You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permukiman merupakan objek material geografi dan dapat pula dipandang sebagai
objek formal geografi. Objek material geografi meliputi gejala-gejala yang terdapat dan
terjadi di permukaan bumi, sedangkan objek formal geografi adalah cara memandang
dan cara berfikir mengenai permukiman melalui pendekatan keruangan. Studi
mengenai permukiman merupakan bagian dari ilmu studi geografi karena permukiman
merupakan bagian geosfer yang dalam lingkup keruangan.
Pembangunan millenium abad ke-21 ditandai dengan pesatnya laju pertumbuhan
penduduk baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan. Dampak dari
meningkatnya pertumbuhan penduduk adalah ketidakseimbangan ekologi lingkungan
hal ini berkaitan dengan adanya perluasan kawasan permukiman. Diperkirakan dalam
skala global dua pertiga penduduk dunia akan tinggal dikawasan perkotaan
sedangkan di Indonesia diperkirakan hingga 60%, artinya Kawasan perkotaan di
Indonesia akan menghadapi tantangan kompleks berupa dampak tekanan penduduk
yang meningkat (Mangunjaya, 2006).
Perkembangan penduduk di berbagai kawasan di Indonesia baik sebagai akibat
pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya
masalah perkotaan yang serius. Masalah perkotaan yang serius diantaranya,
timbulnya permukiman kumuh. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah
perkotaan, kebutuhan akan perumahan, penyediaan prasarana dan sarana
permukiman akan meningkat pula, baik melalui peningkatan maupun pembangunan
baru.
Kurang siapnya kota dengan sistem perencanaan dan pengelolaan kota yang kurang
tepat dalam mengantisipasi pertambahan penduduk dengan berbagai motif dan
keragaman nampaknya juga memicu timbulnya permasalahan permukiman.
Pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari segi
perumahan maupun lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum
sepenuhnya dapat disediakan oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah, sehingga
daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai menurun
dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi terjadinya permukiman kumuh.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area sering
dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat
merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan
sumber penyakit sosial lainnya. Meluasnya lingkungan permukiman kumuh di
perkotaan telah menimbulkan dampak pada peningkatan frekuensi bencana di
perkotaan, meningkatnya potensi kerawanan dan konflik sosial, menurunnya tingkat
kesehatan masyarakat dan menurunnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana
permukiman.

P a g e 1 | 34
Keberadaan kawasan permukiman kumuh dapat menjadi masalah serius ditinjau dari
berbagai aspek yakni aspek keruangan, sosial, lingkungan dan estetika. Hal ini antara
lain disebabkan adanya budaya masyarakat yang hidup sesuka hati dan dalam
melakukan pembangunan rumah tidak memerhitungkan ruang-ruang untuk fasilitas
penunjang kawasan permukiman yang mereka tempati, dengan kata lain membangun
seadanya tanpa memerhatikan etika dan estetika lingkungan. Penyediaan
permukiman yang layak telah diatur dalam Undang-undang DasarNegara Republik
Indonesia 1945 Pasal 28 Huruf H, setiap penduduk Indonesia berhak untuk hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan memunyai peran strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa. Pembangunan permukiman
merupakan indikator yang teramat penting dalam mengukur kesejahteraan
masyarakat. Tahun 2011 telah ditetapkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiamn (UU Perkim). Berdasarkan Undang-
undang tersebut negara dalam hal ini pemerintah bertanggungjawab melindungi
segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang
layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan
berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.

1. 2 Rumusan Masalah
1. Mengindentifikasi 8 elemen fisik perancangan kota berdasarkan teori “The
Urban Design Process”
2. Mengindentifikasi dan Menganalisa Tata Guna Lahan (land use);
3. Mengindentifikasi dan Menganalisa Bentuk dan Massa Bangunan (building
form and massing);
4. Mengindentifikasi dan Menganalisa Sirkulasi dan Ruang Parkir (circulation
and parking);
5. Mengindentifikasi dan Menganalisa Ruang Terbuka (open space);
6. Mengindentifikasi dan Menganalisa Jalur pedestrian (Pedestrian area);
7. Mengindentifikasi dan Menganalisa Kegiatan Pendukung (Activity Support);
8. Mengindentifikasi dan Menganalisa Penanda (Signage);
9. Mengindentifikasi dan Menganalisa Preservasi (Preservation).

1. 3 Tujuan dan Sasaran


a. Tujuan
Mengetahui kondisi permukiman kumuh dan seberapa tingkat kekumuhan yang terjadi
di kawasan pesisir kecamatan dan Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung
dengan menyesuaikan Teori Tata Ruang Kota serta menganalisis permasalahan dan
solusi bagi permukiman kumuh di kawasan pesisir kecamatan dan Kelurahan Bumi
Waras Kota Bandar Lampung.
b. Sasaran
Mengetahui dan memahami permasalahan permukiman kumuh di kawasan pesisir
kecamatan dan Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung dengan menyesuaikan
Teori Tata Ruang Kota yaitu teori Figure Ground, Linkage dan place.

P a g e 2 | 34
Mengindentifikasi dan menganalisa kawasan tersebut dengan menggunakan teori “
The Urban Design Process “ 8 elemen fisik perancangan kota.

1. 4 Lingkup Pembahasan
Adapun batasan masalah yang ditetapkan dalam laporan ini adalah hanya berfokus
pada titik kawasan permukiman kumuh Kampung Kerupuk Kemplang, Kel. Bumi
Waras, Kec. Bumi Waras dan berakhir hingga kawasan bukit kunyit, Kota Bandar
Lampung sebagai objek dan sumber data pembuatan laporan.

1. 5 Metodelogi Pembahasan
Metode pembahasan yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan
dan menjelaskan data kemudian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara :
a. Studi Literatur Mengumpulkan semua referensi dan data – data terkait yang
nantinya akan menjadi arahan dan panduan dalam menganalisis permasalahan
permukiman kumuh.
b. Studi Kasus Melakukan perbandingan terhadap penanganan – penanganan
permukiman kumuh untuk menemukan masalah.
c. Survey Site Mengenali site dengan cara meninjau secara langsung untuk
mengetahui karakter site berkaitan dengan batasan, masalah dan potensi, dengan
pertimbangan kondisi yang ada.
d. Analisis Data Menganilisi seluruh data baik data literatur maupun data lapangan
terkait dengan kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, standar –
standar yang ada sehingga dapat mengahsilakn desain yang tepat untuk penataan
kawasan permukiman kumuh.
e. Analisis Site Analisis site dilakukan terhadap bentuk tapak dan lokasi site yang ada.
f. Penemuan Konsep Perancangan Mengolah data yang telah didapatkan dari
analisis data dan analisis site untuk menemukan konsep perancanagan yang
kemudian akan dijadikan acuan dalam mendesain.

1. 6 Sistematika Pembahasan
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
lingkup bahasan, dan metodologi peneliatian dan sistematika pembahasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Memuat uraian tentang tinjauan pustaka dan teori relevan yang terkait dengan
teori figure ground dan linkage serta bahasan yang terkait laporan.
BAB III GAMBARAN KAWASAN TERPILIH
Berisi data – data terkait kawasan yang terpilih, yaitu sejarah kawasan, data
umum kawasan dan data – data lapangan.
P a g e 3 | 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN V
Berisi tentang hasil dan pembahasan permasalahan terkait kawasan yang
terpilih.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Elemen Perancangan Kota


Shirvani (1985) dalam bukunya yang berjudul The Urban Design
Process mengemukakan elemen perancangan kota yang terdiri dari :
 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) merupakan cerminan hubungan dan keterkaitan antara
sirkulasi dan kepadatan aktivitas dalam sebuah kawasan. Setiap kawasan memiliki
karakteristik penggunaan lahan yang berbeda, sesuai dengan daya tampungnya,
kemudahan pencapaian, parkir, sistem transportasi dan kebutuhan penggunaan lahan
individual. Perencanaan guna lahan selalu mengacu kepada kebijaksanaan
pemerintah dan menjadi pedoman dalam pengembangan fungsi kawasan tertentu.
 Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)
Bentuk dan massa bangunan menunjukkan ciri kawasan yang mencakup ketinggian,
rasio luas lantai (FAR), coverage, street-line setback, skala, bahan, tekstur, warna
yang kesemuanya harus memperhatikan kesesuaian dengan lingkungan sekitar.
 Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)
Sirkulasi dan parkir merupakan sistem pergerakan dan elemen utama yang memberi
bentuk lingkungan kota. Karena sistem pergerakan ini dapat membentuk arah dan
mengendalikan pola aktivitas kota melalui sistem jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan
sistem perhentian/transit yang menghubungkan dan memusatkan pergerakan.
 Ruang Terbuka (Open Space)
Perencanaan ruang terbuka merupakan elemen penting yang harus dilakukan secara
integral dengan perencanaan bangunan dan saling menunjang. Open space ini dapat
berupa taman dan lapangan, jalur hijau kota dan semua elemen penyusunnya.
 Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)
Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk
mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur
pejalan kaki harus mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain,

P a g e 4 | 34
berhubungan erat dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta
sesuai dengan perubahan fisik kota.
 Aktivitas Penunjang (Activity Support)
Penunjang kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang memperkuat penggunaan ruang
publik. Penunjang kegiatan tidak hanya berupa jalur pedestrian atau plaza tetapi
fungsi-fungsi yang dapat menumbuhkan aktivitas lain, sehingga kawasan tersebut
hidup setiap waktu dan menunjang terciptanya interaksi pengguna kawasan.
 Tanda-tanda (Signase)
Penandaan berguna untuk menunjukkan arah dan fungsi bangunan serta kawasan
tertentu. Penandaan tidak hanya dilakukan melalui pemberian papan nama dan arah
panah, tetapi juga dapat dilakukan melalui pembedaan bentuk atau ciri visual lain.
 Konservasi (Preservation)
Upaya pelestarian harus melindungi kelestarian lingkungan yang telah ada dan ruang-
ruang kawasan yang sudah terbentuk seperti bangunan bersejarah. Preservasi juga
dilakukan terhadap aktivitas yang sudah berlangsung dengan memperhatikan aspek
sejarah kawasan selama aktivitas tersebut masih dianggap sesuai.
 Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)
Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk
mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur
pejalan kaki harus mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain,
berhubungan erat dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta
sesuai dengan perubahan fisik kota.

Elemen Citra Kota


Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dengan
lingkungannya. Kesan pengamat terhadap lingkungannya tergantung dari
kemampuan beradaptasi “pengamat” dalam menyeleksi, mengorganisir sehingga
lingkungan yang diamatinya akan memberikan perbedaan dan keterhubungan.
Persepsi atau perseive dapat diartikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara
langsung dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi setiap orang berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman yang dialami, sudut pengamatan,
dan lain-lain.
Lynch dalam bukunya yang berjudul Perancangan Kota Secara Terpadu
mengemukakan lima elemen pokok yang dapat menentukan image suatu kota yaitu:

P a g e 5 | 34
1) Path
Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta
api, salutan, dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik apabila terdapat penampakan
yang kuat, tujuan rute-rute sirkulasi yang jelas/belokan yang jelas.
2) Edge
Elemen linear yang tidak dilihat sebagai path. Edge berada pada batas antar dua
kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok,
batasan antara lintasan kereta api, topografi, dsb. Edge merupakan penghalang
walaupun kadang-kadang terdapat tempat untuk masuk. Edge merupakan
pengakhiran dari sebuah district/batasan sebuah district dengan yang lainnya.
Identitasnya akan terlihat lebih baik jika kontinuitasnya tampak jelas, demikian pula
kejelasan fungsi batasnya untuk membagi/menyatukan.
3) District
District merupakan kawasan-kawasan kota dalam dua dimensi.
Sebuah district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujud) dan batas yang
khas pula, dimana orang merasa harus mengakhiri/memulainya. Identitasnya akan
terlihat lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat
homogen serta funsi dan posisinya jelas.
4) Node
Node merupakan simpul/lingkaran daerah pertemuan arah/aktivitas yang dapat
diubah ke arah/aktivitas yang lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun,
lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar,
pasar, taman, square, dsb. Tidak semua persimpangan jalan merupakan suatu node,
namun yang menetukan adalan citra place terhadapnya. Node merupakan suatu
tempat dimana orang memiliki perasaan ’masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat yang
sama. Node akan mempunayi identitas yang loebih baik jika tempatnay memilki
bentuk yang jelas, mudah diingat serta memiliki tampilan visual yang berbeda dari
lingkungannya (fungsi, bentuk).
5) Landmark
P a g e 6 | 34
Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari
kota. Landmark dapat membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan
membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih
baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, terdapat sekuens dan
perbedaan skala dari beberapa landmark sehingga tercipta rasa nyaman dalam
orientasi.

Elemen Estetika
Elemen estetika meupakan elemen yang ditimbulkan dari adanya konfigurasi massa
bangunan dengn maksud dan tujuan tertentu. Elemen ini digunakan sebagai
pertimbangan dalam perancangankawasan. Adapun elemen-elemen estetika tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Sumbu
Elemen ini merupakan garis maya yang seakan-akan menghubungkan antara satu
titik dengan titik yang lain dalam satu konfigurasi masa bangunan.
b. Simetri
Merupakan distribusi bentuk-bentuk ruang-ruang yang sama dan seimbang
terhadap suatu garis bersama (sumbu)/ titik (pusat). Simetri adalah suatu media
atau objek dengan bentuk dan ukuran di kedua sisinya (kanan dan kiri) sama.
Macam-macam simetri:
1) Simetri Bilateral
Merupakan susunan yang seimbang dari unsur-unsur atau bidang atau massa
bangunan yang sama terhadap sumbu yang sama.
2) Simetri Radial
Merupakan susunan yang terdiri dari unsur-unsur yang sama dan seimbang
terhadap dua sumbu atau lebih
c. Hierarki
Hirarki adalah penonjolan salah satu objek yang memiliki hirarki lebih tinggi
dibandingkan objek lain menurut besarnya, potongan / penempatannya secara
relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang lain dari suatu organisasi. Hirarki
P a g e 7 | 34
menunjukkan derajat kepentingan dari bentuk dan ruang serta peran-peran
fungsional, formal dan simbolis.
Hirarki dicapai dengan:
 Ukuran luar biasa
 Tampak dengan ukuran yang menyimpang dari unsur-unsur lain
 Wujud yang unik
 Dengan membedakan bentuk wujud secara jelas dari unsur-unsur lai
 Lokasi atau penempatan strategis
 Bentuk dan ruang dapat ditempatkan secara strategis agar perhatian tertuju
pada unsur tersebut.
d. Balance
Balance yaitu rasa yang menyatakan bahwa ada keseimbangan dalam suatu
kawasan. Perancangan yang proporsional dapat menciptakan kesan ini misalnya
dengan persebaran bangunan atau aktivitas yang merata atau pengaturan
penempatan antara bentuk-bentuk / ruang-ruang yang serupa maupun tidak serupa
sehingga dapat menimbulkan keseimbangan.
e. Irama
Irama merupakan suatu bentuk konfigurasi massa banguanan yang menimbulkan
perasaan keteraturan bagi pengamat. Elemem ini dapat ditunjukkan dengan
adanya suatu bentuk yang diulang baik ukuran atau warna atau bentuk.
f. Skala
Skala adalah proporsi tertentu yang digunakan untuk menetapkan pengukuran dan
dimensi-dimensi. Skala memandang besarnya unsure bangunan atau ruang
terhadap bentuk-bentuk lain. Skala terdiri dari:
 Skala umum
Merupakan unsur-unsur bangunan terhadap bentuk lain di dalam lingkupnya.
 Skala Manusia
Merupakan skala yang dipergunakan sebagai acuan / pedoman dalam
menyeimbangkan kawasan perancangan adalah skala manusia.
g. Proporsi
Proporsi merupakan konfigurasi massa bangunan yang ditujukan untuk
menimbulkan perasaan tertentu bagi pengamat yang berhubungan dengan detail
dalm konfigurasi itu sendiri.
h. Konteks dan Kontras

P a g e 8 | 34
Kontekstual merupakan suatu konfigurasi massa bangunan yang menimbulkan
perasaan unity meskipun terdiri dari satuan massa bangunan yang berbeda.
Kontras merupakan suatu konfigurasi yang menimbulakn adanya perasaan adanya
perbedaan dalam konfigurasi tersebut.
1. Organisasi ruang adalah susunan ruang-ruang yang berkaitan menurut fungsi,
kedekatan, atau alur sirkulasi sehingga menjadi pola-pola bentuk dan ruang
yang saling berhubungan. Macam-macam organisasi ruang :
 Terpusat
Merupakan komposisi terpusat yang terdiri dari ruang yang dikelompokan
mengelilingi suatu ruang pusat yang besar dan dominan.
 Linier
Merupakan komposisi bangunan yang dibatasi oleh satu sumbu.
 Radial
Merupakan komposisi bangunan seperti organisasi ruang terpusat. Hanya saja
pada radial ruang yang dikelompokkan tersusun lebih sempurna.
 Grid/papan catur
Merupakan komposisi yang tertata rapi, sehingga menimbulkan kesan
keteraturan karena organisasi penyusunannya berupa suatu blok-blok.
 Cluster
Merupakan komposisi gabungan antara organisasi ruang yang satu dengan
lainnya.

8 Element of Urban Design Process


LAND USE (TATA GUNA LAHAN)

Tata Guna Lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah peruntukan lahan
sebuah kota. Ruang-ruang tiga dimensi (bangunan) akan dibangun di tempat-tempat
sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Pemisahan letak fungsi lahan dengan
pertimbangan optimalisasi lahan. Sebagai contoh, di dalam sebuah kawasan industri
akan terdapat berbagai macam bangunan industri atau di dalam kawasan
perekonomian akan terdapat berbagai macam pertokoan atau pula di dalam kawasan
pemerintahan akan memiliki bangunan perkantoran pemerintah. Kebijaksanaan tata
guna lahan juga membentuk hubungan antara sirkulasi/parkir dan kepadatan
aktivitas/penggunaan individual.

P a g e 9 | 34
Terdapat perbedaan kapasitas (besaran) dan pengaturan dalam penataan ruang kota,
termasuk di dalamnya adalah aspek pencapaian, parkir, sistem transportasi yang ada,
dan kebutuhan untuk penggunaan lahan secara individual. Pada prinsipnya,
pengertian land use (tata guna lahan) adalah pengaturan penggunaan lahan untuk
menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga
dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu
kawasan tersebut seharusnya berfungsi.

BENTUK DAN MASSA BANGUNAN

Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-
massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan
antar-massa (banyak bangunan) yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan
hubungan antar-massa seperti ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk
bangunan, fasad bangunan, dan sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang
terbentuk menjadi teratur, mempunyai garis langit - horizon (skyline) yang dinamis
serta menghindari adanya lost space (ruang tidak terpakai). Building form and
massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan bangunan, yaitu :

a. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang manusia, baik yang berada
dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki (luar bangunan).
Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk sebuah garis horizon
(skyline). Ketinggian bangunan di tiap fungsi ruang perkotaan akan berbeda,
tergantung dari tata guna lahan. Sebagai contoh, bangunan di sekitar bandara akan
memiliki ketinggian lebih rendah dibanding bangunan di kawasan perekonomian.

b. Kepejalan Bangunan
Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks kota. Kepejalan
suatu gedung ditentukan oleh perbandingan tinggi : luas : lebar : panjang, olahan
massa (desain bentuk), dan variasi penggunaan material.

c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)


Koefisien Lantai Bangunan adalah jumlah luas lantai bangunan berbanding luas tapak
(jika KLB=200%, maka di tapak seluas 100m2, dapat dibangun bangunan dengan luas

P a g e 10 | 34
lantai 200m2 - lantai banyak). Koefisien Lantai Bangunan dipengaruhi oleh daya
dukung tanah, daya dukung lingkungan, nilai harga tanah, dan faktor-faktor khusus
tertentu sesuai dengan peraturan atau kepercayaan daerah setempat.

d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)


Adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas tapak keseluruhan.
Koefisien Dasar Bangunan dimaksudkan untuk menyediakan area terbuka yang
cukup di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan bangunan. Hal
ini dimaksudkan agar daur lingkungan tidak terhambat terhambat, terutama
penyerapan air ke dalam tanah.

e. Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as jalan. Garis ini
sangat penting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota. Selain itu
juga berfungsi sebagai jarak keselamatan pengguna jalan, terutama jika terjadi
kecelakaan.

f. Langgam
Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan
dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau
wilayah tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika direncanakan dengan
baik dapat menjadi guide line yang dapat menyatukan fragmen-fragmen dan bentuk
bangunan di kota.

g. Skala
Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan
dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat
membangkitkan daya hidup dan kedinamisan.

h. Material
Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan. Komposisi
yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemen visual.

i. Tekstur
Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak
tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur.

j. Warna
Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna), dapat memperluas
kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.

P a g e 11 | 34
Menurut Spreegen (1965), prinsip dasar perancangan kota, mensintesa berbagai hal
penting berkaitan bentuk dan massa bangunan, meliputi berbagai hal sebagai berikut
:
-Skala, dalam hubungannya dengan sudut pandang manusia, sirkulasi, bangunan
disekitarnya dan ukuran kawasan.

-Ruang kota, yang merupakan elemen dasar dalam perencanaan kota yang harus
memperhatikan bentuk (urban form), skala, sense of enclosure dan tipe urban space.
-Massa kota (urban mass), yang di dalamnya meliputi bangunan, permukaan tanah,
objek-objek yang membentuk ruang kota dan pola aktivitas.

SIRKULASI DAN PARKIR


Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk
dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem
transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling
berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota
merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan
perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas
dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat
aktivitas dan lain sebagainya.
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada
kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada
beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi
efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.

P a g e 12 | 34
Sirkulasi dan Parkir di Wilayah Pantai Marina

Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu :
a. Kelangsungan aktivitas komersial.
b. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota.
Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan :
a. keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di sekitar kawasan
b. pendekatan program penggunaan berganda
c. tempat parkir khusus
d. tempat parkir di pinggiran kota.
Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu memperhatikan :
a. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung citra kawasan dan
aktivitas pada kawasan.
b. Jaringan jalan harus memberi orientasi pada penggunan dan membuat lingkungan
yang legible.
c. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam mewujudkan tujuan
dari kawasan.

RUANG TERBUKA
Berbicara tentang ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap.
Elemen lansekap terdiri dari elemen keras (hardscape seperti : jalan, trotoar, patun,

P a g e 13 | 34
bebatuan dan sebagainya) serta elemen lunak (softscape) berupa tanaman dan air.
Ruang terbuka biasa berupa lapangan, jalan, sempadan sungai, green belt, taman
dan sebagainya.
Dalam perencanan open space akan senantiasa terkait dengan perabot
taman/jalan (street furniture). Street furniture ini bisa berupa lampu, tempat sampah,
papan nama, bangku taman dan sebagainya.
Menurut S Gunadi (1974) dalam Yoshinobu Ashihara, ruang luar adalah ruang
yang terjadi dengan membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dengan alam dengan
memberi jadi bukan alam itu sendiri (yang dapat meluas tak terhingga).

Alun Alun Simpang Lima Semarang

Elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, pedestrian, taman, dan
ruang-ruang rekreasi. Langkah-langkah dalam perencanaan ruang terbuka :
a. Survey pada daerah yang direncanakan untuk menentukan kemampuan daerah
tersebut untuk berkembang.
b. Rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan potensi alami (natural) kawasan
sebagai ruang publik.
c. Pemanfaatan potensi alam kawasan dengan menyediakan sarana yang sesuai.
d. Studi mengenai ruang terbuka untuk sirkulasi (open space circulation) mengarah
pada kebutuhan akan penataan yang manusiawi.

JALAN PEJALAN KAKI


Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar
desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas
sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa
mendatang.

P a g e 14 | 34
Pedestrian Way di Madura

Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan


meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut :
a. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti toko,
restoran, café.
b. Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu, lampu, tempat duduk, dan
sebagainya.
Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus mempunyai syarat-syarat untuk dapat
digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada penggunanya. Syarat-
syarat tersebut adalah :
a. Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor.
b. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan
hambatan kepadatan pejalan kaki.
c. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan naik-
turun, ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain.

P a g e 15 | 34
d. Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan
seperti: taman, bangku, tempat sampah dan lainnya.

AKTIVITAS PENDUKUNG
Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu
kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan
lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan
jalan pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan
penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas.
Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik, karena
aktivitas dan ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak
hanya berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki atau plaza tapi juga
pertimbangankan guna dan fungsi elemen kota yang dapat membangkitkan aktivitas
seperti pusat perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.

PKL di area Museum Fatahilah Jakarta

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity support adalah :
a. Adanya koordinasi antara kegiatand engan lingkungan binaan yang dirancang.
b. Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruang tertentu.
c. Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual.
d. Pengadaan fasilitas lingkungan.
e. Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran, bentuk dan lokasi dan fasilitas yang
menampung activity support yang bertitik-tolak dari skala manusia

P a g e 16 | 34
PRESERVASI
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat
tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang
ada dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan
bersejarah.

Jembatan Mberok dan Kali Semarang, Kota Lama Semarang

Manfaat dari adanya preservasi antara lain:


a. Peningkatan nilai lahan
b. Peningkatan nilai lingkungan
c. Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial
d. Menjaga identitas kawasan perkotaan
e. Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi

SIGNAGE
Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan,
dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan penandaan akan sangat
mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro, jika jumlahnya
cukup banyak dan memiliki karakter yang berbeda. Sebagai contoh, jika banyak
terdapat penandaan dan tidak diatur perletakannya, maka akan dapat menutupi fasad

P a g e 17 | 34
bangunan di belakangnya. Dengan begitu, visual bangunan tersebut akan terganggu.
Namun, jika dilakukan enataan dengan baik, ada kemungkinan penandaan tersebut
dapat menambah keindahan visual bangunan di belakangnya.

Oleh karena itu, pemasangan penandaan haruslah dapat mampu menjaga keindahan
visual bangunan perkotaan. Dalam pemasangan penandaan harus memperhatikan
pedoman teknis sebagai berikut:
a. Penggunaan penandaan harus merefleksikan karakter kawasan.
b. Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur sedemikian rupa agar menjamin jarak
penglihatan dan menghindari kepadatan.
c. Penggunaan dan keberadaannya harus harmonis dengan bangunan arsitektur di
sekitar lokasi.
d. Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali penggunaan khusus untuk theatre
dan tempat pertunjukkan (tingkat terangnya harus diatur agar tidak mengganggu).
e. Pembatasan penandaan yang berukuran besar yang mendominir di lokasi
pemandangan kota.

P a g e 18 | 34
Penandaan mempunyai pengaruh penting pada desain tata kota sehingga pengaturan
bentuk dan perletakan papan-papan petunjuk sebaiknya tidak menimbulkan pengaruh
visual negatif dan tidak mengganggu rambu-rambu lalu lintas.
BAB III
GAMBARAN KAWASAN TERPILIH
Data Lapangan

Bumi Waras, Bumi Waras, Bandar Lampung

Bumi Waras adalah sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Bumi


Waras, Kota Bandar Lampung, Lampung. Di kelurahan ini terdapat Rumah Sakit
Bumi Waras. Sebelum Kecamatan Bumi Waras dibentuk, kelurahan ini berada di
kecamatan Teluk Betung Selatan

Pada lokasi ini yaitu berdekatan dengan bukit kunyit terdapat sebuah
permukiman. Yang mana permukiman ini tergolong kumuh. Lokasi yang tersurvey
adalah bagian teluk selatan yang berjarak sekitar 12 km dengan waktu temput
kurang lebih 40 menit dari pusat kota bandar lampung.

P a g e 19 | 34
1. Analisis SWOT :

Potensi:

a. Selain pantainya disini ada tempat yang tidak kalah menariknya. Ada
lokasi yang dulunya adalah tambang batu, sebenarnya saat ini pun masih ada
penambang namun sudah tidak se intens dulu.
b. Uniknya tanah yang digali tersebut meninggalkan semacam bukit tinggi
yang menjulang ke langit dan bisa anda naiki. Ada tali tambang yang terhubung ke
puncaknya sehingga pengunjung bisa mencoba menaikinya. Namun itu cukup
berbahaya tentunya, hanya orang yang sudah ahli dalam panjat tebing rasanya yang
bisa mendakinya. Namun bila dijadikan background foto cukup indah.
c. Di sekitaran sini juga terdaat kolam sisa galian tambang batu yang
indah, walaupun ukuranya kecil sekitar 5 x 7 meter saja namun warna hijau dari
lumut cukup instagramable.
d. Kawasan ini merupakan pusat sentra pengrajin kerupuk kemplang
Kelurahan Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung Bandarlampung. Dimana mayoritas
kawasan ini bermata pencaharian memproduksi kerupuk kemplang dan sisanya
sebagai nelayan, berdagang serta berternak. Terhitung terdapat kurang lebih 50
usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang memproduksi kerupuk kemplang.
e. Namun warga sekitar menyayangkan rendahnya perhatian pemerintah
terhadap UMKM kerupuk kemplang. Akibatnya UMKM kerupuk kemplang di Kampung
Skip Rahayu tidak berkembang.
f. Pada permukiman ini, warga sangat nyaman untuk menetap dengan
kondisi yang telah ada yaitu tergolong kumuh dan rumah-rumah yang rapat. Mereka
mengatakan bahwa dengan tinggal seperti itu sangat menguatkan hubungan
kekeluargaan didaerah tersebut. Sebagai contohnya, warga sangat responsive

P a g e 20 | 34
apabila ada salah satu tetangga atau warga yang mengalami kesulitan seperti sakit
atau tertimpa musibah.

Ancaman:

Warga tidak memiliki sesuatu hal untuk di cemaskan atau di takuti. Mereka
sangat merasa aman dan nyaman akan kondisinya sekarang. Mereka tidak takut akan
adanya air pasang atau berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan dari sampah
sekitar.

2. Analisis sekitar
a. Aksesbilitas dan Sirkulasi
Lokasi ini cukup mudah untuk dicapai. Kita dapat mengakses nya melalui
daerah pahoman dan masuk ke jalur yos sudarso.
Untuk memasuki permukiman ini, kita harus memasuki jalur yos sudarso yaitu
jalan arteri dua jalur. Permukiman ini tepat di belakang sepanjang jalur yos sudarso.
Untuk mengakses masuk ke dalam terdapat beberapa gang. Jalan akses utama
sebelum memasuki gang memanglah cukup lebar. Jalan tersebut dapat di akses
mobil yaitu selebar 3 meter. Namun setelah berjalan sekitar 100 meter, akses jalan
hanya bisa digunakan oleh pejalan kaki atau pengendara motor.
Sirkulasi jalan pada permukiman ini sangat kecil +/- 1-1,5 m.

b. Sanitasi air bersih dan air kotor

P a g e 21 | 34
Untuk mendapatkan air, warga sekitar akan membeli air bersih di luar
permukiman untuk kebutuhan makan dan minum sehari-hari. Sedangkan untuk mandi
atau pun yang lain warga akan melakukan penggalian sumur bor.
c. MCK
MCK yang digunakan pada rumah-rumah yang sudah berada di pinggir laut
dan menggunakan tiang pancang memiliki MCK berjenis “jamban”. Tempat buang
hajad ini berbentuk seperti rumah panggung diatas pantai yang terdiri dari beberapa
ruangan. Hanya dengan sekat antar ruang yang pendek, memungkinkan masyarakat
dapat mengobrol saat buang hajat bersama-sama.

Lokasi “jamban” ini tak jauh


dari pemukiman warga. Bahkan setiap hari anak-anak bebas bermain dilingkungan
tersebut. Untuk menuju toilet ini masyarakat cukup berjalan di jalan bambu kurang
lebih 50 meter. Disitu ada empat ruang yang siap digunakan untuk melepaskan hajat.
Mendekati lingkungan tersebut, aroma sudah sangat berbeda. Apalagi kalau laut surut
dan masyarakat banyak yang menggunakanya, bisa dibayangkan aroma tak sedap
masuk

kepemukiman warga.

P a g e 22 | 34
Namun kini masyarakat RT 012, 013 dan 015 Lingkungan 1 Kelurahan
Bumiwaras, harus bernafas lega, pasalnya sejak tahun 2016 mereka menerima
bantuan, Namun kini masyarakat RT 012, 013 dan 015 Lingkungan 1 Kelurahan
Bumiwaras, harus bernafas lega, pasalnya sejak tahun 2016 mereka menerima
bantuan perlengkapan MCK dari Aksi Cepat Tanggap dan Bank Ekonomi sebelum
berganti nama menjadi Bank HSBC Indonesia. Sedikitnya ada 30 KK yang menerima
bantuan perlengkapan kebutuhan dasar hidup tersebut.

Menurut Herman selaku Ketua RT setempat, sebelumnya masyarakat terbiasa


menggunakan “jamban”, hal ini karena tidak terdapat fasilitas MCK dirumah masing-
masing. Setelah mendapatkan kunjungan dari pihak ACT, pembangunan sarana MCK
mulai berjalan. Setiap rumah diberikan plakat bantuan, bahkan sampai sekarang
masih tersemat didepan rumah. Menurut Kepala Program ACT Lampung, Dian Eka
Darma Wahyuni, ternyata dukungan ACT untuk sanitasi masyarakat sangat
berpengaruh untuk kesehatan terutama anak-anak dan wanita serta peningkatan
perekonomian keluarga.

d. Sampah
Kondisi sampah pada permukiman ini sangat memprihatinkan karena mereka
langsung membuang semua jenis sampah yang ada pada pinggir pantai / laut.
Memang sungguh miris namun mereka sudah sangat nyaman dengan kebiasaan
seperti itu.

P a g e 23 | 34
Dahulu memang pernah menggunakan soklin (yaitu gerobak atau petugas
yang akan keliling permukiman untuk mengambil sampah dan diberi uang untuk iuran)
tetapi program itu kian lama tidak berjalan lagi dan terbengkalai)

e. Ruang terbuka
Jika dilihat dari kebutuhan suatu permukiman, ruang terbuka merupakan
fasilitas yang seharusnya ada untuk melakukan segala kegiatan masyarakat. Pada
permukiman ini terdapat salah satu ruang terbuka, namun hanya berbentuk lapangan
sebesar lapangan bulu tangikis untuk melakukan kegiatan seperti lomba tujuh belas
agustusan, atau acara lainnya.

P a g e 24 | 34
BAB IV
ANALISIS KAWASAN

Berikut beberapa elemen-elemen perancangan kota yang akan dijelaskan pada area
kawasan permukiman kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung, antara lain:
a. Tata guna lahan
b. Tata bangunan
c. Sirkulasi & parkir
d. Ruang terbuka
e. Jalur pejalan kaki
f. Aktivitas pendukung
g. Sistem petanda h. Preservasi & konservasi
h. Preservasi & konservasi
Dari semua elemen di atas maka analisa di sini akan membahas tentang karakteristik,
potensi dan permasalahan yang ada pada setiap komponen elemen perancangan
kota sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.
 Tata guna lahan
Tata guna lahan di kawasan permukiman kecamatan Bumi Waras dan
sekitarnya berupa kawasan permukiman dan area komersial di bagian pinggir
jalan Yos Sudarso seperti toko/retail. Terdapat juga sarana peribadatan yaitu
masjid di sekitar lapangan ditengah permukiman.
P a g e 25 | 34
Pembagian blok-blok berdasarkan fungsi dari bangunan tidak jelas. Sehingga
bisa dikatakan kawasan permukiman ini tidak teratur segi aksesbilitas maupun
pencapaian ke tiap-tiap bangunan. Karena sistem kepemilikan lahan yang
sesukanya mendirikan rumah di sekitar kawasan laut di kecamatan Bumi waras
tersebut.
 Tata bangunan
Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa seperti
ketinggian bangunan, jarak antar bangunan, fasad bangunan perlu diketahui
dalam melihat elemen tata bangunan.
a. Ketinggian Bangunan
Ada beberapa jenis ketinggian bangunan di area Permukiman kecamatan Bumi
waras sebagai berikut :
1. Ketinggian bangunan berlantai 2 yaitu pada bangunan pertokoan di
pinggir Jl. Yos Sudarso dengan tinggi bangunan 8 meter, masjid 6 meter,
dan beberapa rumah warga 6 meter.
2. Ketinggian bangunan berlantai 1 yaitu pada bangunan rumah warga,
toko/ warung kecil yaitu dengan ketinggian 3-4meter.

 Jarak Bangunan

kondisi jarak antar bangunan


yang sangat dekat sekali dan
hanya dibatasi oleh gang jalan
yaitu sekitar 1-1,5 meter tanpa
adanya ruang hijau di
sepanjang jalan tersebut.

kondisi jarak antar bangunan


yang dibatasi dengan
jembatan, mengingat kondisi
rumah yang berdiri diatas laut
dengan lebar jembatan 1
meter.
P a g e 26 | 34
 Fasad Bangunan
Kondisi fasad bangunan di kawasan Kecamatan Bumi waras ini seperti rumah
sederhana, beberapa telah menggunakan konstruksi permanen yaitu dengan
batu bata dan semen dengan mempertimbangkan lahan jika memungkinkan
dan terdapat juga bangunan tidak permanen rata-rata pada bangunan yang
tidak memungkinkan bangunan permanen yaitu di atas laut dengan material
kayu dana tap seng/ asbes.

 Sirkulasi dan Parkir


a. Sirkulasi

Untuk memasuki permukiman ini, kita harus memasuki jalur yos sudarso
yaitu jalan arteri dua jalur. Permukiman ini tepat di belakang sepanjang
jalur yos sudarso. Untuk mengakses masuk ke dalam terdapat beberapa
gang. Jalan akses utama sebelum memasuki gang memanglah cukup
lebar. Jalan tersebut dapat di akses mobil yaitu selebar 3 meter. Namun
setelah berjalan sekitar 100 meter, akses jalan hanya bisa digunakan oleh
pejalan kaki atau pengendara motor.

P a g e 27 | 34
Sirkulasi jalan pada permukiman ini sangat kecil +/- 1-1,5 m.

b. Parkir

Situasi parkir di kawasan ini untuk kendaraan beroda 4 hanya bisa berada pada
badan jalan Yos Sudarso atau melewati akses disamping Bukit kunyit disana
terdapat parkir terpadu kendaraan besar/bus, kendaraan roda dua.

 Ruang Terbuka
Pada permukiman ini terdapat salah satu ruang terbuka yang terdapat pada RT
18, namun hanya berbentuk lapangan sebesar lapangan bulu tangkis untuk
melakukan kegiatan seperti lomba tujuh belas agustusan, atau acara lainnya.

Begitu juga dengan RT 17 terdapat ruang terbuka berupa lapangan bulu tangkis
sebagai kegiatan acara dan area bermain anak-anak sehari-hari.

P a g e 28 | 34
 Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki di kawasan permukiman Kecamatan Bumi waras ini tidak terdapat
trotoar sehingga akses pajalan kaki dengan kendaraan roda dua bercampur, sehingga
dapat membahayakan pejalan kaki, dan tidak nyaman untuk mengaksesnya.
Ditambah jalan yang sempit sehingga pejalan kaki harus bersabar menunggu
kendaraan motor yang lewat.

 Aktifitas Pendukung
Aktifitas pendukung yang ada di permukiman Kecamatan Bumi waras ini yaitu toko-
toko kecil seperti warung makan, pabrik kerupuk kemplang, dan retail/ pertokoan.
 Sistem Petanda
Sistem petanda di kawasan permukiman Kecamatan Bumi waras ini hanya terdapat
pada pertokoan di tepi Jl. Yos Sudarso berupa banner atau palang merk toko di
depannya.
 Preservasi dan Konservasi
Sesuai dengan pengertianya masing-masing maka Peservasi dan Konservasi erat
kaitannya dengan pelestarian bangunan, Namun yang perlu dilestarikan fungsi dari
beberapa bangunan sekitar yaitu potensi dari pabrik kerupuk kemplang itu sendiri.
Namun jika dilihat dari elemen perancangan kota kawasan permukiman ini tidak ada
bangunan yang patut dilestarikan, karena dilihat dari delapan elemen kota diatas tidak
adanya salah satu elemen yang menonjol sehingga kawasan ini di katakan kawasan
tidak siap huni.

P a g e 29 | 34
BAB I
KESIMPULAN

P a g e 30 | 34
KESIMPULAN

LOKASI PEMUKIMAN

Bumi Waras adalah sebuah kelurahan yang berada di Kecamatan Bumi Waras,
Kota Bandar Lampung, Lampung. Di kelurahan ini terdapat Rumah Sakit Bumi Waras.
Sebelum Kecamatan Bumi Waras dibentuk, kelurahan ini berada di kecamatan Teluk
Betung Selatan

8 Element of Urban Design Process


 LAND USE (TATA GUNA LAHAN)
Tata Guna Lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah
peruntukan lahan sebuah kota. Ruang-ruang tiga dimensi (bangunan) akan
dibangun di tempat-tempat sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
ANALISIS:
Tata guna lahan di kawasan permukiman kecamatan Bumi Waras dan
sekitarnya berupa kawasan permukiman dan area komersial di bagian pinggir
jalan Yos Sudarso seperti toko/retail. Terdapat juga sarana peribadatan yaitu
masjid di sekitar lapangan ditengah permukiman.
Pembagian blok-blok berdasarkan fungsi dari bangunan tidak jelas. Sehingga
bisa dikatakan kawasan permukiman ini tidak teratur segi aksesbilitas maupun
pencapaian ke tiap-tiap bangunan. Karena sistem kepemilikan lahan yang
sesukanya mendirikan rumah di sekitar kawasan laut di kecamatan Bumi waras
tersebut.

 BENTUK DAN MASSA BANGUNAN


Building form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan
massa-massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta
bagaimana hubungan antar-massa (banyak bangunan) yang ada.
a. Ketinggian Bangunan
b. Kepejalan Bangunan
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)
e. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
f. Langgam
g. Skala
h. Material
P a g e 31 | 34
i. Tekstur
j. Warna

 SIRKULASI DAN PARKIR


Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat
membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan
keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-
tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu
kegiatan).
ANALISIS:
a. Sirkulasi

Untuk memasuki permukiman ini, kita harus memasuki jalur yos sudarso
yaitu jalan arteri dua jalur. Permukiman ini tepat di belakang sepanjang jalur
yos sudarso. Untuk mengakses masuk ke dalam terdapat beberapa gang.
Jalan akses utama sebelum memasuki gang memanglah cukup lebar.
Jalan tersebut dapat di akses mobil yaitu selebar 3 meter. Namun setelah
berjalan sekitar 100 meter, akses jalan hanya bisa digunakan oleh pejalan
kaki atau pengendara motor.

Sirkulasi jalan pada permukiman ini sangat kecil +/- 1-1,5 m.

b. Parkir
Situasi parkir di kawasan ini untuk kendaraan beroda 4 hanya bisa berada pada
badan jalan Yos Sudarso atau melewati akses disamping Bukit kunyit disana
terdapat parkir terpadu kendaraan besar/bus, kendaraan roda dua.
 RUANG TERBUKA
Berbicara tentang ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap.
Elemen lansekap terdiri dari elemen keras (hardscape seperti : jalan, trotoar,
patun, bebatuan dan sebagainya) serta elemen lunak (softscape) berupa
P a g e 32 | 34
tanaman dan air. Ruang terbuka biasa berupa lapangan, jalan, sempadan
sungai, green belt, taman dan sebagainya.
ANALISIS:
Pada permukiman ini terdapat salah satu ruang terbuka, namun hanya
berbentuk lapangan sebesar lapangan bulu tangkis untuk melakukan kegiatan
seperti lomba tujuh belas agustusan, atau acara lainnya.

 JALAN PEJALAN KAKI


Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen
dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-
pola aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan
fisik kota di masa mendatang.
ANALISIS:
Jalan dapat di akses mobil yaitu selebar 3 meter. Namun setelah berjalan
sekitar 100 meter, akses jalan hanya bisa digunakan oleh pejalan kaki atau
pengendara motor. Sirkulasi jalan pada permukiman ini sangat kecil +/- 1-1,5

 AKTIVITAS PENDUKUNG
Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan
yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter
suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi,
penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak
hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang
dapat menggerakkan aktivitas.

 PRESERVASI
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan
tempat tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area
perbelanjaan) yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan
terhadap bangunan bersejarah.

 SIGNAGE

P a g e 33 | 34
Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media
iklan, dan berbagai bentuk penandaan lain.

P a g e 34 | 34

You might also like