You are on page 1of 16

LAPORAN TETAP

COOLING TOWER APPARATUS


LABORATORIUM TEKNIK SEPARASI DAN PURIFIKASI

DISUSUN OLEH:

ADITIA HABIBUL AKBAR (03031281621037)


MUHAMMAD YORI PRATAMA (03031281621045)
FANIRAZHA PRIMESA C. (03031381621069)
ZULFA SYAFIRA DWI UTAMI (03031381621085)
OCTAVIANUS RUDY SETIAWAN (03031381621101)

NAMA COSHIFT : M. YUDHA DWI RAMADHAN


NAMA ASISTEN : 1. ADE KURNIAWAN
2. MASAYU RIA ANGGRAENI

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem pendinginan dalam suatu industri merupakan hal yang penting untuk
mendukung proses di pabrik. Berbagai macam alat-alat di industri akan
menghasilkan panas bertemperatur tinggi dari proses yang berlangsung. Panas yang
terjadi dapat berdampak buruk pada proses lain maupun pada lingkungan jika tidak
dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan terhadap panas tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem pendinginan. Sistem pendinginan memiliki
dua tujuan utama, pertama untuk mendinginkan suatu senyawa yang telah keluar
dari suatu proses yang menghasilkan panas berlebih dan yang kedua untuk menjaga
suhu pada mesin produksi agar dapat bekerja secara optimal. Panas yang berlebih
pada suatu senyawa akan mengalami suatu perpindahan panas dengan media
pendingin agar kembali suhunya menjadi kondisi awal sebelumnya.
Secara umum, media pendingin yang banyak digunakan sebagai penukar
kalor untuk membuang kalor dari hasil proses industri adalah air. Proses pertukaran
panas biasanya dilakukan secara konvensional. Pertukaran panas secara
konvensional biasanya dilakukan dengan cara memanfaatkan pengaliran air dingin
yang mengalir dari sumber-sumber air dan melewatkan air tersebut pada proses
yang membutuhkan pendinginan, kemudian mengalirkan air tersebut kembali ke
sumber aliran sebagai air keluaran yang panas. Air yang telah mengalami pertukaran
panas tidak dapat digunakan secara langsung sebagai pendingin lagi ataupun
dibuang ke lingkungan. Temperatur air yang akan dibuang masih cukup tinggi dan
juga air yang telah mengalami pertukaran panas tersebut tidak memenuhi standar
syarat aman analisis dampak lingkungan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan solusi untuk dapat
mengatasinya. Digunakan alat penukar panas yakni cooling tower sebagai solusi
utama. Cooling tower memiliki kemampuan yang lebih untuk dapat menurunkan
suhu air dibandingkan peralatan lain yakni peralatan penukar panas lainnya yang
hanya dapat membuang kalor dengan memanfaatkan udara. Peranan dari cooling

1
2

tower dalam berbagai industri sangat besar. Cooling tower dapat meningkatkan nilai
efisiensi energi dan nilai konservasi energi yang ada. Oleh sebab itu, diperlukan
pemahaman yang baik secara konsep maupun praktik secara langsung pada prinsip
kerja ataupun kinerja dari cooling tower di berbagai industri tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana prinsip kerja dari cooling tower?
2) Bagaimana pengaruh temperatur air masuk terhadap temperatur air keluar
pada cooling tower?
3) Bagaimana pengaruh laju alir udara yang masuk terhadap temperatur air
yang keluar dari cooling tower?

1.3. Tujuan
1) Mengetahui prinsip kerja dari cooling tower.
2) Mengetahui pengaruh temperatur air masuk terhadap temperatur air keluar
pada cooling tower.
3) Mengetahui pengaruh laju alir udara yang masuk terhadap temperatur air
yang keluar dari cooling tower.

1.4. Manfaat
1) Dapat mengetahui prinsip kerja dari cooling tower.
2) Dapat mengetahui pengaruh temperatur air masuk terhadap temperatur air
keluar pada cooling tower.
3) Dapat mengetahui pengaruh laju alir udara yang masuk terhadap temperatur
air yang keluar dari cooling tower.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Cooling Tower


Cooling tower merupakan suatu alat proses pendinginan dengan sistem kerja
perpindahan panas yang menggunakan media berupa udara pendingin dan air panas.
Cooling tower bekerja dengan cara mengontakkan air yang bertemperatur tinggi
dengan udara bebas yang bertemperatur rendah pada bahan isian (packing),
sehingga menguapkan sebagian air tersebut. Peralatan yang sering digunakan pada
suatu sistem pendinginan udara biasanya menggunakan sistem pompa sentrifugal
yang bertujuan untuk menggerakkan sejumlah air secara vertikal yang melintasi
suatu tower. Kinerja pada suatu cooling tower dalam proses perpindahan panas
biasanya dinyatakan dalam parameter range dan approach.

Gambar 2.1. Range dan Approach Temperatur pada Cooling Tower


(Sumber: Endarto, 2017)

Range adalah pengurangan temperatur air yang melalui cooling tower,


sedangkan approach adalah selisih antara temperatur bola basah (wet bulb
temperature) yang masuk dengan temperatur air yang keluar. Temperatur pada
umumnya diukur dengan menggunakan termometer biasa. Wet bulb temperature
dan dry bulb temperature (temperatur bola kering) merupakan dua sistem pengukur
suhu. Pengukuran pada wet bulb temperature diberi kasa basah, sedangkan pada dry
bulb temperature tidak diberi kasa basah. Temperature wet bulb menunjukkan nilai
temperatur udara pada kondisi relative humidity sebesar 100%. Air yang menguap
dari kasa menunjukkan temperatur lebih rendah dari temperatur bola kering. Saat
4

kelembaban tinggi, penguapan pada cooling tower akan berlangsung secara lambat.
Proses penguapan yang lambat di dalam cooling tower tersebut akan mengakibatkan
nilai pada wet bulb temperature udara akan semakin jauh perbedaannya bila
dibandingkan dengan nilai yang akan dihasilkan pada temperature dry bulb.
Bagian sistem utilitas dari suatu industri proses sangat membutuhkan
cooling tower sebagai media untuk menghasilkan cold water. Kinerja pada suatu
cooling tower melibatkan proses perpindahan panas karena pada bagian packing
terjadi proses pertukaran panas antara air dan udara. Perpindahan panas laten
disebabkan oleh penguapan air dalam jumlah kecil dan perpindahan panas sensibel
disebabkan oleh perbedaan temperatur antara air dan udara. Diperkirakan 80% dari
heat transfer adalah panas laten dan 20% sisanya adalah panas sensibel. Air
digunakan untuk penukar panas. Air sebagai fluida penukar panas digunakan untuk
menghilangkan panas ke udara atmosfer. Air tersebut didinginkan dan disirkulasi
pada sistem untuk menghasilkan operasi yang lebih ekonomis (Handoyo, 2015).
Cooling tower juga dimanfaatkan dalam upaya peningkatan produktivitas
serta efisiensi pada proses produksi di industri. Efisiensi pada proses produksi
dalam suatu industri sangat dipertimbangkan, tujuannya agar suatu industri dapat
beroperasi secara optimal. Peralatan digunakan untuk menghasilkan temperatur
yang diinginkan. Peralatan tersebut harus memiliki kapasitas beban pendinginan
yang sesuai. Penggunaan cooling tower pada industri berperan untuk menyediakan
cooling water untuk berbagai proses yang membutuhkan pendinginan. Cooling
tower digunakan sebagai penghilang panas dalam proses termodinamika
konvensional seperti pendinginan atau digunakan dalam berbagai proses.
Cooling water memiliki peranan penting dalam suatu industri. Apabila ada
gangguan pada cooling water, maka akan mengakibatkan terjadinya pengurangan
produksi serta kerusakan alat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, cooling water system harus dikontrol dengan sebaik-baiknya, minimal
mampu beroperasi tanpa adanya gangguan selama rentang waktu 1-2 tahun. Tujuan
dari penggunaan cooling water yaitu untuk menghindari terjadinya korosi dalam
peralatan, menaikkan efisiensi alat pendingin, tidak merusak kondisi lingkungan,
5

serta menghindari terjadinya pertumbuhan bakteri, jamur, dan lumut pada cooling
water. Jika cooling water tidak digunakan dengan baik, maka akan dapat
menimbulkan kerusakan pada cooling tower dan juga akan menimbukan kerugian
baik secara produksi maupun ekonomis pada cooling tower.
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap cooling tower yakni filter water.
Filter water mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penggunaan cooling
tower karena filter water membawa beberapa komponen yang dapat menimbulkan
penumpukan kerak maupun mengakibatkan korosi. Kontak air dan udara serta
evaporasi air di dalam cooling tower akan menurunkan temperatur air yang
selanjutnya akan kembali disirkulasikan ke kondensor alat refrigerasi.
Cooling water sebagai make up water digunakan untuk menggantikan air
yang menguap selama proses pendinginan di dalam cooling tower. Kondensor pada
alat refrigerasi dapat digunakan dengan menggunakan air dari sungai, danau,
maupun laut. Proses pelepasan panas pada cooling tower bergantung pada volume
air. Kecepatan fan dapat diatur menyesuaikan laju alir udara yang diinginkan.
Cooling water control system merupakan usaha untuk menjaga kualitas dan
kuantitas cooling water sesuai dengan parameter design yang telah ditetapkan.
Kuantitas dari cooling water ditentukan oleh kondisi mekanik dari sebuah alat yang
digunakan, seperti pump, opening valve, dan pressure yang mempengaruhi flow
cooling water. Kualitas dari cooling water dapat ditentukan oleh chemical
treatment. Bahan kimia (chemical agent) yang dapat diinjeksikan ke dalam cooling
water untuk chemical treatment adalah corrossion inhibitor dan scale inhibitor
untuk menghindari terjadinya korosi dan kerak (Ashrae, 2015).
Peristiwa korosi merupakan suatu peristiwa perusakan air oleh reaksi kimia
atau reaksi elektro kimia dengan adanya pengikatan ion besi dan ion oksigen pada
air. Pencegahan korosi ini bertujuan untuk menghindari kerusakan alat. Solusi dari
permasalahan tersebut adalah penginjeksian bahan kimia yang dapat melapisi
protective film. Bahan berupa cairan yang terdiri dari ortho phospat, poly phospat
dan phospat dengan perbandingan tertentu diinjeksikan ke dalam cooling water
sampai kadar ortho phospat sebesar 12-17 ppm (Handoyo, 2015).
6

Suspended matter yaitu partikel-partikel asing yang masuk ke dalam sistem


karena terbawa udara, misalnya debu. Corrosion product adalah hasil sampingan
dari proses korosi yang tidak larut dalam air. Terbentuknya endapan yang berupa
garam kalsium dapat dihindari dengan injeksi scale inhibitor. Terbentuknya kerak
pada cooling tower dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, perubahan nilai pH
dimana semakin tinggi nilai pH maka akan semakin mudah terjadinya endapan.

2.2. Prinsip Kerja Cooling Tower


Prinsip kerja cooling tower terbagi berdasarkan proses pelepasan panas dan
perpindahan panas. Perpindahan panas pada cooling tower berlangsung dari air ke
udara. Pendinginan menggunakan udara bebas dengan menguapkan sebagian air ke
aliran udara yang bergerak dan menguapkan air panas ke atmosfer, sehingga air
yang tersisa akan didinginkan (dapat dilihat pada Gambar 2.2.).

Gambar 2.2. Skema Cooling Tower


(Sumber: Handoyo, 2015)

Udara dingin yang berasal atmosfer akan dilewatkan ke bagian bawah


cooling tower dan akan terjadi perpindahan panas antara air panas dengan udara
dingin. Air yang berasal basin dipompakan menuju heater untuk dipanaskan dan
selanjutnya akan dialirkan ke menara pendingin. Air panas yang keluar akan
langsung melakukan kontak dengan udara sekitar. Fluida yang keluar dapat
digunakan kembali. Jika air panas dikontakkan dengan gas yang tidak jenuh, maka
sebagian dari fluida akan mengalami proses penguapan dan mengakibatkan suhu
zat cair tersebut akan mengalami penurunan dari suhu mula-mula.
7

Air berperan sebagai media pendingin kondensor .karena air memiliki


kemampuan perpindahan panas yang baik. Temperatur akan naik akibat penyerapan

sejumlah panas dari refrigerant di kondensor. Air panas yang keluar dari kondensor

akan masuk menuju cooling tower melalui hot water inlet port. Air akan keluar

melalui lubang di bagian atas yang ada pada sprinkler. Sprinkler akan mengalami

perputaran dan air akan didistribusikan secara merata dan terus-menerus.


Air yang keluar dari sprinkler kemudian masuk .ke water column dan
melakukan kontak.dengan aliran udara yang arahnya berlawanan. Air panas turun

kebagian bawah dari cooling tower. Udara masuk dari bagian bawah dan akan

keluar dari bagian atas cooling tower. Kontak antara air dan udara menyebabkan
sejumlah panas dilepaskan oleh air yang bertemperatur ,lebih tinggi ke udara yang
bertemperatur lebih rendah, sehingga mengakibatkan temperatur air akan turun.

Gambar 2.3. Prinsip Kerja Cooling Tower


(Sumber: Putra, 2015)

Temperatur .air .yang sudah dingin akan ditampung pada bagian bawah dari

sebuah cooling tower yakni, basin. Air yang berada pada basin akan disirkulasikan

kembali menuju kondensor. Tujuan air yang disirkulasikan menuju kondensor

adalah agar kondensor dapat menyerap panas dari air tersebut. Sejumlah air akan

menguap ke udara, sehingga volume air yang tersisa akan berkurang. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan menggunakan make up water yang .dihubungkan
dengan jalur air domestik atau yang dikenal dengan Pabrik Air Mineral (PAM).
8

2.3. Peranan Cooling Tower


Cooling tower sangat dibutuhkan di dalam suatu industri karena cooling
tower merupakan bagian dari utilitas yang banyak digunakan. Sebuah cooling tower
digunakan sebagai penghilang panas fluida. Mesin pendingin yang terdapat pada
cooling tower akan melepaskan kalor dan refrigeran melepaskan kalornya ke air
pendingin. Selanjutnya, air panas akan dipompakan menuju cooling tower.
Air pendingin yang dihasilkan dari proses perpindahan panas pada cooling
tower digunakan untuk mendinginkan peralatan proses industri kimia. Keuntungan
penggunaan air pendingin pada cooling tower adalah mengurangi kemungkinan
terjadinya korosi pada alat industri yang digunakan dan dapat menaikkan efisiensi
kerja pada alat pendingin, serta dapat mengendalikan perkembangan jamur, bakteri,
dan lumut pada peralatan industri, sehingga dapat menghemat biaya perawatan alat.

2.4. Jenis-jenis Cooling Tower


Cooling tower terbagi menjadi tiga jenis, yakni berdasarkan aliran udara
masuk, berdasarkan cara pemakaian alat bantu, dan berdasarkan kondisi aliran
udara bebas tanpa alat pembantu. Cooling tower berdasarkan arah aliran udara
masuk terdiri atas cross flow dan counter current flow, cooling tower berdasarkan
cara pemakaian alat bantu terdiri atas induced draft dan force draft, dan jenis
cooling tower berdasarkan kondisi aliran udara bebas tanpa alat pembantu terdiri
atas cooling tower atmosphere-draft dan cooling tower natural-draft (Wang, 2000).
2.4.1. Cooling Tower berdasarkan Aliran Udara Masuk
Cooling tower berdasarkan aliran udara masuk terdiri dari aliran silang atau
cross flow dan aliran berlawanan atau counter current flow. Arah aliran udara pada
cooling tower yang bergerak secara cross flow bergerak saling bersilangan terhadap
arah aliran air. Ketika aliran udara pada cooling tower cross flow mengalir, air yang
Didinginkan akan dialirkan menuju kolom tempat masukan air panas.
Kolom tempat masukkan air panas terdapat pada bagian atas dari sebuah
bahan pengisi atau fill. Cooling tower jenis cross flow terdiri atas tiga macam, yaitu
double flow, single flow, dan spray filled. Kekurangan yang terdapat pada cross flow
adalah rendahnya ketahanan aliran udara di dalam cooling tower. Kecepatan udara
9

yang mengalir di dalam cooling tower menjadi lebih tinggi dan perpindahan kalor
antar fluida menjadi kurang efektif dan efisien. Counter current flow yang terjadi
pada cooling tower merupakan aliran udara yang bergerak secara berlawanan arah.
Aliran udara counter current flow pada cooling tower bergerak naik melalui fill yang
berlawanan dengan jatuhnya air. Penggunaan sistem spray harus diatur hingga
mencapai tekanan yang tinggi. Counter current flow pada cooling tower yang
ukurannya lebih besar dilakukan penggunaan sistem distribusi bertekanan rendah.

2.4.2. Cooling Tower berdasarkan Cara Pemakaian Alat Pembantu


Jenis cooling tower berdasarkan cara pemakaiannya terdiri dari dua bagian
yaitu, penggunaan alat bantu. berada di bagian puncak tower atau yang dikenal
dengan induced draft .dan alat bantu berada di bagian bawah tower atau yang
dikenal dengan forced draft. Aliran udara pada cooling tower yang mengalir secara
induced draft dan forced draft akan digerakkan secara mekanik oleh fan. Cooling
tower memiliki masalah yang berkaitan dengan distribusi udara dan kebocoran.

Gambar 2.4. Cooling Tower Induced Draft dengan Aliran Melintang


(Sumber: Putra, 2015)

Aliran udara. yang berasal dari fan beroperasi dengan udara yang lebih
dingin, sehingga konsumsi daya menjadi lebih kecil. Induced draft menggunakan
kecepatan yang rendah dan alirannya mengalir melalui filling material. Kecepatan
udara yang tinggi terdapat pada bagian inlet tower dan kecepatan yang rendah
terdapat pada bagian outlet tower. Kecepatan yang rendah pada outlet tower akan
menyebabkan lebih mudahnya resirkulasi udara yang terjadi (Wibisino, 2005).
10

2.4.3. Cooling Tower berdasarkan Kondisi Aliran Bebas tanpa Alat Pembantu
Cooling tower berdasarkan kondisi aliran bebas tanpa alat pembantu terdiri
atas atmospheric tower dan natural tower. Atmospheric tower tidak dilengkapi
dengan mechanical fan karena udara diperoleh dari adanya tekanan. Udara mengalir
bebas tanpa memakai penutup tower. Atmospheric tower tidak menggunakan alat
tambahan, seperti fan untuk membuat laju udara masuk ke menara. Udara pada
atmospheric tower dialirkan oleh sistem distribusi air dengan tipe tekanan
(pressure-spray type water distribution system). Udara akan mengalir ke atas karena
adanya perbedaan massa jenis antara udara atmosfer dengan udara kalor lembab di
dalam cooling tower yang bersuhu lebih tinggi daripada udara atmosfer sekitarnya.
2.5. Rangkaian Cooling Tower
Cooling tower memiliki rangka penutup berstruktur yang disebut casing.
Rancangan dengan ukuran yang lebih kecil, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat
menjadi rangka. Cooling tower juga dipasang katup make up water untuk
menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses
evaporative cooling sedang berlangsung. Komponen penyusun cooling tower terdiri
dari kerangka pendukung (tower supporter), kipas (fan), pipa sprinkler, penampung
air (water basin), lubang udara, bahan pengisi (filling material) dan reducer.
Air dingin yang ditampung pada basin akan dialirkan kembali ke alat
penukar panas yang membutuhkan fluida pendingin ataupun ke water treatment
plant. Kerangka pendukung menara atau tower supporter berfungsi untuk
menopang cooling tower agar dapat berdiri kokoh dan tegak. Kerangka pendukung
cooling tower terbuat dari bahan baja. Kipas (fan blade) adalah bagian terpenting
dari sebuah cooling tower berfungsi untuk menarik udara dingin dan
mensirkulasikan udara tersebut di dalam cooling tower untuk mendinginkan air.
Kinerja cooling tower tidak akan optimal jika kipas pada cooling tower tidak
berfungsi. Kipas pada cooling tower digerakkan oleh motor listrik yang
dihubungkan langsung dengan poros kipas. Reducer adalah alat yang digunakan
sebagai motor pada fan blade. Penggunaan reducer sebagai motor pada fan blade
biasanya memakai roda gigi dan ada juga memakai belt. Penggunaan reducer tidak
akan menimbulkan suatu bunyi yang berisik pada saat alat beroperasi.
11

Casing cooling tower memiliki ketahanan yang baik terhadap segala cuaca
dan memiliki usia pemakaian yang lama. Casing terbuat dari bahan seng agar proses
pendinginan tidak terganggu oleh faktor kondisi lingkungan sekitar. Pipa sprinkler
merupakan pipa yang memiliki fungsi untuk mensirkulasikan air secara merata pada
cooling tower, sehingga perpindahan kalor air dapat menjadi lebih efektif dan
efisien. Pipa sprinkler dilengkapi nozzle untuk menyalurkan air. Pipa sprinkler
berguna untuk mendistribusikan air dengan cara berputar dari pipa inlet dan
kemudian menyebarkannya melalu pipa yang terpasang disetiap sisinya.
Pipa sprinkler pada cooling tower terbuat dari besi alumunium. Filler
Polyvinyl Chloride merupakan alat yang mempunyai kemampuan transfer panas
yang tinggi. Alat ini digunakan untuk memperlambat jatuhnya air seperti pada
penampung air. Pipa nozzle sprinkle head digunakan untuk mengkontakkan udara
yang masuk dari luar dengan air sehingga suhu udara dalam air menurun. Filling
material memiliki bahan konstruksi yang kuat, ringan dan tahan lapuk. Filling
material berfungsi untuk memecah air menjadi butiran-butiran tetes, sehingga akan
memperluas permukaan pendinginan dan meningkatkan waktu kontak.

2.6 Kinerja Cooling Tower


Kinerja suatu cooling tower berkaitan dengan efisiensi perpindahan panas
yang terjadi antara air panas yang ingin didinginkan dengan udara yang
diinjeksikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu cooling tower, antara
lain temperature wet bulb (Twb) temperature dry bulb (Tdb) dan relative humidity,
range dan approach. Faktor-faktor tersebut juga merupakan faktor penentu dalam
perancangan suatu cooling water pada setiap industri (Hensley, 2009).
2.6.1. Temperature Wet Bulb (Twb)
Temperature wet bulb diukur dengan menggunakan termometer yang
dilapisi kain basah dan dialiri udara yang ingin diukur suhunya pada kondisi relative
humidity 100%. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah. Kalor dari udara
akan digunakan untuk menguapkan air pada kain basah tersebut, selanjutnya akan
digunakan untuk memuaikan cairan yang ada dalam termometer. Jika nilai actual
wet bulb lebih tinggi dari yang diperkirakan pada desain, maka suhu air yang
dihasilkan akan lebih tinggi dari yang dibandingkan. Sebaliknya, jika nilai actual
12

wet bulb lebih rendah, maka pabrik harus membeli cooling tower yang berukuran
lebih besar. Penguapan akan berlangsung dengan lambat pada kelembaban tinggi.
Kelembaban rendah membuat sebagian air akan menguap, sehingga temperatur bola
basah akan semakin jauh perbedaannya dengan temperatur bola kering.
2.6.2. Temperature Dry-Bulb dan Relative Humidity
Temperature dry bulb adalah temperatur udara yang diukur menggunakan
termometer biasa yang terkena aliran udara. Pengukuran suhu udara dengan
termometer biasa maka terjadi perpindahan kalor dari udara ke dry bulb
thermometer. Penentuan nilai dari temperature dry-bulb dan relative humidity
memiliki dasar yang sama dengan temperature wet bulb. Relative Humidity
merupakan rasio nilai antara tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan
tekanan uap air jenuh. Perancangan cooling tower pada desain dry-bulb temperature
yang akurat sangat dibutuhkan karena berpengaruh terhadap tipe-tipe cooling tower.
2.6.3.Range dan Approach
Range merupakan pserbedaan antara suhu air masuk dan suhu air keluar
cooling tower. Range yang bernilai tinggi menunjukkan bahwa cooling tower
melakukan kinerja proses yang baik dan mampu menurunkan suhu air secara efektif
dan efisien. Nilai range pada alat penukar kalor contohnya cooling tower akan
ditentukan seluruhnya oleh nilai beban panas. Laju sirkulasi air yang melalui
penukar panas akan menuju ke air pendingin untuk melihat nilai range.
Approach pada cooling tower merupakan. beda antara suhu air dingin yang
keluar cooling tower dan suhu wet bulb ambient. Suhu wet bulb ambient merupakan
suhu yang terjadi di lingkungan. Semakin rendah nilai dari approach, maka semakin
baik kinerja dari cooling tower.dan sebaliknya, sehingga approach merupakan
indikator yang lebih baik.untuk penentuan kinerja cooling tower. Perbedaan antara
suhu air dingin yang masuk dan suhu wet bulb udara yang masuk ditetapkan oleh
ukuran dan efisiensi dari cooling tower yang digunakan. Cooling tower yang
memiliki ukuran lebih besar dengan efisiensi sedang akan mengirimkan air dingin
yang mendekati wet bulb temperature, sedangkan cooling tower yang memiliki
ukuran lebih kecil memiliki efisiensi kerja yang lebih tinggi (Wibisono, 2015).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1) Satu unit Cooling Tower Armfiel yang dilengkapi dengan pemanas.
3.1.2. Bahan
1) Aquadest
2) Udara bebas (sebagai media pendingin)

3.2. Prosedur Percobaan


1) Siapkan peralatan cooling tower supaya dapat beroperasi.
2) Isi aquadest ke basin.
3) Hubungkan cooling tower dengan arus listrik, atur debit air yang mengalir
dan Q sesuai dengan yang dikehendaki.
4) Catat temperatur inlet dan outlet untuk dry bulb dan wet bulb (T1-T6)
tekanan dan pressure drop yang ditunjukan. Lakukan pengambilan data
sebanyak lima kali dengan tekanan yang berbeda-beda.
5) Hitung laju alir udara masing-masing data.

13
14

3.3. Blok Diagram

Siapkan peralatan cooling tower.

Isi aquadest ke basin.

Hubungkan cooling tower dengan arus listrik, atur


debit air yang mengalir, dan Q yang sesuai.

Catat temperatur inlet dan outlet dari dry bulb maupun


wet bulb, tekanan, dan pressure drop.

Lakukan pengambilan data sebanyak lima kali dengan


tekanan berbeda-beda.

Hitung laju alir udara masing-masing data.

Gambar 3.1. Blok Diagram Cooling Tower


DAFTAR PUSTAKA

Ashrae, H. 2015. Heating, Ventilating, and Air-Conditioning Applications (SI


Edition). Atlanta: GA.
Endarto, I. 2017. Audit Energi Pada Cooling Tower. (Online). http://enerconusanta
ra.com/id/idaudit-sumber-energi-pada-cooling-tower/. (Diakses pada 15
September 2018).
Handoyo, Y. 2015. Analisis Performa Cooling Tower LCT 400 Pada P.T. XYZ,
Tambun Bekasi. Program Studi Teknik Mesin. Vol. 3 (1): 38-52.
Hensley, J. C. 2009. Cooling Tower Fundamentals. Kansas: SPX Cooling
Technologies Inc.
Jagadeesh, T., dan Reddy, K. S. 2013. Performance Analysis of the Natural Draft
Cooling Tower in Different Seasons. IOSR Journal of Mechanical and Civil
Engineering (IOSR-JMCE). Vol. 7: 19-23.
Pratiwi, N. P., Nugroho, G., dan Hamidah, N. L. 2014. Analisa Kinerja Cooling
Water Induced Draft LBC W-300 Terhadap Pengaruh Temperatur
Lingkungan. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 7 (7): 1-6.
Putra, R. S. 2015. Analisa Perhitungan Beban Cooling Tower Pada Fluida Di Mesin
Injeksi Plastik. Jurusan Tehnik Mesin. Vol. 4 (2): 19-25.
Safitra, A. G., Sholihah, F. H., dan Fauziyyah, I. N. 2016. Karakteristik Menara
Pendingin Tipe Induced Draft Dengan Bahan Isian Kain Flanel. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV. ISBN 978-602-98569-1-0.
Wang, S. K. 2000. Handbook of Air Conditioning And Refrigeration Second
Edition. New York: McGraw-Hill.
Wibisono, Y. 2005. Perbandingan Untuk Kerja Antar Bahan Pengisi pada Menara
Pendingin Tipe Induced Counter Flow. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 6
(3): 152-162.

You might also like