Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
artinya mereka tidak lagi dikatakan kanak-kanak tetapi belum dapat dikatakan
dewasa. Remaja adalah masa tidak stabil secara psikologis sehingga mereka
Dengan merokok, remaja merasa sudah berperilaku seperti orang dewasa padahal
yang mereka tiru ini merupakan perilaku negatif, yakni bukan hanya menggangu
dan jaringan paru-paru. Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah
diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan
13 kali lebih sering. Sebesar 87 persen kematian karena kanker paru-paru, didapati
berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer. Para perokok memiliki
resiko 70 persen lebih besar terjangkit penyakit yang berhubungan dengan jantung
dan pembuluh darah. Nikotin yang terdapat di dalam rokok, selain menyebabkan
gangguan irama jantung. Stroke atau penyumbataan pembuluh darah otak yang
bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Resiko stroke
dan resiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan
perokok.
Hasil survei pada tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 80% perokok di
mengalami kenaikan sebesar 9,4% dari angka tahun 2001. Proporsi perokok
pemula remaja terus meningkat, diikuti kelompok umur 5-9 tahun dengan
persentase 0,8% pada tahun 2001 menjadi 1,8% pada tahun 2004 ( Mohammad,
2008).
Angka yang didapat dari hasil survey yang dilakukan General Youth
Tobacco Survey (GYTS) Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 30%
anak SMP di Jakarta, Bekasi, dan Medan ternyata sudah merokok. Di Jakarta
terdapat 34% murid sekolah usia SMP pernah merokok dan sebanyak 16,6%
masih merokok. Di Bekasi terdapat 33% murid sekolah usia SMP pernah
34,9% murid sekolah usia SMP pernah merokok dan sebanyak 20,9% saat ini
masih merokok. Hasil survey GYTS tahun 2006, jumlah perokok usia 13-15 tahun
berhenti merokok. Hal tersebut diungkapkan oleh yayi suryo prabandari, peneliti
antara lain terhadap remaja perokok dini agar mereka dapat menghentikan
Mengubah perilaku bisa menjadi jalan keluar bagi seseorang yang ingin
sebab tidak ada yang bisa memperbaiki suatu hal, selain diri yang bersangkutan.
Dari ketiga cara di atas, peneliti memilih cara pertama karena dengan cara
diharapkan akan mengubah sikap siswa remaja perokok dini menjadi sikap
4
menolak sebagai perokok. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
(Marat, 1981).
sejumlah siswa remaja yang telah merokok. Perilaku ini hendak diubah menjadi
berhenti merokok ini ditempuh dengan cara memberi layanan informasi tentang
mengubah sikap merokok menjadi sikap berhenti merokok pada siswa remaja
perokok dini.
5
adalah
perokok dini.
perilaku merokok.
6
perokok dini.
bantuan) terhadap siswa remaja perokok dini agar tidak meneruskan kebiasaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merokok
Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900ºC untuk ujung
rokok yang dibakar dan 30ºC untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir
perokok. Definisi perokok sekarang menurut WHO dalam Depkes (2004) adalah
mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama
hidupnya masih merokok saat survey dilakukan. Menurut Harrisons (1987) dalam
Sitepoe (2000), asap rokok yang diisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua
komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang yang bersama
gas terkondensasi menjadi partikel. Dengan demikian, asap rokok yang diisap
dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel (Sitepoe, 2000).
sedangkan asap rokok yang terbentuk pada hujung rokok yang terbakar serta asap
mainstream mengandung 4000 jenis bahan kimia berbahaya dalam rokok dengan
berbagai mekanisme kerja terhadap tubuh. Dibedakan atas fase partikel dan fase
poliskiklik hidrokarbon, logam berat dan karsinogenik amin. Sedangkan fase yang
Hampir 1 juta milyar laki-laki di dunia merokok, sekitar 35% dari mereka
berada di negara maju dan 50% berada di negara berkembang. Sekitar 250 juta
kesadaran akan kesehatan, namun lebih kepada tradisi sosial dan rendahnya
sumber ekonomi pada perempuan. Jumlah perokok di dunia akan terus bertambah
terutama karena terjadi pertambahan jumlah populasi. Pada tahun 2030 akan ada
sekitar 2 milyar orang di dunia. Meskipun angka prevalensi ini salah, jumlah
Secara nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182
milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan
konsumsi tertinggi pada tahun yang sama (Depkes RI, 2004). Konsumsi rokok di
Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang
pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Antara tahun 1970
dan 1980 konsumsi meningkat sebesar 159%, yaitu dari 33 milyar batang menjadi
9
84 milyar batang. Antara tahun 1990 dan 2000 peningkatan lebih jauh sebesar
tinggi dibandingkan tahun 1995 yang sebesar 26,9%. Prevalensi ini berbeda
perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi merokok pada laki-laki sebesar 62,2%
sebesar 28,2%. Prevalensi merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas yang tinggal
di desa adalah sebesar 67% dan yang tinggal di kota 56,1% sedangkan prevalensi
meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat antara tahun 1995 dan 2001 di Papua,
(24%) dan tertinggi di Maluku Utara (42%), persentase di atas rata-rata angka
(63% dibanding 4,5%). Sebanyak 63% perokok yang merokok ≥ 10 batang per
1. Tar
Tar adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis hidrokarbon aromatik
polisiklik, amin aromatik dan N-nitrosamine. Tar yang dihasilkan asap rokok akan
2. Nikotin
tersier, bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis, sebanyak 31%
nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melalui membrane sel. Asap rokok pada
umumnya bersifat asam (pH 5,5). Pada pH ini nikotin berada dalam bentuk ion
dan tidak dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa pipih hanya
terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok. Pada perokok yang menggunakan
pipa, cerutu dan berbagai macam sigaret Eropa, asap rokok bersifat basa dengan
pH 8,5 dan nikotin pada umumnya tidak dalam bentuk ion dan dapat diabsorpsi
3. Karbonmonoksida
kuat terhadap hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan haemoglobin
menyebabkan kematian.
4. Timah hitam
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan
menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke
dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat
menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini
Menurut Sitepoe (2000), di luar negeri bahan baku rokok hanya tembakau,
dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia bahan baku rokok
adalah tembakau dan juga cengkeh atau disebut rokok kretek. Sebagai bahan
disebut rokok kelembak atau rokok siong. Selain rokok yang khusus dijumpai di
Indonesia, ada pula tembakau yang digunakan sebagai rokok pipa dan rokok
cerutu yang tersebar luas di seluruh dunia. Pada rokok pipa, tembakau dibakar
12
kemudian diisap melalui pipa. Khusus rokok cerutu, daun tembakau kering yang
yang menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih; daun nipah;
pelepah tongkol jagung atau disebut rokok kelobot; dan dengan tembakau sendiri
atau disebut rokok cerutu; ada juga yang tidak menggunakan pembalut, misalnya
Baik rokok putih maupun rokok kretek‒demikian pun dengan rokok pipa‒
ada yang menggunakan filter dan ada pula yang tanpa filter. Konsumsi rokok
di Indonesia. Jenis rokok ini diproduksi dengan mesin yang disebut rokok kretek
mesin dan dapat pula diproduksi secara manual menggunakan tenaga kerja
1. Kanker paru-paru
dari sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Hubungan merokok dan kanker paru-
paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara
ada yang secara tegas menyatakan bahkan rokok sebagai penyebab utama
2. Jantung Koroner
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko
lemak, gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa
resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada
koroner jantung jauh lebih banyak bagi perokok dibandingkan dengan yang non
Sebagai pendorong factor resiko PJK yang lain tentu perokok akan meningkatkan
kadar kolesterol didalam darah yang akan memberikan resiko tinggi terhadap PJK.
trombosit lebih cepat terjadi, yang merupakan salah satu factor pembentukan
3. Bronkitis
Bronkitis terjadi karena paru-paru dan alur udara tidak mampu melepaskan
mucus yang terdapat didalamnya dengan cara normal. Mucus adalah cairan
lengket yang terdapat dalam tabung halus, yang disebut tabung bronchial yang
terletak dalam paru-paru. Mucus beserta semua kotoran tersebut biasanya terus
14
bergerak melalui tabung baronkial dengan bantuan rambut halus yang disebut
silia. Silia ini terus menerus bergerak bergelombang seperti tentakel bintang laut,
Asap rokok memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu tertentu akan
merusaknya sama sekali. Keadaan ini berarti bahwa seorang perokok harus lebih
banyak batuk untuk mengeluarkan mukusnya. Karena sistemnya tidak lagi bekerja
sebaik semula, seorang perokok lebih mudah menderita radang paru-paru yang
4. Penyakit Stroke
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak serta menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian
serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu, dan keadaan penduduk. Dr.
yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Resiko
stroke dan resiko kematian lebih tinggi perokok dibandingkan tidak perokok
(M.NBustan,2000).
5. Hipertensi
akut, namun tidak tampak lebih sering di antara perokok, dan tekanan diastole
sedikit berubah bila orang berhenti merokok. Hal ini mungkin berhubungan
dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-12 pon lebih ringan dari pada bukan
perokok yang sama umur, tinggi badan dan jenis kelaminnya. Bila mereka
15
berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan
diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan
berat badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang,
(M.NBustan,2000) .
6. Penyakit Diabetes
Diabetes terjadi ketika glukosa dalam darah terlalu tinggi karena tubuh
tidak bisa menggunakan dengan benar. Glukosa adalah gula yang diproduksi oleh
tubuh dan terutama diambil dari karbohidrat dalam makanan. Bukti-bukti makin
bayak menunjuk pada peran rokok terhadap timbulnya penyakit diabetes atau
bahwa penderita diabetes akan memperparah resiko kematian jika terus merokok
(M.NBustan,2000).
7. Impotensi
berhasil ereksi tetapi “kurang keras”. Rokok merupakan salah satu penyumbang
peran rokok yang merusak jaringan darah dan syaraf. Dan karena seks yang sehat
1. Perokok Pasif
16
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak
merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut bisa menjadi polutan bagi manusia
dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan
2. Perokok aktif
Perokok aktif adalah orang yang suka merokok (Hasan alwi, 2003:960)
Kemudian menurut M.N.Burstan (2000:86 ), rokok aktif adalah asap rokok yang
berasal dari isapan perokok (mainstream). Dari perokok aktif ini dapat
a. Perokok ringan yaitu perokok yang merokok kurang dari sepuluh batng per
hari.
b. Perokok sedang adalah orang yang menghisap rokok sepuluh sampai dua puluh
batang perhari.
c. Perokok berat Perokok berat adalah orang yang merokok lebih dari duapuluh
remaja. Nawi et. al. (2006) mengatakan remaja di Indonesia berpendapat merokok
menghisap rokok. Di rumah terdapat paling kurang satu anggota keluarga yang
merokok, kalau tidak mereka akan rasa terpinggir. Merokok telah menjadi suatu
kegiatan sosial. Lebih parah lagi, rokok mudah didapati pada masa kini. Hal ini
disokong oleh Mariani, S.R., (2004) yang mengatakan salah satu faktor remaja
Mariani, S.R., (2004) mengatakan salah satu faktor remaja merokok adalah
karena terdapat anggota keluarga remaja yang merokok. Sebagai contoh, bapak
atau abang remaja tersebut menghisap rokok. Oleh karena itu mereka berpendapat
tidak salah bagi mereka untuk merokok. Remaja juga merokok karena banyak
merupakan salah satu faktor kenapa remaja merokok. Smet (1999) mempunyai
pendapat yang sama dalam hal ini: yaitu remaja selalu merokok ketika bersama
merokok sering disebabkan oleh anggota keluarga seperti abang, teman dan
manusia dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika , persuasi, dan/atau
genetika.
aspek yang penting pada masyarakat. Apabila ditawarkan rokok pada seorang
lelaki, ini adalah tanda bahwa remaja itu sudah bersedia untuk menjadi dewasa.
Mariani, S.R., (2004) turut mengatakan remaja berpendapat bahwa merokok itu
tidak sesuai untuk perempuan, hanya untuk lelaki. Pada masa kini, anggapan itu
sudah tidak bisa dipakai lagi karena ternyata perempuan juga digalakkan untuk
18
merokok oleh iklan rokok yang ada di mana-mana; sehingga sekarang ini perokok
adalah faktor psikologi. Menurut Mariani, S.R., (2004), remaja merokok karena
yang sibuk dengan urusan sekolah seperti harus terlibat dalam kegiatan sekolah,
merasa bosan. Hal ini menggalakkan remaja untuk merokok. Tekanan atau stress
yang dihadapi remaja seperti kurang mendapat perhatian daripada orangtua karena
kesibukan mereka bekerja, masalah keluarga seperti penceraian dan ujian yang
menganggap merokok itu tidak berbahaya bagi lelaki karena lelaki mempunyai
daya tahan tubuh yang lebih kuat dibandingkan perempuan. Remaja juga
memandang rendah efek yang bisa disebabkan oleh rokok terhadap kesehatan
tubuh. Mereka tidak tahu efek yang bisa disebabkan oleh merokok (Nawi et al,
2006). Hal ini juga diakui oleh Mariani, S.R., (2004) yang mengatakan remaja
Menurut Mariani, S.R., (2004), terdapat beberapa faktor lain yang menjadi
penyebab kenapa remaja ingin merokok. Pada mulanya mereka merokok karena
untuk suka-suka dan rasa ingin tahu yang seterusnya berlanjutan kepada ketagihan
merokok. Ada remaja yang berpendapat bahwa merokok dapat membuat mereka
19
menjadi keren dan unik. Faktor-faktor lain adalah karena mereka ingin menjadi
dewasa, merokok merupakan trend atau ikutan budaya pada masa kini, supaya
kebebasan dan perilaku merokok tidak salah dari segi moral Di negara
2.2 Sikap
didefinisikan dalam beberapa versi oleh para ahli. Dari bermacam definisi sikap,
Sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau
adanya respon atau suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipati untuk
Definisi di atas terlihat bahwa ada beberapa hal yang sama dari beberapa
pengertian mengenai sikap, hampir semuanya berpendapat bahwa sikap itu tidak
merupakan kesiapan untuk merespon terhadap objek baik dalam bentuk respon
perasaan, dan kecenderungan bertindak yang ditunjukan pada objek tertentu yang
atau ditolaknya objek tertentu. Jika penilaian baik terhadap suatu objek akan
bersikap menyetujui terhadap objek tersebut, sedangkan bila suatu objek itu
dinilai jelek maka bersikap tidak menyetujui. Jika individu menerima suatu objek
yang positif berarti ia memiliki suatu sikap yang positif dan jika individu tidak
menerima suatu hal yang negative berarti ia bersikap positif. Begitu pula
sebaliknya jika individu bersikap menerima terhadap suatu hal yang negatif maka
1. Domain Kognitif
21
individu pemilik sikap (Saifuddin, 2003). Selain itu Mar’at (1981) mempertegas
kepercayaan, ide dan konsep. Sekali kepercayaan tersebut telah terbentuk maka ia
akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari
kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya
2. Domain afektif
seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan
dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai yang dianggap benar
dan berlaku bagi objek tersebut. Bila kita percaya bahwa merokok membawa
dampak negatif dan ancaman terhadap kesehatan, maka akan terbentuk perasaan
3. Domain konatif
dalam situasi tertentu terhadap stimulus tertentu. Sebagai contoh, orang melihat
rokok atau melihat orang lain merokok lalu respon apa yang muncul dalam
pikiran atau perasaannya, bisa saja orang tersebut tertarik, tidak tertarik atau
mungkin masa bodoh, hal ini akan terjadi pada setiap orang, orang yang setuju ada
kecenderungan akan melakukan atau menirunya, bagi yang tidak setuju akan ada
dari berbagai sumber, dari media lisan melalui perorangan, media tertulis dan
grafis, melalui sumber formal dan informal sampai dengan media elektronik
kegunaan informasi sebagai acuan untuk bersikap dan bertingkah laku sehari-hari,
informasi yang mereka perlukan. Dalam layanan ini, informasi itu kemudian
diolah dan digunakan oleh individu untuk kepentingan hidup dan perkembangan
memahami dan menerima diri lingkungannya secara objektif, positif dan dinamis;
tinggi, tidak mustahil ia dapat digunakan untuk keperluan yang lebih luas
(Prayitno, 2004)
2.3.2 Komponen
1. Konselor
2. Peserta
3. Informasi
24
Jenis, luas, dan kedalaman informasi yang menjadi isi layanan info sangat
keperluan layanan info, informasi yang menjadi isi layanan harus spesifik
dan dikemas secara jelas dan rinci sehingga dapat disajikan secara efektif
yang diikuti dengan tanya jawab. Untuk mendalami informasi tersebut dapat
2. Media
berupa alat peraga, media tulis dan grafis serta perangkat dan program
3. Acara khusus
4. Penilaian
Pemahaman para peserta layanan itu lebih jauh dapat dikaitkan dengan
kegunaan bagi peserta, dan apa yang akan dilakukan peserta berkenaan
2.4. Remaja
2.4.1 Pengertian
berarti tumbuh kea rah kematangan baik fisik, sosial, dan psikologis. Menurut
Depkes RI batasan usia remaja adalah antara 10-19 tahun dan belum menikah
(Widyastuti, 2009).
26
pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja (Sarwono,
2010)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran-heran
terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti
orang dewasa.
Pada tahap ini (13-15 tahun) remaja sangat membutuhkan kawan. Ada
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa.
27
BAB 3
Sikap berhenti merokok, sesuai dengan dasar teori sikap yang dikemukakan
Mar’at (1981) terdiri dari tiga komponen, yaitu pikiran (kognisi), perasaan
Perokok dini lebih mudah diubah menjadi perilaku tidak merokok karena
pada perokok dini masih belum terjadi ketergantungan (kecandungan) akan zat-zat
yang terdapat dalam rokok dan secara psikologis masih ringan asosiasi untuk
merokok.
sikap yang pada mulanya mau merokok dan perilaku merokok menjadi sikap
berhenti merokok dan sikap ini berdampak pada perilaku tidak merokok. Dengan
(sikapnya).
28
remaja tidak ingin merusak tubuhnya sendiri, melalui kesadaran yang muncul dari
berikut
Pemikiran Kecenderungan
Perasaan perilaku
(kognisi) (afektif) (konatif)
DIUBAH MELALUI
Pemberian Informasi Akibat-
buruk Merokok
29
BAB 4
METODE PENELITIAN
informasi dengan sikap berhenti merokok pada siswa remaja perokok dini.
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X, XI, dan
XII sebanyak 14 kelas, yang perokok dini di SMAN 1 Medan tahun ajaran 2013-
2014.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam Penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi perokok dini yang
terpilih sebagai sampel dan ditarik secara randomized controlled trial sehingga
setiap siswa dalam kelas memiliki kesempatan yang sama menjadi sampel
31
penelitian (responden). Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel yang
Kriteria inklusi:
1. Siswa-siswi kelas X, XI, XII Yang tercatat secara resmi di Sekolah Menengah
Kriteria eksklusi:
penelitian ini adalah menggunakan alat ukur berbentuk kuesioner (angket). tingkat
merokok diukur dengan cara, subyek penelitian diberi kuesioner yang berisi
pertanyaan yang terdiri dari 20 item pertanyaan yang bersifat tertutup. Responden
mengisi angket dengan cara memberi tanda chek list (√) pada kolom alternatif
benar dan salah. Jika menjawab benar diberikan nilai 1 (satu) dan jika menjawab
salah diberikan nilai 0 (nol). Skor yang diperoleh pada tes pengetahuan tentang
Berdasarkan Budiarto (2002), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur benar-benar
mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data variable yang diteliti
secara tepat. Dikatakan valid jika nilai r hitung > daripada r tabel ( dalam hal ini r
tabel yang menggunakan nilai alpha 0,05 dengan jumlah responden 10 orang
sebesar 0,632)
konsistensi alat ukur dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat ukur
langsung diketahui, yaitu dengan melihat nilai cronbach alpha. Apabila nilai
Data primer adalah data yang diperoleh langsug dari sumber data.
kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap
responden.
berikut
34
kuesioner.
tabel.
1. Analisis univariat
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi
2.Analisis bivariat
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk
melihat hubungan antara kedua variabel yakni menggunakan Kai kuadrat dengan