You are on page 1of 17

Pekerja Dengan Keluhan Kolik Abdomen dan Nyeri Sendi

Aqmarina Borisman / 102015137 / D - 5


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061
Aqmarina.2015fk137@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang terjadi secara alamiah yang tersedia dalam bentuk bijih
logam dan bisa diperoleh di alam. Peningkatan aktivitas manusia, seperti pertambangan, peleburan,
penggunaannya dalam bahan bakar minyak dan pemakaian timbal untuk kebutuhan komersial yang meluas
telah menyebabkan timbal menyebar pada lingkungan . Diagnosis okupasi ditegakkan bedasarkan
langkah-langkah di atas terutama pajanan yang berhubungan dengan pekerjaan . PAK timbul akibat
terpajan faktor fisik, kimiawi, biologis, atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam
lingkungan kerja merupakan penyebab pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja . Pada kadar
timbal di darah berkisar antara 5-15 µg/dL. Menurut standar OSHA, kadar timbal di darah pada pekerja di
sector industry tidak boleh melebihi 40 µg/dL. Gejala intoksikasi timbale pada susunan saraf pusat dan tepi
biasanya terjadi dengan kadar timbal 40-80 µg/dL, Gejala lain timbul dengan jelas bila kadarnya mencapai
>80 µg/dL. Pada individu dengan gejala intoksikasi timbal yang jelas, tetapi ditemukan riwayat pajanannya.
Kata Kunci : Timbal , PAK , Diagnosis Okupasi

Abstract
Lead is a type of naturally occurring heavy metal that is available in the form of metal ores and can be
obtained in nature. Increased human activities, such as mining, smelting, their use in fuel oil and the use of
lead for widespread commercial needs have caused lead to spread to the environment. Occupational
diagnosis is based on the steps above, especially occupational exposure. PAK arises from exposure to
physical, chemical, biological, or psychosocial factors in the workplace. These factors in the work
environment are the main causes and determine the occurrence of occupational diseases. In blood lead
levels ranging from 5-15 µg / dL. According to OSHA standards, blood lead levels in industrial workers
must not exceed 40 µg / dL. Symptoms of lead intoxication in the central and peripheral nervous system
usually occur with lead levels of 40-80 µg / dL, other symptoms appear clearly when levels reach> 80 µg /
dL. In individuals with clear lead intoxication symptoms, a history of exposure is found.

Keywords : Lead, occupational illness , Occupational Diagnosis

1
Pendahuluan

Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang terjadi secara alamiah yang tersedia dalam bentuk bijih
logam dan bisa diperoleh di alam. Peningkatan aktivitas manusia, seperti pertambangan, peleburan,
penggunaannya dalam bahan bakar minyak dan pemakaian timbal untuk kebutuhan komersial yang meluas
telah menyebabkan timbal menyebar pada lingkungan.1 Menurut beberapa sumber dikatakan bahwa semua
gas gas pencemar yang mengandung karbon, nitrogen, sulfur, timbal, dan ozon dapat menimbulkan
gangguan pernafasan, kanker, tingkat kecerdasan, bahkan kematian. Timbal adalah salah satu akibat dari
pencemaran tersebut.2

Timbal dan senyawanya juga dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, sedangkan
absorbs melalui kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal
tergantung oleh ukuran partikelnya.3 Mekanisme paparan timbal terdapat 5 komponen yaitu: sumber
kontaminasi, mekanisme penghantaran, inti dari paparan, jalur paparan, dan populasi ataupun lingkungan.4,5

Dampak negatif dari keberadaan industri dapat berupa dampak terhadap lingkungan sekitar, maupun

dampak terhadap pekerja pada industri, tergantung pada jenis industri. Tenaga kerja terpapar timah hitam

dalam lingkungan kerja di pabrik aki, pabrik cat dan pengecatan, asembling elektronik, yang menggunakan

solder, penyambungan kabel telepon (cable joint), penambalan alat dapur dari panci dengan solder,

percetakan vulkanisasi ban/karet, pengecoran/pengolahan paduan logam nonferro blending bahan bakar
dengan tetraethy lead (TEL), pembersihan tangki TEL dan penambangan, serta pengolahan/pemurnian atau
smelting logam nonferro. Intoksikasi TEL terjadi karena tenaga kerja menghirup uap TEL atau absorbsi
melalui kulit. Pada kasus pekerja pengecatan paparan dapat terjadi dari beberapa jalur masuk yaitu dari
inhalasi, absorbsi dan ingesti.6

Kadar Pb dalam darah maksimal yang ditetapkan oleh NIOSH (National Insitute of Occupational Safety
and Health) adalah 5 μg/dl. CDC (Center of Disease Control and Prevention) dan WHO (World Health
Organization) menetapkan batas kadar Pb dalam darah adalah 10 μg/dl. Sedangkan menurut OSHA
(Occupational Safety and Health Administration) menetapkan bahwa kadar Pb maksimal dalam darah
pekerja adalah 40 μg/dl.7,8,9,10

2
Anamnesis

Untuk memperoleh anamnesis pekerjaan yang terarah , maka pertanyaan harus di fokuskan pada hal
sistematik sesuai dengan 7 diagosis okupasi .
Anamnesis diawali dengan memberikan salam kepada pasien dan menanyakan identitas pasien tersebut.
Dilanjutkan dengan menanyakan keluhan utama, dan untuk setiap keluhan waktu muncul gejala, cara
perkembangan penyakit, derajat keparahan, hasil pemeriksaan sebelumnya dan efek pengobatan dapat
berhubungan satu sama lain. Keluhan utama adalah gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan
penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan
tentang lamanya keluhan tersebut.
Pada kasus ini di tanyakan :11

1. Memastikan kemunculan gejala dalam hubungan pekerjaan / perindustrian?


a. Apakah gejala timbul akan membaik saat istirahat atau tidak bekerja ?
b. Apakah ada pekerja lain yang menderita gejala yang sama di dalam 1 lingkungan ?
c. Apakah terjadi paparan debu , uap atau partikel zat kimia (besi karat) di lingkungan kerja ?
d. Apakah selama bekerja menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) ?
2. Kronologis pekerjaan
a. Mendeskripsikan tempat / lingkungan kerjanya
b. Menanyakan tentang informasi bahan , alat , proses kerja serta hasil dari pekerjaannya
c. Menanyakan durasi kerja , hari libur , tugas kerja dan pembagian shift
d. Menayakan sering atau tidak absen dan alasannya
e. Menanyakan ada / tidak pemeriksaan fisik sebelum diterima kerja oleh dokter perusahaan ?
f. Apakah memiliki pekerjaan tambahan selain ini ?
3. Pertanyaan spesifik yang masih berhubungan dengan pajanan penyakit akibat kerja
a. Sebelum merasakan sakit ini , apakah hal yang dilakukan sebelumnya ?
b. Pernah / tidak bekerja di tempat yang ada produk timbalnya ? (cat, baterai , aki)
c. Ada / tidak factor pencetus stress di tempat kerja ?
d. Komunikasi dengan rekan kerja / atasan baik atau tidak ?
e. Pekerjaan suami / istri ?
4. Riwayat Reproduksi
a. Jumlah anak , riwayat kesehatan anak
b. Apakah ada penurunan libido ? atau gangguan aktivitas sexual ?
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
6. Informasi mengenai industri lain di sekeliling tempat kerja (Polusi , pajanan limbah / percikan zat
timbal)

Pada kasus ini di dapatkan identitas pasien 2 pekerja usia 30 dan 34 tahun dengan keluhan kolik abdomen
dan nyeri sendi sejak 1 minggu lalu . Memiliki perkerjaan lepas sebagai tukang bersih besi karat selama
beberapa bulan terakhir , memakai APD dan alat keselamatan , berinteraksi dengan cat besi .

3
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik penting dilakukan untuk menegakkan diagnosis bersama dengan anamnesis dan
pemeriksaan penunjang. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, kesadaran, dan keadaan
umum pasien. Periksa keadaan umum pasien kesadaran , tanda-tanda vital dan juga lakukan pemeriksaan
head to toe dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Pada kasus ini di dapatkan TTV dbn , Konjungtiva Anemis , Nyeri Abdomen (+) , Nyeri Sendi (+) .

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium umum adalah :11

1. Pemeriksaan darah rutin


2. Pemeriksaan Urine
3. Pemeriksaan Foto rontgen thorax dan EKG

Pemeriksaan Laboratorium Non spesifik akibat pajanan :

1. Pemeriksaan darah lengkap (MCH , MCHC , Hit Retikulosit dll)


2. Pemeriksaan fungsi hati / paru
3. Pemeriksaan Delta aminolevulinic acid untuk indikasi intoksikasi timah hitam
4. Tes sputum untuk indikasi pajanan debu
5. Tes kekuatan untuk indikasi kerja dengan aktivitas berat

Pemeriksaan Laboratorium khusus akibat pajanan :

1. Pemeriksaan darah kadar timah hitam


2. Analisis kadar asam hipurat dalam urine
3. Analisi kadar trikloroetilen dalam urine dan pernafasan

Pada kasus ini pemeriksaan penunjang di dapatkan bahwa Hb Rendah , Kadar Timbal 73,1 g/dl dan 93,6
g/dl (n 5-10 u/dl).

Pada kadar timbal di darah berkisar antara 5-15 µg/dL. Menurut standar OSHA, kadar timbal di darah pada
pekerja di sector industry tidak boleh melebihi 40 µg/dL. Gejala intoksikasi timbale pada susunan saraf
pusat dan tepi biasanya terjadi dengan kadar timbal 40-80 µg/dL, Gejala lain timbul dengan jelas bila
kadarnya mencapai >80 µg/dL. Pada individu dengan gejala intoksikasi timbal yang jelas, tetapi ditemukan
riwayat pajanannya.

Diagnosis Kerja
4
Intoksikasi Timbal (Pb)

Diagnosis kerja pada skenario ini adalah intoksikasi timbal akibat kerja. Dimana ditemukan kadar timbal
dalam darah 73,1 g/dl dan 93,6 g/dl . Timbal merupakan logam yang berwarna biru keabu-abuan, lunak,
mudah dibengkokkan, dan resistan terhadap bahaya karat. Timbal beredar di pasaran sebagai biji logam
dengan konsentrasi 1-11% dalam bentuk garam sulfit (galena), karbonat (cerussite), dan sulfat (anglesite).
Bentuk lain timbal, seperti pada asap knalpot kendaraan bermotor dan pembakaran batu bara, merupakan
sumber pencemaran lingkungan.11,12

Diagnosis Okupasi

Diagnosis okupasi ditegakkan bedasarkan langkah-langkah di atas terutama pajanan yang berhubungan
dengan pekerjaan. Diagnosis okupasi dalam kasus ini dimana pasien laki-laki berusia 30 dan 34
tahun dengan keluhan kolik abdomen dan nyeri sendi sejak 1 minggu yang lalu terkena penyakit akibat
kerja yaitu intoksikasi yang disebabkan timbal.

Faktor Individu

Faktor individu ini bisa kita lihat dengan jelas dari status kesehatan fisik seperti riwayat alergi,
riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat penyakit dahulu, higiene diri baik di lingkungan kerja atau
lingkungan rumah dan alat pelindung diri sewaktu bekerja. Pada anamnesis yang tepat dapat diketahui
semua dengan tepat.

Faktor lain di luar pekerjaan

Pada keadaan ini banyak faktor di luar lingkungan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan,
bila korban mengkonsumsi rokok setiap harinya maka itu akan memperburuk kesehatannya dan akan
mudah sekali terserang oleh pajanan yang berbahaya. Selain itu polusi kendaraan bermotor karna pada asap
kendaraan bermotor mengandung zat berbahaya seperti gas CO yang akan beredar bersamaan dengan darah
dan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh, Pb yang dapat diserap oleh otak dan ginjal
sehingga dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan mental yang berakibat pada fungsi kecerdasan, CO2
yang dapat meningkatkan suhu bumi secara global, Kabut Karbon yang bersifat induser sebagai pemicu sel
tumor.

Penyakit Akibat Kerja (PAK)

5
PAK timbul akibat terpajan faktor fisik, kimiawi, biologis, atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut
di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja,
misalnya terpajan timah hitam di tempat kerja merupakan faktor utama terjadinya keracunan timah hitam,
terpajan silika di tempat kerja merupakan faktor utama terjadinya silikosis. Namun, perlu diketahui bahwa
faktor lain seperi kerentanan individual dapat berperan berbeda-beda terhadap perkembangan penyakit di
antara para pekerja yang terpajan.6

Penyakit akibat kerja timbul khususnya di antara para pekerja yang terpajan bahaya tertentu. Namun, pada
beberapa keadaan, PAK dapat timbul di masyarakat umum akibat kontaminasi lingkungan tempat kerja.
Akhirnya, penyakit akibat kerja memiliki penyebab yang spesifik.6

Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda keracunan berat tampak pada kadar timah hitam darah >800µg. Efek tosik timbale
terutama berpengaruh pada saluran pencernaan, darah, dan system persarafan. Pada saluran pencernaan,
biasanya terjadi kolik timbale akibat efek langsung timbale terhadap lapisan otot polos saluran pencernaan.
Hal ini menyebabkan timbulnya rasa kram perut yang menyeluruh terutama di daerah epigastrium dan
periumbilikalis, serta disertai mual, muntah, anoreksi, dan konstipasi atau kadang-kadang diare.

Intoksikasi timbale juga akan mempengaruhi system enzim sel darah merah, sehingga anemia normositik
normokrom atau mikrositik hipokrom, dan hemolysis akut sering kali terjadi. Enzim-enzim sel darah merah,
seperti asam delta-aminolevulinik dehidratase yang dibutuhkan untuk konjugasi asam levulinik menjadi
porfobilinogen, dan ferrokelatase yang berperan menggabungkan Fe ke dalam protoporfirin dapat terganggu
sehingga memengaruhi system heme.

Gejala meningginya tekanan cairan otak dalam bentuk iritabilitas, inkoordinasi, gangguan tidur, rasa nyerik
epala, disorientasi, gangguan mental, ataksia, sampai kelumpuhan saraf otak, kebutaan, serangan pingsan
atau koma merupakan manifestasi intoksikasi timbal pada susunan saraf pusat. Serangan ini disebut
ensefalopati timbal, yang biasanya merupakan tanda prognosis yang sangat buruk karena sudah terjadi
kerusakan otak serius. Selain itu, gangguan motorik seperti wrist drop dan foot drop sering kali timbul
sebagai manifestasi intoksikasi timbale pada susanan saraf tepi.

Timbal, bersama aliran darah, dapat melalui plasenta sehingga aborsi spontan dapat terjadi pada wanita
hamil yang terpajan timbale pada masa kehamilan. Sedangkan pada laki-laki, timbale juga dapat
mengurangi kesuburan karena timbale diduga turut mempengaruhi proses spermatogenesis. Manifestasi

6
timbale lainnya adalah poliatralgia, kegagalan fungsi hati, dan gagal ginjal. Psikosis dapat terjadi sebagai
intoksikasi tetra etil timbale dengan gejala insomnia, auforia, halusinasi, dan kadang-kadang konvulsi.11,12,13

Pajanan Timbal
Pekerja di pertambangan timbal sangat berpotensi terpajan debu dan fume yang banyak dihasilkan pada
proses penggilingan/ penggosokan biji timbal. Di samping itu, pajanan timbal juga berpotensi terjadi pada
pekerjaan pengelasan, penyolderan, pelukis, pekerja di pabrik baterai, aki, dan cat, terutama pekerja yang
terkait proses penyemprotan, gelas, dan keramik. Pajanan di lingkungan dekat lokasi timbal dapat terjadi
akibat udara, tanah, dan air minum yang terkontaminasi. Di daerah perkotaan pajanan terjadi akibat
pencemaran lingkungan akibat asap buangan knalpot kendaraan bermotor. Penggunaan bahan bakar
bertimbal melepaskan 95% timbal yang mencemari udara.11,12
Beberapa faktor yang meningkatkan resiko intoksikasi timbal:3,6
1. Umur
Anak-anak lebih mudah terkena intoksikasi timbal. Hal ini disebabkan karena sistem imun
pada usia kanak-kanak belum terbentuk dengan sempurna. Selain itu, anak-anak mampu menyerap
timbal hingga 50% melalui saluran cerna sedangkan orang dewasa hanya 10-15% karena sistem
pencernaan dan sistem saraf anak masih dalam tahap perkembangan sehingga lebih mudah
menyerap toksik dari lingkungan.

2. Jenis Kelamin
Pada laki-laki, nilai kadar timbal lebih besar dari perempuan. Hal ini biasanya
disebabkan eksposur pekerjaan. Pada anak-anak tidak ditemukan adanya perbedaan kadar timbal
antara laki-laki dan perempuan.
3. Lokasi Tempat Tinggal
Lokasi tempat tinggal akan mempengaruhi konsentrasi timbal yang masuk dalam tubuh. Hal
ini karena semakin dekatnya jarak rumah dengan jalan protokol berarti semakin dekat dengan
sumber asap kendaraan bermotor yang memungkinkan semakin tingginya kadar timbal (Pb) di
udara. Udara ambien dengan radius 0,5 km dari sumber emisi gas buang merupakan lokasi yang
paling besar resikonya, 0,5 – 1 km merupakan resiko sedang dan di atas 1 km merupakan resiko
ringan.
4. Lama Terpapar

7
Lama terpapar akan mempengaruhi jumlah konsentrasi timbal yang masuk kedalam tubuh.
Lama terpapar merupakan waktu terpapar seseorang dengan timbal. Permissible Exposure Limit
(PEL) timbal yaitu tidak lebih dari 50 μg/m 3 selama 8 jam bekerja. Apabila lebih dari 8 jam, maka
PEL harus dikurangi dengan perhitungan 400 / lama dia bekerja dalam jam.
5. Pola Makan
Kadar timbal dalam darah juga dipengaruhi kebiasaan konsumsi makanan bergizi misalnya
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein tinggi, vitamin C, zat besi, dan
kalsium. Susu merupakan sumber kalsium (Ca) yang baik bagi tubuh karena dapat mengurangi
resiko absorbsi Pb pada gastrointestinal anak, Absorpsi dan retensi Pb dalam gastrointestinal (GIT)
ini tergantung pada status mikronutrien yang terdapat dalam lumen GIT.

Efek Timbal bagi Kesehatan


Keracunan timbal dapat menyebabkan efek akut dan kronis. Keracunan akut yaitu akibat pemaparan yang
terjadi dalam waktu yang relatif singkat (dapat terjadi dalam waktu 2-3 jam), dengan kadar yang relatif
besar. Keracunan akut yang disebabkan oleh timbal biasanya terjadi karena kecelakaan misalnya, peledakan
atau kebocoran yang tiba-tiba dari uap logam timbal, kerusakan sistem ventilasi di dalam ruangan.
Keracunan akut ditandai oleh rasa terbakar pada mulut, terjadinya perangsangan dalam gastrointestinal, dan
diikuti dengan diare.3
Keracunan kronis terjadi karena absorpsi timbal dalam jumlah kecil, tetapi dalam jangka waktu yang lama
dan terakumulasi dalam tubuh. Durasi waktu dari permulaan terkontaminasi sampai terjadi gejala atau
tanda-tanda keracunan dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun. Gejala keracunan kronis
ditandai oleh rasa mual, anemia, sakit di sekitar perut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan.3
Efek toksik timbal terutama berpengaruh pada saluran pencernaan, darah, dan sistem persarafan. Pada
saluran pencernaan, biasanya terjadi kolik timbal akibat efek langsung timbal terhadap lapisan otot polos
saluran pencernaan. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa kram perut yang menyeluruh terutama di daerah
epigastrium dan periumbilikalis, serta sering disertai mual, muntah, anoreksi, dan konstipasi atau kadang-
kadang diare.6
Intoksikasi timbal juga akan memengaruhi sistem enzim sel darah merah, sehingga anemia normositik
normokrom atau mikrositik hipokrom, dan hemolisis akut sering kali terjadi. Enzim-enzim sel darah merah,
seperti asam delta-aminolevulinik dehidratase yang dibutuhkan untuk konjugasi asam levulinik menjadi
porfobilinogen, dan ferro kelatase yang berperan menggabungkan Fe ke dalam protoporfirin dapat
terganggu sehingga memengaruhi sintesis heme.6

8
Gejala meningginya tekanan cairan otak dalam bentuk iritabilitas, inkoordinasi, gangguan tidur, rasa nyeri
kepala, disorientasi, gangguan mental, ataksia, sampai kelumpuhan saraf otak, kebutaan, atau koma
merupakan manifestasi intoksikasi timbal pada SSP. Serangan ini disebut ensefalopati timbal, yang biasanya
merupakan tanda prognosis yang sangat buruk karena sudah terjadi kerusakan otak yang serius. Selain itu,
gangguan motorik seperi wrist drop dan foot drop sering kali timbul sebagai manifestasi intoksikasi timbal
pada susunan saraf tepi. Pada gangguan yang lebih ringan pada susunan saraf menimbulkan efek pusing,
lemas, sering lupa, letargi, lemah, reaksi lambat, parestesi, dan sulit berkonsentrasi.
Psikosis dapat terjadi sebagai akibat dari intoksikasi tetraetil timbal dengan gejala insomnia, euforia,
halusinasi, dan kadang-kadang konvulsi.6

Patofisiologi
Pajanan Pb dapat berasal dari makanan, minuman, udara di lingkungan keja atau lingkungan umum yang
tercemar Pb. Pajanan okupasional dapat melalui saluran pernapasan (inhalasi uap atau partikel udara yang
polutif) atau saluran pencernaan (tertelannya makanan atau minuman yang mengandung Pb Karbonat atau
Pb Sulfat). Dari pajanan Pb 100-350 µg/hari, rata-rata 10-30% (±20µg) Pb yang terinhalasi diabsorbsi
melalui paru-paru dan sekitar 5-10% yang tertelan lewat makanan/minuman tercemar diabsorbsi melalui
saluran cerna. 13
Absorbsi Pb melalui saluran napas dipengaruhi oleh proses deposisi, pembersihan mukosiliar, dan
pembersihan alveolar. Deposisi dapat terjadi di nasofaring, saluran tracheobrochial, dan alveoli. Bahaya
yang ditimbulkan oleh Pb ini tergantung oleh ukuran partikelnya, volume pernapasan dan daya larutnya.
Partikel 10µg lebih banyak dideposit di saluran napas bagian atas dan partikel yang <10µg dapat tertahan
di paru-paru. Pembersihan mukosiliar membawa partikel di saluran napas bagian atas ke nasofaring
kemudian ditelan. Pembersihan alveolar membawa partikel menembus lapisan jaringan paru menuju
kelenjar limfe dan aliran darah. Masuknya Pb ke aliran darah juga bergantung dari variasi faal atar
individu.13

Setelah diabsorbsi, 95% Pb dalam darah diikat oleh eritrosit dan diangkut ke organ-organ tubuh. Pada
jaringan lunak, Pb disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, sumsum tulang dan kulit dan bersifat toksik.
Pada jaringan keras seperti tulang panjang dan gigi juga mengandung lebih banyak Pb dibandingkan tulang
lainnya, sehingga pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen keabuan antara perbatasan gigi dan gusi.
Hal ini merupakan cirri khas keracunan timbal.13

Eskresi Pb dapat melalui beberapa cara yaitu melalui urine sebanyak 75-80%, melalui feses 15% dan
lainnya empedu, keringat, rambut dan kuku. Kadar Pb dalam urine merupakan cerminan pajanan baru
9
sehingga pemeriksaan Pb urine dipakai untuk pajanan okupasional. Umumnya eskresi berjalan sangat
lambat. Waktu paruh timbale di dalam darah ±25 hari, jaringan lunak 40 hari, sedangkan dalam tulang
dapat bertahan 2 tahun. Diduga eksresi Pb yang lambat inilah yang menyebabkan Pb mudah terakumulasi di
dalam tubuh.13

Nilai Pb

Nilai Pb dalam darah seorang pekerja pabrik yang sering terpapar oleh timbal biasanya cukup tinggi
dibanding yang tidak sering terpapar. Hal ini menjelaskan bahwa pada ada dampak kesehatan yang terjadi
secara nyata dari pajanan timbal pada tubuh manusia. Paparan timbal ini dapat terjadi secara akut ataupun
kronik dimana pada kasus akut biasa seseorang mengalami keracunan dengan termakan atau terminum yang
berbahan timbal. Pada kasus kronis biasa berjalan sangat lambat dan biasanya ditandai dengan munculnya
gejala kelelahan, lesu dan iritabilasi. Kadar normal Pb pada orang dewasa adalah antara 5 - 15 μg/dL darah
lengkap. Kadar nilai timbal (Pb) dapat memberikan efek pada manusia, yaitu :14

Terdapat nilai kategori yang terdapat pada orang dewasa seperti pada tabel 1 :

Kadar Pb (µg/dL) Anak Dewasa


0 s/d 10 Penurunan kecerdasan ---
Gangg. Pertumbuhan
tulang
10 s/d 30 Gangg. Metab Vit D Gangg Sistolik Tek. Darah
Gangg Protoporphyrin eritrosit

30 s/d 50 Gangg. Sintesa Hb Gangg. SSP


Gangg. Ginjal
Infertilitas pada pria
50 s/d 100 Anemia Anemia
Gangg. Ginjal Gangg. Sintesa Hb
Gangg. Otak & SSP
 100 Kematian Kematian
Tabel.1. kadar gangguan Pb pada anak dan dewasa

Klasifikasi Keracunan Timbal

 Keracunan akut

10
Keracunan timbal akut jarang terjadi. Keracunan timbal akut secara tidak sengaja yang pernah terjadi
adalah karena timbal asetat. Gejala keracunan akut mulai timbul 30 menit setelah meminum racun. Berat
ringannya gejala yang timbul tergantung pada dosisnya. Keracunan biasanya terjadi karena masuknya
senyawa timbal yang larut dalam asam atau inhalasi uap timbal. Efek adstringen menimbulkan rasa haus
dan rasa logam disertai rasa terbakar pada mulut. Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah
dengan muntahan yang berwarna putih seperti susu karena Pb Chlorida dan rasa sakit perut yang hebat.
Lidah berlapis dan nafas mengeluarkan bau yang menyengat. Pada gusi terdapat garis biru yang merupakan
hasil dekomposisi protein karena bereaksi dengan gas Hidrogn Sulfida. Tinja penderita berwarna hitam
karena mengandung Pb Sulfida, dapat disertai diare atau konstipasi. Sistem syaraf pusat juga dipengaruhi,
dapat ditemukan gejala ringan berupa kebas dan vertigo. Gejala yang berat mencakup paralisis beberapa
kelompok otot sehingga menyebabkan pergelangan tangan terkulai ( wrist drop ) dan pergelangan kaki
terkulai (foot drop), insomnia, keracunan pikiran, delirium, dan mania.12,14

 Keracunan subakut

Keracunan sub akut terjadi bila seseorang berulang kali terpapar racun dalam dosis kecil, misalnya timbal
asetat yang menyebabkan gejala-gejala pada sistem syaraf yang lebih menonjol, seperti rasa kebas, kaku
otot, vertigo dan paralisis flaksid pada tungkai. Keadaan ini kemudian akan diikuti dengan kejang-kejang
dan koma. Gejala umum meliputi penampilan yag gelisah, lemas dan depresi. Penderita sering mengalami
gangguan sistem pencernaan, pengeluaran urin sangat sedikit, berwarna merah. Dosis fatal : 20 - 30 gram.
Periode fatal : 1-3 hari.12,14

 Keracunan kronis

Keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi dibandingkan keracunan akut. Keracunan timbal
kronis lebih sering dialami para pekerja yang terpapar timbal dalam bentuk garam pada berbagai industri,
karena itu keracunan ini dianggap sebagai penyakit industri. seperti penyusun huruf pada percetakan,
pengatur komposisi media cetak, pembuat huruf mesin cetak, pabrik cat yang menggunakan timbal, petugas
pemasang pipa gas. Bahaya dan resiko pekerjaan itu ditandai dengan TLV 0,15 mikrogram/m3, atau 0,007
mikrogram/m3 bila sebagai aerosol. Keracunan kronis juga dapat terjadi pada orang yang minum air yang
dialirkan melalui pipa timbal, juga pada orang yang mempunyai kebiasaan menyimpan Ghee (sejenis
makanan di India) dalam bungkusan timbal. Keracunan kronis dapat mempengaruhi system syaraf dan
ginjal, sehingga menyebabkan anemia dan kolik usus, mempengaruhi fertilitas, menghambat pertumbuhan
janin atau memberikan efek kumulatif yang dapat muncul kemudian.14

Penatalaksanaan
11
Santasi lingkungan kerja, terutama kebersihan kantin, dan perilaku makan yang sehat harus diperhatikan.
Untuk proses yang berpotensi menghasilkan debu atau fume timbal, perlu disediakan alat pelindung
pernapasan yang memadai. Menurut standar OSHA, program pengawasan medis pada pekerja perlu
dilaksanakan bila kadar timbal di lingkungan tempat kerja 30 µg/m3 untuk lebih dari 30 hari/tahun. Program
ini disertai juga pelaksanaan tindakan berikut :1

1. Pemantauan biologis (kadar timbal dalam darah) pada masing – masing pekerja :
a. Dilakukan setiap 6 bulan bila kadar timbal <40 µg/dL.
b. Dilakukan setiap 2 bulan bila kadar timbal >40 µg/dL, sampai kadarnya mencapai <40
µg/dL dalam 2 kali pemantauan secara berturut – turut.
c. Bila kadar timbal >40 µg/dL dan sudah tidak diperkenankan bekerja di tempat pajanan maka
pemantauan harus dilaksanakan setiap bulan.
2. Pemeriksaan medis
a. Dilakukan setiap tahun bila kadar timbal dalam darah >40 µg/dL.
b. Dilakukan setelah peninjauan lapangan bila kadar timbal dalam darah mencapai >30 µg/m3.
c. Dilakukan sesegera mungkin bila seorang pekerja timbul tanda intoksikasi timbal yang
mencurigakan.
3. Tidak diperkenankan bekerja di tempat pajanan
a. Pekerja dengan kadar timbal >60 µg/dL, kecuali kadarnya yang terakhir masih <40 µg/dL.
b. Pekerja dengan kadar timbal >50 µg/dL pada pemeriksaan terakhir selama tiga kali berturut
– turut atau lebih dari 6 bulan, kecuali kadarnya yang terakhir masih <40 µg/dL. Pekerja ini
baru dapat kembali bekerja di tempat pajanan bila kadar timbalnya mencapai <40 µg/dL
dalam pemeriksaan selama dua kali berturut – turut.
c. Pekerja yang memiliki kecenderungan gejala intoksikasi timbal yang bertambah berat.
Pekerja ini baru dapat kembali bekerja di tempat pajanan tidak semata – mata bergantung
pada kadar timbal di darah, tetapi juga bergantung pada pertimbangan hasil pemeriksaan
medis yang menyeluruh,

Pengobatan awal fase akut intoksikasi Pb ialah secara suportif, dan selanjutnya harus dicegah pajanan lebih
jauh. Serangan kejang diobati dengan diazepam, keseimbangan cairan dan elektrolit harus dipertahankan,
edema otak diatasi dengan manitol dan deksametason. Kadar Pb darah harus ditentukan sebelum
pengobatan dengan kelator.

Kelator harus diberikan pada pasien dengan gejala atau pada pasien dengan kadar Pb darah melebihi 0,5 –
0,6 ppb. Tiga kelator yang biasa digunakan dalam pengobatan intoksikasi Pb, kalsium disodium edetat
(CaNa2EDTA), dimerkapol dan D-penisilamin. CaNa2EDTA diberikan dengan dosis 50 -75 mg/kgBB per
hari dibagi dalam dua kali pemberian secara IM yang dalam atau sebagai infus selama 5 hari berturut-turut.
Interval pemberian CaNa2EDTA dengan dimerkapol ialah 4 jam. Terapi dengan CaNa2EDTA tidak boleh
12
melebihi jumlah dosis 500 mg/kgBB. Dimerkapol dengan dosis 4 mg/kgBB diberikan secara IM setiap 4
jam selama 48 jam, kemudian setiap 6 jam selama 48 jam berikutnya dan akhirnya setiap 6 – 12 jam selama
17 hari terakhir. Penisilamin efektif diberikan secara oral dan dapat ditambahkan dalam rejimen pengobatan
dengan dosis empat kali 250 mg sehari selama 5 hari. Pada terapi jangka panjang tidak boleh melebihi 40
mg/kgBB per hari.15

Pencegahan
Sanitasi lingkungan kerja, terutama kebersihan kantin, dan perilaku makan yang sehat harus
diperhatikan. Untuk proses yang berpotensi menghasilkan debu dan fume timbal, perlu disediakan alat
pelindung pernapasan yang memadai. Menurut standar OSHA, program pengawasan medis pada pekerja
perlu dilaksanakan bila kadar timbal di lingkungan tempat kerja 30 µg/m3 untuk lebih dari 30 hari/tahun.
Program ini disertai juga pelaksanaan tindakan berikut:

1. Pemantauanbiologis (kadartimbaldalamdarah) padamasing-masingpekerja


a. Dilakukan setiap 6 bulan bila kadar timbal <40 µg/dL.
b. Dilakukan setiap 2 bulan bila kadar timbal >40 µg/dL, sampai kadarnya mencapai <40
µg/dL dalam 2 kali pemantauan secara berturut-turut.
c. Bila kadar timbal >40 µg/dL dan sudah tidak diperkenankan bekerja di tempat pajanan maka
pemantauan harus dilaksanakan setiap bulan.
2. Pemeriksaan medis
a. Dilakukan setiap tahun bila kadar timbal dalam darah >40 µg/dL
b. Dilakukan setelah peninjauan lapangan bila kadar timbal di lingkungan tempat kerja sama
atau kadar timbal dalam darah mencapai >30 µg/m3
c. Dilakukan sesegera mungkin bila seseorang pekerja timbul tanda intoksikasi timbal yang
mencurigakan
3. Tidak diperkenakan bekerja di tempat pajanan
a. Pekerjaan dengan kadar timbal >60 µg/dL, kecuali kadarnya yang terakhir masih <40 µg/dL
b. Pekerja dengan kadar timbal >50 µg/dl pada pemeriksaan terakhir selama tiga kali berturut-
turut atau lebih dari dari 6 bulan, kecuali kadarnya terakhir masih <40 µg/dL. Pekerja ini
baru dapat kembali bekerja ditempat pajanan bila kadar timbalnya mencapai <40 µg/dL
dalam pemeriksaan selama dua kali berturut-turut.
c. Pekerjaan yang memiliki kecendrungan gejala intoksikasi timbal yang bertambah berat.
Pekerja ini baru dapat kembali bekerja di tempat pajanan tidak semata-mata bergantung pada
kadar timbal di darah, tetapi juga semata-mata bergantung pada kadar timbal di darah, tetapi
juga bergantung pada pertimbangan hasil pemeriksaan medis yang menyeluruh.10

Alat Pelindung Diri (APD)

13
Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan
lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun kadang-kandang resiko terjadinya kecelakaan masih belum
sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri. Penggunaan APD adalah alternatif
terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan, APD harus emmnuhi
persyaratan yaitu :12

1. Enak dan nyaman dipakai


2. Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi.

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan. Pakaian pekerja pria
yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung,
tidak berdasi dan tidak ada lipatan ataupun kerutan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya
memakai celana panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasan. Pakaian
kerja sintetis hanya baik terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja
dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis.

Alat proteksi diri beraneka ragam, jika di golongkan menurut bagian tubuh yang melindunginya, maka jenis
alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sebagai berikut :

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi pengaman, topi atau
tudung kepala dan tutup kepala
2. Mata : kaca mata pelindung
3. Muka : pelindung muka
4. Tangan dan jari : sarung tangan, pelindung telapak tangan, dan sarung tangan yang menutupi
pergelangan tangan sampai lengan.
5. Kaki : sepatu pengaman
6. Alat pernapasan : respirator, masker, alat bantu pernafasan.
7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga
8. Tubuh : pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan panas, pakaian kerja tahan
dingin dan pakaian kerja lainnya.12

Evaluasi Lingkungan Kerja

Evaluasi lingkungan kerja harus dilakukan dilihat dari berbagai kondisi seperti kondisi fisik, kondisi kimia,
kondisi biologi dan kondisi ergonomi.12,13

Kondisi fisik

 Memasang temperatur suhu untuk menjaga suhu ruangan


14
 Pengelompokan alat-alat berdasarkan fungsinya
 Adanya jalan-jalan atau gang yang bisa digunakan sebagai jalan darurat bila terjadi kecelakaan
 Tempat kerja harus bersih dengan penerangan yang cukup
 Penetapan pengukuran kadar bahan-bahan kimia berbahaya dan kondisi fisik di lingkungan kerja
secara berkala
 Pengkondisian suhu lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif bagi pekerja

Kondisi kimia

 Memasang sistem ventilasi yang memadai dengan sirkulasi udara yang adekuat
 Menyediakan tempat penyimpanan yang aman untuk bahan kimia berbahaya
 Mengontorl kadar debu di tempat kerja
 Air untuk mandi dan cuci mata harus cukup tersedia terutama untuk membersihkan bahan-bahan
korosif
 Bubuk yang tumpah harus diambil dengan alat penghisap vakum

Kondisi biologi

 Sanitasi lingkungan kerja yang memadai (tempat cuci tangan, ruangan makan)
 Ruang pertolongan pertama yang terletak di lingkungan kerja
 Terdapat fasilitas kesehatan

Ergonomi

 Memposisikan pekerja sesuai dengan keahliannya


 Peralatan disesuaikan dengan ukuran pekerja
 Menyediakan ruang oksigenasi
 Tersedianya waktu istirahat yang cukup
 Penempatan mesin-mesin dan alat-alat industri yang tepat

Edukasi dan Follow-Up


Kembalinya pasien ke tempat kerja yang sama hanya akan mengakibatkan kambuhnya penyakit
yang sama, maka tindakan pencegahan di tempat kerja perlu dilakukan untuk mencegah kambuhnya
penyakit, seperti pengawasan ketat terhadap sumber debu atau uap Pb; peningkatan hygiene industry dan
perorangan; pemeriksaan sebelum penempatan (MCU) meliputi riwayat medis dan pemeriksaan fisik
dengan perhatian khusus pada system hematopoietic dan kadar Hb darah; pemeriksaan berkala setiap tahun
untuk mencari tanda dan gejala pajanan Pb dan uji laboratorium untuk mengukur absorbsi Pb yang
berlebihan serta pemeriksaan untuk memastikan efek toksik Pb; dan melaksanakan pendidikan cara
mengenal bau uap TEL atau gasoline dan cara pencegahan keracunan. Selain itu juga perlu diadakan
program medical survailence pada para pekerja dengan risiko tinggi terpajan Pb di udara >30 µg/m3 atau
>30µg tiap hari per tahun. Para pekerja juga harus dilakukan tes Pb darah dan FEP pada waktu-waktu
tertentu. 16

15
Kesimpulan

Timbal merupakan salah satu jenis logam alamiah yang tersedia dalam bentuk biji logam.
Peningkatan aktivitas manusia, seperti pertambangan, peleburan dan penggunaan dalam bahan bakar
minyak telah menyebabkan timbal menyebar di lingkungan. Keracunan timbal merupakan salah satu
masalah lingkungan di dunia yang bisa merusak kesehatan manusia. Timbal (Pb) dapat masuk ke
dalam tubuh melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb. Timbal adalah
logam yang yang dapat merusak sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk
waktu yang lama. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dapat berupa pemberian kalsium disodium edetat
(CaNa2EDTA), dan pencegahan berupa menjauhkan dari pajanan serta menggunakan alat pelindung diri

Daftar Pustaka

1. Markowitz M. Lead poisoning. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of
Pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Saunders; 2011.h.2358-62

2. Murhadi, Suyitno, Mega Vistha F, Khasanah f, Murtinah S. Absorbsi Timbal (pb) dalam gas buang kendaraan
bermotor bensin dengan karbon aktif. Jurnal Teknik; Yogyakarta; 2006:291-10

3. Ardyanto D. Deteksi pencemaran timah hitam (Pb) dalam darah masyarakat yang terpajan timbal (Plumbum).
Jurnal kesehatan lingkungan. 2005:2:67-76

4. World Health Organization. Childhood lead poisoning. Switzerland: WHO Press; 2010.h.15-9

5. Hua Dai Y, Yang Fan Z. Lead poisoning in Chinese children: risk factors and preventive measures, World J Pediat.
May 2007;2:85-6

6. Soedirman, Suma’mur P. K. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Erlangga,
Jakarta.2014.

7. WHO. Preventing DiseaseThrough Healthy Enviroments. World Health Organization (WHO), Switzerlan, 2010.

8. National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) 8003 issue 2 (1994).

16
9. CDC. Adult Blood Epidemiology & surveilans. Center of Disease Control and Prevention (CDC), USA, 2013.

10. OSHA. Lead in Construction. Occupational Safety and Health Administration(OSHA). U.S, Departement of
Labor, 2004.

11. Harrianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja . EGC , Jakarta 2010 ;16-9

12. Sumamur. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Edisi ke 2. Sagung Seto,2014.h.332-5, 4561-4.

13. Ardyanto D. Deteksi pencemaran timah hitam dalam darah. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Juli 2006; 2(1).h.67-
76.
14. Rifai, Admal. November 2012. Analisa Kadar Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Karyawan Pabrik Baterai.Diunduh
dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34378/4/Chapter%20II.pdf. 18 Oktober 2018.
15. Wiria M S. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Badan penerbit FKUI. Jakarta: 2011.h 844.

16. Jejayaratman J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2010.h.3-10,126-32, 140-4

17

You might also like