You are on page 1of 15

TUGAS KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PARKINSON

OLEH :

TINGKAT 3A

1. I Komang Aditya Pramana (16C11641)


2. Ni Wayan Avrilyani (16C11648)
3. Putu Dewi Maharani Putri (16C11667)
4. Luh Gde Diah Listia Devi (16C11669)
5. Ni Nyoman Dian Heldayani Dewi (16C11671)
6. Ni Kadek Dinda Kristina P (16C11673)
7. Putu Maylin Adnyana Dewi (16C11692)
8. IGA Putu Sri Ariyantini (16C11704)
9. Luh Gede Umi Sri Setiadewi (16C11714)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

TAHUN AKADEMI 2018

TINJAUAN TEORI

1
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Penyakit Parkinson adalah penyakit gangguan saraf kronis dan progresif yang
ditandai dengan gemetar, kekakuan, berkurangnya kecepatan gerakan, dan ekspresi
wajah kosong seperti topeng dengan salvias berlebihan. (Prof. Zullies)
B. Etiologi
Parkinson merupakan suatu kondisi neurodegeneratif yang progresif akibat
kematian sel-sel dopaminergic/sel-sel otak pada substansia nigra (Prof. Zullies). Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak
disadarinya. Dan penyebab kematian sel-sel SNc belum diketahui dengan pasti tetapi
factor-faktor yang kemungkinan menjadi penyebab adalah: genetic, lingkungan,
umur, ras, cedera kranioserebral, stress emosional. (Sudoyo Aru)
1. Primer atau idiopatik
- Penyebab tidak diketahui.
- Sebagian besar merupakan penyakit Parkinson.
- Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan.
- Ada peran factor genetic, bersifat sporadic.
2. Sekunder atau akuisita
- Timbul setelah terpajang suatu penyakit/zat
- Infeksi dan paska infeksi otak (ensefalitas).
- Terpapar kronis oleh toksin.
- Efek obat.
- Paska strok (vascular).
- Lain-lain: hipotiroid, hipparatiroid, tumor/trauma otak, hidrosefalus
bertekanan normal.
3. Sindrom Parkinson plus: timbul bersama dengan gejala neurologi.
4. Kelainan degenerative diturunkan (heredode generative disorders).

2
C. Patofisiologi
Penyakit parkinson diakibatkan oleh pembusukan dopaminergik neurons di
dalam substansia nigra, bagian dari basal ganglia yang menhasilkan dan menyimpan
neurotransmitter dopamine. Substansi nigra memainkan suatu peran kritis di dalam
extrapyramidal sistem motor, yang mana bertanggung jawab untuk mengendalikan
postur dan koordinasi dan pergerakan volunter.
Basal ganglia menjadi anggota caudate nucleus, putamen, dan globus
pallidus. Di bawah ini adalah strukturdari nucleus yang Lebih kecil, termasuk,
nucleus yang subthlamic, nukleus merah, dan substansia nigra. Secara normal
rangsangan basal ganglia mengakibatkan perbaikan dari aktivitas motor volunter
melalui keseimbangan neurotransmitters acetylcolin dan dopamin.
Dopamine, yang mana diproduksi oleh substansia nigra, diteruskan kepada
putamen dan caudate nucleus dan mempunyai suatu efek yang bersifat mencegah
pergerakan. Acetylcholine, yang mana diproduksi sepanjang seluruh basal ganglia,
mempunyai suatu excitatory yang mempengaruhi pergerakan. Pembusukan
substansia nigra mengakibatkan ketidak seimbangan excitatory acetylcholin dan
bersifat mencegah dopamin. Penghabisan dopamin yang relatif itu mengakibatkan
dominasi oleh aktivitas cholinergic, menimbulkan karakteristik gejala kekakuan
otot, tremor, dan bradykinesia (melambatnya gerakan).
D. Manifestasi Klinis
Gejala Parkinson dapat muncul pada usia berapa pun, tetapi onset rata-rata gejala
terjadi pada usia 60 tahun dan jarang ditemukan pada usia 30 tahun. Penyakit
Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:
1. Tremor terjadi pada saat istirahat dengan tingkat keparahan relative stabil.
2. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan.
3. Hypokinase (berkurangnya gerakan).
4. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol.
5. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik).
6. Dysathria (kesulitan bicara karena kelumpuhan otot).
7. Dysphagia (kesulitan menelan).
8. Perubahan status mental (depresi, demensia, ansietas, apatis,
halusinasi/psikosis).
9. Wajah seperti topeng.

3
E. Komplikasi
a. Gangguan motor
b. Kelemahan gaya berjalan, keseimbangan dan sikap
c. Dysfungsi Autonomic
d. Dysarthria
e. Dysphagia
f. Dementia
g. Depression

F. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif), MRI, PET.
2. CT-Scan kepala (biasanya terjadi atrofi kortikal difuse, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan penanganan secara holistic meliputi berbagai bidang. Untuk saat ini
tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi
dapat mengatasi gejala yang timbul.

G. Penatalaksanaan
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holisik meliputinberbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi
untuk penyembuhan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi
gejala yang timbul. Pengobatan penyakit Parkinson bersifat individual dan
simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau
menggantikan atau meniru dopamine yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan
slowness. Perawatan pada penderita penyakit Parkinson bertujuan untuk
memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat
dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi
suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi Obat-obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit Parkinson:
a. Antikolinergik
Contohnya Benzotropine (cogentin), trihexyphenidyl (artane).
Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit perkinson dan
untuk menghaluskan pergerakan.

4
b. Carbidopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit Parkinson.
Di dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan
diubah menjadi dopamine pada neuron dopaminergic oleh L-
aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase).
Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-dopa memasuki neuron
dopaminergic, sisanya dimetabolisme di sembarang tempat,
mengakibatkan efek samping yang luas. Levodopa mengurangi
tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita
penyakit Parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya
secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk
meningkatkan efektivitasnya dan mengurangi efek sampingnya.
c. COMT inhibitors
Contohnya entacapone (comtan), Tolcapone (tasmar). Untuk
mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang menggunakan obat
levodopa. Tolcapone adalah penghambat enzim COMT,
memperpanjang efek L-dopa. Tapi karena efek samping yang
berlebihan seperti liver toksik, maka jarang digunakan. Jenis yang
sama, entacapone, tidak menimbulkan penurunan fungsi liver.
d. Agonis dopamine
Agonis dopamine seperti bromokriptin (parlodel), pergolid
(permax), pramipexol (Mirapex), ropinirol, kabergolin, apomorfin
dan lisurid dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala
parkinson. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor dopamine,
akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor
dopamine secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan
peningkatan gejala Parkinson. Obat ini dapat berguna untuk
mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang
berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis
tinggi. Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang
diberikan setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik.
e. MAO-B inhibitors
Contohnya selegiline (eldepryl), rasagaline (azilect). Inhibitors
MAO diduga berguna pada penyakit Parkinson karena

5
neuotransmisi dopamine dapat ditingkatkan dengan mencegah
perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya
sindom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat
ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson, yaitu untuk
menghaluskan pergerakan, selegilin dan rasagilin mengurangi
gejala dengan menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B),
sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh
neuron dopaminergic. Metabolitnya mengandung L-amphetamin
dan L-methamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia.
Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian,
yang sampai saat ini tidak bisa diterangkan secara jelas. Efek lain
dari kombinasi ini adalah stomatitis.
f. Amantadine (symmetrel)
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan,
gemetaran.
g. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamine di
luar otak, maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim
dopa dekarboksilase. Untuk maksud ini dapat digunakan karbidopa
tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih
banyak levodopa yang dapat menembus sawar-otak-darah, untuk
kemudian dikonversi menjadi dopamine di otak.
2. Deep Brain Stimulation (DBS)
Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan
elektroda yang memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus menerus
ke dalam otak. Terapi ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS
adalah tindakan minimal invasive yang dioperasikan melalui panduan
computer dengan tingkat kerusakan minimal untuk mencangkokkan alat
medis yang disebut neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi elektrik
pada wilayah target di dalam otak yang terlibat dalam pengendalian
gerakan. Terapi ini memberikan kemungkinan penekanan pada semua
gejala dan efek samping, dokter menargetkan wilayah subthalamic nucleus
(STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah stimulasi elektris. Pilihan

6
wilayah target tergantung pada penilaian klinis. DBS kini menawarkan
harapan baru bagi hidup yang lebih baik dengan kemajuan pembedahan
terkini kepada para pasien dengan penyakit Parkinson. DBS
direkomendasikan bagi pasien dengan terapi DBS menunjukkan
keberhasilan 90%. Berdasarkan penelitian, sebanyak 8 atau 9 dari 10 orang
yang menggunakan terapi DBS mencapai peningkatan kemampuan untuk
melakukan aktivitas normal sehari-hari.
3. Terapi Fisik
Sebagian besar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik.
Pasien akan termotivasi sehingga terapi ini bisa dilakukan dirumah,
dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik.
Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka
panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau
perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan
hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi,
ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas,
fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu
dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan
memindahkan makanan di dalam mulut.
4. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh
penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment
(LSVT). LSVT focus untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi
menemukan bahwa alat elektronik yang menyediakan umpan balik indera
pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk meningkatkan
kejernihan suara.
5. Terapi Gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi
gen yang melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim
ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang
digunakan memerintahkan untuk memproduksi sebuah enzim yang disebut
glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi
neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai penghambat langsung
sel yang terlalu aktif di STN.

7
6. Pencangkokan Saraf
Cangkok sel stem secara genetic untuk memproduksi dopamine atau sel
stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
dilakukan. Percobaan pertama yang dilakukan adalah randomized double-
blind shamplacebo dengan pencangkokan dopaminergic yang gagal
menunjukkan peningkatan mutu hidup untuk pasien dibawah umur.
7. Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya
levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah
parah di mana terapi dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan
thalatotomi dan stimulasi thalamik.
8. Terapi Neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
diinduksi progresifitas penyakit. Adapun yang sering digunakan di klinik
adalah monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline), dopamine
agonis, dan complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10.
9. Nutrisi
Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat mengurangi
kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut
diperlukan dalam aktivitas enzim superoxide dismutase dan katalase untuk
menetralkan anion superoxide yang dapat merusak sel. Belum lama ini,
koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang mirip dengan
vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki
struktur dan fungsi ,irip dengan koenzim Q10.

8
ASKEP TEORITIS PADA PASIEN PARKINSON

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Anamnesa:
- Umur
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
b) Keluhan Utama: kelemahan, lupa ingatan, tidak mampu mengingat peristiwa
dengan lengkap, depresi, Gangguan menelan, kehilangan BB , kegagalan otot
cricopharingeal untuk relaksasi.
c) Riwayat Penyakit Sekarang: kelemahan, lupa ingatan, tidak mampu mengingat
peristiwa dengan lengkap, depresi, Gangguan menelan, kehilangan BB , kegagalan
otot cricopharingeal untuk relaksasi.
d) Riwayat Penyakit Dahulu: Tremor, kaku otot, perubahan postur, perubahan
autonom, perubahan sekunder lain, gangguan psikologis.

e) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual : Pengkajian mekanisme koping yang digunakan


klien perlu dilakukan untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya, perubahan dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.

f) Pemeriksaan fisik :

1. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi,inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihansaluran nafas.
a. Inspeksi , ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan
kemampuanuntuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas
dan penggunaanotot bantu napas.
b. Palpasi , ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
c. Perkusi , ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

9
d. Auskultasi , ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor,
ronkhipada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yangmenurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.
1. B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberianobat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
2. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkapdibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.Pada inspeksi umum
ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremorsecara umum pada seluruh otot
dan kaku pada seluruh gerakan.
g) Sistem Motorik
1. Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umumpada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering
mengalami rigiditasdeserebrasi.
2. Tonus otot ditemukan meningkat.
3. Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena
adanyakelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umumpada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
h) Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk
berdiri,klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan
gayaberjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya
keseimbangan(salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering
jatuh.
i) Sistem Sensorik
Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati
1. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif
dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,
ketidak mampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidak mampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
2. B5 (Bowel)

10
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisikurang
karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremormenyeluruh.
Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
3. B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot,tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.

B. ANALISA DATA
a. Data Subjektif :
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
2. Nyeri saat bergerak
3. Enggan melakukan pergerakan
4. Merasa cemas saat bergerak
5. Kesulitan saat menelan
b. Data Objektif :
1. Kekuatan otot menurun
2. Tentan gerak (ROM) menurun
3. Sendi kaku
4. Gerakan tidak terkoordinasi
5. Gerakan terbatas
6. Fisik lemah

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.

D. Intervensi Keperawatan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan
dan kelemahan otot dapat berkurang.

11
Kriteria hasil :

1. Klien meningkat dalam aktifitas fisik.


2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas.
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah.
4. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilitas (walker).
NO Intervensi Rasional
Dx - Monitoring vital sign - Memonitoring vital sign
1 sebelum/sesudah latihan sebelum/sesudah latihan untuk
dan lihat respon pasien saat mengetahui perubahan status
latihan. kesehatan pada pasien.

- Kaji kemampuan pasien - Mengkaji kemampuan dalam


dalam mobilisasi. mobilisasi merupakan untuk
membantu pasien dalam
mengantisipasi/merencanakan
latihan pasien.

- Latih pasien dalam - Melatih pasien agar membantu


pemenuhan kebutuhan pasien dalam memenuhi
ADLs secara mandiri kebutuhan ADLs.
sesuai kemampuan

- Berikan alat bantu jika - Memberikan alat bantu pasien


klien memerlukan agar mempermudah pasien untuk
melatih/bergerak secara mandiri.

12
WOC PARKINSON

Faktor predisposisi disubstansia nigra :


usia & arteriosklerosis, post-ensefalitis,
induksi obat, dan keracunan logam berat

Dopamine menipis dalam substansi nigra


dan korpus striatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globulus palidus mengeluarkan impuls


yang abnormal

Impuls globus palidus ini tidak melakukan


inhibisi tehadap korteks piramidalis dan
ekstrapiramidalis

Kerusakan kontrol gerakan volunteer yang


memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan
otomatis

Aliran darah serebral Gg N VIII Gg. N III regional


menurun (S. Vestibulokoklearis) (S. Okulomotorius)

Manifestasi psikiatrik Regreditas deserebrasi Gg. Kontraksi otot-otot


bola mata
Perubahan kepribadian, Perubahan gaya berjalan,
psikosis, demensia, dan kekakuan dlm beraktifitas Gg. konvergensi
konfusi akut
Pandangan kabur
Kognitif menurun Perubahan aktifitas
Persepsi menurun fisik umum perubahan persepsi sensori visual

13 Hambatan
mobilitas
Konstipasi
fisik
Kerusakan komunikasi
verbal

Koping individu tidak


efektif

Tremor ritmik Gg. N. IX, X Manifestasi otonom


bradikinesia (S. Glosofaringeus, S. Vagus)

Perubahan wajah Kesulitan menelan Berkeringat, kulit berminyak


dan sikap tubuh sering dermatitis, rasa lelah
berlebihan, otot terasa nyeri,
hipotensi postural, penurunan
kemampuan batuk efektif
Ketidakseimbangan
Gangguan citra
nutrisi kurang dari
tubuh
kebutuhan tubuh

14
DAFTAR PUSTAKA
Nanda NIC-NOC 2015 jilid 3

https://www.researchgate.net/publication/314489440_PARKINSON_AND_STEM_CELL_TH
ERAPY/download

https://www.scribd.com/doc/225787860/52934858-PARKINSON-pdf

https://www.academia.edu/12262939/ASKEP_PARKINSON

15

You might also like