You are on page 1of 2

LEARNING OUTCOME 1

Nama : Rabi’a Adhawiyah


NIM : 1513206015
Kelompok : IV (Empat)
Mata Kuliah : PBL Pelayanan Kefarmasian
Nomer skenario : I
Judul skenario :

Tujuan belajar
1. Untuk mengetahui definisi anemia serta tanda dan gejalanya.
2. Untuk mengetahui definisi rhematoid arthritis serta tanda dan gejalanya.
3. Untuk mengetahui definisi gastric ulcer serta tanda dan gejalanya.
4. Untuk mengetahui penggunaan natrium diklofenak dan meloxicam pada pasien maag.
5. Untuk mengetahui methyl prednisolon sebagai imunosupresan beserta dosisnya.
6. Untuk mengetahui kesesuian pemilihan trovensis (ondansetron) untuk indikasi mual muntah pada pasien Ny.
DS.

LEARNING OUTCOME

1. Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008). Gejala utama
adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala dan tanda keadaan hiperdinamik
(denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi,
konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/ atau infark miokard). (Schrier
SL, 2011)

2. Artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit kronik, sistemik yang menyebabkan inflamasi sinovial sehingga
menyebabkan kerusakan progresif dari kartilago artikular dan deformitas. (O’Dell, 2013). Rheumatoid arthritis
(RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan kronis pada sendi. Penyakit autoimun adalah
penyakit yang terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh diserang oleh sistem imunnya sendiri yang keliru (Aletaha et
al., 2010). RA pada umumnya sering di tangan, sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Nyeri dan bengkak
pada sendi dapat berlangsung dalam waktu terus-menerus dan semakin lama gejala keluhannya akan semakin
berat. Keadaan tertentu, gejala hanya berlangsung selama beberapa hari dan kemudian sembuh dengan
melakukan pengobatan (Tobon et al., 2010)
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia menurut Buffer
(2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan
dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi
kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam dan terjadi berulang.

3. Maag atau gastritis (gastric ulcer) adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi (hirlan, 2009). Gejala dari penyakit asam lambung yaitu
rasa nyeri atau panas di daerah epigastrium, mual, kadang-kadang disertai muntah, rasa panas di perut, rasa
kembung, dan perasaan lekas kenyang (Wardaniati, dkk., 2016)

4. Obat golongan NSAID dapat menghambat enzim siklooksigenase 1 yang mengubah asam arakhidonat menjadi
prostaglandin yang bersifat protektor terhadap mukosa lambung (Sunil, 2015). NSAID COX-2 prefential yaitu
meloxicam dan diklofenak. NSAID selektif COX-2 yaitu celecoxib. Sehingga obat NSAID yang aman untuk pasien
gangguan lambung adalah celecoxib karena selektif COX-2 yaitu hanya menghambat enzim siklooksigenase 2
sehingga tidak menghasilkan prostaglandin yang bersifat sebagai mediator nyeri dan inflamasi (Amir, dkk., 2013).
Meloxicam bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin pada sel jaringan dengan menghambat 2
isoenzym (COX-1 dan COX-2), akan tetapi lebih baik dalam menghambat COX-2 daripada COX-2 (Medscape).
Natirum diklofenak bekerja dengan menghambat siklooksigenase (COX-1 dan COX-2), dengan menghambat
sistensis prostaglandin (Medscape).
5. Metilprednisolon merupakan kosteroid dengan aktivitas utama glukokortikoid (Sweeman SC, 2009). Dengan
posisinya sebagai obat dewa, metilprednisolon memiliki banyak kegunaan. Sebagai glukokortikoid,
metilprednisolon mampu bekerja pada banyak bagian sel tubuh, oleh sebab itu metilprednisolon dapat
digunakan pada berbagai macam penyakit seperti asma, insufisiensi adrenal, alergi, penyakit kulit,
imunosupresan, antiinflamasi dan lain sebagainya (Sweeman SC, 2009).
Dosis metilprednisolon sebagai imunosupresan adalah 0,7056 mg/ 168 g BB burung puyuh (Fatah et al, 2017).

6. Pada interaksi obat dengan mekanisme farmakodinamik yang paling banyak terjadi adalah antasida dengan
ondansetron. Ondansetron dapat memperpanjang interval QT sehingga dapat menyebabkan hipokalemi dan
hipomagnesemia. Ondansetron dapat menyebabkan irama jantung tidak teratur. Resiko meningkat ketika
magnesium didalam darah sedikit yang bisa terjadi ketika penggunaan obat pencahar secara berlebihan. Jika
ditemui gejala rendah magnesium seperti kelelahan, mengantuk, pusing, kesemutan, nyeri otot, mual, dan
muntah alangkah baiknya untuk segera memeriksakan ke dokter (Chin, 1998 dalam Rinza, 2015).
Kesimpulannya, ondansetron boleh digunakan pada gastric ulcer asalakan pasien atau penderita tidak
mengonsumsi obat golongan antasida karena dapat terjadi interaksi dan mnyebabkan hipokalemi &
hipomagnesium sehingga menyebabkan irama jantung tidak teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Aletaha D, Neogi, Silman J, Funovits, Felson T. 2010. Rhematoid Arthritis Collaborative Initiative. Arthritis Rheum. 62:
2569 – 2581
Buffer. 2010. Rhematoid Arthtritis. Tersedia http://www.rhematoid_arthritis.net/download.doc. Diakses tanggal 9
Oktober 2018.
Hirlan. 2009. Gastritis dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: InternaPublishin
Nikose, Sunil. 2015. Gastrointestinal Adverse Effects due to Use of Non-Steroidal AntiInflammatory Drugs (NSAIDs) in
Non-Traumatic Painful Musculoskeletal Disorders. Journal of Gastrointestinal & Digestive System Volume 5 Issue
6.
O’Dell JR, Imboden JB, Miller LD. Rheumatoid arthritis. In: Klippel JH, Stone JH, Crofford L, White P, editors. Current
diagnosis and treatment: Rheumatology, 3rd ed. New York: McGraw Hill; 2013. p.139-55.
Prakoso, Rinza Bagus. 2015. Skripsi : Potensi Interaksi Obat pada Pasien Gangguan Lambung (Dispepsia, Gastritis, Tukak
Peptik) Rawat Inap Di Rumah Sakit “X”. UMS. Surakarta.
Singh, J., Saag, K., Bridges, L., Aki, E., Bannuru, R., 2015, 2015 American College of Rheumatology Guideline for the
Treatment of Rheumatoid Arthritis, Arthritis Care & Research, DOI 10.1002/acr.22783, VC 2015, American
College of Rheumatology
Sweeman, S.C. (2009). Martindale: The Extra Pharmacopoeia thirty-sixth edition. London: Pharmaceutical Press.
Syarif, Amir dkk. 2013. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 (cetak ulang dengan tambahan). FKUI. Jakarta.
Tobon G.J., P. Youinou, A. Saraux. 2010, The Environment, Geo-Epidemiology, and Autoimmune Disease: Rematoid
arthritis. J Autoimmun 35: 10-4
Yazici, Y & Simsek I. 2010. Traetment Options for Rhematoid Arthritis Beyond TNF-Alpha Inhibitors. Expert Rev Clin
Phamrcol. 3: 663-666.

You might also like