PT. Meprofarm meproduksi sediaan steril terutama injeksi dalam vial.
Produksi sediaan steril memiliki standar operasional prosedur yang tentunya lebih ketat apabila dibandingkan dengan produksi sediaan non-steril dengan tujuan untuk memperkecil risiko pencemaran seperti mikroba, pirogen dan partikulat. Pemastian Mutu sangatlah penting dan pembuatan produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi (CPOB, 2012). Produksi dilakukan di dalam ruangan kelas A, B, C dan D. Sesuai dengan ketentuan CPOB, ruang A digunakan untuk kegiatan dengan risiko yang tinggi seperti pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka. Di dalam ruang A, sistem udara diatur laminar dengan mengalirkan udara dengan kecepatan merata pada posisi kerja. Kelas B merupakan latar belakang kelas A yang digunakan untuk pembuatan dan pengisian produk secara aseptis. Sedangkan, kelas C dan D merupakan area bersih untuk melakukan proses produksi dengan risiko rendah. Ruangan produksi steril diatur sedemikian rupa sehingga mengurangi risiko atau kemungkinan masuknya cemaran. Terdapat ruang penyangga atau ruang antara sebelum memasuki ruang produksi dengan sistem interlock. Di ruangan ini, personel akan menggunakan pakaian khusus yang menutupi seluruh badan serta memakai penutup kepala yang sudah disterilkan dan disanitasi. Pakaian yang dikenakan dari rumah dan pakaian kerja reguler tidak boleh dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang B dan C. Pada ruangan produksi steril, terdapat cawan petri berisi media agar untuk memantau cemaran yang ada di dalam ruangan dan untuk pemastian bahwa ruangan masih masuk dalam kriteria ruang produksi steril. Pada ruangan kelas A, pemantauan partikel dilakukan selama proses kritis berlangsung, pada kelas B, pemantauan partikel dilakukan tidak sama seringnya dengan kelas A namun terus dipantau. Pemantauan juga dilakukan pada permukaan alat produksi, tempat kerja dan pakaian personil. Hal ini sesuai dengan persyaratan CPOB 2012. Suhu dan tekanan pada ruang produksi diatur sehingga tidak menyebabkan personil berkeringat berlebih, selain itu tekanan dalam ruang produksi harus memiliki tekanan lebih tinggi (tekanan positif) dibanidngkan dengan ruangan luar atau koridor. Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari produk lain dan juga masuknya cemaran atau kotoran dari koridor. Sistem Heating Ventilation and Air Conditioning (HVAC) digunakan dalam ruang produksi steril untuk mengatur suhu, kelembaban, tekanan, jumlah partikel dan jumlah mikroba sehingga memenuhi syarat. Sterilisasi ruangan dilakukan rutin satu kali dalam seminggu. Peralatan yang terdapat pada produksi sediaan steril didesain sehingga mengurangi kemungkinan adanya kontaminasi. Pada ruang produksi steril meprofarm, alat yang digunakan memiliki permukaan yang halus, kedap air dan memiliki bagian atau bentuk yang tidak rumit sehingga mudah dibersihkan. Peralatan yang terdapat pada ruangan dalam jumlah terbatas. Personil produksi sediaan steril memiliki tata cara dalam bekerja di dalam ruang produksi, seperti tidak boleh berbicara, menggunakan barang lain selain alat- alat yang diperlukan pada produksi (telepon genggam) serta meminimalisasi gerakan. Personil yang masuk ke dalam ruang produksi terbatas, pada kasus ini di meprofarm terdapat satu orang personil yang bekerja di dalam ruang produksi steril. Personil harus dipastikan dalam keadaan sehat dan dapat kerja secara disiplin. Apabila personil mengalami sakit yang dapat mengganggu proses produksi, personil akan digantikan terlebih dahulu. Pada saat produksi, personil tidak dibolehkan menggunakan arloji, perhiasan serta kosmetika. Proses produksi diawali dengan pencucian ampul dan vial. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air kelas pure water (PW) dan dibilas menggunakan water for injection (WFI). Vial yang telah dicuci, disterilisasi menggunakan metode panas kering yaitu oven dengan suhu 200oC selama 1 jam, tutup karet di sterilisasi menggunakan autoklaf. Proses produksi sediaan steril PT Meprofarm menggunakan dua metode yaitu sterilisasi akhir dan aseptis. Produk yang menggunakan metode sterilisasi akhir, merupakan produk dengan zat aktif tahan panas. Pencampuran dilakukan di kelas C, lalu pengisian di kelas A dengan latar belakang kelas B. Sterilisasi akhir dilakukan dnegan menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC selama 30 menit. Filling menggunakan metode inline process dengan suhu 300 oC dan melintasi alat selama 10 menit. Gas nitrogen digunakan pada saat proses filling, karena gas nitorgen akan masuk ke dalam ampul untuk mengeluarkan udara sehingga ampul yang sudah terisi tidak terdapat gelembung di dalamnya. Proses terakhir yaitu menutup ampul, digunakan elpiji dengan kemurnian yang tinggi untuk membakar tutup ampul sehingga tertutup. Produk-produk yang menggunakan metode aseptis merupakan zat aktif yang tidak tahan panas. Karena tidak dilakukan sterilisasi pada akhir proses, proses produksi terus dipantau diperhatikan sehingga tidak ada kontaminasi maupun pertumbuhan mikroba. Proses yang dilakukan tidak berbeda dengan proses produksi sediaan steril menggunakan metode sterilisasi akhir. Meprofarm menerima toll in terhadap perusahaan atau industri lain untuk membuat sediaan steril di meprofarm. Tahap terakhir yaitu dilakukan evaluasi terhadap ampul dan sediaan steril lainnya. Pada tahap evaluasi, dilakukan visual inspection untuk memastikan hasil filling ampul tidak terdapat partikel asing atau kontaminasi. Inspeksi meliputi keadaan ampul dan isi dari ampul. Produk ampul yang memiliki kecacatan fisik akan ditolak dan sumber partikel biasanya berasal dari pecahan tersebut. Inspeksi selanjutnya yaitu dengan melihat adanya partikel dalam larutan. Dilakukan dengan meggunakan dua latar, yaitu latar putih untuk melihat partikel berwarna hitam/berwarna dan latar hitam untuk melihat partikel berwarna putih. Inspeksi juga bisa menggunakan alat (inspection brevetti machine) yang bisa mendeteksi kebocoran. Sistem alat akan memfoto tiap ampul sehingga bisa mendeteksi adanya partikel asing dan selanjutnya ampul akan dibalik untuk mendeteksi adanya kebocoran. Apabila terdapat kebocoran dalam ampul, mesin akan berhenti sehingga ampul bisa diambil dan masuk dalam kategori produk ditolak. Ampul-ampul yang rusak dan masuk produk ditolak akan digolongkan sebagai limbah. Sedangkan, untuk produk yang sesuai kriteria dan lulus evaluasi akan dinyatakan “LULUS” oleh QC dan selanjutnya akan memasuki poses labelling dan pengemasan sekunder.