Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
dapat bersifat akut atau kronis (Tanto, 2014). Virus hepatitis B menyerang hati,
masuk melalui darah ataupun cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi VHB,
virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan langsung pada sel hepar. Sebaliknya,
adalah reaksi yang bersifat menyerang sistem kekebalan tubuh yang biasanya
Menurut Data WHO 2014, lebih dari 240 juta penduduk di dunia
mengalami infeksi VHB kronis, dan lebih dari 780.000 orang per tahun meninggal
akibat komplikasi infeksi VHB akut maupun kronis. Indonesia sendiri termasuk
negara endemis VHB dengan prevalensi HbsAg sebesar 9,4% (kisaran 2,5-36,1%)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
a. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi
dan anak (25 - 45,9 %) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan
bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 % akan menjadi kronis, pada
anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%. Hal ini berkaitan
3
dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari
hepatitis kronis.
b. Jenis kelamin
pria.
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi
pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal ini karena sistem
d. Kebiasaan hidup
seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan,
e. Pekerjaan
dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas
Faktor Agent
Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.
Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe
4
yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam
ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw dan adr terjadi di Malaysia,
Faktor Lingkungan
a. Darah
b. Saliva
5
e. Lain-lain: Sisir, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang
melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan
pembuatan tattoo
penting yaitu:
a. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang
HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama masa
6
2.4 Etiologi
virus bersifat hepatotropis dan merupakan virus dengan genom DNA. Termasuk
dalam family ini adalah virus hepatitis woodchuck (sejenis marmot dari Amerika
Utara) yang telah diobservasi dapat menimbulkan karsinoma hati, virus hepatitis
B pada bebek Peking, dan bajing tanah (ground squirrel). Virus hepatitis B tidak
7
Virus hepatitis B akan tetap bertahan pada proses desinfeksi dan sterilisasi
alat yang tidak memadai, selain itu VHB juga tahan terhadap pengeringan dan
penyimpanan selama 1 minggu atau lebih. Virus hepatitis B yang utuh berukuran
42 nm dan berbentuk seperti bola, terdiri dari partikel genom (DNA) berlapis
Selama infeksi VHB, terdapat 2 macam partikel virus yang terdapat dalam darah
yaitu : virus utuh (virion) yang disebut juga partikel Dane dan selubung virus
yang kosong (HBsAg). Ukuran kapsul virus kosong berukuran 22 nm, dapat
Genom VHB terdiri dari kurang lebih 3200 pasangan basa. Telah diketahui
adanya 4 open reading frame (ORF) virus hepatitis B yang letaknya berhimpitan.
Keempat ORF itu adalah S untuk gen S (surface/ permukaan), C untuk gen C
8
(core), X untuk gen X, P untuk gen P (polymerase). Dua ORF lainnya (ORF5 dan
Gen S dan C mempunyai hulu yang disebut pre-S dan pre-C. daerah C dan
pre-C mengkode protein nukleokapsid, HBcAg dan HBeAg. Daerah Pre-C terdiri
mengkode 212 asam amino precursor untuk HBeAg. ORF S terdiri dari bagian
pre-S2, pre-S2, dan S, mengkode untuk protein HBsAg. Gen ini terdiri dari 226
asam amino.
ini juga berfungsi sebagai reverse transcriptase. Gen X mengkode 2 protein yang
Gen ini merupakan ORF terpendek. Gen ini mengkode untuk pembentukan
protein X VHB (HBxAg) yang terdiri dari 154 asam amino. Protein ini juga
2005).
9
Gambar 4. Perkembangbiakan Virus Hepatitis B di Hati
dengan cara membuat suatu sel peka rangsangan terhadap permukaan dari sel dan
masuk ke sel tersebut dengan endocytosis. Secara parsial lilitan ganda DNA virus
cetakan (template) untuk penyalinan empat mRNA virus. MRNA paling besar,
(adalah lebih panjang dari genom virus), digunakan untuk membuat copy baru
dari genom dan untuk membuat inti capsid protein serta DNA virus polymerase.
Empat catatan virus Ini mengalami pemrosesan tambahan dan meneruskan untuk
membentuk keturunan virions yang bebas dari sel atau kembali ke nukleus serta
2.5 Patofisiologi
virus, hepatosit, dan sistem imun pasien. Infeksi VHB pada dewasa muda yang
10
imunotoleran umumnya menyebabkan hepatitis B akut (≥90%), dan hanya 1%
yang menjadi infeksi kronis. Namun sebaliknya, 90% infeksi VHB secara
perinatal akan menyebabkan bayi lahir dengan infeksi VHB kronis yang bersifat
Masa Inkubasi VHB rata-rata 75 hari (rentang 30-180 hari). Pada kasus
infeksi VHB akut, penanda HbsAg serum baru dapat terdeteksi 30-60 hari pasca
infeksi VHB. Kenaikan kadar HbsAg serum akan diikuti dengan peningkatan
dan munculnya gejala klinis (ikterik) pada 2-6 minggu setelahnya. Penanda
HbsAg jarang terdeteksi 1-2 bulan setelah awitan ikterus, dan jarang menetap
hingga 6 bulan. Hepatitis B akut pada umumnya sembuh secara spontan dan
membentuk antibodi secara alami, ditandai dengan anti-HBs positif, IgG anti-HBc
selama 6 bulan. Hingga saat ini, infeksi VHB kronis tidak dapat dieradikasi
yang permanen didalam nukleus hepatosit terinfeksi. Selain itu, VHB memiliki
enzim reverse transciptase untuk replikasi sehingga untaian genom VHB dapat
Pajanan virus VHB ini akan menyebabkan dua keluaran klinis, yaitu
Hepatitis akut yang kemudianb sembuh secara spontan dan membentuk kekebalan
11
kronik. Perjalanan alami infeksi VHB kronis ini dapat dibagi menjadi empat fase,
yaitu fase immune tolerant, fase immune clearence, fase pengidap inaktif, dan fase
reaktivasi. Fase immune tolerant ditandai dengan kadar DNA VHB yang tinggi
immune clearence terjadi ketika sistem imun berusaha melawan virus. Hal ini
ditandai oleh fluktuasi level ALT serta DNA VHB. Fase pengidapt inaktif,
ditandai dengan DNA VHB yang rendah (≤2000 IU/ml), ALT normal, dan
kerusakan hati minimal. Seringkali pada fase pengidap inaktif dapat mengalami
fase reaktivasi dimana DNA HBV kembali mencapai ≥2000 IU/ml dan inflamasi
hepatitis B dari tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri atas : (Setiati et all,
2013)
12
kemih menjadi gelap. Pemeriksaan laboratorium mulai tampak
alkali, meningkat).
2) Fase lkterik
3) Fase Penyembuhan
baru dapat diketahui pada waktu menjalani pemeriksaan rutin atau untuk
13
Tes laboratorium yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah:
yang dibuat oleh sel-sel hati yang terinfesksi VHB. Jika hasil tes HBsAg
infeksi VHB dan menghilang dalam 3 bulan. Bila hasil tetap setelah lebih
dari 6 bulan berarti hepatitis telah berkembang menjadi kronis atau pasien
immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang mendapat
d. HbeAg
Yaitu antigen envelope VHB yang berada di dalam darah. HbeAg bernilai
14
Apabila hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan berlanjut
e. Anti-Hbe
Anti-HbeAg yang bernilai positif berati VHB dalam keadaan fase non-
replikatif.
Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di dalam
inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan keberadaan
Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe
yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi menunjukkan
terinfeksi VHB.
3. Faal hati. SGOT dan SGPT dapat merupakan tanda bahwa penyakit hepatitis
15
4. Alfa-fetoprotein (AFP), adalah tes untuk mengukur tingkat AFP,yaitu sebuah
7. Biopsi hati dapat dilakukan pada penderita untuk memonitor apakah pasien
calon yang baik untuk diterapi antivirus dan untuk menilai keberhasilan terapi.
kemajuan dalam pemeriksaan HBV DNA, siklus HBV, respon imun dan
pemahaman mengenai genom HBV yang lebih baik, maka perjalanan alami
1. Immune tolerance
Ditandai dengan keberadaan HBeAg positif, kadar HBV DNA yang tinggi,
kadar ALT yang normal dan gambaran histology hati yang normal atau
perubahan yang minimal. Fase ini dapat berlangsung 1-4 dekade. Fase ini
2. Immune clearance
Ditandai dengan keberadaan HBeAg positif, kadar HBV DNA yang tinggi
atau berfluktuasi, kadar ALT yang meningkat dan gambaran histology hati
menunjukkan keradangan yang aktif, hal ini merupakan kelanjutan dari fase
16
immune clearance. Pada beberapa kasus, sirosis hati sering terjadi pada fase
ini. Pada fase ini biasanya saat yang tepat untuk diterapi.
rendah atau tidak terdeteksi, gambara histologi hati menunjukkan fibrosis hati
yang minimal atau hepatitis yang ringan. Lama fase ini tidak dapat dipastikan,
dan biasanya menunjukkan prognosis yang baik bila cepat dicapai oleh
seorang penderita.
4. Reactivation
Fase ini dapat terjadi pada sebagian penderita secara spontan dimana
kembalinya replikasi virus HBV DNA, ditandai dengan HBeAg negative, Anti
HBe positif, kadar HBV DNA yang positif atau dapat terdeteksi, ALT yang
17
Tabel Profil serologis yang dapat ditemukan pada pasien dengan hepatitis B
18
Tabel Definisi dan kriteria diagnostik pasien dengan infeksi hepatitis B
19
Tabel Evaluasi pasien hepatitis B kronis
20
2.7 Tata Laksana
1. Hepatitis B Akut
Umumnya bersifat suportif, meliputi tirah baring, serta menjaga agar asupan
nutrisi dan cairan tetap adekuat. Sekitar 95% kasus hepatitis B akut akan
mengalami resolusi dan serokonversi spontan tanpa terapi antiviral. Bila terjadi
hingga 3 bulan setelah serokonversi atau setelah muncul anti-HBe pada pasien
2. Hepatitis B Kronis
a. Tujuan Terapi
sebab itu, tujuan terapi jangka panjang ialah meningkatkan kualitas hidup dan
b. Inisiasi Terapi
Pengobatan harus segera dimulai pada pasien dengan penyakit hati yang akut
(ditandai dengan peningkatan ALT >2 nilai batas atas normal; dalam dua kali
pengukuran yang berbeda dengan selang waktu minimal 1 bulan), atau bila biopsy
21
fibrosis METAVIR ≥F2). Sebaliknya, pengobatan dapat ditunda pada fase
imunotoleransi, serta diduga memiliki risiko kecil untuk menjadi sirosis dan KHS.
2012. Algoritme terapi hepatitis B kronis dibagi menjadi dua: kelompok pasien
dengan HBeAg positif dan HBeAg negatif. Keduanya memiliki perbedaan dalam
hal perjalanan penyakit, prognosis, dan respon terapi. Pada kelompok HBeAg
positif, terapi ditujukan agar terjadi serokonversi menjadi HBeAg negative. Dan
terdeteksi lagi selama paling sedikit 2 kali pemeriksaan dalam selang waktu 6
bulan.
analog nukleos(t)ida.
1. Pegylated-interferon (peg-IFN)
dalam pertahanan terhadap virus. IFN-α konvensional adalah obat pertama yang
diakui sebagai terapi hepatitis B kronik sejak lebih dari 20 tahun yang lalu.
Interferon akan mengaktifkan sel T sitotoksik, sel natural killer, dan makrofag.
Selain itu, interferon juga akan merangsang produksi protein kinase spesifik yang
kinase ini juga akan merangsang apoptosis sel yang terinfeksi virus. Waktu paruh
interferon di darah sangatlah singkat, yaitu sekitar 3-8 jam. Pengikatan interferon
22
pada molekul polyethilene glycol (disebut dengan pegylation) akan memperlambat
dalam dosis 5 MU per hari atau 10 MU sebanyak 3 kali per minggu, sementara
Peg-IFN α2a diberikan sebesar 180 μg/minggu, dan Peg-IFN α2b diberikan pada
pada pasien sirosis terkompensasi juga memberikan hasil yang cukup baik (Van
Bommel et all,2009)
Secara umum, peg-IFN memiliki waktu pemberian yang pasti dan tidak
23
Sirosis dekompensata (Skor Child-Pugh ≥7 pada koinfeksi hepatitis C atau
HIV);
Infeksi berat;
2. Analog nukleos(t)ida
a. Lamivudin
adalah analog nukleos(t)ida pertama yang pada tahun 1998 diakui sebagai obat
hepatitis B. Obat ini berkompetisi dengan dCTP untuk berikatan dengan rantai
(LAM) diminum secara oral dengan dosis optimal 100 mg/hari. Pemberian satu
kali sehari dimungkinkan mengingat waktu paruhnya yang mencapai 17-19 jam di
b. Adefovir Dipivoxil
memutus rantai DNA VHB. Obat ini mulai diproduksi sejak tahun 2002 dan
diberikan secara oral sebanyak 10 mg per hari. Obat ini memiliki efek samping
24
berupa gangguan fungsi ginjal (azotemia, hipofosfatemia, asidosis, glicosuria, dan
proteinuria) yang bersifat dose-dependent dan reversibel. Efek samping ini juga
jarang sekali muncul pada dosis 10 mg/hari yang biasa digunakan, namun
c. Entecavir
negatif DNA, dan sintesis rantai positif DNA. Penelitian in vitro menunjukkan
bahwa obat ini lebih poten daripada lamivudin maupun adefovir dan masih efektif
pada pasien dengan resistensi lamivudin walaupun potensinya tidak sebaik pada
pasien naif. Entecavir diberikan secara oral dengan dosis 0.5 mg/hari untuk pasien
naif dan 1 mg/hari untuk pasien yang mengalami resistensi lamivudin. Profil
keamanan entecavir cukup baik dengan barrier resistensi yang tinggi. Penelitian
kanker, namun diduga kanker-kanker ini bersifat spesifik spesies dan tidak akan
d. Telbivudin
melawan replikasi VHB. Obat ini diberikan secara oral dengan dosis optimal 600
mg/hari (PPHI,2012).
25
e. Tenofovir Disoproxil Fumarate
analog nukleotida yang efektif untuk hepadanavirus dan retrovirus. Obat ini
oral pada dosis 300 mg/hari. Sampai saat ini masih belum ditemukan efek
samping tenofovir yang berat. Namun telah dilaporkan adanya gangguan ginjal
pada pasien dengan koinfeksi VHB dan HIV (Van Bommel et all, 2009)
terjadinya relaps virus (peningkatan >1 log IU/mL DNA VHB setelah 1 menjadi
terapi) dan hepatitis flare (peningkatan mendadak ALT ≥5x batas atas normal).
umumnya diberikan selama 12 bulan, baik untuk kasus HBeAg positif maupun
anti-HBe positif bila kadar DNA VHB tidak terdeteksi (dengan pemeriksaan
26
e. Terapi pada Populasi Khusus
Perempuan Hamil
fetus dalam 12 jam setelah lahir, yang dikombinasikan dengan 3 dosis vaksinasi
Petugas Kesehatan
lebih rendah, yakni bila HBsAg positif dan kadar DNA VHB >2000 IU/mL .
yang rendah, seperti entecavir dan tenofovir, untuk mencegah transmisi VHB
dan progresivitas penyakit menjadi lebih tinggi, serta risiko hepatitis flare selama
penyakit hati kronis pada pasien HIV merupakan indikasi terapi antiretroviral
27
Pada pasien yang belum mendapatkan ARV, pilihan utama terapi VHB ialah
resistensi HIV. Pada pasien yang telah dapat ARV, pilihan utama pengobatan
atau mengganti salah satu agen nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
2.8 Pencegahan
a. Imunisasi
B. Saat ini, terdapat dua bentuk imunisasi yang tersedia, yakni imunisasi aktif dan
berisi HBsAg yang diambil dari serum penderita hepatitis B yang dimurnikan atau
dari hasil rekombinasi DNA sel ragi untuk menghasilkan HBsAg. Setiap mL
menginduksi sel T yang spesifik terhadap HBsAg dan sel B yang dependen
produk darah pada kerjanya, staf di fasilitas untuk pasien cacat mental, pasien
28
hemodialisis, pasien penerima konsentrat VIII da IX, orang yang berumah tangga
penyalah guna obat injeksi, petugas kesehatan, dan anak yang lahir dari ibu
dengan hepatitis B kronik. Vaksin ini dapat diberikan 3 dosis terpisah, yaitu 0, 1
dan 6 bulan. Perlu dicatat bahwa panduan imunisasi yang berlaku di Indonesia
menyarankan pemberian vaksin pada saat bayi lahir, pada bulan ke-2, bulan ke-4,
pada 30-55% dewasa sehat berumur <40 tahun setelah dosis pertama, <75%
setelah dosis kedua dan >90% setelah dosis ketiga. Pada dewasa sehat berumur >
40 tahun, maka proporsi pasien yang memiliki antibodi setelah tiga dosis injeksi
menurun <90%, dan pada umur 60 tahun, antibodi hanya muncul pada <75%
infeksi Hepatitis B selama lebih dari 20 tahun. Keberhasilan vaksinasi dinilai dari
b. Pencegahan Umum
Hepatitis B adalah penyakit yang ditularkan lewat kontak dengan cairan tubuh
pasien, seperti darah dan produk darah, air liur, cairan serebrospinal, cairan
peritoneum, cairan pleura, cairan amnion, semen, cairan vagina, dan cairan tubuh
29
kontak langsung degan cairan tubuh pasien. Hal ini dapat dicapai dengan
penanganan limbah jarum suntik yang benar, sterilisasi alat dengan cara yang
medis, salah satu kelompok yang paling berisiko tertular hepatitis B. Selain itu,
Individu yang termasuk dalam kelompok risiko tinggi mencakup individu yang
terpapar produk darah pada kerjanya, staf di fasilitas untuk pasien cacat mental,
pasien hemodialisis, pasien penerima konsentrat VIII da IX, orang yang berumah
multipel, penyalah guna obat injeksi, petugas kesehatan, dan anak yang lahir dari
Pada individu yang tidak divaksinasi dan terpajan hepatitis B, segera berikan
kombinasi HBIg (untuk mencapai kadar anti-HBs yang tinggi dalam waktu
Pada individu yang terpajan secara perkutaneus atau seksual, status HBsAg
dan antiHBs sumber pajanan dan orang yang terpajan harus diperiksa:
30
Bila sumber pajanan terbukti HBsAg negatif dan orang yang terpajan
diperlukan;
Bila sumber pajanan terbukti HBsAg positif dan orang yang terpajan tidak
Bila status HBsAg sumber pajanan tidak diketahui, harus tetap dianggap
positif;
pajanan.
Skrining dan konseling perlu dilakukan pada populasi dengan risiko tinggi,
seperti petugas kesehatan, resepien transfuse darah atau produk darah, pasien
hemodialysis, orang yang berumah tangga atau kontak seksual dengan pasien
heterseksual dengan multipel pasangan seksual, penyalah guna obat injeksi, dan
tahun. Di Indonesia, seluruh bayi yang lahir telah diwajibkan untuk mendapat
imunisasi hepatitis B pada bulan ke-2, 4 dan 6. Namun, titer antibody akan
31
menurun <90% ketika dewasa usia >40 tahun dan menjadi <75% pada usia 60
2.9 Prognosis
sirosis hati ialah 8-20%, dan insiden kumulatif 5 tahun dari sirosis kompensata
menjadi sirosis dekompensata pada hepatitis B kronis yang tidak diobati ialah
20%. Pada kondisi sirosis dekompensata tersebut, angka survival dalam 5 tahun
hanya berkisar 14-35%. Di lain sisi, setelah terjadi sirosis hati, angka kejadian
32