Professional Documents
Culture Documents
Last Updated on Monday, 26 March 2012 Written by Yesie Aprillia S.Si.T, M.Kes Monday, 26
March 2012
Penatalaksaannya sama dengan sebagaimana bayi normal, tidak ada tindakan khusus.
Intervensi khusus dilakukan bila ukurannya bertambah besar. Akan dijelaskan juga sejauh
mana bidan turut berperan serta dalam memberikan asuhan kebidanan, sehingga setelah
mahasiswa menyelesaikan perkuliahan ini dapat membedakan asuhan kebidanan pada
neonatus dengan jejas pada persalinan.
A. CAPUT SUCCEDDANEUM
1. Pengertian
a. Pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena adanya timbunan getah bening di
bawah lapisan aponerose di luar periostenum.
b. Caput suksedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat
melampaui sutura garis tengah.
2. Etiologi
Karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir, partus lama (Caput Succedaneum) dan
persalinan dengan vakum ekstraksi (Caput Succedaneum artificiale)
3. Gambaran klinis
Kelainan ini sebagai akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala
bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya
menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir.
Suction dari vacuum ekstractor dapat menyebabkan bengkak berbentuk lingkaran dan
berwarna ungu “chignon” di atas kulit kepala bayi. Tepi dari kulit kepala dapat terjadi
ekskoriasi dan kulit kepala yang terkoyak, yang mana dapat menyebabkan pengelupasan
jaringan. Ketika suction yang berlebihan dihasilkan dari bagian vacuum atau saat seluruh
lingkaran dari kulit kepala dapat terkelupas dari kepala. Hal ini selalu berbahaya terhadap
infeksi. Dimana ada laserasi dan agen antiseptic diberikan, bedah plastic mungkin
diperlukan.
4. Penatalaksanaan
c. Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari
d. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran untuk
mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas
1. Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang 2-4 hari
Kesimpulan:
2. Etiologi :
B. CEPHAL HAEMATOME
1. Pengertian
2. Etiologi
1) Forsep
2) Vacum ekstraksi
3. Gambaran Klinis
Cephal haematom merupakan kumpulan darah di bawah periosteum bisa singular atau
bilateral, darah tidak melewati garis sutura dari kepala bayi sehingga kepala bayi lembut
atau empuk. Beberapa cephal haematom terjadi pada garis linear tulang kepala dimana
sebagian besar sembuh dengan baik. Tanda yang jelas dari fraktur kepala adalah daerah
yang tertekan dari kepala bayi, terutama sekali melebihi tulang parietal. Tipe perlukan
terjadi pada presentasi verteks ketika disporposi cephalopelviks menyebabkan kesulitan
dalam persalinan dan biasanya berpengaruh terhadap tulang parietal sebagai presentasi,
tetapi juga bisa berpengaruh pada kedua tulang parietal (biparietal cephal haematom) dan
kadang terjadi pada tulang oksipital. Daerah dari kepala yang tertekan meningkatkan
kemungkinan memotong dari tulang kepala yang mengalami perembesan sampai
menutupi dura otak. Hal ini berhubungan dengan benturan yang berlebihan dari kepala
bayi dengan lingkar tulang panggul selama persalinan, jaringan yang lunak dan keras dari
kepala mengalami kerusakan, periosteum mulai terkoyak dari tulang cranial dan disana
pengeluaran daerah merambat di bawah periosteum, akhirnya menyebabkan bengkak
yang besar. Bengkak tidak ada saat lahir tapi hanya berkembang kira-kira 24 jam dan
tidak melewati sutura. Kelainan ini muncul beberapa jam setelah lahir, bisa bertambah
besar dan agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat
menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang hematom tetap ada seperti
gumpalan yang keras di atas kepala seperti kalsium yang diletakkan.
b. Batasnya jelas
4. Penataksanaan
Penatalaksanaan hampir sama dengan caput succedaneum (tidak perlu perawatan local)
hanya lebih berhati-hati lagi, jangan sering diangkat dari tempat tidur. Cairan tersebut
akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1 minggu. Bertambahnya ukuran dari
hematom dan bukti lain dari perdarahan yang luas adalah indikasi tambahan
penyelidikan, meliputi studi radiografi dan pengkajian faktor pembekuan. Pemeriksaan x-
ray tengkorak dilakukan. Bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari
seluruh cephal haematom), perlu pemantauan haemoglabin, hemotokrit dan bilirubin.
Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu dilakukan, aspirasi merupakan kontraindikasi
Asuhan kebidanan meliputi menjaga posisi bayi pada posisi berlawanan dengan daerah
cephal haematoma, dan kolaborasi dengan tim pediatric untuk tes Imaging.
Tugas bidan dalam kasus ini adalah : menentramkan hati orangtua dengan menjelaskan
bahwa kondisinya hanya temporer, hal ini tidak berpengaruh terhadap otak bayi karena
kerusakannya diluar tengkorak dan akhirnya menghilang.
Hal ini penting untuk dilaporkan bidan kepada dokter karena mungkin dasar fraktur yang
linear dari kepala dan dapat juga kerusakan intracranial.
Kesimpulan:
1. Cephal haematoma adalah : bengkak dari kepala oleh penumpukan darah pada
perdarahan sub periosteum dan tidak pernah melewati sutura garis tengah.
2. Etiologi :
b. Batasnya jelas
4. Penatalaksanaan
Asuhan kebidanan meliputi menjaga posisi bayi pada posisi berlawanan dengan daerah cephal
haematoma, dan kolaborasi dengan tim pediatric untuk tes Imaging. Tugas bidan
dalam kasus ini adalah : menentramkan hati orangtua
Ringkasan
1. Pengertian
a. Tarikan lateral pada kepala dan leher padawaaktu melahirkan pada presentasi kepala.
b. Apabila lengan ekstensi melewati kepala dan presentasi bokong atau terjadi tarikan
yang berlebihan pada bahu.
3. Gejala
4. Penatalaksanaan
a. Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai dengan mencegah terjadinya
kontraktor.
Caranya :
Letakkan tangan bayi yang lumpuh di samping kepalanya yaitu dengan memasang
verband pada pergelangan tangan bayi.
Adobe Flash Player not installed or older than 9.0.115!
1. Pengertian
Patahnya tulang clavikula pada saat proses persalinan biasanya kesulitan melahirkan
bahu pada letak kepala dan melahirkan lengan pada presentasi bokong, begitupun
humerus.
2. Tanda / Gejala
a. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami
gangguan.
3. Penatalaksanaan
d. Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara menganjurkan ibu
cara pemberian ASI dengan posisi tidur, dengan sendok, dengan pipet).
Semoga Bermanfaat
Salam Hangat
Bidan Kita
RUJUKAN
1. Alexander JM, Leveno KJ, Hauth J, et al. Fetal injury associated with caesarean delivery.
Obstet Gynecol 2006; 108:885.
2. Demissie K, Rhoad GG, Smulian JC, et al. Operative vaginal delivery and neonatal and
infant adverse outcome: population based retrospective analysis. BMJ 2004; 329:24.
3. Uhing MR. Management of birth injuries. Clin Perinatol. 2005; 32:19-38.
5. Ralis ZA. Birth trauma to muscles in babies born by breech delivery and its possible fatal
consequences. Archivesof Disease in Childhood 2000; 50:4-13.
6. Kish K, Collea JV. Malpresentation and cord prolapsed. In: De Charney AH, Nathan L,
Goodwin TM, Laufer N, editors. Current diagnosis and treatment obstetrics and
gynecology. 10th ed. New York: McGraw-Hill; 2007. p.346-65.
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom Sl, Hauth JC, Gillstrap III L, Wenstrom KD.
Williams obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p.527-34.
8. Rukmono S. Malpresentasi dan malposisi. Dalam: Trijatmo R, Gulardi HW, Abdul BS,
editor. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008. hal.
581-98.
10. Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE, Gomella TL, editors. Neonatology: management,
procedurs, On-Call problems, diseases and drugs. 5th ed. New York: McGraw-Hill;2004.
12. Patel HI, Moriarty KP, Brisson PA, Feins NR. Genitourinary injuries in the newborn. J
Pediatr Surg 2001; 36:235-9.
14. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson textbook of pediatrics. 15th ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 1996.
15. Levene MI, Tudehope DI, Sinha SK. Essential neonatal medicine. 4th ed. Massachusetts:
Blackwell publishing; 2008.
16. Taslim S. Trauma Perinatal dalam buku ajar neurologia anak. BP IDAI 2000;12. 327-37.
17. Leventhal HR. Birth injuries of the spinal cord. J Pediatr 1960; 56:4.
18. Jumper SL, Justice D, Vanaman M, Nelson VS, Yang LJ. Torticolis associated with
neonatal brachial plexus palsy. J Pediatr Neurol 2011; 45:305-10.
20. Malcolm IL, David IT, Sunil S. Essential neonatal medicine. 4th ed. Massachusetts:
Blackwell Publishing; 2008.
21. Menkes JH, Sarnat HB. Child neurology. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2000.
22. Kilani RA, Wetmore J. Neonatal subgaleal hematoma: presentation and outcome
radiological findings and factors associated with mortality. Amm J Perinatol 2006; 23:41.
23. Ralis ZA. Birth trauma to muscles in babies born by breech delivery and its possible fatal
Definisi:Ikterus
Ikterus (jaundice) adalah kondisi di mana tubuh memiliki terlalu banyak bilirubin sehingga kulit
dan putih mata Anda menjadi kuning. Bilirubin adalah bahan kimia kuning di hemoglobin, zat
yang membawa oksigen dalam sel darah merah. Bila sel-sel darah merah rusak, tubuh Anda
membangun sel-sel baru di liver (hati) untuk menggantikan mereka. Jika hati tidak dapat
menangani sel-sel darah merah yang rusak, bilirubin menumpuk di dalam tubuh dan kulit Anda
terlihat kuning. Orang awam menyebutnya penyakit kuning.
Bayi sehat banyak yang memiliki ikterus selama beberapa minggu pertama kehidupannya.
Kondisi ini biasanya menghilang sendiri. Namun, ikterus dapat terjadi pada usia berapapun dan
dapat menjadi tanda masalah berikut:
penyakit darah
sindrom genetik
infeksi
obat-obat
Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke
bayi saat persalinan.
Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus
dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi
berikutnya berjarak waktu 4 minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B
dilakukan bersamaan dengan vaksin DPT-HB.
Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Imunisasi Polio diberikan 4
(empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4 minggu.
Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi
berumur 9 bulan.
BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. Setelah 2–3
minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah
�10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut kecil.
DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada sore hari setelah imunisasi DPT, tetapi panas akan turun
dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat
suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan akan
sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak
memberikan perlindungan, dan imunisasi tidak perlu diulang.
Campak: Anak mungkin panas, kadang disertai kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
Hepatitis B: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Imunisasi Dasar pada
Bayi
Berikut adalah lima imunisasi dasar yang wajib diberikan sejak bayi:
Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang ditularkan dari ibu ke
bayi saat persalinan.
Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus
dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi
berikutnya berjarak waktu 4 minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B
dilakukan bersamaan dengan vaksin DPT-HB.
Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Imunisasi Polio diberikan 4
(empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4 minggu.
Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi
berumur 9 bulan.
BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. Setelah 2–3
minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah
�10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut kecil.
DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada sore hari setelah imunisasi DPT, tetapi panas akan turun
dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat
suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan akan
sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak
memberikan perlindungan, dan imunisasi tidak perlu diulang.
Campak: Anak mungkin panas, kadang disertai kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
Hepatitis B: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.