You are on page 1of 14

RMK

ANALISIS LIKUIDITAS: MODAL KERJA DAN OPERASI

A. Pengertian Likuiditas
Menurut Subramanyam (2010) ”likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi
kewajibannya dan bergantung pada arus kas perusahaan serta komponen aset
dan kewajiban lancarnya”.
Sedangkan menurut Munawir (2010) ”likuidasi adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi,
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih”.
Likuidasi juga merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar, besarnya perbandingan atau rasio terbaik antara aktiva
lancar dengan hutang lancar adalah sekitar 2 : 1. Angka tersebut tidaklah
mutlak, besarnya rasio dapat ditentukan sesuai dengan jenis usaha dan
kebijakan keuangan masing-masing.

B. Pengertian Modal Kerja

Modal kerja atau working capital merupakan aktiva-aktiva jangka pendek


yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, dimana uang atau
dana yang dikeluarkan itu diharapkan dapat kembali lagi masuk ke dalam
perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Uang
yang masuk dari hasil penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk
membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan terus menerus
berputar setiap periodenya selama perusahaan beroperasi.

Berikut beberapa pengertian modal kerja menurut para ahli:

a. Menurut Sutrisno (2009), yaitu:


“Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam
perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan
untuk menjalankan aktivitasnya”

b. Menurut Agnes Sawir (2005), yaitu:

“Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh


perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk
membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari seperti pembelian bahan baku,
pembayaran listrik, telepon, upah buruh, hutang, dan pembayaran yang lainnya.”

c. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Berlian (2003), yaitu:

“Modal kerja dapat didefinisikan sebagai aktiva lancar yang merupakan


bagian dari investasi perusahaan dan selalu berputar, dengan tingkat perputaran
tidak melebihi jangka waktu satu tahun.”

d. Menurut Munawir (2004), yaitu:

“Modal kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan


terhadap seluruh hutang-hutangnya.”

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja


merupakan sumber pendanaan untuk kegiatan operasional sehari-hari dan
menjamin kelangsungan usaha perusahaan. Dan juga merupakan investasi
perusahaan dalam bentuk harta jangka pendek atau aktiva lancar.

Sementara pembahasan modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001),


mengemukakan tiga konsep dalam modal kerja, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin,
atau menunjukan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka
pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja
bruto (gross working capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak
menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likuiditas perusahaan.

2. Konsep Kualitatif

Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah
hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka
sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk kewajiban finansial yang harus
segera dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu, modal
kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menggangu likuiditasnya
yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar. Modal kerja
dalam pengertian ini sering disebut modal kerja netto (net working capital). Definisi
ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersediaanya aktiva lancar yang lebih
besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka panjang).

3. Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan


pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan
untuk menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua
dana digunakan untuk menghasilkan pendapatan periode ini (current income). Ada
sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan pendapatan
untuk periode berikutnya (future income).

C. MENGUKUR LIKUIDITAS

Besarnya modal kerja sebuah perusahaan berhubungan dengan berbagai aktivitas


operasional dan finansial. Tujuan rasio pengukur modal kerja ialah untuk
melakukan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan
sebagai dasar interpretasi kondisi keuangan dari hasil opeasional suatu
perusahaan.

Ada beberapa rasio yang selalu digunakan untuk menganaliss dan


menginterpretasi modal kerja, yaitu

 Likuiditas
Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang segera harus dipenuhi.

a. Kecukupan Aktiva Lancar

Aktiva lancar perusahaan merupakan tolok ukuran yang paling kasar yang
menunjukan adanya dana likuid yang segera menjadi kas danh tersedia untuk
membayar tagihan-tagihan. Rasio yang dapat digunakan :

1. Rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar (current ratio)

Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak


dapat membayar tagihan-tagihannya pada mas mendatang.Rasio yang tinggi
mungkin mengindikasikan jumlah aktiva lancar yang berlebihan.

RUMUS :

Current Ratio = Current Asset


Current Liabilities

2. Rasio Aktiva Lancar Terhadap Total Aktiva

Rasio yang rendah mungkin menunjukkan kurangnya penjualan kredit (piutang


yang rendah) atau kurangnya dukkungan untuk produksi dengan persediaan yang
cukup,raio yang tinggi mungkin mengindikasikan kebijakan pengumpulan piutang
yang buruk (piutang berlebihan) atau persediaan yang besar.

RUMUS :
Current Asset to Total Asset Ratio = Current Asset
Total Asset

3. Rasio Aktiva Lancar Terhadap Penjualan

Ketika perusahaan menghasilkan penjualan,maka terdapat tagihan untuk


dibayar,piutang untuk didanai,dan persediaan untuk mendukung
penjualan.Besarnya aktiva-aktiva tersebut haruslah cukup untuk membayar
tagihan tepat waktu,memungkin pengiriman barang cepaat,dan pemberian kredit
dengan syarat kredit yang kompetitif.

RUMUS :

Quick Asset to Revenues Ratio = Quick Asset


Revenues

b. Kecukupan Quick Assets

Quick Assset terdiri dari kas dan piutang,merupakan aktiva yang paling likuid
dalam neeraca.Dengan menggunakan kas dan piutang,likuiditas dapat diukur
dengan lebih tepat daripada aktiva lancar.

1. Rasio Quick Assets Terhadap Kewajiban Lancar (Quick Ratio)

Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan menggunakan aktiva paling
likuid terhadap kewajiban lancar.

RUMUS :
Quick Ratio = Quick Assets
Current Liabilities

2. Rasio Quick Assets Terhadap Total Aktiva

Perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai bagian dari bauran
dari total aktivanya.Rasio ini menunjukkan besar kas dari piutang dalam bauran
total aktivanya.

RUMUS :

Quick Asset to Total Assets Ratio = Quick Assets


Total Assets

c. Kecukupan Kas

Perusahaan mempertahankan saldo kas seminimal mungkin tetapi


menginvestasikan dalam efek yang setara kas yang dapat segera dicairkan.Efek-
efek tersebut harus dimasukkan dalam perhitungan rasio untuk menghitung
kecukupan kas.Rasio-rasio yang dapat berguna untuk keperluan analisis ini
adalah :

1. Rasio Kas Terhadap Kewajiban lancar (Cash Ratio)

Rasio ini mengukur kemampuan sesungguhnya untuk memenuhi utang-utang


tepat pada waktunya.

RUMUS :

Cash Ratio = Cash


Current Liabilities

2. Rasio Kas Terhadap Total Aktiva

Besarnya kas sebagai bagian dari aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan


tentang pentingnya likuiditas versus penggunaan dana untuk aktiva tetap,Hal ini
dapat diukur dengan rasio ini.

RUMUS :

Cash Total Assets= Cash


Total Assets

3. Rasio Kas Terhadap Penjualan

Rasio ini mengukur kecukupan kas dibandingkan dengan kegiatan operasinya.

RUMUS :

Cash to Revenues Ratio = Cash


Revenues

Omzet penjualan yang semakin besar dapat menunjukkan bahwa


perusahaan tersebut semakin besar dapat menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut aktif melaksanakan kegiatan operasionalnya. Makin tinggi turnover dari
rasio, makin rendah atau sedikit modal kerja yang dibutuhkan dalam inventory dan
receivables. Sebaliknya, rasio tersebut mungkin juga menunjukkan keanehan net
working capital dalam perputaran inventory dan receivables yang rendah akibat
kelebihan hutang lancar.
d. Arus Dana dari Persediaan

Penting bagi perusahaan memiliki kas yang cukup dari kegiatan


operasinya,apabila perusahaan tidak menjual persediaan maka tidak aka nada
piutang dan apabila pitang tidak dikumpulkan perusahaan tidak mrmiliki kas.

1. Perputaran persediaan dalam kas ( Inventory turnover in cash)

Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan,rasio ini


mengukur berapa kali dalam 1 tahun sebuah perusahaan menghasilkan penjualan
yang sama dengan saldo persediaanya.

RUMUS :

Inventory Turnover in Cash = Revenues


Inventory

2. Perputaran persediaan dalam unit (Inventory turnover in units)

Rasio ini mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar
dalam suatu periode dan perputaran fisik persediaan.

RUMUS :

Inventory Turnover in Units = COGS


Inventory

e. Exposure dari Kewajiban Lancar


Dalam menentukan struktur modalnya,perusahaan melakukan pilihan antara
utang jangka pendek atau utangjangka panjang.Rasio-rasio yang dapat digunakan
untuk mengukur risisko dari kewajiban lancar antara lain :

1. Rasio Total Aktiva Terhadap Kewajiban Lancar (Total asssets to current


liabilities ratio)

Rasio ini mengukur porsi dari aktiva yang didanai dari uttang jangka pendek.

RUMUS :

Total Assets to Current Liabilities Ratio = Total Assets


Current Liabilities

2. Rasio Ekuitas terhadap kewajiban lancar (Total equity to current liabilities


ratio)

Rasio ini mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan


exposure dari kewajiban lancar.

RUMUS :

Total Equity to Current liabilities ratio = Total Equity


Current Liabilities

3. Rasio HPP terhadap utang dagang (COGS to accounts pyable ratio)

Satu cara untuk menilai besarnya utang dagang adalah dengan


membandingkannya dengan tingkat aktivitas bisnis perusahaan.
RUMUS :

COGS to Account Payable Ratio = Total Assets


Net Working
Capital

f. Kecukupan Modal Kerja

Modal kerja bersih,selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar adalah ukuran
dasar dari likuiditas perusahaan.Kecukupan modal kerja dapat dievaluasi dengan
menggunakan rasio.

1. Rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih (Total assets to net working
capital)

Rasio yang tinggi mengindikasikan rendahnya tingkat likuiditas,sedangkan rasio


yang rendah mengindikasikan tingkat lukiditas yang tinggi.

RUMUS :

Total Assets to Net Working Capital Ratio = Total Assets


Net Working Capital

2. Rasio kewajiban lancar terhadap modal keraj bersih (Current liabilities to


net working capital ratio)

Rasio ini merupakan ekspresi alternatif dari current ratio. Bila current ratio
rendah,rasio ini akan tinggi mengindikasikan likuiditas rendah.Bila rasio ini rendah
current ratio akan tinggi mengindikasikan likuiditas tinggi.
RUMUS :

Current Liabilities to Net Working Capital = Current Liabilities


Net Working
Capital

3. Perputaran Modal Kerja (Revenues to networking capital ratio)

Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas
kewajiban lancar.

RUMUS :

Working Capital Turnover = Revenues


Net Working Capital

D. Kebijakan Modal Kerja

Pada dasarnya terdapat 3 pilihan kebijakan bagi manajemen untuk


menentukan besarnya proporsi aktiva lancar yang dibiayai oleh sumber jangka
pendek dan yang dibiayai dari jangka panjang,yaitu :

1. Kebijakan Modal Kerja Konservatif


Kebijakan konservatif adalah
perusahaan memodali
sebagian aktiva lancarnya
yang berfluktuasi dengan
modal permanen. Pada musim
sedang sepi ketika piutang
dan persediaan sedang
rendah, perusahaan
memperbesar saldo surat-
surat berharganya. Dengan bergeraknya waktu menuju puncak musim ramainya
penjualan, perusahaan mulai menjual persediaan dan piutang dan bila masih kurang
mencari pinjaman jangka pendek. Sedangkan aktiva lancar permanen dan aktiva
tetap dimodali dengan permodalan permanen.

2. Kebijakan Modal Kerja Moderat

Perusahaan dapat pula mengambil


kebijakan yang moderat dimana
perusahaan mencoba
menyelaraskan struktur maturitas
aktiva dan utang-utangnya, yaitu
kebutuhan akan aktiva lancar yang
bersifat sementara dimodali dari
sumber jangka pendek dan total
aktiva lancar permanen dan aktiva
tetap dimodali dari sumber jangka panjang.

3. Kebijakan Agresif
Kebijakan yang agresif adalah
bila semua aktiva lancar
dimodali dengan jangka pendek,
tetapi sebagian dari aktiva lancar
permanennya dimodali dengan
kredit jangka pendek.

E. AKTIFITAS OPERASI
Hubungan siklus operasi perusahaan dengan liquiditas adalah apabila
semakin pendek siklus operasi perusahaan maka liquiditas perusahaan semakin
tinggi.

F. CARA LAIN DALAM MENGUKUR LIKUIDITAS

Dalam mengukur atau menentukan tingkat likuiditas suatu


perusahaan perlu mempertimbangkan pengukuran yang matang terhadap
modal kerja, karena akibat kesalahan dalam penetapan perusahaan akan di
hadapkan pada hambatan dan penyelenggaraan aktivitas perusahaan, oleh
karena itu perusahaan harus selalu menjaga agar jumlah modal kerjanya dapat
mencukupi kegiatan operasionalnya sehari- hari.
DAFTAR PUSTAKA

Sawir,Agnes.,Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan.Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.2005

Fred. J. Eugene F Brigham. Managerial Finance. Penerj. Sumarso Sr. ESG. Jakarta.
1981.

C.Van Horne James dkk, Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan, salemba empat,
Jakarta, 2009.

Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan,


BPFE,Yogyakarta.

You might also like