Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kondisi kesehatan masyarakat sekarang ini, memungkinkan terjadinya perubahan pada pola
penyakit. Untuk menjaga keseimbangan fisik, sistem endokrin berfungsi sebagai regulator yang
mengatur berbagai proses yang terjadi dalam tubuh, terutama proses yang berkaitan dengan
fungsi hormonal. Perubahan-perubahan yang terjadi pada aktifitas kelenjar dan hormon biasanya
menimbulkan efek yang bermacam-macam, Salah satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kelenjar endokrin adalah hipertiroid.
Jumlah penderita hipertiroid terus meningkat. Hipertiroid merupakan penyakit hormon yang
menempati urutan kedua terbesar di Indonesia. Kejadian pembesaran kelenjar tiroid terbanyak
ditemukan pada usia antara 9 sampai 13 tahun pada anak laki-laki dan antara usia 12 sampai 18
tahun pada anak perempuan. Pada usia dewasa jarang sekali terjadi pembesaran kelenjar tiroid
kecuali pada wanita yang memang sering ditemukan pembesaran kelenjar tiroidnya baru timbul
setelah usia 19 atau 20 tahun.
Hipertiroid dapat terjadi akibat defek kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Sebagian
besar terjadi karena penyakit Grave. Kelenjar tiroid ini memproduksi hormon yang disebut
hormon tiroksin, di mana yodium merupakan unsur penting hormon tersebut. Pada orang yang
kekurangan yodium ini kelenjar tiroid bekerja sangat aktif sehingga membesar dan mudah
terlihat menonjol. Inilah yang disebut hipertiroid (gondok).
1. Rumusan Masalah
1. Tujuan
2. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertiroid.
1. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
1. Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan tentang hipertiroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular. Terletak
di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra
thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2
lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2 25 gr tetapi
bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat
menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke
lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea 4-
5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan bagian bawah kedua lobus,
walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan
biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena
kedudukan dan ukurannya berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang
disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang
disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat
tipis yang kaya dengan pembuluh darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat
berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif,
sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini
tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada
setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
b. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus,
dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan
tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik
triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam
protein pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada
jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang
mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada
jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
1. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya
akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium
terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini
dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika teriodinasi
oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi diiodotirosin)
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin
bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon
tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh
senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein
pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin
sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih
mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
1. Definisi
Menurut Martin A. Walter, hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan dengan
meningkatnya morbiditas dan mortalitas, khususnya yang disebabkan oleh komplikasi
kardiovaskuler. Sebagian besar disebabkan oleh penyakit graves, dengan nodul toksik soliter dan
goiter multinodular toksik menjadi bagian pentingnya walaupun dengan frekuensi yang sedikit.
Hipertiroidisme adalah kondisi di mana kerja hormon tiroid mengakibatkan respons yang lebih
besar dari keadaan normal.
1. Klasifikasi
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat
antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi
hormon tiroid terus menerus.
Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat timbul
pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi
menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
c. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan
produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala
menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1 -
2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.
1. Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit tiroid
autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormon yang berlebihan.
1. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.
Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15
kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai”
TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid
Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan
reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi
TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan
yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya
juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala
klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon
tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan
akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada
sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak
keluar.
1. Manifestasi Klinis
Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut, lebih dari
70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka
keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :
1. Penatalaksanaan
a) Konservatif
Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien
mengalami gejala hipotiroidisme.
Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti PTU atau methimazol, yang
diberikan paling sedikit selama 1 tahun. Obat-obat ini menyekat sintesis dan pelepasan tiroksin.
Penyekat beta seperti propranolol diberikan bersamaan dengan obat-obat antitiroid. Karena
manifestasi klinis hipertiroidisme adalah akibat dari pengaktifan simpatis yang dirangsang oleh
hormon tiroid, maka manifestasi klinis tersebut akan berkurang dengan pemberian penyekat beta;
penyekat beta manurunkan takikardia, kegelisahan dan berkeringat yang berlebihan. Propranolol
juga menghambat perubahan tiroksin perifer menjadi triiodotironin. Indikasi :
1. Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan
struma ringan – sedang dan tiroktosikosis
2. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah
pengobatan yodium radioaktif
3. Persiapan tiroidektomi
4. Pasien hamil, usia lanjut
5. Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi eutiroid
setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal
pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan
sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai
eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih
memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan, dan dinilai
apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien
masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.
Lama terapi dengan obat-obat antitiroid pada penyakit Graves cukup bervariasi dan dapat
berkisar dari 6 bulan sampai 20 tahun. Remisi yang dipertahankan dapat diramalkan dengan
karakteristik sebagai berikut:
b) Surgical
a. Radioaktif iodine
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif, kontraindikasi untuk
anak-anak dan wanita hamil.
b. Tiroidektomi
1. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi,
selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan
kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa,= alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
1. Keluhan utama
Pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar dengan konsistensi cair.
Dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit hipertiroid.
1. Pernafasan B1 (breath)
1. Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
1. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi,
gelisah, peka rangsang, delirium,
psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak –
sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
1. Perkemihan B4 (bladder)
1. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya
sering, kehausan, mual dan muntah.
1. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
5) Data Laboratorium
1. Tes ambilan RAI : Meningkat pd penyakit graves & toksik goiter noduler,menurun pada
tiroiditis
2. T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3 = 26-39 mg, T4 = 80-100 mg)
3. T4 dan T3 bebas serum : meningkat
4. TSH : tertekan dan tidak bereson pd TRH
5. Tiroglobulin : meningkat
6. Stimulasi TRH : dikatakan tiroid jika TRH tidak ada sampai meningkat setelah
pemberian TRH
7. ikatan protei iodiun : meningkat
8. gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal)
9. kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal)
10. pemeriksaan fungsi heper : abnormal
11. elektrolit : hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon andrenal atau efek dilusi
dalam tera cairan pengganti. Hipoklemia terjadi dengan sendiranya pada kehilangan
melalui gastrointestinal dan diuresis
12. katekolamin serum : menurun
13. kreatinin urine : meningkat
14. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali
Diagnosa
1. Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolism (eningkatan nafsu makan atau pemasukan dengan penurunan
berat badan ).
4. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhanpengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
INTERVENSI
Tujuan :Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuaidengan kebutuhan tubuh,
dengan kriteria :
Intervensi :
a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jikamemungkinkan.
Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibatdari vasodilatasi perifer
yang berlebihan dan penurunan volumesirkulasi.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigenoleh otot jantung atau
iskemia.
c) Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal(seperti krekels).
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada
keadaan hipermetabolik.
d) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering,nadi lemah,
penurunan produksi urine dan hipotensi.
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkanvolume sirkulasi dan
menurunkan curah jantung.
Intervensi :
a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardiamungkin ditemukan.
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :Nafsu makan baik, Berat
badan normal, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
b) Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaanmasukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadapterapi antitiroid.
c) Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapatdiatasi dengan kriteria :
Pasien tampak rileks.
Intervensi :
Intervensi :
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasiyang muncul akan
menentukan tindakan pengobatan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi
hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. Penyakit
Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek genatik dalam limfosit Ts
dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid (Dorland, 2005).
Sedangkan goiter nodular toksik yaitu Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan
kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode
pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pubertas atau kehamilan. (
Elizabeth J. Corwin, 2009 )
2. Saran
Mahasiswa harus lebih memahami bagaimana penggunaan NANDA, NOC dan NIC. Karena
didalam keperawatan hal itu sangat diperlukan, terlebih lagi dalam merumuskan diagnosa,
penentuan kriteria hasil maupun perumusan intervensi keperawatan.
Daftar Pustaka
Doenges, M.E dan Moorhouse, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, ed 3. Jakarta: EGC.
Greenspan, Francis S. dan Baxter, John D. 2000. Endokrinologi Dasar & Klinik, ed 4. Jakarta:
EGC.
Herdiana.AboutPembesaranKelenjarTiroid(Gondok).http://danieher.multiply.com/journal/item/1
6/About_Pembesaran_Kelenjar_Tiroid_Gondok. Diakses tanggal 7 April 2010.
Price, S.A dan Wilson, LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, vol 2.
Jakarta: EGC.
Semiardji, Gatut. 2003. Penyakit Kelenjar Tiroid. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
1) Stroberi
Yodium yang cukup membantu tiroid dalam meningkatkan metabolisme, detoksifikasi dan
meningkatkan pertumbuhan tubuh. Makanan yang kaya yodium adalah stroberi, kentang,
yoghurt, produk susu dan kacang navy.
2) Jamur
Gangguan tiroid bisa terjadi karena tubuh kekurangan selenium. Jamur yang lunak kaya akan
selenium.
3) Bawang Putih
Selain baik bagi penderita diabetes dan penyakit jantung, bawang putih kaya akan selenium yang
membuat tiroid menjadi sehat.
4) Bayam
Bayam kaya vitamin, protein dan mineral dan paling penting adalah omega-3 asam lemak.
Sering mengkonsumsi bayam membantu meningkatkan metabolisme tubuh.
5) Daging Merah
Daging merah merupakan makanan sehat yang kaya zat besi. Daging merah rendah lemak,
penderita gangguan tiroid membutuhkan daging rendah lemak.
6) Telur
Telur dan produk susu baik untuk tiroid. Tak hanya kaya kalsium, tetapi juga kaya zat besi dan
yodium.
1) Biji-bijian
Beras merah, oatmeal dan barley kaya vitamin B dan nutrisi yang meningkatkan metabolisme
tubuh. Hal ini akan merangsang kelenjar tiroid untuk mengeluarkan hormon tiroid.
2) Brokoli
Sayuran hijau seperti brokoli mampu melindungi tiroid agar tetap sehat dan berfungsi maksimal.
3) Hati sapi
Hati sapi kaya selenium, vitamin B12. Agar selenium dalam tubuh tetap seimbang, sertakan hati
sapi salam diet sehat Anda.
4) Tomat
Tomat kaya vitamin C dan bagus untuk penderita tiroid. Tomat juga mengandung antioksidan
yang mampu meningkatkan penyerapan zat besi pada tubuh.
5) Minyak Kelapa
Minyak kelapa mengandung lemak asam esensial yang dapat diubah tubuh menjadi energi serta
mengatur fungsi tiroid.
6) Tiram
Makanan laut kaya sulfur, sulfur dalam tiram mengatur fungsi tiroid dan menjaganya tetap sehat.
PATHWAYS HIPERTIROID
ASKEP GANGGUAN HIPERTIROID
Iklan
Share this: