Professional Documents
Culture Documents
UNHAS
Asrama Medica merupakan sebuah keluarga dengan ciri khas "kumpul" adalah anak
Fakultas Kedokteran UNHAS yang asalanya dari luar Makassar, dengan semangat
kekeluargaan yang terbina mendedikasikan diri sebagai pengabdi pandu ilmu sejati,
semoga kelak menjadi dokter yang bermartabat, berguna bagi seluruh lapisan
masyarakat, dan tentunya bagi agama Allah
PENDAHULUAN
Tubuh manusia dibentuk oleh sejumlah tulang (206 buah), yang saling berhubungan
membentuk articulus, memungkinkan manusia dapat berdiri dan duduk dengan stabil,
dan bergerak dengan leluasa sesuai keinginannya.
Manusia adalah makhluk bipedal yang berdiri dan berjalan dengan menggunakan
extremitas inferior, dan extremitas superior dipakai untuk memasukkan makanan ke
dalam cavus oris.
BAB I
ARTHROLOGI UMUM
Ad.I. SYNARTHOSIS
Diantara kedua ujung tulang yang membentuk articulus terdapat suatu jaringan. Terdiri
dari :
1. SYNDESMOSIS, jaringan penghubung adalah jaringan ikat.
a. SUTURA, tepi-tepi tulang yang bertemu diperhubungkan oleh suatu jaringan ikat
yang tipis, misalnya sutura pada calvaria cranii.
b. SCHINDYLISIS, suatu tulang yang terjepit di dalam celah pada tulang lainnya,
misalnya antara rostrum sphenoidale dan vomer.
c. GOMPHOSIS, suatu tulang yang berbentuk kerucut masuk ke dalam lekuk, alveolus,
yang sesuai pada tulang yang lain, misalnya dentes pada maxilla dan mandibula.
d. SYNDESMOSIS ELASTICA, jaringan ikat penghubung terdiri dari serabut-serabut
elastis, misalnya ligamentum flavum di antara arcus vertebrae.
e. SYNDESMOSIS FIBROSA, jaringan ikat penghubung terdiri dari serabut-serabut
kolagen, misalnya membrana interossea antebrachii, di antara radius dan ulna.
2. SYNCHONDROSIS, jaringan penghubung dan diaphyse sebelum penulangan selesai
atau symphysis osseum pubis pada usia dewasa.
3. SYNOSTOSIS, jaringan penghubung ialah tulang, misalnya di antara epiphyse dan
diaphise sesudah penulangan atau di antara os ilium, os pubis dan os ischium pada usia
dewasa.
Ad.II. DIARTOSIS
Ujung-ujung tulang yang membentuk articulus bebas, tidak ada jaringan di antaranya.
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Salah satu ujung tulang membentuk caput articulare dan ujung tulang yang lain
membentuk cavitas glenoidas.
2. Kedua ujung tulang dibungkus oleh capsula articularis, yang terdiri dari stratum
fibrosum di sebelah superficialis dan statum synoviale di sebelah profunda; stratum
synoviale menghasilkan synovia (filtrasi plasma darah) yang membuat licin permukaan
kedua ujung tulang.
3. Cavum articulare ialah rongga potensil yang terdapat di antara ujung-ujung tulang,
dan berisi synovia.
4. Alat-alat khusus yang meliputi :
a. labium articulare ;
b. discus dan menicus articularis sebagai alat untuk menahan tumbukan, penyangga dan
mengurangi discongruentio di antara ujung-ujung tulang yang bersendi ;
c. bursa mucosa di sekitar sendi atau kadang-kadang berhubungan dengan cavum
articulare untuk memudahkan gerakan ;
d. ligamentum, yang sebenarnya adalah bagian dari capsula articularis dan selanjutnya
terpisah dari capsula itu.
Luas gerakan pada articulationes ditentukan oleh jumlah axis, sebagai berikut:
1. Mono axial
a. GINGLYMUS, sumbu gerak terak lurus pada arah panjang tulang, misalnya
artic.interphalangealis, artic.humero-ulnaris, artic.talocruralis.
b. ARTULATIO TROCHOIDEA, sumbu gerak kira-kira sesuai dengan arah panjang
tulang, misalnya art.radio-ulnaris, art.atlanto-dentalis.
2. Biaxial, kedua garis berpotongan tegak lurus.
a. ARTICULATIO ELLIPSOIDEA, caput articulare berbentuk ellipsoid dalam arah
sumbu panjang dan sumbu pendek, mis.art.radiocarpea.
b. ARTULATIO SELLARIS, permukaan sendi berbentuk pelana artinya dalam arah
sumbu yang satu permukaan itu cembung, dalam arah sumbu yang lain cekung
(concave-convex), mis. Art.carvo-metacarpea.
3. Multi axial (tri axial), kemungkinan gerak sangat luas. Caput articularea berbentuk
bola.
a. ARTICULATIO GLOBOIDEA, cavitas glenoidalis mencakup kurang dari setengah
caput articulare, mis. Art.humeri ;
b. ENARTHROSIS, cavitas glenoidalis mencakup lebih dari setengah caput articulare,
kemungkinan gerak lebih daripada art.globoidea, mis. Art.coxae.
Pembagian lain :
I. SKULL TYPE, tidak dapat bergerak atau persendian yang bersifat sementara.
1. SUTURA
2. SYNCHONDROSIS
3. SYNOSTOSIS
II. VERTEBRAL TYPE, hanya dapat bergerak sedikit.
1. SYMPHYSIS, dibentuk oleh dua buah tulang yang ujung-ujungnya dilapisi oleh
cartilago (hyaline) dan dipersatukan oleh fibrocartilago, di bagian ventral dan dorsal
diperkuat oleh ligamentum. Pada persendian ini tidak terdapat cavum articulare,
melainkan suatu celah saja. Berada pada linea mediana.
Symphysis terdapat diantara :
a. corpus vertebrae
b. facies symphyseos ossis pubis
c. manubrium sterni dan corpus sterni.
2. SYNDESMOSIS, di antara kedua ujung tulang yang berbentuk persendian terdapat
jaringan ikat, misalnya antara arcus vertebrae, antara processus coracoideus dan
clavicula, antara radius dan ulna.
III. LIMB TYPE, disebut juga SYNOVIAL JOINT atau ARTICULATIO, mempunyai
kemungkinan gerak yang luas. Tipe sendi ini mempunyai empat ciri dasar :
1. kedua ujung tulang terpisah satu sama lain;
2. kedua ujung tulang berada di dalam capsula articularis;
3. capsula articularis dilapisi oleh membrana synovialis ;
4. kedua ujung tulang dilapisi oelh cartilago (hyaline).
Membrana synovialis melekat pada tepi cartilago articularis sehingga cavum articulare
dibatasi oleh membrana synovialis dan cartilago articularis.
INNERVASI
Synovial joint mendapat banyak persarafan, tetapi terbatas pada capsula articularis,
ligamentum dan permukaan superficial membrana synovialis. Permukaan profunda
membrana synovialis, cartilago articularis dan discus articularis tidak diperlengkapi
dengan serabut-serabut saraf. Di dalam capsula articularis dan ligamentum capsulare
terdapat ujung-ujung saraf yang berupa mechanoreceptor, yang berfungsi memberi
informasi mengenai statika dan dinamila persendian, yaitu mengenai posisi dan
gerakan; serabut-serabut saraf ini bermyelin. Serabut-serabut saraf lainnya yang tidak
bermyelin berperan sebagai receptor dan melayani pembuluh-pembuluh darah.
VASCULARISASI
Pada cartilago articularis tidak diketemukan pembuluh darah. Nutrisi persendian
dilakukan oleh synovia (synovial fluid). Pembuluh-pembuluh arteria utama berada pada
sisi flexor dan terlindung terhadap trauma, tetapi sebaliknya selama gerakan fleksi arteri
tersebut dapat terlipat sehingga tersumbat, oleh karena itu terbentuk system collateral di
sekitar articulus cubiti, wrist joint, articulatio genu, anke joint (berfungsi sebagai by
pass).
NOMENCLATUR GERAKAN
Arah dan luas gerakan ditentukan oleh permukaan dari kedua ujung tulang yang
membentuk articulus dan kedudukan dari capsula articularis serta ligamentum
articulare. Luas gerakan berbeda secara individual. Nomenclatur gerakan didasarkan
pada Posisi Anatomi (awal atau akhir dari suatu gerakan), dan gerakan-gerakan yang
dimaksudkan adalah sebagai berikut :
FLEXION (flexi) adalah gerakan yang terjadi terhadap axis transversal dan
membentuk sudut yang lebih kecil antara kedua tulang bersangkutan.
EXTENSION (Extensi) adalah gerakan yang berlawanan dengan gerakan Flexi, yaitu
membentuk sudut yang lebih besar (tulang saling menjauhi satu sama lain).
BAB II
ARTHROLOGI KHUSUS
1. ARTICULATIO STERNOCLAVICULARIS
Dibentuk oleh ujung pars sternalis calviculare, manubrium sterni dan ujung pars
cartilaginis costa I. Ujung clavicula terletak menonjol di cranialis menubrium sterni.
Cavum articulare dibagi menjadi dua bagian oleh suatu discus articularis, yang di satu
pihak melekat pada ujung clavicula di bagian cranialis dan di pihak lain melekat pada
ujung costa I. Discus articularis berfungsi untuk membuat kedua permukaan sendi lebih
serasi dan juga berfungsi untuk menahan dorongan clavicula ke arah medial.
Capsula articularis diperkuat oleh ligamentum sternoclavicularis anterius dan
ligamentum sternoclavicularis posterius. Ligamentum lainnya yang juga memperkuat
capsula articularis adalah ligamentum interclaviculare, yang melekat pada kedua ujung
clavicula, dan ligamentum costoclaviculare (=rhomboid ligament) yang mengikat osta I
pada clavicula, dan berada di sebelah lateral capsula articularis.
Ligamentum costoclavicularis sangat kuat, merupakan faktor stabilisasi yang kuat bagi
articulus bersangkutan. Pada posisi protraksi dan hyperabduksi ligamentum ini menjadi
tegang.
Di bagian ventral dari articulatio ini terdapat tendo caput sternalis
m.sternocleidomastoideus; di bagian dorsal terdapat tendo m.sternohyoideus dan
m.sternothyreoideus.
INNERVASI
Nervi supraclaviculares ( C3 –4 ), dipercabangkan oleh plexus cervicalis.
PERGERAKAN
Titik tumpu dari gerakan pada articulus ini berada pada ligamentum costoclaviculare,
yang menyebabkan gerakan dari kedua ujung clavicula saling berlawanan. Apabila pars
acromialis claviculae diangkat ke atas maka pars sternalis claviculare akan bergerak
turun, demikian sebaliknya pula.
a. ROTASI dari clavicula adalah gerakan yang pasif, oleh karena tidak ada otot rotator
yang bekerja pada articulus ini. Gerakan ini merupakan hasil dari gerakan rotasi scapula
yang diteruskan kepada clavisula oleh ligamentum coracoclaviculare. Pada gerakan
anteflexi humerus, dilanjutkan dengan hyperanteflexi dan kemudian extensi, maka
terjadi gerakan pada clavicula sebesar 40 derajat. Pada gerakan rotasi ini ujung clavicula
bersama-sama dengan discus articularis berputar pada manabium sterni.
b. ELEVASI dan DEPRESI pars acromialis claviculae merupakan akibat daripada
gerakan pars sternalis claviculae ke arah caudal dan cranial, dan gerakan ini terjadi
antara ujung clavicula dengan discus articularis; axisnya adalah axis sagitalis.
c. Gerakan ke ventral dan dorsal terjadi pada bidang horizontalis terhadap sumbu
vertikal, dan dilakukan oleh ujung clavicula bersama dengan discus articularis terhadap
manubrium sterni.
2. ARTICULATIO ACROMIOCLAVICULARIS
Dibentuk oleh facies articularis acromialis claviculae dengan vacies articularis acromii.
Capsula articularis tipis dan kurang berperan dalam memfiksasi clavicula pada scapula.
Pada articulus ini terdapat discus articularis. Yang berperan dalam stabilisasi articulus
ini adalah ligamentum coracoclaviculare, yang memfiksir clavidula pada prosessus
coracoideus, jadi merupakan suatu syndesmosis. Ligamentum ini terdiri atas dua bagian,
yaitu (1) ligamentum trapexoideum dan (2) ligamentum conoideum. Ligamentum
conoideum berbentuk konus terbalik dengan apexnya melekat pada processus
coracoideus dan basisnya melekat pada tuberculum conoideum claviculae. Ligamentum
trapezoideum berada di sebelah antero-lateral ligamentum conoideum, dan letaknya
hampir horizontal.
INNERVASI
Nervi supraclaviculares laterales yang dipercabangkan oleh plexus cervicallis (C4).
PERGERAKAN
Gerakan pada articulus ini adalah pasif, oleh karena tidak ada otot yang melekat pada
kedua ujung tulang bersangkutan yang bekerja langsung pada persendian ini.
Gerakan pada clavicula merupakan akibat daripada gerakan scapula. Gerakan scapula
terhadap dinding thorax dapat dibagi menjadi 3 jenis, sebagai berikut :
a. PROTRAKSI dan RETRAKSI
b. ROTASI
c. ELEVASI dan DEPRESI
Dapat juga terjadi gerakan kombinasi. Dan semua gerakan-gerakan tersebut diteruskan
melalui/oleh ligamentum kepada clavicula.
Gerakan PROTRAKSI scapula dilakukan oleh m.serratus anterior dan m.pectoralis
minor.
Gerakan RETRAKSI dilakukan oleh m.trapezius dan mm.rhomboidei. pada gerakan ini
acromion bergerak terhadap discus articularis dengan axis vertikal yang berjalan melalui
ligamentum conoideum.
Gerakan Abduksi lengan maka scapula berputar (rotasi) terhadap ligamentum
conoideum, dan gerakan ini terjadi antara discus articularis dengan clavicula. Sumbu
dari gerakan scapula berjalan melalui ligamentum conoideum dan articulatio
acromioclavicularis, sehingga scapula bergerak bagaikan pendulum terhadap clavicula.
Rotasi ini dapat berlangsung sebesar 60 derajat, tetapi hanya 20 derajat yang terjadi
antara scapula dan clavicula. Ligamentum coracoclaviculare menjadi tegang dan
meneruskan gaya rotasi tersebut kepada clavicula. Titik tumpu dari articulus ini adalah
ligamentum coracoclaviculare.
ELEVASI dihasilkan oleh kontraki m.trapezius pars descendens, m.levator scapulae dan
mm.rhomboidei, dan gerakan DEPRESI dilakukan oleh m.trapezius pars ascendens,
m.latissimus dorsi pars lateralis dan gaya gravitasi.
Gerakan dari scapula pada dinding thorax meliputi gerakan clavicula pada articulatio
acromioclavicularis dan articulatio sternoclavicularis, dan banyak kali disertai gerakan
articulatio humeri, namun scapula dapat bergerak tersendiri.
Pars lateralis clavicula dapat diangkat (elevasi) sampi 50 derajat (=inklinasi 50 derajat)
yang dibatasi oleh ketegangan ligamentum costoclaviculare. Depresi dapat terjadi hanya
beberapa derajat saja, yang dihalangi oleh bagian cranialis capsula articularis articulatio
sternoclavicularis.
3. ARTICULATIO HUMERI
Tipe articuluc ini adalah Ball and Socket, mempunyai gerakan yang sangat luas.
Dibentuk oleh caput humeri dengan cavitas glenoidalis, dilengkapi dengan labrum
glenoidale (suatu fibrocartilago yang berbentuk cincin). Capsula articularis melekat
pada tepi labrum glenoidale, dan di pihak humerus pada tepi caput humeri, kecuali di
bagian inferior perlekatannya berada 2 – 3 cm di caudalis dari tepi permukaan
persendian. Capsula articularis ini longgar sehingga memungkinkan gerakan menjadi
luas (tampak jelas pada posisi adduksi humerus). Bagian anterior dari capsula articularis
menebal dan membentuk Ligamentum glenohumeral.
Caput longum m.biceps brachii berjalan di dalam sulcus intertubercularis, dan
menembusi capsula articularis.
Ligamentum corachohumerale, suatu ligamentum extra capsularis, berjalan ke arah
lateral dari processus coracoideus dan bercampur dengan bagian cranialis capsula
articularis beserta dengan tendo m.suprapinatus, mengadakan perlekatan pada
tuberculum majus et minus. Ligamentum ini menghalangi gerakan rotasi lateral dan
adduksi.
Pada umumnya kekuatan suatu articulus ditentukan oleh bentuk tulang, ligamenta dan
otot-otot; pada articulus humeri terutama tergantung dari otot.
Otot-otot yang berada di sekitar articulatio humeri terdiri dari otot-otot yang bertendo
panjang, berperan untuk gerakan, dan yang bertendo pendek dengan fungsi utamanya
mempertahankan caput articulare agar tetap berada di dalam cavitas articularisnya.
Keadaan ini dibantu oleh arcus coraco-acromialis yang menghalangi dislokasi humerus
ke arah cranialis. Arcus coraco-acromialis dibentuk oleh prosessus coracoideus,
ligamentum coraco-acromiale dan acromion. Ligamentum coraco-acromiale berbentuk
segitiga dengan apexnya melekat pada ujung acromion di sebelah anterior articulatio
acromioclavicularis dan basisnya melekat pada tepi lateral processus coracoideus.
Di antara acromion dan tendo m.supraspinatus terdapat bursa subacromialis, yang
meluas ke caudal dan berada di antara m.deltoideus dan tuberculum majus humeri.
Bursa ini bersama-sama dengan arcus coraco-acromialis menghalangi dislokasi humerus
ke arah cranialis.
Ada empat buah otot yang tendo-tendonya memperkuat capsula articularis, membentuk
Rotator Cuff, terdiri dari (1) m.supraspinatus di sebelah cranial, (2) m.infraspinatus, (3)
m.teres minor, kedua otot terakhir ini berada di bagian dorsal, dan (4) m.subscapularis
berada di sebelah ventral.
Di bagian caudal capsula articularis tidak diperkuat sama sekali.
Pada posisi abduksi humerus maka tendo-tendo dari m.triceps brachii caput longum dan
m.teres major menempel pada capsula articularis di bagian caudal, sehingga memberi
stabilitas pada posisi ini.
INNERVASI
Capsula articularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari nervus axillaries, nervus
musculocutaneus dan nervus supraclavicularis, yang ketiga-tiganya mengikuti Hilton’
law (= suatu saraf yang melayani persendian, memberi percabangannya kepada kulit
yang menutupi articulus tersebut serta memberi ramus muscularisnya kepada otot-otot
yang bekerja pada articulus bersangkutan).
PERGERAKAN
Banyak kali gerakan pada articulus ini diikuti oleh gerakan scapula pada dinding thorax
serta gerakan clavicula. Ada tiga gerakan dasar, yaitu: (1) Flexi dan Extensi, (2)
Abduksi dan Adduksi dan (3) Rotasi. Gerakan circumductio adalah kombinasi dari
gerakan-gerakan tersebut tadi.
Facies articularis caput humeri mempunyai luas yang empat kali lebih besar daripada
permukaan cavitas glenoidalis. Untuk kepentingan klinik dapat dicatat bahwa
epicondylus medialis humeri letaknya searah dengan caput humeri (medio-caudal).
Luas pergerakan pada articuluc ini selain ditentukan oleh ligamentum yang menjadi
tegang dan kontraksi otot, dipengaruhi juga oleh facies articularis yang saling bertemu.
Bilamana tepi permukaan persendian daripada kedua ujung tulang bersangkutan sudah
saling bertemu, maka gerakan selanjutnya tidak dimungkinkan lagi, terkecuali kalau
disertai dengan dislokasi.
Melakukan gerakan Abduksi dari Posisi Anatomi hanya dapat dilakukan sampai 90
derajat, gerakan selebihnya dihambat oleh:
1) tertumbuknya tuberculum majus humeri pada acromion )=Arcus coracoacromialis)
2) facies articularis caput humeri tidak mendapatkan ruang gerak lagi pada cavitas
glenoidalis.
Bilamana gerakan Abduksi dipaksakan, maka dapat terjadi dislokasi dari humerus.
Gerakan hyperabduksi dapat dilakukan kalau disertai dengan gerakan rotasi lateral dari
humerus. Menempatkan humerus tegak lurus disamping kepala dapat dicapai melalui
gerakan flexi – hyperflexi, tanpa rotasi dari humerus, dan melalui gerakan abduksi –
hyperflexi, tetapi disini disertai dengan rotasi dengan rotasi lateral dari humerus.
Sebenarnya gerakan abduksi sampai 120 derajat adalah semata-mata terjadi pada
articulatio humeri, dan selanjutnya abduksi 60 derajat berikutnya (mencapai 180
derajat) adalah akibat dari berputarnya scapula.
Gerakan abduksi terutama dilakukan oleh m.deltoideus, dibantu oleh m.supraspinatus
(kedua-duanya bertindak sebagai prime mover). Bertindak sebagai antagonist adalah
m.subcapularis, m.infrapinatus dan m.teres minor, yang mencegah caput humeri tertarik
ke cranial dan bahkan mempertahankan posisi facies articularis caput humeri agar tetap
berkontak dengan cavitas glenoidalis.
Gerakan Adduksi yang dilakukan dari posisi abduksi kembali kepada posisi Anatomi
dipengaruhi oleh gaya gravitasi, relaksasi otot-otot abductor dan kontraksi m.deltoideus
pars posterior, m.pectoralis major, m.coracobrachialis, m.teres major, m.latissimus dorsi
dan m.triceps brachiio caput longum.
Gerakan flexi terjadi terhadap axis transversalis dan dapat mencapai 180 derajat tanpa
kesulitan; otot-otot yang berperan adalah m.deltoideus pars clavicularis, m.pectoralis
major pars clavicularis, m.coracobrachialis dan m.biceps brachii.
Gerakan extensi dilakukan oleh m.deltodeus pars posterior, m.teres major, m.latissimus
dorsi, m.triceps brachii caput longum dan dibantu oleh m.pectoralis major pars
sternocostalis.
Gerakan Rotasi dari humerus dapat dilakukan pada setiap posisi, dilakukan terhadap
axis longitudinalis; gerakan ini dihambat oleh capsula articularis yang menjadi tegang
dan keadaan permukaan persendian yang saling bertemu (luas permukaan persendian
yang semakin berkurang). Terdiri dari Rotasi lateral dan Rotasi Medial. Gerakan Rotasi
Lateral dilakukan oleh m.infraspinatus, m.teres minor dan m.deltoideus pars posterior.
Gerakan Rotasi Medial dikerjakan oleh m.pectoralis major, m.deltoideus pars anterior,
m.subscapularis, m.teres major dan m.latissimus dorsi.
4. ARTICULATIO CUBITI
Articulus ini termasuk tipe Ginglymus, yang hanya memberi kemungkinan gerakan
Flexi dan Extensi. Articulus ini dibentuk oleh tiga buah tulang, yaitu (a) ujung distal
humerus, (b) ujung proximal radius dan (c) ujung proximal ulna.
Secara structural terbentuk tiga buah articulus, masing-masing (1) articulatio
humeroradialis, (2) articulatio humeroulnaris dan (3) articulatio radioulnaris proximalis.
Ketiga-tiganya berada dalam satu capsula articularis.
Articulatio humeroradialis dibentuk oleh capitulum humeri dengan fovea capituli radii.
Articulatio humeroulnaris dibentuk oleh trochlea humeri dengan incisura semilunaris
ulnea. Articulatio radioulnaris proximalis dibentuk oleh capitulum radii (circumferentia
articularis) dengan incisura radialis ulnea.
Capsula articularis dari persendian ini bentuknya tipis di bagian anterior dan di bagian
posterior, ditutupi oleh m.brachialis dan m.triceps brachii, mengadakan perlekatan di
bagian anterior pada humerus di sebelah cranialis dai fossa radialis dan fossa
coronoidea, dan di bagian caudal melekat pada ligamentum anulare radii dan pada
processus coronoideus. Di bagian dorsal capsula articuralis melekat pada tepi cranialis
olecranon. Di bagian medial dan lateral capsula articularis diperkuat oleh ligamentum
collateral ulnare (mediale) dan ligamentum collaterale radiale (laterale).
Ligamentum collaterale ulnare berbentuk segitiga, pars anterior adalah bagian yang
paling kuat, melekat dari epicondylus humeri menuju ke tepi medialis processus
coronoudeus, sedangkan pars posterior melekat pada processus coronoideus dan pada
tepi medialis olecranon; bagian ke tiga atau pars intermedia menghubungi kedua bagian
tersebut tadi satu sama lain, terletak agak ke profundus dan menutupi (melindungi)
nervus ulnaris.
Ligamentum collaterale radiale berbentuk datar, melekat pada humerus di bagian
distalis dari tempat origo otot-otot “common extensor” dan di pihak lain melekat
(bergabung) dengan ligamentum anulare radii.
Ligamentum anulare radii melekat pada tepi inicura radialis ulnae, membungkus
capitulum radii dan collum radii; ligamentum ini tidak melekat pada radius sehingga
memberi kebebasan bagi radius untuk bergerak di dalamnya.
INNERVASI
N.musculocutaneus, n.medianus, n.ulanaris dan n.radialis (Hilton’s Law).
PERGERAKAN
Gerakan yang mungkin hanyalah Flexi dan Extensi. Gerakan Flexi dibatasi oleh
tebalnya otot-otot brachium. Gerakan extensi dibatasi oleh tertumbuknya olecranon
pada fossa olecranii.
Gerakan Flexi dihasilkan oleh kontraksi m.brachialis, m.biceps brachii dan
m.brachioradialis.
Gerakan Extensi dilakukan oleh m.triceps brachii dan m.anconeus.
Pada Posisi Anatomi sumbu antebrachium membentuk sudut sebesar 165 derajat pada
wanita dengan sumbu longitudinal brachium, sehingga pada wanita kelihatannya
antebrachium lebih bengkok ke lateral daripada pria. Sudut ini dinamakan “carrying
angle”. Apabila dilakukan gerakan flexi dari posisi Extensi, maka antebrachium
bergerak ke cranial dan medial.
“Bringing the Hand to the Mouth” berarti terjadi flexi penuh pada articulatio cubiti
disertai rotasi medial humerus pada articulatio cubiti dan pronasi pada articulatio radio-
ulnaris proximalis.
5. ARTICULATIO RADIO-ULNARIS
Antara radius dan ulna terbentuk tiga buah articulus, yaitu (a) articulatio radio-ulnaris
proximalis, (b) articulatio radio-ulnaris distalis dan (c) syndesmosis, di bagian tengah
(membrana interossea antebrachii).
Articulatio radio-ulnaris proximalis dibentuk oleh capitulum radii dengan incisura
radialis ulnae. Capitulum radii berada di dalam ligamentum anularea radii (dilingkari)
sehingga capitulum radii dapat berputar dengan bebas. Incisura radialis ulnae
merupakan ¼ bagian dari sebuah lingkaran dan ligamentum tersebut membentuk ¾
bagian selanjutnya.
Ligamentum ulnarea radii berbentuk corong yang membesar di bagian proximal dan
mengecil di bagian distal, sehingga dengan demikian capitulum radii tidak dapat
terlepas daripadanya.
Articulatio radio-ulnaris proximalis termasuk di dalam articulatio cubiti dengan alasan
1) Berada di dalam satu cavum articulare yang sama;
2) Ligamentum collaterale laterale melekat pada ligamentum anulare radii;
3) Baik pada flexi-extensi maupun pada gerakan pronasi-supinasi capitulum radii
berputar terhadap dan pada capitulum humeri.
Antara corpus radii dan corpus ulnae terdapat Chorda obliqua dan Membrana Interossea
Antebrachii, membentuk persendian berupa syndesmosis. Chorda obliqua melekat pada
tuberositas ulnea, menuju ke arah infero-lateral dan melekat di bagian caudalis
tuberositas radii.
Membrana interossea antebrachii melekat pada crista interossea radii dan pada crista
interossea ulnea, arahnya dari cranio-lateral menuju ke infero-medial. Pada membrana
interossea ini terdapat perlekatan dari otot-otot flexor dan extensor lapisan profunda
antebrachium.
Articulatio radio-ulnaris distalis (inferior) dibentuk oleh capitulum ulnea dengan
circumferentia articularisnya di satu pihak dengan incisura ulnaris radii di pihak lain.
Mempunyai capsula articularis yang tipis. Pada articulus ini terdapat sebuah discus
articularis yang berbentuk segitiga, memisahkan ujung ulna daripada ossa carpalia.
Apex dari discus articularis melekat pada sisi lateral processus styloideus ulnae, dan
basisnya melekat pada margo distalis incisura ulnaris radii. Fungsi discus articularis
adalah menghindari pemisahan ujung radius daripada ujung ulna. Dibagian ventral dan
dorsal discus articularis mengadakan perlekatan pada capsula articularis dari Wrist
Joint.
INNERVASI
Nervus medianus (Hilton’ Law)
PERGERAKAN
Gerakan radius terhadap ulna menghasilkan gerakan rotasi dari antebrachium, yang
terjadi pada axis longitudinalis. Pada gerakan rotasi ini radius berputar terhadap ulna
dan humerus, gerakan yang dimaksud adalah pronasi dan supinasi. Kedua gerakan ini
berada di antara 135 – 180 derajat, dan bervariasi secara individual. Axis dari gerakan
ini dinamakan axis pronasi-supinasi, yang letaknya miring (oblique) melalui capitulum
radii dan processus syloideus ulnae.
Gerakan Pronasi dilakukan oleh m.pronator teres dan m.pronator quadratus. Gerakan
Supinasi dilakukan oleh m.biceps brachii dan m.supinator. manus mengikuti gerakan
dari radius.
7. ARTICULATIO INTERCARPALIS
Ossa carpalia deretan proximalis membentuk articulus dengan ossa carpalia deretan
distalis membentuk ARTICULATIO MEDIOCARPALIS. Pada articulus ini permukaan
persendian yang konveks dibentuk oleh os hamatum dan os capitatum, permukaan yang
cekung dibentuk oleh os scaphoideum, os lunatum dan os triquetrum, sementara itu
permukaann yang konveks dari bagian distal os scaphoideum membentuk persendian
dengan permukaan yang konkaf yang dibentuk oleh os trapexium dan os trapezoideum.
PERGERAKAN
Gerakan pada articulatio intercarpalis selalu dikombinasikan dengan gerakan pada Wrist
Joint. Gerakan yng dimaksud terjadi antara ossa carpalia deretan distalis dengan ossa
carpalia deretan proximalis, yang terjadi pada articulatio mediocarpalis.
Pada posisi flexi jari-jari, maka kemungkinan flexi pada wrist joint menjadi terbatas,
yang disebabkan oleh insufficiensi pasif dari otot-otot extensor dari jari-jari.
8. ARTICULATIO CARPOMETACARPALIS
Ada lima buah articulatio carpometacarpalis. Yang pertama dibentuk oleh basis ossis
metacarpalis dengan os multangulum majus. Basis metacarpalis II membentuk
persendian dengan os multangulum majus, os multangulum minus dan os capitatum.
Basis metacarpalis III membentuk articulus dengan os capitatum. Basis metacarpalis IV
membentuk articulus dengan os capitatum dan os hamatum. Selanjutnya terbentuk
persendian antara basis metacarpalis II,III dan IV satu sama lainnya.
Articulatio carpometacarpalis I mempunyai bentuk (tipe) Saddle (=pelana), yang dapat
melakukan gerakan flexi-extensi, abduksi-adduksi dan gerakan opposisi-reposisi.
Capsula articularis dari articulus ini terpisah daripada articulatio carpometacarplis
lainnya.
Gerakan Flexi-Extensi dari ibu jari terjadi pada bidang yang sama dengan gerakan
Abduksi-Adduksi jari-jari lainnya. Extensi adalah gerakan jari I ke arah lateral,
sedangkan gerakan Flexi adalah sebaliknya. Gerakan Abduksi-Adduksi dari jari I terjadi
pada bidang yang sama dengan gerakan flexi-extensi dari jari-jari lainya. Gerakan
Abduksi jari I dapat juga disebut Abduksi plamaris dan gerakan Extensi adalah sama
dengan gerakan Abduksi radialis.
Gerakan Abduksi dilakukan oleh m.abduktor pollicis longus dan m.abductor pollicis
brevis.
Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.adduktor pollicis.
Gerakan Flexi dan Rotasi Medial dilakukan oleh kontraksi m.flexor pollicis longus,
m.flexor pollicis brevis dan m.opponens pollicis.
Yang dimaksud dengan gerakan Opposisi adalah gabungan gerakan flexi, rotasi medial
dan adduksi sehingga ujung jari I dapat berpindah-pindah (bertemu) dengan ujung-
ujung jari lainnya.
Articulatio carpometacarpalis II dan III pada dasarnya kurang bergerak, sedangkan
articulatio carpometacarpalis V mempunyai kemampuan gerakan flexi yang lebih baik
sehingga dapat mempertahankan benda-benda dalam genggaman dengan sempurna.
9. ARTICULATIO METACARPOPHALANGEALIS
Dibentuk oleh basis phalanx I (proximalis) yang mempunyai permukaan konkaf dengan
capitulum metacarpalis yang berbentuk bola.
INNERVASI
Nervus femoralis, nervus ischiadicus dan nervus obturatorius (Hilton’ Law).
PERGERAKAN
Gerakan terjadi terhadap axis transversal, axis antero-posterior dan axis longitudinal.
Terhadap axis transversal terjadi gerakan Flexi. Gerakan Flexi dari Posisi Anatomi
dengan articulatio genu dalam posisi extensi hanya dapat dilakukan sampai 60 derajat
saja, hal mana disebabkan oleh tension (= ketegangan) dari otot hamstring. Apabila
articulatio genu berada dalam posisi flexi maka flexi pada articulatio coxae dapat
ditingkatkan sampai 90 derajat. Sebagai penggerak utama adalah m.iliacus dan m.psoas
major, dibantu oleh m.rectus femoris, m.tensor fasciae latae, m.sartorius dan
m.pectineus.
Gerakan extensi dilakukan oleh otot hamstring dan m.gluteus maximus. Gerakan ini
sangat terbatas, hanya kira-kira 15 derajat saja. Gerakan ini dibatasi oleh ketegangan
dari ligamentum iliofemorale dan ligamentum pubofemorale.
Gerakan Abduksi adalah gerakan ke arah lateral terhadap axis postero-anterior sebesar
60 derajat. Sebagai abduktor utama adalah m.gluteus medius, dibantu oleh m.tensor
fasciae latae, m.gluteus minimus dan m.gluteus maximus. Gerakan ini dibatasi oleh
ketegangan otot adductor dan tertumbuknya trochanter major pada acetabulum.
Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.petineus, m.adductor longus, m.adductor brevis,
m.adductor magnus dan m.gracilis.
Gerakan Rotasi lateral (=exorotasi) terjadi terhadap axis longitudinal, yaitu permukaan
bagian ventral berputar ke arah medial, berlangsung sebesar 30 derajat, dibatasi oleh
bagian posterior capsula articularis. Otot yang berperan adalah m.gluteus medius dan
m.gluteus minimus
Gerakan pelvis terhadap articulatio coxae merupakan gerakan yang terjadi setiap saat,
baik pada waktu berdiri maupun pada waktu berjalan. Berdiri pada satu kaki (misalnya
kaki kanan) berarti gaya gravitasi berpindah pada kaki yang bertumpu itu (kaki kanan)
dan pelvis bagian kiri dihalangi kejatuhannya oleh kontraksi m.gluteus medius dexter.
Apabila gluteus medius dexter lumpuh maka pelvis akan turun di sebelah kiri, tetapi hal
ini dihindari dengan berdiri miring ke arah kanan, dan orang bersangkutan akan berjalan
dengan miring ke arah kanan (pincang).
Articulatio coxae sangat stabil, yang disebabkan oleh karena fossa acetabuli membentuk
lekukan yang dalam dan membungkus caput femoris dengan baik; selain itu stabilitas
diberikan juga oleh ligamentum yang kuat, yang berada di bagian anterior coxae. Pada
articulus ini dapat dilakukan gerakan circumductio.
2. ARTICULATIO GENUS
Dibentuk oleh ujung distal condylus femoris dengan ujung proximal condylus tibiae dan
dengan facies dorsalis patella. Tipe : Condiloidea.
Permukaan persendian dari condylus femoris yang berhadapan dengan tibia berbentuk
konveks; bentuk facies articulus pada ujung condylus tibiae datar dan dilengkapi dengan
suatu fibrocartilago, yang dinamakan meniscus, yaitu meniscus lateralis dan meniscus
medialis. Stabilitas articulus ini tergantung pada ligamentum yang terdapat di situ.
Capsula articularis kuat di bagian dorsal. Di bagian anterior dibentuk oleh tendo
m.quadriceps femoris, yang melekat pada tepi cranial patella dan ligamentum patellae
yang melekat pada tepi caudal patella dan pada tubberositas tibiae. Pada setiap sisi
patella capsula articularis terdiri dari retinaculum patellae mediale at laterate, yang
merupakan perluasan dari m.vastus medialis dan m.vastus lateralis. Retinaculum laterale
diperkuat oleh serabut-serabut dari tractus iliotibialis. Pada kontraksi m.quadriceps
femoris capsula articularis dibagian anterior dan ligamentum patellae menjadi tegang.
Ligamentum capsulare pada sisi articulatio genus meluas (melekat) dari condylus
femoris sampai di condylus tibiae.
Ligamentum collaterale tibiale (medial) berbentuk datar dan berada pada bagian medial
capsula articularis. Di bagian cranialis ligamentum ini melekat pada epicondylus
medialis femoris, dan di sebelah caudalis berbentuk lebar, melekat pada condylus
medialis tibiae dan pada bagian cranialis corpus tubiae. Serabut-serabut bagian profunda
melekat pada tepi luar meniscus medialis.
Ligamentum collaterale fibulare (laterale) terletak terpisah daripada capsula articularis,
berbentuk bulat tali dan meluas dari epicondylus lateralis femoris menuju sisi laterale
capitulum fibulae. Bagian posterior capsula articularis mengadakan perlekatan pada
bagian cranial condylus femoris dan fossa intercondyloidea femoris dan pada bagian
proximal tibiae. Suatu perluasan dari capsula articularis, yang dinamakan ligamentum
popliteum arcuatum, mengadakan perlekatan pada capitulum fibulae. Bagian sentral
dari capsula articularis diperkuat oleh ligamentum popliteum obliquum, yang
merupakan perluasan dari tendo m.semimembranosus, dan arahnya cranio-lateral,
melekat pada condylus lateralis tibiae. Bagian tepi dari facies posterior capsula
articularis tipis dan ditutupi oleh capus medial dan caput lateral m.gastrocnemius.
Ligamentum cruciatum terdiri atas sepasang ligamentum yang sangat kuat, melekat
pada tibia dan fibula, berada di dalam capsula articularis, tetapi tetap berada di sebelah
superficialis dari membrana synovialis. Ligamentum ini diberikan nama yang sesuai
dengan tempat origonya pada tibia. Ligametum cruciatum anterius melekat di sebelah
ventral eminentia intercondyloidea tibia, di antara kedua buah meniscus, dan menuju
kepada facies medialis condylus lateralis femoris serta mengadakan perlekatan di
tempat ini. Ligamentum cruciatum posterior mengadakan perlekatan pada tepi posterior
permukaan ujung proximal tibia, berada di antara kedua meniscus, berjalan ke ventral
mengadakan perlekatan pada fecies lateralis condylus medialis femoris.
Meniscus medialis dan meniscus lateralis adalah dua buah fibrocartilago yang berbentuk
cresentic (sebagian dari lingkaran), mengadakan perlekatan pada fecies cranialis ujung
proximal tibia. Pada penampang melintang meniscus berbentuk segitiga. Meniscus
medialis bentuknya lebih besar daripada meniscus lateralis, dengan bagian yang terbuka
meliputi (kaki huruf “C”) meniscus lateralis.
INNERVASI
Berasal dari tga sumber, yaitu:
1) n.femoralis, melalui ramus muscularis yang menuju ke m.vastus medialis;
2) ramus genicularis yang dipercabangkan oleh n.tibialis dan n.peroneus communis
(n.ischiadicus);
3) n.obturatorius yang memberikan cabang-cabang yang mengikuti arteria femoralis
menuju ke fossa poplitea.
Persarafan ini terikat pada Hilton’s Law.
PERGERAKAN
Gerakan utama pada persendian ini adalah Flexi dan Extensi, yang terjadi terhadap axis
trasversal. Axis ini tidak tetap, melainkan berpindah ke dorsal selama (mengikuti)
gerakan Flexi dan keadaan ini disebabkan oleh karena bentuk condylus femoris (bagian
postrior yang makin melengkung). Luas gerakan dari Extensi penuh sampai Flexi penuh
kira-kira 130 derajat, dibatasi oleh otot-otot di bagian dorsal regio femoris dan regio
cruralis yang saling bertemu.
Pada Flexi penuh (maksimal) bagian posterior facies articulus condylus femoris bertemu
dengan bagian dorsal facies articulus condylus tibiae.
Pada gerakan Extensi dengan tibia yang difiksasi maka condylus femoris berputar ke
ventral (roll forward) sambil berpindah ke dorsal (glide backwards) pada facies
articularis tibiae.
Gerakan dari condylus lateralis berakhir sebelum gerakan Extensi selesai, sedangkan
gerakan dari conylus medialis masih berlangsung karena facies articularis pada
condylus medialis bentuknya lebih panjang daripada yang ada pada condylus lateralis.
Dengan demikian maka terjadi gerakan Endorotasi. Pada akhir dari gerakan Extensi ini
ligamentum collaterale tibiale dan ligamentum collaterale fibulare serta ligamentum
popliteum obiquum menjadi tegang.
Pada full extension ligamentum cruciatum anterius menjasi tegang; pada full Flexion
ligamentum cruciatum posterius menjadi tegang.
Selama berlangsungnya gerakan extensi dan flexi patella menggelincir pada area
intercondyloidea femoris, dan jarak antara tibia dan patella tetap konstan. Pada full
Extension facies patella bagian distal berhadapan (kontak) dengan bagian proximal
condylus femoris. Pada gerakan Flexi patella bergerak ke distal terhadap femur;
semakin diflexi maka bagian proximal patella berhadapan (kontak) dengan bagian distal
facies articularis femoris.
Gerakan Extensi dihasilkan oleh kontraksi m.quadriceps femoris.
Gerakan Flexi dilakukan oleh m.semimembranosus, m.semitendinosus, m.biceps
femoris dan m.popliteus. M.gastrocnemus adalah otot flexor yang lemah.
Otot hamstring bekerja juga sebagai extensor bagi articulatio coxae.
Pada waktu berdiri (extensi) gaya berat badan berada di sebelah ventral articulus genus,
ini adalah salah satu factor penyebab extensi pada articulatio genu. Keadaan ini
diimbangi oleh capsula articularis dan ligamentum yang terdapat di bagian posterior
dari articulus ini. Pada posisi ini peranan otot sangat minim.
M.popliteus berperan pada gerakan exorotasi femur terhadap tibia, yaitu pada awal
gerakan.
3. ARTICULATIO TIBIOFIBULARIS
Antara tibia dan fibula terbetuk articulus pada ujung proximal, ujung distal dan di
sepanjang corpus kedua tulang tersebut. Persendian pada ujung proximal berupa suatu
articulatio (diarthrosis) yang memberi kemungkinan gerakan menggelincir. Capsula
articularisnya kuat di bagain ventral, melebihi yang di bagain dorsal. Di antara tendo
m.popliteus dan capsula articularis terdapat bursa m.popliteus. Persendian ini disebut
ARTICULATIO TIBIOFIBULARIS.
Antara corpus tibiae dan corpus fibulae terdapat membran interossea, yang melekat
pada crista interossea tibiae dan crista interossea fibulae dengan arahnya ke caudal-
lateral, membentuk suatu Syndesmosis. Fungsi membrana interossea selain memfiksir
tibia pada fibula juga tempat melekat beberapa otot cruris.
Ujung distal tibia dan fibula membentuk suatu Syndesmosis, dan dihubungi satu sama
lain oleh ligamentum interosseum, yang membentuk membrana interossea. Hubungan
ini diperkuat di bagian anterior oleh ligamentum malleoli lateralis anterius, dan di
bagian posterior terdapat ligamentum malleoli lateralis posterius yang lebih kuat. Nama
lain dari kedua ligamenta tersebut adalah ligamentum tibiofibulare anterius dan
ligamentum tibiofibularis posterius. Fungsi ligamenta tersebut tadi adalah menghalangi
tertariknya fibula ke arah caudal.
5. ARTICULATIO TALOCALCANEA
Persendian ini terdiri atas : (a) ARTICULATIO TALONAVICULARIS, yang dibentuk
oleh facis articularis navicularis tali dengan facies proximalis ossis navicularis dan (b)
ARTICULATIO TALOCALCANEA ANTERIOR ET MEDIA ET POSTERIOR, yang
dibentuk oleh facies articularis calcanea anterior et media et posterior dengan facies
articularis anterior et media et posterior calcanei.
Articulatio TALANAVICULARIS bersama dengan articulatio TALOCALCANEA
ANTERIOR ET MEDIA berada dalam satu cavum articulare, dan membentuk
Articulatio TALOCALCANEONAVICULARE.
Articulatio TALOCALCANEA POSTERIOR (= ARTICULATIO SUBTALARIS)
dibentuk oleh facies articularis posterior calcanei yang berbentuk konveks dengan facies
articularis calcanea posterior tali yang berbentuk konkaf. Capsula articularis melekat
pada tepi facies articularis dari kedua buah tulang bersangkutan.
Gerakan talus terjadi secara bersamaan pada articulatio subtalaris dan pada articulatio
talocalcaneonavicularis, gerakan yang dimaksud adalah gerakan Inversion dan Eversion.
Pada gerakan Inversion pedis berputar terhadap axis longitudinalis sedemikian rupa
sehingga bagian medial kaki terangkat ke cranial dan bersamaan dengan itu terjadi juga
gerakan Adduksi, sehingga planta pedis menghadap ke arah medialis.
Pada gerakan Eversion tepi lateral pedis bergerak ke arah cranial dan lateral sehingga
planta pedis menghadap ke arah lateral.
Gerakan Inversion dapat dianggap sebagai gabungan dari gerakan adduksi dan supinasi
pedis, sedangkan gerakan Eversion adalah gabungan dari gerakan abduksi dan pronasi.
Inversion maksimal dapat dicapai apabila pedis berada dalam posisi planta flexi, dan
Eversion maksimal dapat dilakukan pada posisi pedis yang dorsoflexi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi gerakan Inversion dan eversion adalah :
a. bentuk
b. ligamentum calcaneofibulare dan ligamentum deltoideum.
Axis pronationis et supinationis melewati os talus dan os naviculare dengan arah yang
miring dari caudo-lateral ke cranio-medial.
Otot yang berperan pada gerakan Inversion adalah m.tibialis anterior dan m.tibialis
posterior.
Gerakan Eversion dilakukan oleh m.peroneus longus, m.peroneus brevis dan
m.peroneus tertius.
Kedua gerakan tadi penting artinya bilamana berjalan pada lantai yang tidak datar
(bergelombang).
6. MIDTARSAL JOINT
Articulus ini terdiri dari dua bagian, yang pertama dibentuk oleh os cubeideum dengan
os calcaneus, yang kedua dibentuk oleh os talus dengan os naviculare.
Articulatio CALCANEOCUBOIDEA terletak transversal menyilang pedis dan berada
pada satu garis dengan Articulatio TALONAVICULARIS. Kedua articulus ini
membantu gerakan inversi, eversi, plantar flexi dan dorsoflexi. Pada persendian ini
terdapat 4 buah ligamenta, yaitu (a) ligamentum calcaneo naviculare plantare, (b)
ligamentum bifurcatum, (c) ligamentum plantare longum dan (d) ligamentum
calcaneocuboideum plantare.
ARTICULATIONES VERTEBRALIS
1. ARTICULATIO INTERVERTEBRALIS
Terdiri atas dua tipe, yaitu (a) tipe Vertebralis dan (b) the Limb type (= synovial Joint)
Syndesmosis Vertebralis
Terdapat empat buah ligamenta:
a) Ligamentum FLAVUM, terdapat antar lamina vertebralis, membantu gerakan
(extensi sesudah flexi), kuat di regio lumbalis.
b) Ligamentum INTERSPINALE, terdapat antar processus spinosus.
c) Ligamentum SUPRASPINALE, terdapat antar ujung processus spinosus, di regio
cervicalis menjadi Ligamentum Nuchae.
d) Ligamentum INTERTRANSVERSUM, terdapat antar processus transversum, lemah.
b. SYNOVIAL JOINT
Dibentuk antar processus articularis. Menghasilkan gerakan flexi, extensi, lateroflexi
dan rotasi. Gerakan yang paling luas berada pada regio cervicalis dan lumbalis.
FUNGSI COLUMNA VERTEBRALIS :
1) Transmisi Gaya Berat Badan
2) Tempat melekat otot-otot truncus dan extremitas
3) Gerakan tubuh
2. JUNCTURA COSTOVERTEBRALIS
Articulus antara costa dengan vertebra thoracalis terdapat pada dua tempat, yaitu (1)
antara capitulum costae dan corpus vertebrae dan (2) antara tuberculum costae dan
processus transversus.
1) ARTICULATIO COSTOVERTEBRALIS merupakan suatu articulus yang dibentuk
oleh capitulum costae dengan corpus vertebrae. Pada umumnya setiap capitulum costae
membentuk articulus dengan dua buah corpus vertebrae, dan pada articulus ini terdapat
discus articulus, kecuali costa I, X, XI dan XII (masing-masing ini hanya dengan sebuah
corpus vertebrae).
Pada articulus ini terdapat (a) ligamentum capituli costae radiatum, meluas dari
capitulum costae menuju ke corpus vertebrae dan (b) ligamentum capituli costae
interarticulare, yang membagi cavum articulare menjadi dua bagian.
2) ARTICULATIO COSTOTRANSVERSARIA dibentuk oleh tuberculum costae
dengan processus transversus vertebrae thoracalis. Pada articulus ini terdapat beberapa
ligamentum, yaitu:
a) Ligamentum tuberculi costae, pendek, tebal dan kuat, berada di antara ujung
processus transversus vertebrae dan tuberculum costae.
b) Ligamentum costotransversarium anterius, meluas dari collum costae menuju ke arah
cranial dan lateral, melekat pada processus transversus vertebrae di sebelah cranialisnya.
c) Ligamentum costotransversarium posteriu, lemah, berada di antara collum costae dan
basis processus transversus vertebrae, arah serabut adalah cranio-medial.
d) Ligamentum colli costae, pendek, kuat, menghubungkan collum costae dengan
processus transversus di sebelah caudalnya.
JUNCTURA COSTOSTERNALIS
Dari ketujuh pasang costae verae hanya costa I yang berhubungan dengan sternum
secara synarthrosis, yaitu Synchondrosis sternocotalis costae I, sedangkan yang lain
berhubungan secara diarthrosis pada articulations sternocostales. Articulatio
sternocostalis costa II biasanya mempunyai dua buah cavum articularis yang
terpisahkan oleh ligamentum interarticulare, yang menghubungkan ujung cartilago
costae II dengan synchondrosis sternalis yang terdapat di antara manubrium sterni dan
corpus sterni.
Articulationes interchondralis adalah hubungan secara diarthrosis antara tepi costa VI,
VII dan VIII dan kadang-kadang costa IX dan X yang bersentuhan. Articulationes ini
diperkuat oleh ligamentum interchondrales.
Vertebrae spuriae membentuk articulus dengan sternum secara synchondrosis.
BAB III
STABILITAS TUBUH
KESEIMBANGAN BADAN
Pada sikap biasa titik berat badan berada di atas axis transversal yang melalui kedua
articulatio coxae. Jadi badan berada dalam Keseimbangan Labil karena titik berat
terdapat di atas titik penyokong. Pada sikap ini panggul letaknya sedemikian rupa
sehingga spina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum terdapat dalam satu
bidang frontal, incisura acetabuli menghadap ke caudal, dan bidang yang melalui adirus
pelvis membentuk sudut 60 derajat dengan bidang datar (= inclinatio pelvis = miring
pelvis ).
Karena badan berada dalam keseimbangan labil maka keseimbangan itu mudah
terganggu, dalam hal ini panggul dapat berputar ke ventral atau ke dorsal, artinya
inclinatio pelvis membesar atau mengecil. Karena panggul melekat erat pada os sacrum,
maka tiap gerak panggul bertambah miring ke ventral, inclinatio pelvis bertambah
besar, maka columna verteblaris juga akan bergerak ke ventral. Dengan majunya
columna verteblaris ke ventral maka keseimbangan badan terganggu dan badan akan
terjatuh ventral. Untuk menghindari hal tersebut, badan melakukan koreksi dengan
menambah pelengkungan lordosis lumbalis, artinya mengecilkan angulus lumbosacralis
sehingga titik berat badan dipindahkan kembali ke dorsal. Sebaliknya jika miring
panggul mengecil, jadi jika panggul memutar ke dorsal, maka columna vertebralis
sebenarnya akan bergerak ke dorsal, tetapi hal itu dicegah oleh karena lordosis lumbalis
merata, artinya angulus lumbodorsalis membesar. Jadi tiap pembesaran miring panggul
mengakibatkan pengecilan angulus lumbodorsalis dan sebalaiknya tiap pengecilan
miring panggul disertai dengan pembesaran angulus lumbodorsalis.
PERASAT THOMAS
Gerakan pada articulatio coxae dapat disembunyikan oleh gerak panggul. Misalnya
pada appendicitis acuta m.ilipsoas berkontraksi yang menyebabkan antefleksi articulatio
coxae dexter, dan jika orang tersebut berbaring maka antefleksi itu menghilang yang
disebabkan oleh karena panggulnya berputar ke anterior. Dengan demikian angulus
lumbodorsalis mengecil (lordosis lumbalis bertambah melengkung) sehingga di daerah
lumbal akan terbentuk suatu celah di antara columna vertebralis dan tempat tidur;
tangan dapat dimasukkan di dalam celah tersebut (pada keadaan normal tangan tidak
bisa disisipkan di antara pinggang dengan tempat tidur).
GEJALA TRENDELENBURG
Apabila salah satu extremitas diangkat (misalnya yang dexter) maka pelvis di bagian
tersebut (dexter) berhasrat akan turun oleh karena tidak ada sandarannya, namun hal itu
tidak terjadi. Keadaan tersebut diatasi oleh berkontraksinya m.gluteus medius dan
m.gluteus minimus pada pihak lain (pihak sinister). Bila pada suatu keadaan ada
gangguan pada m.gluteus medius dan m.gluteus minimus (sinister) maka pelvis orang
tadi akan turun dan segera diantisipasi oleh gerakan lateroflexi columna vertebralis ke
arah yang sakit sehingga extremitas bagian yang sehat (dexter) tampak seolah-olah lebih
panjang, dan orang tersebut akan jalan miring ke arah extremitas yang sakit.
ARCUS PEDIS
Pedis tidak merupakan suatu bidang datar, melainkan melengkung membentuk suatu
arcus dengan titik tumpu di bagian dorsal dan anterior. Arcus tersebut mengarah ke arah
longitudinal dan transversal, dan disebut Arcus Pedis Longitudinalis dan Arcus Pedis
Transversalis. Arcus pedis transversalis berbentuk setengah arcus dan menjadi arcus
penuh apabila kedua pedia diletakkan berdampingan. Titik tumpu di bagian dorsal
adalah processus medialis tuberis calcanei dan di bagian aterior dibentuk oleh kedua
ossa sesamoidea pada capitulum ossis metatarsalis I serta capituli ossium metatarsalium
II – V. Dengan demikian pada bekas tapak kaki pada lantai akan tampak bahwa hanya
tumit, daerah capituli ossium metatarsalium, jari-jari dan bagian lateral tapak kaki
mengenai lantai. Bagian lateral pedis juga mengenai lantai oleh karena lengkung
longitudinalis lateralis letaknya lebih rendah. Bagian medial tapak kaki tidak menyentuh
lantai sebab arcus medial letaknya lebih tinggi. Pada Pes Planus sisi medial pedis
menyentuh lantai.
Ada tiga factor yan mempengaruhi bentuk arcus pedis, yaitu:
1. Ligamentum intersegmentalis, memfiksir tulang-tulang yang membentuk arcus pedis.
2. Ligamentum interpillaris, yang menghubungkan (memfiksir) ujung-ujung arcus pedis
3. Sengkang (strap) yang berada di bagian inferior dari puncak arcus pedis dan melekat
pada bangunan di luar arcus pedis.
Suatu gaya yang menekan arcus pedis akan menghasilkan gaya tangential yang arahnya
mendatar pada kedua ujung arcus. Pada gaya tangential yang sama besarnya, maka gaya
tangential itu akan lebih besar pada arcus yang rendah daripada yang tinggi. Gaya
tangential ini mencoba untuk memperbesar jarak antara kedua ujung arcus, tetapi hal ini
dilawan oleh ligamentum intersegmentalis dan ligamentum interpillaris. Ligamentum
intersegmentalis dan ligamentum interpillaris yang berada di bagian yan cekung dari
arcus (inferior) lebih kuat daripada yang berada di bagian yang cembung (superior).
Arcus Pedis Longitudinalis dibagi menjadi (1) Arcus Pedis Longitudinalis Medialis dan
(2) Arcus Pedis Longitudinalis Lateralis.
SIKAP BADAN
Ada tiga macam Sikap Badan, sebagai berikut:
1. SIKAP BIASA, pada sikap ini miring panggul adalah 60 derajat dan badan berada
dalam keseimbangan labil oleh karena titik berat badan terletak di atas sumbu lintang
yang melalui kedua articulatio coxae yang merupakan titik penyokong badan. Titik
berat badan dan axis lintang itu terletak dalam satu bidang frontal bersama-sama dengan
pertengahan sendi kepala, articulatio humeri, articulatio genu dan articulatio
talocruralis. Pada sikap ini tidak ada otot yan bekerja karena badan sudah berada dalam
keadaan keseimbangan.
2. SIKAP ISTIRAHAT, pada sikap ini panggul diputar kedorsal sebanyak kira-kira 25
derajat sehingga ligamentum iliofemorale menjadi tegang. Titik berat badan terletak di
sebelah dorsal sumbu lintang pangkal paha. Garis berat badan berjalan di sebelah dorsal
articulatio coxae, disebelah anterior articulatio genu dan memotong pedis pada tempat
yang tertinggi dari talus. Pada sikap ini juga tidak ada otot yan berkontraksi oleh karena
berat badan digantungkan pada ligamentum iliofemorale, jadi ligamentum ini yang
menahan berat badan.
3. SIKAP MILITER, pada sikap ini pelvis diputar ke anterior dan angulus lombosacalis
mengecil. Titik berat badan terdapat di sebelah anterior sumbu lintang pangkal paha.
Garis berat berjalan di anterior articulatio coxae, articulatio genu dan articulatio
talocruralis. Keseimbangan tercapai oleh kontraksi mm.erector trunci, m.gluteus
maximus, mm.ischiocrurales, m.gastrocnemius dan m.soleus.