You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertigo merupakan keluhan yang umum dijumpai pada praktek klinik dimana
pasien menggambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Berbeda dengan vertigo, dizziness atau
pusing merupakan suatu keluhan yang umum terjadi akibat perasaan disorientasi,
biasanya dipengaruhi oleh persepsi posisi terhadap lingkungan. Dizziness sendiri
mempunyai empat subtipe, yaitu vertigo, disekuilibrium tanpa vertigo, presinkop,
dan pusing psikofisiologis. Secara keseluruhan, insiden pusing, vertigo dan
ketidakstabilan (imbalance) mencapai !"#$ dan meningkat menjadi %#$ pada
usia lebih %# tahun. &ari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar
'$ kasus, dan sampai dengan ,%$ pada populasi orang tua. Sementara itu,
angka kejadian vertigo pada anak!anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih
baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar "$ anak
paling tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun.
Sebagian besar (hampir #$) diketahui sebagai *paro+ysmal vertigo yang
disertai dengan gejala!gejala migren (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia). "
Secara etiologis, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ ! organ
vestibuler, visual, ataupun sistem propioseptif. Secara umum vertigo dibagi
menjadi dua kategori berdasarkan yaitu vertigo vestibular dan non vestibular.
Vertigo non vestibular mencakup vertigo karena gangguan pada visual dan sistem
proprioseptif. Sementara vertigo vestibular dibagi menjadi dua yaitu vertigo
sentral dan perifer."
-esi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun
serebelum. asus vertigo jenis ini hanya sekitar #$ ! $ dari seluruh kasus
vertigo, tetapi gejala gangguan keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi pada
#$ kasus vertigo. Sementara vertigo perifer kelainan atau gangguan ini
dapat terjadi pada end-organ (utrikulus maupun kanalis semisirkularis) maupun
saraf perifer."

1
1.2 Tujuan Penulisan
/ntuk melengkapi kepaniteraan klinik senior (S) di 0S/& Solok
/ntuk memenuhi persyaratan stase neurologi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Anatoi !an "isiologi Siste Kesei#angan Peri$er

2
1ambar ". 2natomi Sistem eseimbangan 3erifer

2lat vestibuler terletak di telinga dalam (labirin), terlindung oleh tulang yang
paling keras yang dimiliki oleh tubuh. -abirin secara umum adalah telinga dalam,
tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. -abirin terdiri atas
labirin tulang dan labirin membrane. -abirin membrane terletak dalam labirin
tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin tulang. 2ntara labirin
membrane dan labirin tulang terdapat perilimf, sedang endolimf terdapat didalam
labirin membrane. Berat jenis endolimf lebih tinggi daripada cairan perilimf.
/jung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam
perilimf, yang berada pada labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari tiga kanalis
semisirkularis, yaitu horizontal (lateral), anterior (superior), posterior (inferior).
Selain ke tiga kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus. 
-abirin juga dapat dibagi kedalam dua bagian yang saling berhubungan,
yaitu4

". -abirin anterior yang terdiri atas kokhlea yang berperan dalam
pendengaran.
. -abirin poste rior, yang menga ndung tiga kanalis semisirkularis, sakulus
dan utrikulus. Berperan dalam mengatur keseimbangan. (di utrikulus dan
sakulus sel sensoriknya berada di makula, sedangkan di kanalis sel
sensoriknya berada di krista ampulanya) 

3
eseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan
disekitarnya tergantung kepada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin,
organ visial dan proprioseptif. 1abungan informasi ketiga reseptor sensorik
tersebut akan diolah di SS3, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada
saat itu. 
0eseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam krista kanalis
semisirkularis dan makula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat dua jenis
sel. Sel!sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap
percepatan sudut, sedangkan sel!sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier,
khususnya percepatan inier dan terhadap perubahan posisi kepala relatif terhadap
gravitasi. 3erbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan percepatan linier ini
disebabkan oleh geometridari kanalis dan organ otolit serta ciri!ciri fisik dari
struktur!struktur yang menutupi sel rambut. "
Sel ra#ut
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut
pada organ otolit. 5asing!masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang
dijelaskan oleh posisi dari stereosilia relatif terhadap kinosilim. 6ika suatu gerakan
menyebabkan stereosilia membengkok kearah kinosilium, maka sel!sel rambut
akan tereksitasi. 6ika gerakan dalam arah yang berla7anan sehingga stereosilia
menjauh dari kinosilium maka sel!sel rambut akan terinhibisi. '
Kanalis seisirkularis
3olarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada
rotasi sel!sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. etiga kanalis hampir tegak
lurus satu dengan yang lainnya, dan masing!masing kanalis dari satu telinga
terletak hampir satu bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. 3ada 7aktu
rotasi, salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara yang satunya
akan terinhibisi. 5isalnya, bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat
percepatan dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan, maka
serabut!serabut aferen dari kanalis hirizontalis kanan akan tereksitasi, sementara
serabut!serabut yang kiri akan terinhibisi. 6ika rotasi pada bidang vertikal

4
misalnya rotasi kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan
tereksitasi, sementara kanalis posterior akan terinhibisi. 
%rgan otolit
2da dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang hampir
horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertikal. Berbeda
dengan sel rambut kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut pada organ
otolit tidak semuanya sama. 3ada makula utrikulus, kinosilium terletak di bagian
samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola. 5aka pada
saat kepala miring atau mengalami percepatan linier, sebagian serabut aferen akan
tereksitasi sementara yang lainnya terinhibisi. &engan adanya polarisasi yang
berbeda dari tiap makula, maka SS3 mendapat informasi tentang gerak linier
dalam tiga dimensi, 7alaupun sesungguhnya hanya ada dua makula. ",
8ubungan!hubungan langsung antara inti vestibularis dengan motoneuron
ekstraokularis merupakan suatu jaras penting yang mengendalikan gerakan mata
dan refleks vestibulo!okularis (0V9). 0V9 adalah gerakan mata yang mempunyai
suatu komponen lambat berla7anan arah dengan putaran kepala dan suatu
komponen cepat yang searah dengan putaran kepala. omponen lambat
mengkompensasi gerakan kepal dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan pada
retina. omponen cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapan ke bagian
lain dari lapangan pandang. 3erubahan arah gerakan mata selama rangsangan
vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus normal. "

.2 &ertigo Pe ri$er
2.2.1 De$inisi
Vertigo perifer adalah rasa pusing berputar, oleng atau tak stabil yang
disebabkan karena adanya gangguan pada organ keseimbangan di telinga. 1ejala!
gejala vertigo meliputi4 pusing, rasa terayun, mual, keringat dingin, muntah,
sempoyongan se7aktu berdiri atau berjalan, nistagmus. 1ejala tersebut dapat
diperhebat dengan berubahnya posisi kepala.'

5
2.2.2 E'i!eiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar :$. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness .
&izziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar #!'#$ dari populasi umum. &ari keempat jenis
dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar %$. 3ada sebuah
studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada 7anita disbanding pria
(4"), sekitar ;;$ pasien mengalami episode rekuren. %

2.2.( Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan vertigo perifer yaitu 4'
a. Benign 3aro+ysmal 3ositional Vertigo (B33V) 4 menyebabkan serangan
pusing transien (berlangsung beberapa detik) yang rekuren. Vertigo terjadi
karena perubahan posisi kepala yang menyebabkan kristal kalsium karbonat
dari otolit yang lepas ke dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala

atau perubahan posisi. Serangan biasanya menetap selama berminggu!


minggu sebelum akhirnya sembuh sendiri.
b. <nfeksi4 =euritis vestibular akut atau labirinitis.
c. 9totoksik
d. Vaskuler4 oklusi dari arteri vestibular yang merupakan cabang dari arteri
auditori internal dari arteri cerebelar inferior anterior.
e. Struktural4 >istula perilimfatik baik spontan maupun akibat trauma.
f. 5etabolik4 5eniere sindrom
g. ?umor4 =euroma akustik

2.2.) Pato$isiologi
3ada telinga dalam terdapat ' kanalis semisirkularis. etiga kanalis
semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain.
3ada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni
ampula. &i dalam ampula terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan
cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila

6
seseorang menolehkan kepalanya ke arah kanan, maka cairan dalam kanalis
semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula akan mengalami defleksi ke
arah ampula. &efleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak
sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. 2danya partikel atau debris
dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi atau bahkan menimbulkan defleksi
kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. 8al ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga
timbul sensasi berupa vertigo.%
0asa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya
dengan apayang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. 2da beberapa teori yang
berusaha menerangkan kejadian tersebut 4",
". ?eori rangsang berlebihan (overstimulation)
?eori ini berdasarkan asumsi bah7a rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu, akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
. ?eori konflik sensorik.
5enurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal
dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata@visus, vestibulum dan
proprioceptif, atau ketidakseimbangan@asimetri masukan sensorik yang
berasal dari sisi kiri dan kanan. etidakcocokan tersebut menimbulkan
kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat
berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (berasal
dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini
lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
'. ?eori neural mismatch
?eori ini merupakan pengemban gan teori konflik sensorik, menurut teori
ini otak mempunyai memori@ingatan tentang pola gerakan tertentu,
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh@tidak sesuai
dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan
saraf otonom. 6ika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang

7
!ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur!angsur tidak
lagi timbulgejala.
%. ?eori otonomik
?eori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan@perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai

berperan.
. ?eori Sinap
5erupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjai peranan
neurotransmisi dan perubahan!perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. 0angsang gerakan menimbulkan
stres yang akan memicu sekresi A0> (corticotropin releasing factor),
peningkatan kadar A0> selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. ?eori ini dapat
meneangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
di a7al serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat
dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

2.2.* Klsi$ikasi
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum
b. 3erifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus
cranialis vestibulocochlear (=. V<<<).
c. 5edical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah, gula
darah yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau
infeksi sistemik.'

2.2.+ Diagnosis
&iagnosis vertigo perifer dapat ditegakkan dengan 4
". 2namnesis
3asien biasanya mengeluh pusing berputar dengan onset akut kurang dari
"#!# detik akibat perubahan posisi kepala. ebanyakan pasien menyadari saat

8
bangun tidur, ketika berubah posisi dari berbaring menjadi duduk. 3asien
merasakan pusing berputar yang lama kelamaan berkurang dan hilang. ?erdapat
jeda 7aktu antara perubahan posisi kepala dengan timbulnya perasaan pusing
berputar. 3ada umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat kuat pada
a7alnya dan menghilang setelah '# detik sedangkan serangan berulang sifatnya
menjadi lebih ringan. 1ejala ini dirasakan berhari!hari hingga berbulan!bulan.
3ada banyak kasus, B33V dapat mereda sendiri namun berulang di
kemudian hari. Bersamaan dengan perasaan pusing berputar, pasien dapat
mengalami mual dan muntah. Sensasi ini dapat timbul lagi bila kepala
dikembalikan ke posisi semula, namun arah nistagmus yang timbul adalah
sebaliknya.,'
. 3emeriksaan fisik
3emeriksaan fisik umum diarahkan pada kemungkinan adanya penyebab
sistemik. 3emeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada fungsi
vestibuler@ serebeler. 3ada vertigo, baik sentral maupun perifer, dilakukan
pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi. 3emeriksaan keseimbangan seperti
0omberg test, Stepping gait dan ?andem gait. /ntuk pemeriksaan koordinasi
dilakukan finger to finger test, finger to nose, pronasi-supinasi test dan heel to toe
test.
1. Tes Kesei#angan
3emeriksaan klinis, baik yang dilakukan unit ga7at darurat maupun di ruang
pemeriksaan lainnya, mungkin akan memberikan banyak informasi tentang
keluhan vertigo. Beberapa pemeriksaan klinis yang mudah dilakukan untuk
melihat dan menilai gangguan keseimbangan diantaranya adalah4 ?es 0omberg.
3ada tes ini, penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain,
tumit yang satu berada di depan jari!jari kaki yang lain (tandem). 9rang yang
normal mampu berdiri dalam sikap 0omberg ini selama '# detik atau lebih.
Berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka dankemudian dengan mata tertutup
merupakan skrining yang sensitif untuk kelainan keseimbangan. Bila pasien
mampu berdiri dengan satu kaki dalam keadaan mata tertutup, dianggap normal. 

9
1ambar . 0omberg ?est

2. Tan!e ,ait
3enderita berjalan dengan tumit kaki kiri kanan diletakkan
pada ujung jari kaki kanan kiri ganti bergantin. 3ada kelainan vestibuler,
perjalanannya akan me nyi mp ang da n pa da ke la ina n ser ebe le r

pe nd erit aakan cenderung jatuh.

(. Tes -elangka Di Te'at / Stepping Test0


3enderita harus berjalan di tempat dengan mata tertutup sebanyak # langkah
dengan kecepatan seperti berjalan biasa dan tidak diperbolehkan beranjak dari
tempat semula. ?es ini dapat mendeteksi ada tidaknya gangguan sistem vestibuler.
Bila penderita beranjak lebih dari " meter dari tempat semula atau badannya
berputar lebih dari '# derajat dari keadaan semula, dapat diperkirakan penderita
mengalami gangguan sistem vestibuler.

10
1ambar '. Stepping ?est
(. Tes Sala Tunjuk / Past-Pointing0
3enderita diperintahkan untuk merentangkan lengannya dan telunjuk
penderita diperintahkan menyentuh telunjuk pemeriksa. Selanjutnya, penderita
diminta untuk menutup mata, mengangkat lengannya tinggi tinggi (vertikal) dan
kemudian kembali pada posisi semula. 3ada gangguan vestibuler, akan didapatkan

salah tunjuk.
). -anuer Nlen3Baran atau Hall'ike
5erupakan pemeriksaan klinis standar untuk pasien B33V. &i+!8allpike
manuever secara garis besar terdiri dari dua gerakan yaitu &i+!8allpike manuever
kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan dan &i+! 8allpike
manuever kiri pada bidang posterior kiri. Aara melakukannya sebagai berikut 4 

". 3ertama!tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan,


danvertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa
detik.
. 3enderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika
posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang '##!%##, penderita diminta
tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
'. epala dip utar men engok ke kan an % # (kalau kanalis semisirkularis
posterior yang terlibat). <ni akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith
untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis semisirkularis

11
posterior.
%. &engan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
. 3erhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama "#!" detik.
. omponen cepat nistagmus harusnya *up!bet ‟ (ke arah dahi) dan
ipsilateral.
:. embalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arahyang
berla7anan dan penderita mengeluhkan kamar berputar kearah
berla7anan.
;. Berikutnya manuver terseb ut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri
%# dan seterusnya.

3ada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
3ada pasien B33V setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya
lambat, %# detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila
sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus. '

&i+ dan 8allpike mendeskripsikan tanda dan gejala B33V sebagai berikut 4 %

") ?erdapat posisi kepala yang mencetuskan serangan


) =istagmus yang khas
') 2danya masa laten
%) -amanya serangan terbatas
) 2rah nistagmus berubah bila posisi kepala dikembalikan ke posisi a7al
) 2danya fenomena kelelahan@fatiue nistagmus bila stimulus diulang

&i+!hallpike manuver lebih sering digunakan karena pada manuver tersebut


posisi kepala sangat sempurna untuk canalith repositioning treatment. 3ada pasien
B33V, &i+!8allpike manuver akan mencetuskan vertigo dan nistagmus.

12
1ambar %. &i+!8allpike 5anuever
*. Tes K alori
?es kalori baru boleh dilakukan setelah dipastikan tidak ada perforasi
membran timpani maupun serumen. Aara melakukan tes ini adalah dengan
memasukkan air bersuhu '#C A sebanyak " m-. ?es ini berguna untuk
mengevaluasi nistagmus, keluhan pusing, dan gangguan fiksasi bola mata.

3emeriksaan lain dapat juga dilakukan, dan selain pemeriksaan fungsi vestibuler,
perlu dikerjakan pula pemeriksaan penunjang lain jika diperlukan. Beberapa
pemeriksaan penunjang dalam hal ini di antaranya adalah pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap, tes toleransi glukosa, elektrolit darah, kalsium,
fosfor, magnesium) dan pemeriksaan fungsi tiroid. 3emeriksaan penunjang
dengan CT-scan, 50<, atau angiografi dilakukan untuk menilai struktur organ dan
ada tidaknya gangguan aliran darah, misalnya pada vertigo sentral. 3emeriksaan
fisis standar untuk B33V adalah &i+!8allpike dengan cara4 3enderita didudukkan
dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepala
#
ekstensi ke belakang '# D %##, penderita diminta tetap membuka mata untuk
'
melihat nistagmus yang muncul.
3ada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
3ada pasien B33V setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya
lambat, E %# detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila

13
sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu
menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus. "
6. Tes Supine Roll
6ika pasien memili ki ri7ayat yang sesuai denga n B33V dan hasil tes Dix-
Hallpike negatif, dokter harus melakuka n supine roll test untuk memeriksa ada
tidaknya B33V kanal lateral. B33V kanal lateral atau disebut juga B33V kanal
horisontal adalah B33V terbanyak kedua. 3asien yang memiliki ri7ayat yang
sesuai dengan B33V, yakni adanya vertigo yang diakibatkan perubahan posisi
kepala, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis B33V kanal posterior harus
diperiksa ada tidaknya B33V kanal lateral.

1ambar . Supine roll test

&okter harus menginformasikan pada pasien bah7a manuver ini bersifat


provokatif dan dapat menyebabkan pasien mengalami pusing yang berat selama
beberapa saat. ?es ini dilakukan dengan memposisikan pasien dalam posisi
supinasi atau berbaring terlentang dengan kepala pada posisi netral diikuti dengan
rotasi kepala F# derajat dengan cepat ke satu sisi dan dokter mengamati mata
pasien untuk memeriksa ada tidaknya nistagmus. Setelah nistagmus mereda (atau
jika tidak ada nistagmus), kepala kembali menghadap ke atas dalam posisi
supinasi. Setelah nistagmus lain mereda, kepala kemudian diputar@ dimiringkan F#
derajat ke sisi yang berla7anan, dan mata pasien diamati lagi untuk memeriksa
ada tidaknya nistagmus.'

14
?abel ". 3erbedaan Vertigo Sentral dan 3erifer

2.2.4 Penatalaksanaan
". =on!>armakologi
Benign 3aro+ysmal 3ositional Vertigo dikatakan adalah suatu penyakit yang
ringan dan dapat sembuh secara spontan dalam beberapa bulan. =amun telah
banyak penelitian yang membuktikan dengan pemberian terapi dengan manuver
reposisi partikel@ 3article 0epositioning 5aneuver (305) dapat secara efektif
menghilangkan vertigo pada B33V, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi
risiko jatuh pada pasien. eefektifan dari manuver!manuver yang ada bervariasi
mulai dari :#$!"##$. Beberapa efek samping dari melakukan manuver seperti
mual, muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya
debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit
misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah melakukan
manuver, hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal "# menit
untuk menghindari risiko jatuh. ?ujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk
mengembalikan partikel ke posisi a7alnya yaitu pada makula utrikulus. 
2da lima manuver yang dapat dilakukan 4
a. 5anuver Gpley
5anuver Gpley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal.

15
3asien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar % #, lalu
pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan "! menit. -alu
kepala ditolehkan F# # ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi
lateral dekubitus dan dipertahan '#!# detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan
dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan.'

1ambar . 5anuver Gpley

b. 5anuver Semont
5anuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior.
6ika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan
%# ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan
dipertahankan selama "!' menit. 2da nistagmus dan vertigo dapat diobservasi.
Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berla7anan tanpa
kembali ke posisi duduk lagi.'

16
1ambar :. 5anuver Semont

c. 5anuver -empert
5anuver ini dapat digunakan pada pengobatan B33V tipe kanal lateral.
#

3asien berguling '# , yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan
kepala F## ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral
dekubitus. -alu kepala menoleh ke ba7ah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral
dekubitus. 3asien kemudian menoleh lagi F# # dan tubuh kembali ke posisi lateral
dekubitus lalu kembali ke posisi supinasi. 5asing!masing gerakan dipertahankan
selama " detik untuk migrasi lambat dari partikel!partikel sebagai respon
terhadap gravitasi.

17
1ambar ;. 5anuver -empert
d. >orced 3rolonged 3osition
5anuver ini digunakan pada B33V tipe kanal lateral. ?ujuannya adalah untuk
mempertahankan kekuatan dari posisi lateral dekubitus pada sisi telinga yang sakit
dan dipertahankan selama " jam.'
e. Brandt!&aroff e+ercise
5anuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat
dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap
simptomatik setelah manuver Gpley atau Semont. -atihan ini juga dapat
membantu pasien menerapkan beberapa posisi sehingga dapat menjadi kebiasaan. '

1ambar F. Brandt!&aroff e+ercise

18
. >armakologi
Secara umum, penatalaksanaan medika! mentosa mempunyai tujuan utama4
(i) mengeliminasi keluhan vertigo, (ii) memperbaiki proses!proses kompensasi
vestibuler, dan (iii) mengurangi gejala!gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif.
Beberapa golongan obat yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo di
antaranya adalah 4 
a. Antikolinergik
2ntikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk
penanganan vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan
homatropin. edua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu
sediaan antivertigo . 2ntikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui
reseptor muskarinik. 3emberian antikolinergik per oral memberikan efek rata!rata
% jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul terutama berupa gejala!gejala
penghambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan
kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia), ataupun gejala!gejala
penghambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual, mulut kering,
konstipasi, dan gangguan berkemih.
#. Antiistain
3enghambat reseptor histamin!" ( H-1 blocker) saat ini merupakan
antivertigo yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di
antaranya adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan pro!
metazin. 5ekanisme antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak
diketahui, tetapi diperkirakan juga mempunyai efek ter! hadap reseptor histamin
sentral. 2ntihistamin mungkin juga mempunyai potensi dalam
mencegahdanmemperbaiki*motionsickness. Gfek sedasi merupakan efek
samping utama dari pemberian penghambat histamin!". 9bat ini biasanya
diberikan per oral, dengan lama kerja bervariasi mulai dari % jam (misalnya, sikl!

izin) sampai " jam (misalnya, meklozin)."

5. Histainergik
9bat kelas ini di7akili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo
di beberapa negara Gropa, tetapi tidak di 2merika. Betahistin sendiri merupak an
prekrusor histamin. Gfek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaika n aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah

19
dan sistem vestibuler. 3ada pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik,
dengan kadar puncak tercapai dalam 7aktu sekitar % jam. efek samping relatif
jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual."
!. Anti!o'ainergik
2ntidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual
pada pasien dengan gejala mirip!vertigo. Sebagian besar antidopaminergik

merupakan neuroleptik. Gfek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui


dengan pasti, tetapi diperkirakan bah7a antikolinergik dan antihistaminik (8")
berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. -ama kerja neuroleptik ini bervariasi
mulai dari % sampai " jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai
antiemetik, seperti domperidon dan metoklopramid. Gfek samping dari antagonis
dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa
keluhan yang berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia
tardif, parkinsonisme, distonia akut, dan sebagainya."
e. Ben6o!ia6e'in
Benzodiazepin merupakan modulator 12B2, yang akan berikatan di
tempat khusus pada reseptor 12B2. Gfek sebagai supresan vesti! buler
diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentral. =amun, seperti halnya obat!obat
sedatif, akan memengaruhi kompensasi ves! tibuler. Gfek farmakologis utama dari
benzo! diazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan, relaksasi otot,
amnesia antero! grad, serta antikonvulsan. Beberapa obat go! longan ini yang
sering digunakan adalah lora! zepam, diazepam, dan klonazepam. '
$. Antagonis kalsiu
9bat!obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di
dalam sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jum! lah ion kalsium intrasel.
3enghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan ves! tibuler. >lunarizin
dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang diindikasi! kan untuk
penatalaksanaan vertigoH kedua obat ini juga digunakan sebagai obat migren.
Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata unarizin dan sinarizin
mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta antihis! tamin!". >lunarizin dan
sinarizin dikonsumsi per oral. >lunarizin mempunyai 7aktu paruh yang panjang,
dengan kadar mantap tercapai setelah  bulan, tetapi kadar obat dalam darah
masih dapat terdeteksi dalam 7aktu !% bulan setelah pengobatan dihentikan.

20
Gfek samping jangka pendek dari penggunaan obat ini teru! tama adalah efek
sedasi dan peningkatan be! rat badan. Gfek jangka panjang yang pernah
dilaporkan ialah depresi dan gejala parkinso!nisme, tetapi efek samping ini lebih
banyak terjadi pada populasi lanjut usia.'
g. Si'atoietik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara
'
hati!hati karena adanya efek adiksi.
. Asetilleusin
9bat ini banyak digunakan di 3rancis. 5eka! nisme kerja obat ini sebagai
antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai
prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen, serta
diperkirakan mempunyai efek sebagai *antikalsium pada neurotransmisi.
Beberapa efek samping penggunaan asetilleusin ini di antaranya adalah gastritis
(terutama pada do! sis tinggi) dan nyeri di tempat injeksi. 
i. Lain3lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan mempunyai efek
antivertigo di antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (ago! nis dopaminergik),
dan ondansetron.

BAB III
KESI-PULAN

1.1 Kesi'ulan
Vertigo perifer adalah rasa pusing berputar, oleng atau tak stabil yang

disebabkan karena adanya gangguan pada organ keseimbangan di telinga. 1ejala!


gejala vertigo meliputi4 pusing, rasa terayun, mual, keringat dingin, muntah,
sempoyongan se7aktu berdiri atau berjalan, nistagmus. 1ejala tersebut dapat
diperhebat dengan berubahnya posisi kepala.
Secara etiologis, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ!organ
vestibuler, visual, ataupun sistem propioseptif. Secara umum vertigo dibagi

21
menjadi dua kategori berdasarkan yaitu vertigo vestibular dan non vestibular.
Vertigo non vestibular mencakup vertigo karena gangguan pada visual dan sistem
proprioseptif.
3emeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis vertigo baik perifer maupun
sentral adalah pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi. 3emeriksaan
keseimbangan sepert i omberg Test, Stepping !ait dan Tandem !ait. /ntuk
pemeriksaan koordinasi dilakukan "inger to finger test, "inger to nose, #ronasi-
supinasi Test dan Heel to Toe Test.
3enatalaksanaan B33V meliputi non! farmakologis, farmakologis, dan
operasi. 3enatalaksanaan B33V yang sering digunakan adalah non!farmakologis
yaitu terapi manuver reposisi partikel (305) dapat secara efektif menghilangkan
vertigo pada B33V, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh
pada pasien. ?ujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk mengembalikan
partikel ke posisi a7alnya yaitu pada makula utrikulus.

&2>?20 3/S?22

".Iahyudi, upiya ?imbul.?injauan 3ustaka4 Vertigo. A&!"F;@ vol. 'F no. "#,
th. #"
. -umbantobing, S.5. ##:. =eurologi linik 3emeriksaan >isik dan 5ental.
Balai 3enerbit >/<4 6akarta. hal !:;
'. 3urnamasari, 3utu 3rida. #"'. &iagnosis dan ?atalaksana Benign 3aro+ysmal
3ositional Vertigo (B33V). http4@@ojs.unud.ac.id@inde+.php@eum@article
@vie7>ile@@%F diakses pada : 2gustus #"
%. Gd7ard, Jan. &iagnosis dan ?atalaksana Benign 3aro+ysmal 3osition Vertigo
(B33V). http4@@jurnal.fk.unand.ac.id@inde+.php@jka@article@do7nload@'"@
diakses pada : 2gustus #"

22

You might also like