You are on page 1of 35

MAKALAH

“KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN


ISTIRAHAT DAN TIDUR”

Oleh :

PUTRI OLILAH
NIM : 150101018

Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Konsep Kebutuhan Istirahat dan Tidur” ini dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan. Kami juga berterima kasih kepada dosen kami yang telah
memberikan tugas ini dan telah membimbing kami. Kami berharap makalah ini
dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena itu kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi kritik, saran dan usulan kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami di kemudian hari. Semoga
makalah ini bermanfaat dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Pariaman, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................
B. Rumusan masalah .............................................................
C. Tujuan ...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Aktivitas ................................................................
1. Pengertian Aktivitas ....................................................
2. Tujuan Aktivitas .........................................................
3. Jenis-jenis Aktivitas ...................................................
B. Konsep Istirahat dan Tidur .................................................
1. Definisi Istirahat dan Tidur .........................................
2. Fisiologi Tidur.............................................................
3. Fungsi/Peran Tidur ......................................................
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur..................
5. Gangguan Tidur Umum ..............................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................
B. Saran ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
(Towarto, Wartonal. 2007).
Selain aktivitas,setiap orang juga membutuhkan istirahat dan tidur
agar mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain
itu proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuh
kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang
sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel.
Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi
yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan
mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi.
Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan
istirahat dan tidur lebih dari biasanya. Istrahat dan tidur merupakan
kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan
istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal,
istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.
Secara umum,istirahat berarti suatu keadaan tenang,rileks,santai,tanpa
tekanan emosional dan bebasdari perasaan gelisah. Jadi, istirahat bukan
berarti tidak melakukan aktifitas sama sekali. Terkadang jalan-jalan di taman
juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Namun, sebelum
melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas serta istirahat,
perawat ttelbeih dahulu harus mempelajari tentang konsep-konsep mobilisasi
dan istirahat tidur.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari konsep aktivitas?
2. Apa tujuan aktivitas?
3. Apa saja jenis aktivitas pada anak, dewasa dan lansia?
4. Apa definisi dari istirahat dan tidur ?
5. Apa fisiologi tidur?
6. Apa saja tahap tidur?
7. Apa fungsi/peran tidur?
8. Bagaimana pola dan kebutuhan tidur normal pada jenis usia?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi tidur?
10. Apa saja gangguan tidur umum?

C. Tujuan

1. Mengetahui defenisi dari konsep aktivitas


2. Mengetahui tujuan aktivitas
3. Mengetahui saja jenis aktivitas pada anak, dewasa dan lansia
4. Mengetahui definisi dari istirahat dan tidur
5. Mengetahui fisiologi tidur
6. Mengetahui saja tahap tidur
7. Mengtahui fungsi/peran tidur
8. Mengetahui bagaimana pola dan kebutuhan tidur normal sesuai jenis
usia
9. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi tidur
10. Mengetahui apa saja gangguan tidur umum
BAB II
PEMBAHASAN
A.Konsep Aktivitas
1. Pengertian Aktivitas

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia


memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
(Towarto, Wartonal.2007)
2. Tujuan Aktivitas
1) Memperkuat jantung
Jantung sebenarnya tersusun dari serangkaian otot yang bekerja
bersama, oleh sebab itu, latihan secara teratur akan meningkatkan
kinerjanya. Nah, dengan memperkuat otot jantung, Anda bisa
menghindari penyakit jantung yang bisa menyebabkan kematian,
bahkan pada anak-anak sekalipun.
2) Menjaga arteri dan vena supaya dapat bekerja dengan baik
Latihan fisik atau olahraga dapat mengurangi jumlah kolesterol dan
lemak berbahaya dalam darah. Hal ini akan meningkatkan
fleksibilitas dinding pembuluh darah, serta membantu penurunan
tekanan darah. Nah, hal ini dapat mengurangi risiko serangan jantung
maupun stroke.
3) Memperkuat paru-paru
Olahraga dapat meningkatkan kapasitas dan efisiensi paru terutama
saat beraktivitas, sehingga akan lebih banyak oksigen yang masuk
kedalam tubuh dan lebih banyak karbon dioksida yang dikeluarkan
dari tubuh.
4) Menurunkan kadar gula darah
Latihan fisik akan mencegah akumulasi berlebih gula dalam sirkulasi
darah. Saat berolahraga, otot akan mengambil pasokan gula dari
sirkulasi dan mengubahnya dalam bentuk energi. Hal ini tentunya
akan mengurangi risiko diabetes.
5) Mengontrol berat badan
Saat bermalas-malasan, tubuh kita cenderung mendapat asupan
kalori berlebih dibandingkan penggunaannya, kalori yang tidak
terpakai tersebut nantinya akan tersimpan sebagai lemak. Lain halnya
apabila kita aktif berolahraga, tubuh kita akan membutuhkan lebih
banyak kalori, sehingga lemak tubuh yang tersimpan akan dibakar
untuk diubah menjadi energi. Penurunan berat badan, memberikan
efek positif bagi kesehatan jantung dan pengontrolan kadar gula
darah.
6) Mencegah kanker
Seseorang yang berolahraga teratur memiliki risiko lebih kecil
terkena penyakit kanker terutama pada usus besar, rahim dan
payudara.
7) Mengatur tekanan darah
Latihan fisik atau olahraga telah terbukti dapat mengurangi stres.
Dengan menghindari stress berlebihan, resiko peningkatan tekanan
darah serta penyakit jantung pun akan menurun.
3.Jenis-jenis Aktivitas

e
1). Anak-anak
Aktivitas fisik yang dilakukan pada anak usia prasekolah sangat
penting untuk kesehatan dan perkembangan serta menurunkan risiko
untuk terjadi kelebihan berat badan (overweight), obesitas maupun
penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh berat badan yang
berlebihan. Aktivitas fisik pada anak usia prasekolah dapat berupa
aktivitas sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah, kebiasaan,
hobi maupun latihan fisik dan olahraga. Untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas fisik anak usia prasekolah, maka baik orangtua maupun guru
di sekolah untuk seharusnya menyediakan aktivitas fisik yang
terstruktur maupun tidak terstruktur.
Aktivitas fisik yang teratur memiliki banyak manfaat untuk anak-
anak usia prasekolah. Manfaatnya dapat berupa :
• Perkembangan kekuatan dan ketahanan dari otot
• Membangun dan mendorong harga diri
• Meningkatkan stabilitas dari tubuh
• Membangun kekuatan otot, jantung dan tulang
• Mengembangkan keterampilan mengontrol obyek tertentu
• Mengembangkan keterampilan motorik halus dan motorik kasar
• Meningkatkan kemampuan berpikir
• Mengembangkan pengenalan terhadap benda, warna dan bentuk
• Mengembangkan ketahanan dalam sistem kardiovaskular
Aktivitas fisik pada anak-anak usia prasekolah dipengaruhi oleh
berbagai hal, diantaranya adalah faktor fisiologis atau perkembangan
(pertumbuhan, kesegaran jasmani, keterbatasan fisik), lingkungan
(fasilitas, musim, keamanan), faktor psikologis, faktor sosial, dan
demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orang tua, teman sebaya,
status ekonomi, jenis kelamin, usia).
Aktivitas fisik yang rendah pada anak usia prasekolah merupakan
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya obesitas. Aktivitas fisik
akan mengubah komposisi tubuh yakni menurunkan lemak tubuh dan
meningkatkan massa tubuh tanpa lemak yang berlebih.

2). Dewasa
Kebutuhan fisik orang dewasa tentu berbeda dengan anak-anak atau
orang lanjut usia (lansia). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO),
setiap orang dalam rentang usia 18 hingga 64 tahun wajib memenuhi
kebutuhan aktivitas fisik berikut ini :
 150 menit aktivitas fisik sedang atau 75 menit aktivitas fisik
berat dalam seminggu
 300 menit aktivitas fisik sedang dalam seminggu jika sudah
terbiasa
 Latihan otot kerangka sebanyak 3 hingga 4 kali dalam
seminggu
Aktivitas fisik bagi orang dewasa dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
tingkat intensitasnya, yaitu ringan, sedang, dan berat.
Berikut adalah penjelasan lengkap dan contoh tiap tingkatan aktivitas fisik
tersebut.
1. Aktivitas fisik ringan
Saat melakukan aktivitas fisik ringan, Anda tidak akan merasa
terengah-engah atau jantung berdegup lebih kencang dari biasanya.
Tubuh juga tidak akan membakar banyak kalori menjadi energi.
Aktivitas fisik ringan meliputi mencuci piring, memasak, jalan-jalan
santai di pusat perbelanjaan, mengemudikan kendaraan bermotor,
memancing, dan melakukan peregangan otot.
2. Aktivitas fisik sedang
Aktivitas fisik sedang ditandai dengan detak jantung yang lebih cepat,
napas lebih memburu, dan suhu tubuh meningkat. Anda juga mungkin
merasa sedikit lelah setelah melakukannya. Contoh aktivitas sedang
antara lain berjalan cepat, bersepeda, menggendong anak usia 2-6
tahun, naik tangga, mengganti galon air minum, yoga, menari, main
voli, dan berseluncur dengan sepatu roda atau skateboard.
3. Aktivitas fisik berat
Untuk aktivitas fisik berat, tubuh Anda membakar kalori lebih banyak
karena energi yang dibutuhkan cukup besar. Anda juga akan terengah-
engah sesuai melakukan kegiatan tersebut. Biasanya aktivitas fisik bagi
orang dewasa yang cukup berat adalah berolahraga seperti main futsal,
jogging, berenang, naik gunung, lompat tali, dan main bulutangkis.
Bisa juga berupa pekerjaan yang membutuhkan tenaga seperti
mencangkul, mengayuh becak, atau menyelesaikan pekerjaan
konstruksi.
3). Lansia
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia, diantaranya
perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem
kardiovaskular, respirasi, dan kognisi. Distribusi lemak berubah dengan
bertambahnya usia. Laki-laki dengan bertambahnya usia akan
mengakumulasi lemak terutama di sekitar batang tubuh (truncus) dan
di sekitar organ-organ dalam, sedangkan wanita terutama di sekitar
organ-organ dalam. Penelitian pada atlet senior menunjukkan bahwa
mereka mempunyai kadar lemak lebih rendah dibandingkan dengan
non-atlet, namun apabila dibandingkan dengan atlet muda mempunyai
kadar lemak 5-10% lebih tinggi (Wojtek, 2000).
Pada Lansia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke
otot, penurunan PH dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku, dan ada
penurunan kekuatan otot. Olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot,
massa otot, perfusi otot, dan kecepatan konduksi saraf ke otot.
A. Manfaat Olahraga pada Lansia
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk
mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain
sebagainya. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan
gerakan tubuh berulang-ulang serta ditujukan untuk meningkatkan kebugaran
jasmani disebut olahraga (Farizati, 2002). Manfaat olahraga pada Lansia
antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan jantung, otot, dan
tulang, membuat Lansia lebih mandiri, mencegah obesitas, mengurangi
kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Olahraga dikatakan dapat memperbaiki komposisi tubuh, seperti lemak
tubuh, kesehatan tulang, massa otot, dan meningkatkan daya tahan, massa
otot dan kekuatan otot, serta fleksibilitas sehingga lansia lebih sehat dan
bugar dan risiko jatuh berkurang.. Olahraga dikatakan juga dapat
menurunkan risiko penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit
jantung. Secara umum dikatakan bahwa olahraga pada lansia dapat
menunjang kesehatan, yaitu dengan meningkatkan nafsu makan, membuat
kualitas tidur lebih baik, dan mengurangi kebutuhan terhadap obat-obatan.
Selain itu, olahraga atau aktivitas fisik bermanfaat secara fisiologis,
psikologis maupun sosial. Menurut Nina (2007), secara fisiologis, olahraga
dapat meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan, fleksibilitas, dan
keseimbangan. Secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan mood,
mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara sosial, olahraga
dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman,
dan meningkatkan produktivitas.
B. Latihan Fisik yang Dilakukan.
Jenis jenis aktivitas fisik pada lansia enurut Kathy (2000), meliputi latihan
aerobik, penguatan otot (muscle strengthening), fleksibilitas, dan latihan
keseimbangan. Seberapa banyak suatu latihan dilakukan tergantung dari
tujuan setiap individu, apakah untuk kemandirian, kesehatan, kebugaran, atau
untuk perbaikan kinerja (performance).
1.) Latihan Aerobik
Lansia direkomendasikan melakukan aktivitas fisik setidaknya selama 30
menit pada intensitas sedang hampir setiap hari dalam seminggu.
Berpartisipasi dalam aktivitas seperti berjalan, berkebun, melakukan
pekerjaan rumah, dan naik turun tangga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
Lansia dengan usia lebih dari 65 tahun disarankan melakukan olahraga yang
tidak terlalu membebani tulang, seperti berjalan, latihan dalam air, bersepeda
statis, dan dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Bagi Lansia yang
tidak terlatih harus mulai dengan intensitas rendah dan peningkatan
dilakukan secara individual berdasarkan toleransi terhadap latihan fisik.
Olahraga yang bersifat aerobik adalah olahraga yang membuat jantung dan
paru bekerja lebih keras untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan oksigen,
misalnya berjalan, berenang, bersepeda, dan lain-lain. Latihan fisik dilakukan
sekurangnya 30 menit dengan intensitas sedang, 5 hari dalam seminggu atau
20 menit dengan intensitas tinggi, 3 hari dalam seminggu, atau kombinasi 20
menit intensitas tinggi 2 hari dalam seminggu dan 30 menit dengan intensitas
sedang 2 hari dalam seminggu.

2). Latihan Penguatan Otot


Bagi Lansia disarankan untuk menambah latihan penguatan otot disamping
latihan aerobik. Kebugaran otot memungkinkan melakukan kegiatan sehari-
hari secara mandiri. Latihan fisik untuk penguatan otot adalah aktivitas yang
memperkuat dan menyokong otot dan jaringan ikat. Latihan dirancang
supaya otot mampu membentuk kekuatan untuk menggerakkanatau menahan
beban, misalnya aktivitas yang melawan gravitasi seperti gerakan berdiri dari
kursi, ditahan beberapa detik, berulang-ulang atau aktivitas dengan tahanan
tertentu misalnya latihan dengan tali elastik. Latihan penguatan otot
dilakukan setidaknya 2 hari dalam seminggu dengan istirahat diantara sesi
untuk masing-masing kelompok otot. Intensitas untuk membentuk kekuatan
otot menggunakan tahanan atau beban dengan 10-12 repetisi untuk masing-
masing latihan. Intensitas latihan meningkat seiring dengan meningkatnya
kemampuan individu. Jumlah repetisi harus ditingkatkan sebelum beban
ditambah. Waktu yang dibutuhkan adalah satu set latihan dengan 10-15
repetisi.
3). Latihan Fleksibilitas dan Keseimbangan
Kisaran sendi (ROM) yang memadai pada semua bagian tubuh sangat
penting untuk mempertahankan fungsi muskuloskeletal, keseimbangan dan
kelincahan pada Lansia. Latihan fleksibilitas dirancang dengan melbatkan
setiap sendi-sendi utama (panggul, punggung, bahu, lutut, dan leher).
Latihan fleksibilitas adalah aktivitas untuk membantu mempertahankan
kisaran gerak sendi (ROM), yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik
dan tugas sehari-hari secara teratur. Latihan fleksibilitas disarankan
dilakukan pada hari- hari dilakukannya latihan aerobik dan penguatan otot
atau 2-3 hari per minggu. Latihan dengan melibatkan peregangan otot dan
sendi. Intensitas latihan dilakukan dengan memperhatikan rasa tidak nyaman
atau nyeri. Peregangan dilakukan 3-4 kali, untuk masing-masing tarikan
dipertahankan 10-30 detik. Peregangan dilakukan terutama pada kelompok
otot-otot besar, dimulai dari otot-otot kecil. Contoh: latihan Yoga.
Latihan keseimbangan dilakukan untuk membantu mencegah Lansia jatuh.
Latihan keseimbangan dilkakukan setidaknya 3 hari dalam seminggu.
Sebagian besar aktivitas dilakukan pada intensitas rendah. Kegiatan
berjalan, Tai Chi, dan latihan penguatan otot memperlihatkan perbaikan
keseimbangan pada Lansia.
Gambar: Contoh latihan fleksibilitas
Program latihan fisik bagi Lansia disusun dengan berbagai pertimbangan
terkait dengan kondisi fisik Lansia. Sebelum olahraga dianjurkan
berkonsultasi dengan dokter. Olahraga dilaksanakan secara bertahap,
misalnya dimulai dengan intensitas rendah (40-50% denyut nadi istirahat)
selama 10-20 menit, kemudian ditingkatkan sesuai dengan kemampuan
adaptasi latihan tiap individu. Durasi latihan ditingkatkan secara bertahap.
Lebih diajurkan untuk menambah durasi daripada meningkatkan intensitas.
Lingkungan dan fasilitas olahraga harus diperhatikan terkait dengan faktor
keamanan. Modifikasi olahraga kadang diperlukan, misalnya Lansia dengan
penglihatan berkurang dianjurkan bersepeda statis daripada bersepeda di
jalan. Program yang disusun juga harus memperhatikan masalah ortopedik
yang mungkin ada, dianjurkan untuk menambah waktu pemanasan dan
pendinginan, serta dipilih aktivitas yang tidak membutuhkan koordinasi
tingkat tinggi
B. Konsep Istirahat dan Tidur
1. Definisi Istirahat dan Tidur

Istirahat adalah merupakan keadaan tenang, rileks tanpa tekanan emosional


dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berarti tidak melakukan
aktivitas sama sekali. Terkadang, jalan-jalan ditaman dan lain-lain juga
dikatakan sebagai istirahat. Sedangkan tidur merupakan suatu perubahan
kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
(Barbara Koezier, 1983).
Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Apabila waktu istirahat
seseorang berkurang, orang tersebut sering kali mudah marah, depresi, dan
lelah serta memiliki kontrol emosi yang buruk. Menyediakan lingkungan
yang tenang untuk klien merupakan fungsi penting perawat. (koezier ,2010)
Makna istirahat dan tidur bervariasi pada setiap individu. Istirahat bermakna
ketenangan, relaksasi tanpa stres emosional dan bebas dari ansietas. Oleh
karena itu istirahat tidak selalu bermakna tidak beraktifitas, pada
kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa
aktivitas tertentu seperti berjalan di udara segar. (Kozier 2010).
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia, tidur merupakan proses biologis
yang umum pada semua orang. Ditinjau dari sejarahnya, tidur dianggap
sebagai keadaan tidak sadar. Tidur telah dianggap sebagai perubahan status
kesadaran yang didalamnya persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungannya mengalami penurunan. Tidur dicirikan dengan aktivitas fisik
minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan pada proses fisiologis
tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Beberapa stimulus
linkan, seperti alarm detektor asap, biasanya akan membangunkan orang
yang sedang tidur, sementara suara bising lain tidak akan
membangunkannya. Tampaknya bahwa individu berespon terhadap stimulus
bermakna saat tidur dan mengabaikan stimulus yang tidak bermakna secara
selektif.(Koizier,2010)
2.Fisiologi Tidur
Siklus alami tidur diperkirakan dikendalikan oleh pusat yang terletak di
bagian bawah otak. Pusat ini secara aktif menghambat keadaan terjaga,
sehingga menyebabkan tidur. Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus
yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
(Koizier,2010).

1.) Irama Sirkadian


Bioritme (jam biologis yang ritmik) terdapat pada tanaman, hewan, dan
manusia.pada manusia, bioritme ini dikendalikan dari dalam tubuh dan
disesuaikan dengan faktor lingkungan, seperti stimulus terang dan gelap,
gravitasi, dan elektromagnetik. Bioritme yang paling dikenal adalah irama
sirkadian. Irama sirkadian di ambil dari bahasa latin circa dies, yang artinya
sekitar atau hari. Tidur merupakan irama biologis yang kompleks. Apabila
jam biologis seseorang bersamaan dengan pola terjaga dan tidur, orang
tersebut dikatakan berada dalam sinkronisasi sirkadian, yaitu seseorang
terjaga saat irama fisiologis dan psikologis paling aktif dantertidur saat irama
fisiologis dan psikologis tidak aktif. (koizier ,2010).
Keteraturan sirkadian dimulai pada minggu ketiga kehidupan dan dapat
diwarisi. Bayi paling sering terbangun di awal pagi dan menjelang malam.
Setelah berusia 4bulan, bayi memasuki siklus 24 jam yang membuat mereka
tidur di malam hari. Pada akhir bulan kelima atau keenam, pola bangun tidur
bayi hampir menyerupai pola bangun tidur orang dewasa. (koizier 2010).
Irama sirkadian, termasuk siklus tidur-bangun harian, dipengaruhi oleh cahay
dan suhu serta juga faktor-faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan
rutinitas pekerjaan. Semua orang mempunyai jam yang sinkron dengan siklus
tidur mereka. Beberapa orang dapat tertidur pada pukul 8 malam, sementara
yang lain tidur pada tengah malam atau ini hari. (koizier,2010).

3.Tahapan Tidur
Elektroensefalogram (EEG) memberikan gambaran jelas mengenai apa yang
terjadi selama tidur. Elektorda di pasang di berbagai bagian kulit kepala
orang yang sedang tidur. Elektroda menyalurkan energi listrik dari korteks
serebral ke pena yang mencatat gelombang otak pada kertas grafik. Ada dua
tipe tidur yang telah diidentifikasi : tidur NREM (non-REM) dan tidur REM
(rapid eye movement (pergerakan mata cepat)). (Koizier,2010)
a) Tidur NREM
Tidur NREM juga disebut sebagi tidur gelombang lambat karena gelombang
otak orang yang sedang tidur lebih lambat dibandingkan gelombang alfa dan
beta orang yang sedag bangun dan terjaga. Kebanyakan tidur di malam hari
adalah tidur NREM. Tidur NREM adalah tidur yang dalam dan tenang dan
menurunkan beberapa fungsi fisiologis. Pada dasarnya, semua proses
metabolik yang meliputi tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot
menjadi lambat. Bahkan menelan dan produksi saliva juga berkurang.
(Orr,2000).
Tidur NREM dibagi menjadi empat tahap.
 Tahap I adalah tahap tidur sangat ringan. Selama tahap ini, individu
merasa mengantuk dan relaks, bola mata bergerak dari satu sisi ke sisi
lain, dan denyut jantung serta frekuensi pernapasan sedikit menurun.
Orang yang tidur dapat dibangunkan dengan cepat dan tahap ini hanya
berlangsung selama beberapa menit. (Koizier,2010)
 Tahap II adalah tahap tidur ringan dan selama tahap ini proses tubuh
terus menerus menurun. Mata secara umum tetap bergerak dari satu sisi
ke sisi lain, denyut jantung dan frekuensi pernapasan sedikit menurun,
dan suhu tubuh menurun. Tahap II hanya berlangsung sekitar 10-15
menit tetapi merupakan 40%-45% bagian dari tidur total. (Koizier,2010)
 Selama tahap III, denyut jantung dan frekuensi pernapasan,serta
proses tubuh lain terus menurun karena dominasi sistem saraf
parasimpatik. Orang yang tidur menjadi lebih sulit bangun. Individu tidak
tergantung dengan stimulus sensorik, otot rangka menjadi sangat relaks,
refleks menghilang, dan dapat menjadi dengkuran. (Koizier,2010)
 Tahap IV menandai tidur yang dalam, disebut tidur delta. Denyut
jantung dan frekuensi pernapasan orang yang tidur menurun sebesar
20%-30% dibandingkan denyut jantung dan frekuensi pernapasan selama
jam terjaga. Orang yang tidur sangat relaks, jarang bergerak, dan sulit
dibangunkan. Tahapa IV diduga memulihkan tubuh secara fisik. Selama
tahap ini, mata biasanya berputar dan terjadi mimpi. (Koizier,2010)

b) Tidur REM
Tidur REM biasanya kembali terjadi sekitar setiap 90 menit dan
berlangsung selama 5 menit sampai 30 menit. Tidur REM tidak setenang
tidur NREM dan mimpi paling paling sering terjadi selama tidur REM.
Lebih jauh, mimpi ini biasanya diingat ; yaitu, mimpi tersebut
dimasukkan ke dalam memori. (Koizier,2010)

Selama tidur REM, otak sangat aktif dan metabolisme otak dapat
meningkat sebesar 20%. Tipe tidur ini juga disebut tidur paradoksikal
karena tampaknya bertentangan (paradoks) bahwa tidur dapat terjadi
secara simultan dengan tipe aktifitas otak ini. Pada fase ini, individu yang
sedang tidur dapat sulit dibangunkan atau dapat dibangunkan secara
spontan, tonus otak ditekan, sekresi lambung meningkat, dan denyut
jantung serta frekuensi pernapasan sering kali tidak teratur.
(Koizier,2010)
4. Fungsi/Peran Tidur

Tidur memberi pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain
tidur sedemikian rupa memulihkan tingkat aktivitas normal dan
keseimbangan normal di antara bagian saraf. Tidur juga penting untuk
sintesis protein, yang memunkinkan terjadinya proses perbaikan.
(Koizer,2010)
Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan
memburuknya fungsi mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur
yang tidak cukup cenderung menjadi mudah marah secara emosional,
memiliki konsentrasi, dan mengalami kesulitan dalam membuat
keputusan.(Koizer,2010)

5. Pola Dan Kebutuhan Tidur Normal


A. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir tidur 16 sampai 18 jam sehari biasanya dibagai menjadi
sekitar 7 periode tidur. Tidur NREM ditandai dengan pernapasan teratur,
mata tertutup, dan tubuh dan mata tidak bergerak. Tidur REM terlihat dari
pergerakan mata cepat yang dapat di pantau melalui kelopak, mata yang
tertutup, pergerakan tubuh, dan pernapasan tidak teratur. Sebagain besar
waktu tidur dihabiskan dalam tahap 3 dan 4 dari NREM. Hampir 50% dari
tidur REM.

B. Bayi
Beberapa bayi tidur selama 22 jam perhari, bayi lain tidur selama 12-14 jam
per hari. Sekitar 20% -30% tidur adalah tidur REM. Pada bulan ke 4
sebagian besar bayi tidur sepanjang malam dan menetapkan pola tidur siang
yang bervriasi pada setiap individu. Namun mereka umumnya terbangun
lebih awal di pagi hari. Di akhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur
siang sebanyak 1-2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam. Sekitar setengah
dari waktu tidur bayi dihabiskan dalam tahap tidur ringan. Selama tidur
ringan bayi melakukan sebagain besar aktifitas, seperti bergerak, berleguk,
dan batuk. Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia
5-9 bulan. Bagi orang tua yang merasa bahwa hal tersebut adalah masalah,
perawat pernah mengkaji pola tidur total bayi dan membandingkannya
dengan jadwal tidur orang tua. Orang tua perlu ditenangkan bahwa tidak ada
cara yang benar-benar tepat untuk mengatasi situasi ini. Solusi yang terbaik
adalah memberikan lingkungan sehat secara berkelanjutan bagi bayi dan
orang tua.
C. Batita (Todler)
Kebutuhan tidur batita menurun menjadi 10-12 jam sehari. Sekitatar 20%-
30% tidur berupa tidur REM. Siklus bangun tidur normal batita biasanya ajeg
pada usia 2 atau 3 tahun. Batita dapat memberikan penolakan besar untuk
tidur. Orang tua perlu ditenangkan bahwa jika anak mendapatkan cukup
perhatian dari mereka selama siang hari, mempertahankan pendekatan yang
konsisten berkenaan dengan waktu tidur akan meningkatkan kebiasaan tidur
yang baik untuk seluruh keluarga. Anak yang terbangun di malam hari
mungkin takut gelap atau memiliki pengalaman buruk di malam hari atau
mimpi buruk.
D. Pra Sekolah
Anak pra sekolah biasaya memerlukan 11-12 jam tidur per malam, terutama
jika anak sudah masuk pra sekolah. Kebutuhan tidur berfluktuasi terkait
dengan aktifitas dan lonjakan pertumbuhan. Banyak anak-anak usia ini tidak
menyukai waktu tidur dan enggan tidur dengan meminta di bacakan cerita
lain, permainan lain, atau menonton acara televisi. Anak usia 4-5 tahun dapat
menjadi gelisah dan mudah marah jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi.
Anak-anak diusia ini tetap memerlukan ritual waktu tidur. Orang tua dapat
membantu anak-anak yang tidak mau tidur dengan mengingatkan mereka
bahwa waktu tidur sudah mendekat dan terus menggunakan ketegasan yang
sama. Dan pendekatan yang konsisten yang disarankan untuk batita. Anak
pra sekolah lebih sering terbangun di malam hari. Tidur REM tetap 20%-
30% lebih lama dibandingkan waktu tidur orang dewasa namun waktu tidur
tahap 1 lebih sedikit.

E. Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah tidur anatara 8—12 jam per malam tanpa tidur siang.
Anak usia 8 tahun minimal memerlukan 10 jam tidur setiap malam. Saat
anak mendekati usia 11 atau 12 tahun, dibutuhkan tidur yang lebih sedikit
dan waktu tidur dapat telat sampai jam 10 malam. Tidur REM pada anak di
usia ini walaupun beberapa anak tetap bangun dimalam hari karena mimpi
buruk, masalah ini terus menerus menurun seiring dengan pertambahan usia.
F. Remaja
Sebagian besar remaja memrlukan 8-10 jam waktu tidur setiap malam untuk
mencegah keletihan yang tidak perlu dan kerentanan terhadap infeksi.
Perubahan pola tidur biasanya terjadi pada remaja. Anak-anak yang tadinya
bangun tidur lebih awal kini mulai tidur malam di pagi hari dan kadang-
kadang tidur siang. Alasan tidur siang tidak sepenuhnya di pahami, tetapi
mungkin itu merupakan hasil kematangan fisik dan pengurangan tidur di
waktu malam. Sekitar 20% tidur pada usia ini berupa tidur REM.
Selama remaja, remaja putra mulai mengalami emisi nokturnal (orgasme dan
emisi semen selama tidur), dikenal dengan mimpi “basah”, beberapa kali
setiap bulan remaja putra perlu di beri informasi mengenai perkembangan
normal ini untuk mencegah rasa malu dan takut.

G. Dewasa Muda
Siklus bangun tidur sangat penting bagi orang dewasa muda. Mereka
biasanya memiliki gaya hidup aktif dan diperkirakan memerlukan 7-8 jam
setiap malam tetapi biasa kurang dari waktu tersebut.
H. Dewasa Usia Pertengahan
Orang dewasa usia pertengahan biasanya mempertahankan pola tidur yang
dibentuk pada usia lebih muda. Mereka biasanya tidur 6-8 jam per malam.
Sekitar 20% tidur berupa tidur REM. Jumlah terbangun tidur meningkat dan
jumlah tidur tahap 4 mulai menurun.

I. Lansia
Lansia tidur sekitar 6 jam setiap malam. Sekitar 20%-25% tidur berupa tidur
REM. Tidur tahap 4 menurun dengan mencolok dan pada beberapa keadaan,
tidak terjadi tidur pada tahap 4. Periode tidur REM pertama berlangsung
lebih lama. Banyak lansia terbangun lebih sering di malam hari dan sering
kali mereka memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali tidur. Karena
perubahan tidur dalam tahap 4, lansia mengalami tidur
pemulihan yang lebih sedikit.

Beberapa lansia dapat dikatakan mengalami sindrom


sundowner. Walaupun bukan merupakan gangguan tidur
secara langsung, sindrom tersebut merjuk pada keadaan
kebingungan yang cenderung muncul pada petang hari
(sesuai dengan namanya) dan dapat terjadi karena perubahan
irama sirkadian (perubahan siklus bangun tidur). Penurunan
stimulasi sensorik di petang hari, kondisi mental seperti penyakit alzaemer
(Koizer,2010).
6.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
1. Sakit
Sakit yang menyebabkan nyeri atau gangguan fisik dapat menyebabkan
masalah tidur. Orang yang sakit memerlukan tidur yang lebih banyak di
bandingkan keadaan normal dan irama tidur dan bangun yang normal sering
kali terganggu. Orang yang kurang mendapatkan waktu tidur REM pada
akhirnya menghabiskan lebih banyak waktu tidur dibandingkan orang
normal pada tahap tidur ini.
Kondisi pernapasan dapat mengganggu tidur individu. Napas pendek
seringkali membuat sulit tidur dan orang yang mengalami sumbatan hidung
atau drainase sinus dapat mengalami masalah pernapasan dan kemuadian
dapat membuatnya sulit tidur.
Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan pengurangan tahap 3 dan 4 tidur
NREM dan tidur REM. Kebutuhan untuk berkemih di malam hari juga
mengganggu tidur dan orang yang terbangun dimalam hari untuk berkemih
kadang kala mengalami kesulitan untuk dapat tidur kembali.

2. Lingkungan
Lingkungan dapat mempercepat atau memperlambat tidur. Setiap perubahan
misalnya, suara bising di lingkungan dapat menghambat tidur. Tidur tahap 1
adalah tidur yang paling ringan dan tidur tahap 3 dan 4 adalah tidur yang
paling dalam hasilnya, suara yang lebih keras dibutuhkan untuk
membangunkan orang yang berada dalam tidur tahap 3 dan 4. Namun, jika
waktu telah berlebihan seseorang dapat menjadi terbiasa tehadap suara bising
sehingga tingkat suara tidak lagi berpegaruh.
Ketidaknyamanaan akibat suhu lingkungan dan kurang ventilasi dapat
memengaruhi tidur. kadar cahaya dapat menjadi faktor lain yang
berpengaruh. Seseorang yang terbiasa tidur dalam gelap mungkin sulit tidur
pada keadan terang.
3. Letih
Diperkirakan bahwa orang yang letih sedang mengalami tidur yang tenang.
Letih juga mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin letih seseorang,
semakin pendek periode tidur REM (paradoksikal). Pertama, saat seseorag
beristrahat, periode REM menjadi lebih panjang.
4. Gaya Hidup
Seseorang yang jam kerjanya bergeser dan sering kali berganti jam kerja
harus mengatur aktifitas untuk siap tertidur di saat yang tepat. Olahraga
sedang biasanya kondusif untuk tidur, tetapi olahraga berlebihan dapat
memperlambat tidur. Kemampuan seseorang untuk relakas sebelum istrahat
adalah faktor terpenting yang memengaruhi kemampuan untuk tertidur.

5. Stress Emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur. Seseorang yang
pikirannya dipengaruhi dengan masalah pribadi mungkin tidak mampu relaks
dengan cukup untuk dapat tidur. Ansietas meningkatkan kadar norepinefrin
dalam darah melalui stimulasi sitem saraf simpatis. Perubahan kimia ini
menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap 4 NREM dan tidur REM serta
lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun.

6. Stimulan dan Alkohol


Minuman yang mengandung kafein bekerja sebagai stimulan sistem saraf
pusat, sehingga memepengaruhi tidur. Orang yang minum alkohol dalam
jumlah berlebihan sering kali mengalami gangguan waktu tidur. Alkohol
yang berlebihan mengganggu tidur REM, walaupun dapat mempercepat
awitan tidur. Sementara mengganti kehilangan waktu tidur REM setelah
beberapa efek yang disebabkan oleh alkohol menghilang, individu sering kali
mengalami mimpi buruk. Orang yang toleran terhadap alkohol mungkin
tidak mampu tidur dengan baik dan akibatnya menjadi mudah marah.

7. Diet
Penuran berat badan telah dihubungkan dengan pengurangan waktu tidur
total serta tidur yang terputus dan bangun tidur lebih awal. Disisi lain,
pertambahan berat badan tampak berhubungan dengan peningkatan total
waktu tidur, berkurangnya tidur yang terputus, dan bangun tidur lebih lama.
L-triptofan dalam makanan misalnya, dalam keju dan susu dapat
menginduksi tidur, sebuah bukti yang mungkin dapat menjelaskan mengapa
susu hangat membantu seseorang untuk tidur.

8. Merokok
Nikotin memiliki efek stimulun pada tubuh, dan perokok lebih sulittertidur
dibandingkan bukan perokok. Perokok biasanya mudah terbangun dan sering
kali menggambarkan diri mereka sebagai orang tidur di waktu fajar. Dengan
tidak merokok setelah makan malam, seseorang biasanya dapat tidur dengan
lebih baik, terlebih lagi banyak orang yang dahulunya perokok melaporkan
bahwa pola tidur mereka membaik setelah mereka berhenti merokok.
9. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga sering kali dapat mengatasi rasa letih
seseorang. Misalnya, seseorang yang sudah lelah mungkin dapat tetap terjaga
saat menghadiri konser yang menarik sebaliknya saat seseorang mengalami
rasa bosan dan tidak termotivasi untuk tetap terjaga, tidur sering kali terjaga
dengan cepat.

10. Obat-Obatan
Beberapa obat mempengaruhi kualitas tidur. Hipnotik dapat memengaruhi
tahap 3 dan tahap 4 tidur NREM dan menekan tidur REM. Penyekat beta
diketahui menyebabkan insomnia dan mimpi buruk. Narkotik seperti
demerol dan morfin, diketahui menekan tidur REM dan menyebabkan sering
terbangun dan rasa ngantuk. Obat penenang dapat mempengaruhi tidur REM.
Amvetamin dan anti depresan menurunkan tidur REM secara tidak normal.
Seorang klien yang putus obat dari setiap obatan-obatan ini mendapatkan
lebih banyak tidur REM dibandingkan biasanya dan akibatnya dapat
mengalami mimpi buruk yang mangganggu (Koizer, 2010).
8. Gangguan Tidur Umum
1. Parasomnia
Parasomnia adalah penyakit yang dapat menggangu tidur atau terjadi selama
tidur. International Classification of Sleep Disorder (American Sleep
Disorder Association, 1997) membagi parasomnia menjadi gangguan terjaga,
(misalnya berjalan dalam tidur, teror tidur), gangguan transisi bangun tidur
(misalnya, mengigau), parasomnia yang berhubungan dengan tidur REM
(misalnya, mimpi buruk), dan lainnya (misalnya, bruksisme).
2. Gangguan Tidur Primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan yang masalah utamanya berupa
ganguan masalah tidur seseorang. Gangguan ini meliputi insomnia,
hipersomnia, narkolepsi, apnea tidur, dan deprivasi tidur.

3. Insomnia
Insomnia, gangguan tidur yang paling sering terjadi, adalah ketidak
mampuan untuk tidur dengan jumlah atau kualitas yang tidak cukup.
Individu yang menderita insomnia tidak merasa segar pada saat bangun tidur.
Terdapat tiga tipe insomnia :
Sulit tidur (insomnia awal)
Sulit untuk tetap tertidur karena sering terbangun atau terbagun dalam
waktu lama (insomnia intermiten berkala atau insomnia pemeliharaan)
Terbangun pada dini hari atau terbangun sebelum waktunya
(insomnia terminal)
Insomnia dapat terjadi akibat ketidaknyamanan fisik tetapi lebih sering
terjadi akibat stimulasi mental yang berlebihan karena ansietas. Individu
yang terbiasa dengan menggunakan obat-obatan atau minum alkohol dalam
jumlah besar cenderung menderita insomnia. Penanganan insomnia sering
kali mengharuskan klien untuk membentuk pola perilaku yang menginduksi
tidur. Kegunaan obat tidur masih diragukan. Obat-obatan tersebut tidak
mengatasi penyebab masalah dan penggunaan yang berkepanjangan dapat
menciptakan ketergantungan obat.
4. Hipersomnia
Hipesomnia, kebalikan dari insmonia, adalah tidur berkelebihan, terutama
disiang hari. . Individu yang mengalami hipersomnia sering kali tidur sampai
tengah hari dan banyak tidur siang selama siang hari. Hipersomnia dapat
disebabkan oleh kondisi medis, misalnya, kerusakan sistem saraf pusat dan
gangguan ginjal, hati, atau metabolik tertentu, seperti asidosis diabetakum
dan hipotirodisme. Pada beberapa kondisi, seseorang menggunakan
hipersomnia sebagai sebuah mekanisme koping untuk menghindari dari
tanggungjawab selama siang hari.

5. Narkolepsi
Narkolepsi dari bahasa Yunani narco, artinya “mati rasa”, dan lepsis, artinya
“serangan” adalah gelombang rasa ngantuk yang berlebihan secara
mendadakn yang terjadi di siang hari, sehingga narkolepsi juga disebut
sebagai “serangan tidur”. Penyebabnya tidak diketahui, walau diyakini
bahwa narkolepsi terjadi karena kurangnya hipokretin kimia dalam sistem
saraf pusat yang mengatur tidur. Awitan gejala cenderung terjadi antara usia
15 dan 30 tahun. Pada serangan narkoleptik, tidur dimulai dengan fase REM.
Walaupun individu yang menderita narkolepsi tidur dengan baik di malam
hari, mereka tidur beberapa kali selama siang hari bahkan saat berbicara
dengan orang lain atau saat mengendarai mobil. Narkolepsi menurut riwayat
telah dikendalikan oleh stimulan dan anti depresan sistem saraf pusat tetapi
sebuah obat yang telah diakui oleh Food and Drunk adminstration America
Serikat tahun 1999, modafinil, meningkatkan kewaspadaan tanpa
menstimulasi sitem tubuh lain atau mengganggu tidur di waktu malam.
6. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah henti napas secara periodik selama tidur. Gangguan ini
perlu dikaji oleh seorang ahli di bidang tidur tetapi apnea tidur sering kali
dicurigai terjadi pada orang yang berdengkur dengan keras, sering terjaga di
waktu malam, mengalami rasa ngantuk berlebihan di siang hari, insomnia,
sakit kepala di pagi hari, kemunduran intelektual, irabilats atau perubahan
kepribadian lain, serta perubahan fisologis seperti hipertensi dan aritmia
jantung. Apnea tidur paling sering terjadi pada pria berusia lebih dari 50
tahun dan pada wanita pasca menopause.
Periode apnea, yang berlangsung dari 10 detik-2 menit, terjadi selama tidur
REM atau tidur NREM. Frekuensi periode apnea berkisar dari 50-600 kali
per malam. Episode apnea ini menyedot energi seseorang dan dapat
menyebabkan rasa ngantuk berlebihan di siang hari.
Tiga tipe apnea tidur yang umum adalah apnea
 Apnea obstruktif terjadi saat struktur faring atau rongga mulut
menyumbat aliran udara. Individu terus berupaya untuk bernapas yaitu,
otot dada dan abdomen bergerak. Pergerakan diafrgama menjadi lebih
kuat dan lebih kuat sampai obstruksi disingkirkan. Pembesaran tongsil,
deviasi sektum nasal, polip hidung, dan kegemukan dapat menjadi
penyebab apnea obstruktif pada klien.
 Apnea pusat diduga melibatkan defek di pusat pernapasan di otak.
Setiap upaya pernapasan, seperti pergerakan dada dan aliran udara,
menurun. Klien yang mengalami cedera batang otak dan distrofi otot,
misalnya seringkali mengalami apnea tidur pusat pada saat ini, tidak ada
obatnya.
 Apnea campuran merupakan kombinasi dari apnea pusat dan apnea
obstruktif. Episode apnea tidur biasanya dimulai dengan dengkuran:
setelah itu pernapasan berhenti, diikuti dengan dengusan yang jelas saat
pernapasan.menjelang akhir setiap episode apnea. Peningkatan kadar
karbon dioksida dalam darah menyebabkan klien terbangun.
Penangan untuk apnea tidur dapat di tujukan pada penyebab apnea misalnya,
pengangkatan pembesaran tonsil. Prosedur bedah lain, termasuk
pengangkatan jaringan berlebih di dalam faring dengan menggunakan laser,
mengurangi atau mengihilangakan dengkuran dan dapat efektif dalam
merdeakan apnea.
7. Deprivasi Tidur
Gangguan berkepanjangan dalam jumlah, kualitas, dan konsistensi tidur
dapat memicu sebuah sindrom yang disebut deprivasi (kurang) tidur. Ini
bukan merupakan gangguan tidur tetapi merupakan akibat dari gangguan
tidur. Deprivasi tidur menimbulkan beragam gejala fisologis dan perilaku,
keparahannya tergantung pada tingkat deprivasi. Dua tipe utama deprivasi
tidur adalah deprivasi REM dan deprivasi NREM. Kombinasi kedua
deprivasi tersebut dapat meningkatkan keparahan gejala.
8. Gangguan Tidur Sekunder
Gangguan tidur sekunder adalah gangguan tidur yang disebabkan oleh
kondisi klinis lain. gangguan ini mungkin dikaitkan dengan kondisi mental,
neurologi, atau kondisi lain. Contoh dari kondisi yang menyebabkan
gangguan tidur sekunder adalah depresi, alkoholisme, demensia,
parkinsonisme, disfungsi dan penyakit tukak lambung.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktivitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kesehatannya.
Aktivitas bertujuan untuk menunjang kegiatan tubuh dan
mempertahankan serta meningkatkan tingkat kesehatan. Jenis- jenis
aktivitas fisik berbeda tiap kelompok usia yang dibagi dalam kelompok
anak, dewasa dan lansia. Banyak faktor yang juga ikut terlibat seperti gaya
hidup, proses penyakit dan injuri, kebudayaan, tingkat energy, usia dan
status perkembangan.
Istirahat adalah merupakan keadaan tenang,rilrks tanpa tekanan
emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berarti tidak
melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, jalan-jalan ditaman dan lain-
lain juga dikatakan sebagai istirahat. Sedangkan tidur merupakan suatu
perubahan kesadaran kerika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan:
1 Para mahasiswa Program studi ilmu Keperawatan dapat
memanfaatkan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
2 Diharapkan agar para mahasiswa dapat mengetahui dan mengerti serta
mencermati dengan baik isi dari makalah ini, sehingga dia dapat
mengerti tentang asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas dan istirahat
& tidur pada kelompok usia.
DAFTAR PUSTAKA

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3.


Salemba
Medika. Jakarta.
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba
Medika. Jakarta.
Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983,Fundamental of Nursing, california Addison –
Weslypublishing Division.
Potter & perry ,2006, Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses dan
praktis, edisi
4,Volume 2, Jakarta : EGC
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2010. Fundamentals of Nursing :
konsep,
proses dan praktis, edisi 7,Volume 2, Jakarta : EGC
orr,W.C. (2000).Editorial : sleep and functional bowel disorders bowels cause bad
dream
journalof Gastroneterology, 95, 1118-1121.

You might also like