You are on page 1of 24

BAB I

LANDASAN TEORI

I. HERPES SIMPLEX

A. DEFINISI

Herpes Simplex merupakan sejenis virus yang menginfeksi kulit, membrane mukosa

dan syaraf. Ciri-ciri herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau

sekumpulan, yang berisi cairan dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini

biasanya muncul di daerah muco-cutaneous atau daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan

membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah.

Para penderita herpes simplex biasanya merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut

sebelim munculnya bintil-bintil.

Jika terinfeksi virus herpes, virus tersebut bisa menyebar ke seluruh tubuh seperti di jari-jari

(herpetic whitlow), di mata (herpetic ophthalmitis), di daerah kemaluan (genital herpes),

bahkan bisa juga menyerang otak (herpetic encephalitis).

Herpes sering juga disebut sebagai penyakit kelamin. Padahal virus herpes simplex

tidak hanya menyerang kelamin, tetapi juga menyerang mulut. Meskipun secara ilmiah

herpes memang termasuk penyakit mmenular seksual.

Penyakit mata herpes simplex adalah suatu infeksi pada kornea mata yang berpotensi

mengganggu penglihtan dan biasanya disebabkan oleh HSV I. infeksi ini bervariasi baik lama

berlangsungnya, keparahannya dan respon terhadap pengobatan. Ini tergantung pada strain

HSV I mana yang menjadi penyebabnya. Penyakit ini biasanya mulai pada permukaan kornea

kemudian mata menjadi merah dan menjadi sensitive tehadap cahaya. Proses infeksi ini dapat

masuk ke lapisan lebih dalam dari kornea dan menyebabkan radang permanen dan
pembentukkan jaringan parut. Bahkan dapat berkembang menjadi tukak kornea kronis dan

sulit disembuhkan. Penyakit mata herpes simplex biasanya muncul pada satu mata saja dan

jarang menyebar ke mata yang lain. Pada orang yang memiliki imunitas buruk, virus herpes

simplex dapat menyebar sampai ke retina bahkan ke otak.

B. ETIOLOGI

Penyakit herpes simplex disebabkan oleh virus yaitu virus herpes simplex (HSV).

Terdapat 2 jenis utama virus herpes simplex yaitu Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV I),

biasanya berhubungan dengan penyakit mata herpes simplex yang dikenal juga dengan cold

sore atau fever blister dan Virus Herpes Simplex tipe 2 (HSV II), biasanya berbentuk herpes

yang ditularkan secara seksual dan jarang menyebabkan penyakit mata.

C. MANIFESTASI KLINIS

Fase pertama genital herpes ditandai dengan demam seperti flu, nyeri otot dan sendi,

pembengkakan kelenjar limfe, rasa letih dan tidak enak badan. Rasa geli pada daerah kontak

juga bisa muncul sebelum timbulnya bintil-bintil. Jika bintil-bintil sudah timbul, daerah

sekitar bintil tersebut akan terasa lunak dan tergantung dimana bintil-bintil itu berada si

penderita bisa merasa kesulitan berjalan atau nyeri saat buang air kecil.

Herpes simplex tidak hanya menyerang kelamin, tetapi dapat juga menyerang mulut,

meskipun secara ilmiah herpes memang trmasuk penyakit menular seksual.gejala infeksi ini

kadang-kadang hanya berupa nyeri ringan di mulut tau tenggorokan yang terjadi akibat

berdekatan atau kontak langsung dengan orang yang mengidap virus tersebut. Gejala lain

yang di timbilkan bisa berupa luka pada kulit yang terkena virus dan disertaidengan rasa

nyeri serta panas. Kemudian diikuti dengan lepuhan seperti luka bakar dan demam. Lepuhan-

lepuhan kulit yang menjadi cirri khas herpes akan mengelupa dengan atau tanpa pengobatan.
Terkadang penderita tetap merasa nyeri dan panas meskipun lepuhan-lepuhan itu sudah

kering dan mengelupas. Hal itu disebabkan karena virus herpes menyerang syaraf.

Pada beberapa kasus, herpes genital biasanya tidak menunjukkan gejala sehingga

penderita tidak mengetahui mengidap herpes. Gejala awal dari herpes genital antara lain :

- Rasa gatal dan terbakar di daerah genital atau anal

- Rasa sakit di sekitar kaki, pantat atau daerah genital

- Keluarnya cairan dari vagina

- Adanya perasaan seperti tertekan di daerah perut

D. PENATALAKSANAAN

Pengobatan herpes umumnya sama dimanapun herpes tersebut timbul. Yang penting

penderita harus menjaga daerah tersebut tetap bersih dan kering. Penderita dapat

membersihkan daerah sekitar dengan saline (larutan garam) dan sesudahnya harus segera

dikeringkan. Jika daerah terinfeksi terlalu lembab dapat mengundang infeksi sekunder

(infeksi lanjutan). Pengobatan dengan obat antivirus oral biasanya dibutuhkan hanya untuk

kasus genital herpes spesifik dan harus melalui resep dokter.

Pengobatan herpes dengan antiviral bertujuan untuk meringakan rasa sakit. Penderita

biasanya juga mendapatkan obat anti nyeri dan panas serta obat luar seperti bedak dan salep

juga zat pendukung seperti vitamin.

Penyakit herpes tidak dapat disembuhkan. Pengobatan hanya berperan agar virus tersebut

ditekan sehingga tidak aktif kembali dan membentuk semacam Kristal di dalam tubuh dan

menunggu kesempatan untuk muncul lagi. Infeksi herpes akan kambuh jika ada suatu factor

pendorong. Infeksi herpes yang kambuh tersebut tidak separah seperti infeksi yang pertama,

karena pada tubuh penderita sudah terdapat antibody.


Penanganan penyakit mata herpes simplex tergantung pada tingkat keparahan

penyakit. Biasanya diberikan obat anti virus. Kadang-kadang permukaan kornea perlu

dikerok, corneal bandage dan perlu bermacam-macam obat yang mungkin dilakukan selama

berbulan-bulan. Terkadang diperlukan pengobatan laser eximer bila terdapat parut kornea

yang parah serta menyebabkan kemunduran penglihatan. Kemungkinan lain adalah

transplantasi kornea.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH HERPES SIMPLEX

DAN HERPES ZOSTER

I. PENGKAJIAN

A. BIODATA

IDENTITAS KLIEN

Nama :

Tempat, tanggal lahir :

Umur :

Jenis Kelamain :

Alamat :

Agama :

Suku Bangsa :

Pendidikan :

No. CM :

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama :

Tempat tanggal Lahir :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Agama :

Suku Bangsa :

Pendidikan :

Hubungan Dengan Pasien :


B. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama

Penderita herpes mengeluh adanya rasa nyeri pada otot dan sendi

b. Riwayat kesehatan sekarang

- demam

- nyeri otot

- gatal

- tidak enak badan

- lemas

c. Riwayat kesehatan dahulu

Penderita herpes

d. Riwayat kesehatan keluarga

e. Riwayat kesehatan lingkungan

Keadaan tempat tinggal klien bersih, dan tidak menimbulkan tumbuhnya mikroorganisme

atau penyakit

C. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)

a. Persepsi terhadap kesehatan

Penderita herpes tidak begitu memperhatikan kesehatan tetapi klien juga tidak melakukan

kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatanya. Jika klien sakit biasanya pasien minum

obat dan apabila penyakitnya tidak sembuh pasien baru pergi ke dokter terdekat.

b. Pola aktifitas latihan (Mandi,berpakaian/berdandan, eliminasi, mobilisasi ditempat

tidur, ambulansi, makan).Tergantung berat dan ringannya penyakit.


AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian

Eleminasi

Mobilisasi

Ambulansi

Makan

Keterangan: :

0 : Mandiri

1 : dengan menggunakan alat bantu

2 : Perlu bantuan orang lain

3 : Perlun bantuan orang lain dan alat

4 : Tergantung/total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas

c. Pola istirahat tidur

Pada pola istirahat penderita herpes terjadi gangguan susah tidur dikarenakan rasa nyeri dan

rasa gatal yang dideritanya

d. Pola nutrisi metabolic

Pada penderita herpes nafsu makannya terganggu karena jika makan penderita herpes merasa

mual.
e. Pola eliminasi

Pada penderita herpes kebiasan yang terjadi :

BAB : encer

BAK : nyeri saat BAK

f. Pola kognitif perceptual

- Status mental sadar

- Bicara normal dengan menggunakan bahasa indonesia

- kemampuan membaca lancar

- Kemampuan interaksi,penderita herpes terganggu karena penyakitnya yang menular

- Pendengaran penderita herpes baik

- Penglihatan penderita herpes agak berkurang karena penyakit herpes simplex yang

menyerang mata

- Manajemen nyeri : Penderita herpes mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsi obat anti

nyeri

g. Pola konsep diri

Harga diri : Tidak terganggu

Ideal diri : Tidak terganggu

Identitas diri : Tidak terganggu

Gambaran diri : Tidak terganggu

Peran diri : Tidak terganggu

h. Pola koping dan toleransi stress

-
i. Pola seksual reproduksi

Penderita herpes merasa terganggu dengan pola seksual reproduksinya. Karena penderita

herpes mengalami penyakit genital herpes

j. Pola peran hubungan

Hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu karena penyakitnya yang menular

k. Pola nilai dan kepercayaan

D. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda-tanda vital:

- -Suhu : > 37 C (Hipertermi)

-Nadi : > 100x/menit (Takikardi)

-TD : systole >139 mmHg, diastole >89 mmHg

-Pernafasan : 16 – 24x/menit

b. Keadaan umum

- -Kesadaran : kompas metis

-Kulit : terganggu dengan adanya bintil-bintil dan rasa gatal pada kulitnya

-Warna kulit : Sawo matang

c. Pemeriksaan head to toe

1. Kepala dan Rambut

Inspeksi

a. Bentuk kepala : bulat,simetris

Kulit kepala : Tidak ada ketombe, tidak ada lesi, agak bau, tidak ada

benjolan
b. Rambut

-Pertumbuhan Rambut : Baik

-Keadaan rambut : Rontok, lembab berminyak

-Bentuk rambut : Agak keriting,panjang

-Bau : Agak bau dan kotor

-Warna : Hitam

2.Mata

Inspeksi

a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata kanan dan kiri lengkap,simetris, tetapi jika

mata terkena herpes terjadi gangguan pada salah satu mata

b. Konjungtiva : Terganggu, mata terlihat sayu

c. Sklera : Merah dan sensitive terhadap cahaya

d. Tampak lingkar hitam dibawah mata

e. Kornea mengalami gangguan yang menyebabkan radang permanen dan pembentukan

jaringan parut

3.Hidung

Inspeksi

a. Tulang hidung dan posisi septum nasi normal, tidak ada pembengkakan

b. Lubang hidung : Selaput lendir lembab,mukosa hidung lembab

c. Cuping hidung : Tidak ikut membesar / melebar saat bernafas

d. Tidak ada polip pada hidung

4.Telinga

Inspeksi

a.Bentuk telinga : Simetris

b.Lubang telinga : Tidak ada benjolan, tidak ada serumen


c.Ketajaman pendengaran : Tidak ada kelainan pendengaran

Palpasi

Ketegangan telinga : Lentur

5.Mulut

Inspeksi

a.Keadaan bibir : Terlalu lembab

b.Keadaan lidah : Mukosa mulut lembab,warna lidah merah muda

c.Bau mulut

6.Leher

Inspeksi

a.warna kulit : Sawo matang,tidak ada tubor

b.Leher simetris : Tidak ada benjolan

7.Kulit

Inspeksi

a.Kebersihan : Tidak bersih karena terdapat bintil-bintil berisi cairan

b.Warna kulit : Sawo matang

8.Dada

- Inspeksi

a.Bentuk dada : Simetris, tidak ada benjolan

b.Nafas : 16 – 24x/menit

c.Payudara : tidak ada lesi

- Palapsi

Tidak ada nyeri pada dada

9.Abdomen

- Inspeksi
a.Tidak ada benjolan

b.Peristaltik usus 10 kali/menit

- Palpasi

Perut terasa kaku dan tegang

10.Ekstremitas

a.Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada kelainan

b.Reflek : Normal

c.Ekstrimitas bawah : Tidak ada kelainan

d.Alat-alat ekstremitas lengkap kanan kiri, tetapi jika salah satu terkena herpes maka salah

satu organ tidak berfungsi dengan baik

11. Anus dan rectum

Anus dan rectum hemoroid interna

12. Alat kelamin

Alat kelamin mengalami gangguan karena penyakit yang menyerang alat kelamin akan

menular jika melakukan hubungan seks

13.Musculoskeletal

Pada otot ukuran kotur dan kontraksinya normal, kekuatan otot baik, tetapi pada otot bagian

tertentu lemah, dan pada gerakanya pun sedikit terbatas. Pada tulang sum-sum bagian

belakang baik atau normal. Kekuatan baik dengan gerakan tulang yang sedikit terbatas

diakibatkan kelemahan fisik. Kekuatan baik dengan gerakan tulang yang sedikit terbatas

diakibatkan kelemahan fisik. Tidak ada edema, pembengkakan, dan deformitas. Pada

persendian tidak kaku, ROM normal, tidak ada nyeri tekan dan bengkak dan kapasitasnya

pun normal.

14. Neurologi
Klien sadar dengan gerakan leluasa. Sensasi, regulasi, inegrasinya baik. Pola pemecahan

masalah yaitu dengan opname atau rawat inap dirumah sakit.

E. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil laboratorium

b. Obat yang diberikan :

- Obat analgetik

- Obat anti virus

- Obat anti Herpes

c. Laser Eximer

Jika terdapat parut kornea yang parah dan menyebabkan kemunduran penglihatan

d. CT Scan

Untuk mengetahui adanya gangguan pada otak

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. DATA FOKUS

- demam

- nyeri otot-sendi

- letih

- tidak enak badan

- nyeri saat buang air kecil

- luka pada kulit

- adanya perasaan seperti tertekan di daerah perut

- nyeri ringan di mulut atau tenggorokkan


- gatal di kulit yang terkena

- mati rasa

- kesemutan

- nyeri yang parah pada daerah bentuk tali lebar di dada, punggung, hidung dan

mata

- menggigil

- mual

- diare

- lemas

- kulit kebas

- malnutris

- keluarnya cairan dari vagina


A. ANALISA DATA

No Sympton Problem Etiology

1. DS : - Kerusakan integritas Perubahan turgor

DO : kulit

- Luka pada kulit

- Gatal di kulit yang terkena

- Kulit kebas

- Mati rasa

- Kesemutan

2. DS : - Ketidakseimbangan Tidak mampu

DO : nutrisi kurang dari dalam

- Adanya perasaan seperti kebutuhan memasukkan,

tertekan di perut mencerna,

- Mual mengabsorbsi

- Diare makanan karena

- Lemas factor biologi

- Pusing

DS : -
3. DO : Nyeri akut Agen cidera biologi

- Nyeri otot-sendi

- Nyeri saat buang air kecil

- Adanya perasaan seperti

tertekan di perut

- Nyeri ringan di mulut atau

tenggorokan

- Nyeri yang parah pada daerah

bentuk tali lebar di dada,

punggung, hidung dan mata Penyakit /trauma

Hipertermi

4.

DS : -

DO :

- Demam

- Panas

- Kulit terasa hangat Ketidakcukupan

- Menggigil pengetahuan untuk

- Pusing Resiko Infeksi menghindari

5. paparan patogen

DO : -

DS :

- Luka pada kulit

- Keluarnya cairan dari vagina


- malnutrisi

PRIORITAS MASALAH

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak

mampu memasukkan, mencerna dan mengabsorbsi makanan karena faktor biologi

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi

4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma

5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan untuk

menghindari paparan patogen


C. INTERVENSI

No Tujuan ( NOC) Intervensi ( NIC ) Rasional

1. Setelah dilakukan tindakan ( 3590 ) Skin Surveilance - Mengetahui perubahan

keperawaan selama ... x 24 - Monitor warna kulit warna kulit

jam, integritas kulit klien - Monitor adanya infeksi - Mengetahui infeksi yang

dapat membaik dengan - Monitor temperatur kulit terjadi

kriteria hasil : - Jaga kebersihan kulit agar - Mengetahui kelembaban

Tissue Integrity : Mucous tetap bersih dan kering kulit

Membranes - Anjurkan klien untuk - Mempermudah proses

( 110101 ) Temperatur menggunakan pakaian longgar penyembuhan

jaringan baik - Monitor status nutrisi klien - Agar kulit dapat

( 110102 ) Sensasi baik - Oleskan lotion pada daerah mendapatkan udara yang

( 110104 ) Hidrasi baik yang tertekan cukup

( 110110 ) Tidak ada lesi - Agar kebutuhan akan

atau luka nutrisi tercukupi

( 110111 ) Perfusi jaringan - Untuk mengurangi infeksi

baik pada kulit

Kriteria NOC :

1. Extremelly compromised

2. Subsantially compromised

3. Moderately compromised

4. Midly compromised ( 1100 ) Manajemen nutrisi


5. Not compromised - Catat adanya mual dan

muntah

Setelah dilakukan tindakan - Kaji adanya alergi makanan

2. keperawatan selama ... x 24 - Monitor adanya penurunan - Mengetahui adanya alergi

jam diharapkan kebutuhan berat badan pada makanan

nutrisi klien tercukupi - Berikan makanan yang - Untuk mengetahui

dengan kriteria hasil : terpilih makanan yang baik untuk

Status Nutrisi - Kaji kemampuan klien untuk klien

( 100801 ) Peningkatan berat mendapatkan nutrisi yang - Mengetahui perubahan

badan sesuai dibutuhkan berat badan

( 100802 ) Tidak ada tanda- - Berikan informasi tentang - Membantu agar klien mau

tanda malnutrisi kebutuhan nutrisi makan

Kriteria NOC : - Kolaborasi dengan ahli gizi - Memenuhi kebutuhan akan

1. Tidak pernah menunjukkan untuk memberikan nutrisi yang nutrisi

2. Jarang menunjukkan terbaik - Agar informasi tentang

3. Kaadang menunjukkan nutrisi terpenuhi

4. Sering menunjukkan - Kebutuhan nutrisi dapat

5. Selalu menunjukkan ( 2590 ) Manajemen nyeri terpenuhi

- Kaji secara komprehensif

tentang nyeri meliputi, lokasi,

karakteristik dan onset durasi,

Setelah dilakukan tindakan frekuensi, kualitas intensif /

keperawatan selama ...x 24 beratnya nyeri dan faktor-faktor- Mengetahui tingkatan tipe,

3. jam, nyeri dapat berkurang presipitasi berapa lama dan kualitas nyeri

dengan skala ( 0 ) dengan - Tingkatkan tidur / istirahat yang dialami klien


kriteria hasil : - Monitor kenyamana klien - Memberikan rasa nyaman

Kontrol nyeri terhadap manajemen nyeri untuk mengurangi nyeri

( 160502 ) Mengenal faktor - Berikan informasi tentang - Mengetahui tindakan yang

penyebab nyeri nyeri seperti penyebab berapa dapat meningkatkan

( 160502 ) Mengenali lama terjadi dan tindakan kenyamana klien

lamanya obat ( onset ) sakit pencegahan - Mempermudah untuk

( 160509 ) Mengenali gejala- Berikan Analgesik untuk melakukan tindakan

nyeri mengurangi nyeri keperawatan

( 160511 ) Melaporkan nyeri- Kolaborasi dengan dokter - Mengurangi rasa sakit dan

sudah terkontrol jiwa ada keluhan dan tindakan memberikan rasa tenang dan

Kriteria NOC : nyeri tidak berhasil aman

1. Tidak dilakukan sama - Membantu proses

sekali keperawatan dan untuk

2. Jarang dilakukan melakukan tindakan yang

3. Kadang dilakukan ( 3900 ) Penurunan demam lebih lanjut

4. Sering dilakukan - Monitor suhu sesering

5. Selalu dilakukan mungkin

- Monitor warna dan suhu kulit

- Monitor nadi dan respirasi

- Kolaborasi pemberian

4. antipireptik

Setelah dilakukan tindakan - Kompres klien - Mengetahui perubahan

keperawatan selama ... x 24 - Berikan pengobatan untuk dari suhu tubuh

jam diharapkan suhu tubuh mencegah terjadinya menggigil - Mengetahui apakah ada

lebih baik dari sebelumnya - Tingkatkan intake cairan dan perubahan pada warna dan
dengan kriteria hasil : nutrisi suhu kulit yang tidak

Pengaturan suhu dapatbermanifest dengan

( 08001 ) Suhu tubuh dalam demam

rentang normal - Mengetahui kondisi umum

( 08002 ) Suhu kulit dalam klien

rentang normal - Mengurangi dan

( 08007 ) tidak ada mengurangi panas

perubahan warna - Mengurangi demam dan

Kriteria NOC : mencegah vasodilatasi

1. Tidak pernah dilakukan - Untuk mengurangi

2. Jarang dilakukan ( 6540 ) Kontrol infeksi menggigil klien

3. Kadang dilakuan - Observasi dan laporkan tanda- Untuk membantu proses

4. Sering dilakukan dan gejala infeksi penyembuhan

5. Selalu dilakukan - Kaji warna kulit, kelembaban

tekstur dan turgor

- Pertahankan lingkungan - Mengetahui resiko yang

aseptik selama pemasangan alat akan terjadi

5. - Cuci kulit dengan hati-hati, - Mencegah terjadinya

gunakan hidrasi pelembab infeksi dan akibat yang

Setelah dilakukan tindakan seluruh permukaan ditimbulkan

keperawatan selama ... x 24 - Berikan antibiotik sesuai - Menjaga agar lingkungan

jam diharapkan klien tidak instruksi dan alat tetap steril sehingga

terjadi infeksi dengan kriteria


- Pertahankan tekhnik isolasi resiko infeksi dapat dicegah

hasil : - Tingkatkan intake nutrisi - Meningkatkan proses

Kontrol infeksi penyembuhan dan


( 100201 ) Mengetahui mengurangi infeksi

resiko - Mengurangi proses infeksi

( 100202 ) Monitor - Untuk mencegah

perubahan status kesehatan terjadinya infeksi nosokomial

lainnya - Untuk membantu proses

( 100203 ) Klien bebas dari penyembuhan

infeksi

( 190214 ) Menggunakan

dukungan personal untuk

mengurangi resiko

Kriteria NOC :

1. Tidak dilakukan sama

sekali

2. Jarang dilakukan

3. Kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Herpes Simplex merupakan sejenis virus yang menginfeksi kulit, membrane mukosa

dan syaraf. Ciri-ciri herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau

sekumpulan, yang berisi cairan dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini

biasanya muncul di daerah muco-cutaneous atau daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan

membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah.

Jika terinfeksi virus herpes, virus tersebut bisa menyebar ke seluruh tubuh seperti di

jari-jari (herpetic whitlow), di mata (herpetic ophthalmitis), di daerah kemaluan (genital

herpes), bahkan bisa juga menyerang otak (herpetic encephalitis).

Herpes zoster (Shingles atau sinanaga) adalah suatu infeksi yang menyebabkan erupsi

kulit yang terasa sangat nyeri berupa lepuhan yang berisi cairan. Penyakit ini juga disebabkan

virus herpes yang juga mengakibatkan cacar air (virus varisela zoster). Seperti virus herpes

yang lain, viru varisela zoster mempunyai tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti

oleh suatu tahapan tidak aktif. Kemudian tanpa alasan virus ini jadi aktif kembali menjadi

penyakit yang disebut sebagai herpes zoster.


DAFTAR PUSTAKA

 Mansjoer, Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 1, MediaAesculapius :

Jakarta

 Mansjoer, Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2, MediaAesculapius :

Jakarta

 Mediastore, 2007, penyakit anak-anak : www.mediastore.com

 Info Sehat, 2007, herpes : www.info-sehat.com

 Shodikin, 2007, herpes: http://nursingbrainriza.blogspot.com

 NANDA,Panduan Diagnosa Keperawatan 2005-2006

 Dr. Danis,D, Kamus Istilah Kedokteran, Jakarta : Gitamedia Press

 Hinchliff,S, Kamus Keperawatan, Jakarta : EGC

 Hidayat,A.Aziz Alimul, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta :

Salemba Medika..

 Iowa Outcomes Project. (2000).Nursing Outcome Clasification (NOC).(2nd. ed.). St

Louis: Mosby

 Iowa Intervention Project.(2000). Iowa Intervention Project (NIC). (2nd. ed). St.Louis:

Mosby

You might also like