Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Pengaruh
Likuiditas Terhadap Modal Kerja” ini dengan baik. Makalah ini ditujukan untuk
memahami lebih detail tentang Metode likuiditas & Modal Kerja dan diharapkan
pembaca dapat memahami konsep Metode likuiditas & Modal Kerja
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Bintara Rista, SE,
M,Ak selaku dosen pengampu Analisa Laporan Keuangan yang telah membimbing
kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami.Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
2
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
I. Modal Kerja
a. Pengertian Modal Kerja ..........................................................................6
b. Konsep Modal Kerja.................................................................................6
c. Klasifikasi Modal Kerja.............................................................................7
d. Manajemen Modal Kerja..........................................................................8
e. Faktor yang mempengaruhi modal kerja...............................................10
f. Kebijakan Modal Kerja...........................................................................11
g. Sumber & Penggunaan Modal Kerja.....................................................13
II. Likuiditas
a. Kecukupun Aktiva Lancar......................................................................14
b. Kecukupan Quick Asset.........................................................................16
c. Kecukupan Kas......................................................................................16
d. Arus Dana Dari Persediaan...................................................................18
e. Eksposur dari Kewajiban Lancar...........................................................19
f. Kecukupan Modal Kerja.........................................................................20
III. Hubungan Likuiditas & Modal Kerja...................................................................21
Kesimpulan ............................................................................................................. 24
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Likuiditas Perusahaan
B. Modal Kerja
4
tersebut tercapai, maka modal kerja perusahaan tersebut dapat dikatakan baik dalam
menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini berlaku lebih penting bagi
perusahaan yang sedang melakukan ekspansi dalam bisnisnya karena manajemen
modal kerja yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
I. Modal Kerja
Menurut Weston dan Brigham (1981) modal kerja adalah investasi perusahaan dalam
aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas, piutang dagang dan persediaan. Jadi
modal kerja ini disebut juga modal kerja bruto. Sedangkan modal kerja bersih adalah
aktiva lancar dikurangi hutang lancar.
Dengan kata lain modal kerja merupakan keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki
perusahan atau sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari
Drs. Bambang Riyanto mengemukakan tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini didasarkan atas kualitas dana yang ditanam dalam unsur-unsur aktiva
lancar, yaitu aktiva yang dipakai sekali dan akan kembali menjadi bentuk semula, atau
aktiva dengan dana tertanam didalamnya yang akan bebas lagi dalam waktu singkat.
Konsep ini sering disebut Gross Working Capital.
2. Konsep kualitatif
Konsep ini didasarkan pada aspek kualitatif, yaitu kelebihan aktiva lancar dari hutang
lancarnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagai dari aktiva lancar yang
benar-benar digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang bersifat rutin tanpa
mengganggu likuiditasnya. Konsep ini sering disebut sebagai.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini didasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap
dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan, dengan kalkulasi sebagian dana digunakan untuk menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut (current income) dan sebagian lagi digunakan untuk
6
menghasilkan pendapatan pada periode-periode berikutnya (future income) sehingga
besarnya modal kerja adalah :
Besarnya kas
Besarnya persediaan
Besarnya piutang (dikurangi besarnya laba)
Besarnya sebagian dan yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah
sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current income tahun yang
bersangkutan).
Secara umum, dibutuhkan modal kerja yang teratur dan permanen untuk
menjalankan perusahaan. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat menyediakan
modal kerja yang cukup ketika aktivitas perusahaan meningkat dan sekaligus dapat
mengatasi agar tidak terjadi kelebihan modal kerja dalam bentuk cash pada saat
aktivitas perusahaan sedang menurun.
7
Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah di sebabkan karena
fluktuasi musim.
Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital)
Adalah modal Kerja yang jumlahnya berubah-ubah di sebabkan karena
fluktuasi konjungtur.
Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Adalah modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat
yang tidak di ketahui sebelumnya
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen
atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Modal kerja yang cukup
memang sangat penting bagi kehidupan perusahaan, tetapi berapakah modal kerja
yang dianggap cukup tersebut? Tersedianya modal kerja yang segera dapat digunakan
dalam operasi perusahaan tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang
dimiliki seperti kas, surat berharga yang diperdagangkan, piutang atau persediaan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :
8
hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara
lain :
Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari
aktiva lancar.
Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajiban-
kewajiban tepat pada waktunya.
Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaaan untuk dapat menghadapi kesulitan keuangan
yang mungkin terjadi.
Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup untuk melayani para konsumennya.
Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para pelanggannya.
Penentuan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan
dipengaruhi beberpa faktor sebagai berikut :
Untuk menentukan besarnya dan cukupnya modal kerja yang dibutuhkan oleh
suatu perusahaan, Riyanto (2001:64), “Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama
tergantung kepada 2 faktor, yaitu :
Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan makin
lamanya periode perputarannya, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah
makin besar.”
9
E. Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan adalah berbeda.
Modal kerja perusahaan jasa relatif lebih kecil dibanding dengan modal kerja
perusahaan industri. Demikian pula bagi sebuah perusahaan, kebutuhan akan modal
kerja dari waktu ke waktu tentu tidak sama. Oleh sebab itu, setiap manajer harus
menyesuaikan modal kerja dengan tingkat operasi usaha agar dapat digunakan secara
ekonomis dasn dapat menghindarkan kesulitan/kemacetan dalam menghadapi kondisi
darurat.
a. Volume Penjualan
Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan. Faktor
ini adalah faktor yang paling utama, karena perusahaan memerlukan modal kerja
untuk menjalankan aktivitasnya dimana puncak aktivitas penjualan, dari ini
perusahaan bisa mengukur efektif dan efisiensinya perkembangan pada karyawan
dan perusahaan.
b. Faktor Musiman
Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk tau jasa mereka. Musiman dapat
mempengaruhi permintaan barang, maka penjualan akan berfluktuasi dan fluktuasi
penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan jumlah kebutuhan modal
kerja dan inilah yang menimbulkan adanya modal kerja varibel.
c. Perkembangan Teknologi
Perubahan pada teknologi yang tentu saja berdampak pada proses produkksi dapat
mempunyai kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja.
d. Filosofi Perusahaan
Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen
maupun musiman. Jika perusahaan mengubah kebijakan kredit net 30 menjadi net
60, maka tambahan dana permanen mungkin terikat pada piutang. Jika perusahaan
mengubah kebijakan produksi mungkin akan mempengaruhi kebutuhan persediaan.
Perubahan tingkat minimum kas mungkin akan menaikkan atau menurunkan modal
kerja.
10
a. Ukuran Perusahaan
Perusahaan besar mempunyai perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
b. Aktivitas Perusahaan
Keadaan bisnis bedampak pada tingkat modal kerja.
c. Ketersedian Kredit
Jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan
kas yang lebih sedikit.
d. Perilaku Menghadapi Keuntungan
Suatu jumlah yang relative besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan
keseluruhan.
e. Perilaku Menghadapi Risiko
Makin besar tingkat aktiva lancar,makin kecil risiko.
11
1. Kebijakan Modal Kerja Konservatif
3. Kebijakan Agresif
12
G. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
13
Tabulasikan perubahan pos-pos neraca awal dan akhir (2 periode) dan
klarifikasikan sebagai sumber dan penggunaan dana.
Masukkan data laba bersih sebagai sumber dana dan dividen sebagai
penggunaan dana.
Kelompokkan perubahan-perubahan dalam modal kerja (aktiva lancar dan
pasiva lancar).
II. Likuiditas
Likuiditas
Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang segera harus dipenuhi.
Aktiva lancar perusahaan merupakan tolok ukuran yang paling kasar yang menunjukan
adanya dana likuid yang segera menjadi kas danh tersedia untuk membayar tagihan-
tagihan. Rasio yang dapat digunakan :
Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak dapat
membayar tagihan-tagihannya pada mas mendatang.Rasio yang tinggi mungkin
mengindikasikan jumlah aktiva lancar yang berlebihan.
14
RUMUS :
RUMUS :
RUMUS :
15
b. Kecukupan Quick Assets
Quick Assset terdiri dari kas dan piutang,merupakan aktiva yang paling likuid dalam
neeraca.Dengan menggunakan kas dan piutang,likuiditas dapat diukur dengan lebih
tepat daripada aktiva lancar.
Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva paling
likuid terhadap kewajiban lancar.
RUMUS :
Perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai bagian dari bauran dari
total aktivanya.Rasio ini menunjukkan besar kas dari piutang dalam bauran total
aktivanya.
RUMUS :
c. Kecukupan Kas
16
1. Rasio Kas Terhadap Kewajiban lancar (Cash Ratio)
RUMUS :
Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang
pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap,Hal ini dapat diukur
dengan rasio ini.
RUMUS :
RUMUS :
17
melaksanakan kegiatan operasionalnya. Makin tinggi turnover dari rasio, makin rendah
atau sedikit modal kerja yang dibutuhkan dalam inventory dan receivables. Sebaliknya,
rasio tersebut mungkin juga menunjukkan keanehan net working capital dalam
perputaran inventory dan receivables yang rendah akibat kelebihan hutang lancar.
Penting bagi perusahaan memiliki kas yang cukup dari kegiatan operasinya,apabila
perusahaan tidak menjual persediaan maka tidak aka nada piutang dan apabila pitang
tidak dikumpulkan perusahaan tidak mrmiliki kas.
Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan,rasio ini mengukur
berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan yang sama
dengan saldo persediaanya.
RUMUS :
Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar
dalam suatu periode dan perputaran fisik persediaan.
RUMUS :
18
e. Exposure dari Kewajiban Lancar
Rasio ini mengukur porsi dari aktiva yang didanai dari uttang jangka pendek.
RUMUS :
2. Rasio Ekuitas terhadap kewajiban lancar (Total equity to current liabilities ratio)
Rasio ini mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan exposure
dari kewajiban lancar.
RUMUS :
19
RUMUS :
Modal kerja bersih,selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar adalah ukuran
dasar dari likuiditas perusahaan.Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan
menggunakan rasio.
1. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (Total assets to net working
capital)
RUMUS :
2. Rasio kewajiban lancar terhadap modal keraj bersih (Current liabilities to net
working capital ratio)
Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila current ratio rendah,rasio
ini akan tinggi mengindikasikan likuiditas rendah.Bila rasio ini rendah current ratio akan
tinggi mengindikasikan likuiditas tinggi.
20
RUMUS :
Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban
lancar.
RUMUS :
Pada setiap perusahaan modal kerja mempunyai hubungan yang saling terkait
dengan likuiditas, karena dengan adanya modal kerja maka perusahaan dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dimana modal kerja ini digunakan
untuk menjalankan operasi-operasi perusahaan setiap harinya. Sedangkan likuiditas
menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus
segera dipenuhi.
21
Menurut Riyanto (2001:25), “Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi.”
Seperti diketahui bahwa salah satu nilai penting dari likuiditas perusahaan adalah
untuk memenuhi sejumlah dana yang diperlukan pada saat dibutuhkan.
Ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi likuiditasnya akan memengaruhi
aktivitas usahanya. Sementara itu dalam manajemen modal kerja kebutuhan dana
juga merupakan bagian penting, baik dalam hal penyediaan dana maupun
penggunaan dana yang berkaitan dengan aktivitas usaha. Oleh karena itu, terdapat
hubungan yang erat antara likuiditas dengan modal kerja.
Agar lebih mudah memahami nilai penting likuiditas dalam hubungannya dengan
modal kerja dapat dilihat dalam ilustrasi berikut ini. Kita asumsikan ada dua
perusahaan yaitu PT Bukitlayang dan PT Tempilang dengan neraca sebagai berikut :
Neraca PT Bukitlayang
22
Neraca PT Tempilang
Dari posisi kedua neraca perusahaan diatas terdapat persamaan yaitu dalam
hal total aktiva lancar yaitu sama-sama RP. 3.000.000 dan utang lancar Rp.
1.800.000,- Namun terdapat perbedaan dalam komposisi aktiva lancarnya, Sehingga
sangat mempengaruhi dalam kemampuan membayar kewajibannya . Dalam hal ini
posisi PT Tempilang lebih baik dalam hal kemampuan membayarnya dibandingkan
dengan PT Bukitlayang. Jika terjadi sesuatu PT. Tempilang lebih cepat membayar
karena memiliki kas yang lebih banyak dari PT Bukitlayang, demikian pula sebaliknya.
Artinya, meskipun likuiditas antara perusahaan PT Bukitlayang Pt Tempilang sama,
namun kecepatan dalam hal membayar kewajiban berbeda-beda.
23
BAB III.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Hubungan antara likuiditas dengan modal kerja sangat diperlukan. Untuk itu
berapa modal kerja yang dibutuhkan atau tidak sekadar pada jumlah
rupiahnya, tetapi juga pada perimbangannya masing-masing pos yang ada
pada aktiva lancar.
2. Untuk mengetahui berapa modal kerjayang cukup bagi suatu perusahaan maka
dilakukan perhitungan rasio likuiditas, dimana ketika perusahaan mampu
menutupi kewajiban jangka pendeknya dan jumlah rasio likuiditas tidak terlalu
besar dan juga tidak terlalu kecil dalam artian tidak terlalu jauh dari 100% maka
modal kerja perusahaan dapat dikatakan baik
24
DAFTAR PUSTAKA
Fred. J. Eugene F Brigham. Managerial Finance. Penerj. Sumarso Sr. ESG. Jakarta.
1981.
Kennedy, R.D. and Mullen. S. Y Mc. Financial Statement Form, Analysis and
Interpretation. Sixth Edition, First Printing, Mei Ya Publication Inc, Taipeh, 974.
25