi. Artinya Indonesia tidak memiliki lahan yang luas dan harus berbagi
untuk keperluan perumahan, Pertanian dan Infrastruktur (termasuk energi).
Tentunya dalam perencanaan pembangkitan energi perlu di pertimbangkan
pemakaian lahan yang kecil atau energi dengan densitas yang tinggi
kelemahan kedua adalah banyaknya aki yang harus dipasang agar
menghasilkan daya yang cukup. Sebuah aki kapasitas 200 Ah (ampere hour)
dengan tegangan kerja 12 Vdc hanya menghasilkan daya sebesar 2,4 KWh (kilo
watt hour). Maka jika digunakan untuk menggerakkan pompa air rumah tangga
yang berdaya 200 Watt hanya akan bertahan selama 12 jam. Itupun dengan asumsi
efisiensi inverter 100%, padahal faktanya efisiensinya kebanyakan tidak lebih dari
70%. Untuk mensuplai daya pada rumah tangga kecil dengan asumsi penggunaan
daya rata-rata 300 Watt (bukan daya kontinyu) selama 24 jam maka diperlukan 3
buah aki kapasitas 200 Ah 12Vdc. Namun perhitungan baku pada perencanaan
PLTS ditambahkan faktor keamanan 300% untuk mengamankan daya jika
matahari tertutup mendung selama 3 hari berturut-turut, sehingga aki harus
disediakan sebanyak 9 buah. Aki menjadi penghambat utama karena
kebutuhannya yang besar dan umur aki yang rata-rata hanya sampai 2 atau 3 tahun
dengan perawatan yang baik.
Kelemahan kedua adalah kemampuan panel surya menghasilkan listrik.
Sel surya mempunyai efisiensi konversi energi sangat kecil, yaitu maksimum
hanya 20%. Untuk menghasilkan daya listrik yang besar dibutuhkan banyak panel
surya sehingga biaya pengadaan panel surya menjadi mahal. Beruntung umur
pemakaian panel surya cukup panjang, bisa lebih dari 20 tahun, sehingga biaya
investasinya sebanding dengan usia pemakaian.
Kendala pengadaan panel surya di Indonesia adalah harga yang masih
tinggi. Meskipun bea masuknya sudah dibebaskan, namun karena bobot panel
surya yang tergolong berat membuat biaya pengiriman menjadi mahal. Jika dirakit
di dalam negeri maka kendalanya justru impor sel surya belum dibebaskan.
Hasilnya mau impor jadi atau merakit sendiri jatuhnya sama mahal. Padahal jika
diproduksi penuh di dalam negeri bahan baku silikon yaitu pasir silika atau pasir
kwarsa sangat melimpah. Yang ada saat ini pasir silika diekspor ke China dengan
harga murah dan kembali ke Indonesia dalam bentuk panel surya yang mahal.
Seandainya ada investor atau BUMN yang tergerak untuk memproduksi silikon di
dalam negeri tentu harga panel surya akan lebih murah. Teknologinya sendiri
tidak sulit, sehingga memungkinkan kita mengaplikasikannya. Pada kebanyakan
PLTS yang telah dipasang di negara kita seperti untuk penerangan jalan, sering
kita dapati umurnya pendek. Hanya dalam hitungan bulan banyak yang mati. hal
ini terjadi karena tidak adanya perawatan terhadap aki dan solar charger
controllernya.
Permasalahan berikutnya dari intermiten adalah faktor kapasitas (capacity
faktor/FK) yaitu rasio dari output yang sebenarnya dibanding potensi output
bilamana beroperasi selama 24 jam. Faktor Kapasitas intermiten adalah yang
terendah dibanding jenis pembangkitan lainnya. Rata-rata FK Angin 31% dan
Surya 23% - 30% bandingkan dengan Panas Bumi 66% dan PLTU batubara 58%,
sementara Nuklir adalah yang tertinggi 90% - 95%. -- Jadi bila dikatakan bahwa
Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) 10 MW maka
sesungguhnya daya yang di hasilkan hanyalah 20% - 25% jadi tidak lebih dari 2,5
MW. Jadi Kekurangan 75% nya harus di hybrid dengan Genset atau Gas - artinya
sama juga meningkatkan emisi gas rumah kaca. Kita tahu bahwa Photovoltaic
sangat berpengaruh terhadap panasnya sinar matahari, sehingga sedikit saja awan
menutup matahari maka daya yang di hasilkan akan turun dan hal tersebut dapat
terjadi beberapa kali dalam sehari - Hal yang sama dengan angin yang tidak dapat
meniupkan angin secara konsisten dengan kecepatan yang sama. Hal ini bukan
saja menyebabkan Faktor kapasitas yang rendah tetapi juga membuat masalah
dalam menyeimbangkan beban dalam grid bila daya turun-naik.
BAB III
KESIMPULAN

1. Energi surya merupakan energi alternatif yang memiliki potensi cukup


besar di Indonesia
2. energi matahari merupakan energy yang berkelanjutan (sustainable) serta
tidak menimbulkan polusi atau ramah lingkungan
3. Energi matahari dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan manusia jika
dikonversi menggunakan solar cell menjadi energi listrik.
4. Pemanfaatan energi surya masih harus melewati beberapa hambatan yang
harus diselesaikan
DAFTAR PUSTAKA

Archie W Culp, Darwin Sitompul, Prinsip-Prinsip Konversi Energi,


Erlangga, Jakarta.
Anonymus, Masalah Energi dan Upaya Pemanfaatan Energi Surya Cara
Langsung Sebagai Salah Satu Sumber Energi Alternatif, Proceding
Seminar Sel Fotovoltaik Indonesia, LAPI_ITB, Bandung.
Jusuf Tedjo, Listrik Sel Surya sebagai Energi Alternatif, Jawa Pos.
http://www.greenradio.fm/technology/energy/solar-cell/,
M. Matsumura, Utilization of Solar cell, Lecture Notes Research Center for
Solar Energy Chemistry, Osaka University 2009
Irmansyah dkk.,. 2008. Pabrikasi dan karakterisasi Sel Surya
Tersensitisasi Dye Berbasis Elektroda Komposit TiO2/SnO2 dan
Elektrolit Polimer. Jurnal Ilmu Dasar, Vol. 9, No. 2, Juli 2008: 96-103

You might also like