Professional Documents
Culture Documents
URGENSI HADITS
Hadits ini merupakan dasar dari berbagai hukum Islam. Juga merupakan inti dalam hal yang berkaitan
dengan memakan yang halal dan menjauhi yang haram. Dengan hadits ini akan didapatkan manfaat yang luas
dalam masyarakat. Karena jika masyarakat senantiasa membiasakan mengkonsumsi yang halal, maka akan
tercipta kasih sayang, tidak ada dendam, iri, saling tipu, atau bahkan mencuri. Sehingga masyarakat hidup
dalam situasi yang aman dan sentosa.
KANDUNGAN HADITS
1. Yang baik dan diteriman
Sabda Nabi di atas mencakup perbuatan, harta benda, ucapan, dan keyakinan. Allah swt. tidak akan menerima
amalan kecuali amalan tersebut baik, bersih dari segala noda seperti riya’ dan ujub.
Allah tidak akan menerima harta benda yang diinfakkan, dishadaqahkan atau dizakatkan kecuali yang baik
dan halal. Karenanya, Rasulullah saw. selalu mendorong agar seorang muslim bershadaqah dengan harta
hasil usahanya yang halal dan baik. Demikian juga ucapan, tidak akan diterima Allah swt. kecuali ucapan yang
baik. Alalh swt. berfirman, “Kepada-Nyalah naik [diterima] perkataan-perkataan baik, dan amal yang shalih
dinaikkan-Nya.” (Fathir: 10). Allah swt juga membagi ucapan ke dalam dua bagian, baik dan buruk. “Allah
mencontohkan ucapan yang baik, seperti pohon yang baik.” (Ibrahim: 24) “Dan ucapan yang buruk seperti
pohon yang buruk.” (Ibrahim: 26)
Siapapun tidak akan selamat dari sisi Allah, kecuali mereka yang berlaku baik. Allah berfirman: “[yaitu]
orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik.” (an-Naml: 32) malaikat mendatangi mereka
seraya berkata: “Kesejahteraan bagi kalian. Kalian telah berlaku baik, maka masuklah ke dalam surga untuk
selama-lamanya.” (az-Zumar: 73).
Dalam mengomentari kalimat laa yaqbalu illaa thayyiban (“tidak diterima kecuali yang baik.”) ibnu Rajab
berkata: “seorang mukmin adalah orang yang baik secara keseluruhan, hati, lisan, dan seluruh anggota
tubuhnya. Karena dalam hatinya terdapat keimanan, keimanan tersebut akan terurai melalui bibirnya dengan
dzikir, melalui anggota badannya dalam bentuk amal-amal shalih dan inilah buah dari iman.”
Allah juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman makanlah makan yang baik dan apa yang Kami berikan
kepada kalian.” Artinya bahwa para Rasul dan umatnya diperintahkan untuk memakan makanan yang baik
[halal] dan beramal shalih. Sedangkan jika yang dimakan adalah makanan yang haram, maka amal perbuatan
tidak akan diterima. (jami’ul Ulum wal Hikam hal 86).
Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Ibnu ‘Abbas ra. berkata: Saya membaca ayat, ‘Wahai sekalian manusia,
makanlah apa-apa yang ada di bumi, yang halal dan dan baik.’ (al-Baqarah: 168) di sisi Rasulullah saw. Lalu
Sa’ad bin Abi Waqash berkata: “Wahai Rasulallah, mohonkan kepada Allah agar doaku mustajab
[dikabulkan].” Nabi berkata: “Wahai Sa’ad, baikkanlah makananmu [pilihlah yang halal], niscaya doamu
mustajab. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya orang yang di rongganya terdapat satu
genggam barang haram, tidak akan diterima amalnya selama empat puluh hari. Dan barangsiapa yang daging
tubuhnya tumbuh dari barang yang haram, maka nerakalah yang paling layak untuknya.” Riwayat lain
menyebutkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Allah tidak akan menerima shalat seorang yang di rongga terdapat
barang haram.”
6. Penghalang doa
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa yang menyebabkan doa tidak dikabulkan adalah selalu menggunakan
barang haram, baik makanan, minuman maupun pakaiannya.
7. Doa adalah inti dari ibadah, karena seseorang berdoa kepada Allah swt. manakala tidak ada lagi yang bisa
diharapkan kecuali Dia. ini adalah esensi tauhid dan inti dari keikhlasan.
8. Hadits ini mendorong kita untuk berinfa dengan harta yang halal, dan melarang untuk berinfaq dengan
harta yang tidak halal.
9. Barangsiapa yang menghendaki doanya dikabulkan maka harus senantiasa memperhatikan yang halal, baik
makanan maupun pakaiannya.
10. Allah akan menerima dan memberkahi infak dari harta yang baik.
Hadits Ke-10 Makanlah Dari Rezeki yang Halal
*Hadits Arba’in Nawawiyah*
Shahih: HR. Muslim (no. 1015), Ahmad (II/328), at-Tirmidzi (no. 2989), dan selainnya.
*Kedudukan Hadits*
*Hadits ini merupakan salah satu ashlud din (pokok agama), di mana kebanyakan hukum syariat
berporos pada hadits tersebut.*
*Alloh Itu Thoyyib Tidak Menerima Kecuali Yang Thoyyib*
*Demikian juga Alloh, Dia itu thoyyib. Dia suci, tidak ada kekurangan dan cela pada diri-Nya. Dia
sempurna dalam seluruh sisi.*
Alloh tidak menerima sesuatu kecuali yang thoyyib.
Thoyyib dalam aqidah,
*Tidak menerima artinya tidak ridho, atau tidak memberi pahala. Dan ketidakridhoan Alloh terhadap
sebuah amal biasanya melazimkan tidak memberi pahala pada amalan tersebut.*
. *Mengisyaratkan dengan telunjuk, yaitu bagi khatib tatkala berdoa di atas mimbar.*
•┈◎❅◎❀ ❀◎❅◎┈•
* Repost By:*