You are on page 1of 8

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA

NOMOR : 7 TAHUN 1983


TENTANG
IJIN USAHA PETERNAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA,

Menimbang : a. bahwa dengan semakin berkembangnya usaha


peternakan di Propinsi Daerah Tingkat I Irian
Jaya, maka perlu diadakan peningkatan
pembinaan dan pengawasan secara tertib dan
teratur, sehingga dapat diperoleh ternak yang
baik dan sehat;
b. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
16 Tahun 1977, telah dikeluarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor
406/Kpts/Org/6/80 tentang Syarat-syarat, Tata
Cara Permohonan dan Pemberian Ijin Usaha
Peternakan;
c. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 406/Kpts/Org/6/80
untuk Perusahaan-perusahaan Peternakan yang
mempunyai jumlah ternak tertentu wewenang
pemberian Ijin Usahanya dilimpahkan kepada
Gubernur Kepala Daerah, maka untuk maksud
tersebut perlu menetapkan ketentuan-ketentuan
ijin usaha peternakan yang dimaksud dalam
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Irian Jaya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 (LN Tahun


1974 Nomor 38) tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah;
2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1969 (LN Tahun
1969 Nomor 47) jo Peraturan Pemerintah Nomor
5 Tahun 1973 tentang Pembentukan Pemerintah
Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten
Otonom di Propinsi Irian Barat jo Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 1973 tentang
Perubahan Nama Irian Barat menjadi Irian
Jaya;
3. Undang-undang Nomor 12 Drt Tahun 1959 (LN
Tahun 1957 Nomor 57 tentang Peraturan Umum
Retribusi Daerah);
4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 (LN Tahun
1967 Nomor 2924) tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 (LN
Tahun 1977 Nomor 21) tentang Usaha
Peternakan;
6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1981
tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam;
7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
406/Kpts/Org/7/80 tentang Syarat-syarat, Tata
Cara Permohonan dan Pemberian Ijin Usaha
Peternakan;
8. Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor
51/Kpts/DJP/Deptan/81 tentang Tata Cara
Pemberian Ijin Usaha Peternakan;
9. Keputusan Direktur Jenderal Petenakan Nomor
52/Kpts/DJP/Deptan/81 tentang Cara Pengawasan
dan Pencabutan Ijin Usaha Peternakan.

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah


Tingkat I Irian Jaya.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I IRIAN


JAYA TENTANG IJIN USAHA PETERNAKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Irian Jaya;
c. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Peternakan pada
Departemen Pertanian Republik Indonesia;
d. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Irian Jaya;
e. Dinas Peternakan adalah Dinas Peternakan Propinsi Daerah
Tingkat I Irian Jaya;
f. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Propinsi
Daerah Tingkat I Irian Jaya;
g. Bupati adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II se Irian Jaya.
h. Kas Daerah adalah Kas Daerah Propinsi Tingkat I Irian Jaya;
i. Perusahaan Peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan
secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dalam
jangka waktu tertentu untuk tujuan komersiil yang meliputi
kegiatan menghasilkan ternak (ternak bibit/ternak potong),
telur, susu, serta usaha menggemukkan suatu jenis ternak
termasuk mengumpulkan, mengedarkan, memasarkannya, yang untuk
tiap jenis ternak melebihi dari jumlah yang ditetapkan untuk
tiap jenis ternak pada Peternakan Rakyat;
j. Ijin Usaha Peternakan adalah ijin tertulis yang diberikan
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Irian Jaya yang
memberikan hak kepada Orang atau Badan Hukum untuk
melaksanakan Usaha Peternakan di Wilayah Daerah Tingkat I
Irian Jaya.

Pasal 2

Setiap Orang atau Badan Hukum yang mengusahakan Usaha Peternakan


dimaksud pasal 3 Peraturan Daerah ini harus memiliki Ijin Usaha
Peternakan.

BAB II
WEWENANG PEMBERIAN IJIN USAHA PETERNAKAN

Pasal 3

Ijin Usaha Peternakan diberikan oleh Gubernur untuk Perusahaan-


perusahaan Peternakan yang mempunyai jumlah ternak atau jumlah
produksi sebagai berikut :
a. Perusahaan Peternakan Ayam Telur yang mempunyai produksi
1.500 sampai 3.000 butir telur per hari atau memiliki 2.500
sampai 5.000 ekor induk ayam petelur;
b. Perusahaan Peternakan Ayam Daging yang mempunyai produksi 375
ekor sampai 750 ekor ayam potong per minggu atau 19.500
sampai 39.000 ekor ayam potong per tahun;
c. Perusahaan Peternakan Babi yang memiliki jumlah 25 sampai 50
ekor induk Babi atau memiliki jumlah keseluruhan 125 sampai
250 ekor Babi;
d. Perusahaan Peternakan Sapi potong yang memiliki 100 sampai
200 ekor sapi dewasa untuk digemukkan atau memiliki jumlah
keseluruhan 250 sampai 500 ekor sapi potong campuran;
e. Perusahaan Peternakan Sapi perah yang memiliki 10 sampai 20
ekor Sapi Laktasi/dewasa atau memiliki jumlah keseluruhan 20
sampai 40 ekor Sapi perah campuran.

Pasal 4

Usaha-usaha peternakan ayam telur, ayam daging, babi, sapi potong


dan sapi perah yang mempunyai jumlah produksi atau mempunyai
jumlah ternak di bawah yang tersebut pada ayat (1) pasal 3 di atas
dianggap usaha Peternakan Rakyat yang pembinaan, pengembangan dan
pengawasannya diatur lebih lanjut oleh Gubernur cq. Kepala Dinas
Peternakan dengan memperhatikan petunjuk dari Direktur Jenderal
Peternakan.

Pasal 5

Masa berlakunya Ijin Usaha Peternakan dimaksud pasal 2 Peraturan


Daerah ini adalah masing-masing sebagai berikut :
a. Perusahaan Peternakan Ayam Telur selama 5 (lima) tahun;
b. Perusahaan Peternakan Ayam Daging selama 5 (lima) tahun;
c. Perusahaan Peternakan Babi selama 5 (lima) tahun;
d. Perusahaan Peternakan Sapi Potong selama 15 (lima belas)
tahun;
e. Perusahaan Peternakan Sapi Perah selama 10 (sepuluh) tahun.

BAB III
SYARAT-SYARAT DAN TATA CARA PERMOHONAN
DAN PEMBERIAN IJIN USAHA PETERNAKAN

Pasal 6

(1) Bagi Perusahaan Peternakan dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)


Peraturan Daerah ini, untuk memperoleh Ijin Usaha
Peternakannya harus mengajukan Surat Permohonan kepada
Gubernur, di atas meterai Rp. 25,- dengan tembusan kepada :
a.Direktur Jenderal
b. Dinas Peternakan
c. Bupati yang bersangkutan
(2) Dinas Peternakan setelah menerima tembusan surat permohonan
dimaksud ayat (1) pasal ini, wajib memberikan Rekomendasi/
pertimbangan teknis kepada Gubernur.

Pasal 7

(1) Untuk pertimbangan pemberian Ijin Usaha Peternakan,


permohonan harus mengisi dan melampirkan pada Surat
permohonan daftar isian menurut bentuk yang ditetapkan oleh
Dirjen Peternakan yang memuat :
a. Penjelasan Umum perusahaan.
b. Ijin/Rekomendasi yang telah diperoleh (antara lain HO.
HGU, Ijin Lokasi, Keselamatan Kerja, Tenaga asing dan
lain-lain).
c. Rencana produksi.
d. Rencana penggunaan tanah dan peta/denah lokasi.
e. Rencana penggunaan Tenaga Kerja.
f. Rencana Pemasaran.
g. Daftar Mesin/peralatan.
h. Pembiayaan/Investasi Proyek.
i. Sumber pembiayaan.
j. Jadwal Penyelesaian/Operasi Proyek.
k. Kebutuhan makanan ternak.
(2) Daftar isian dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat
dimintakan pada Dinas Peternakan.

Pasal 8

(1) Permohonan Ijin Usaha Peternakan dapat ditolak karena :


a. Bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah.
b. Tidak memenuhi syarat-syarat teknis yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal;
c. Bertentangan dengan ketertiban/kepentingan umum.
d. Tidak memiliki Ijin HO dan atau Ijin Lokasi.
(2) Penolakan Permohonan Ijin Usaha Peternakan akan diberitahukan
secara tertulis oleh Gubernur.

Pasal 9

(1) Gubernur dapat mencabut Ijin Usaha Peternakan apabila


Pemegang Iji Usaha Peternakan :
a. Tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.
b. Tidak menunjukkan kegiatan usahanya dalam waktu 1 (satu)
tahun berturut-turut setelah Ijin Usaha Peternakan
diberikan.
c. Melanggar Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pencabutan Ijin Usaha Peternakan dilakukan dengan Surat
Keputusan Gubernur.

Pasal 10

Ijin Usaha Peternakan berakhir karena :


a. Jangka waktu yang diberikan telah berakhir.
b. Diserahkan kembali oleh Pemegang Ijin kepada yang berwenang
sebelum jangka waktu yang diberikan berakhir.
c. Dicabut oleh yang berwenang memberikan Ijin Usaha Peternakan
karena Pemegang Ijin yang bersangkutan melakukan suatu
pelanggaran.
d. Perusahaan yang bersangkutan jatuh pailit.
e. Perusahaan yang bersangkutan menghentikan usahanya.

BAB IV
IURAN IJIN USAHA PETERNAKAN

Pasal 11
(1) Setiap Ijin Usaha Peternakan dikenakan Iuran Ijin Usaha yang
harus dibayar sekaligus oleh Pemegang Ijin Usaha.
(2) Iuran Ijin Usaha untuk setiap jenis usaha peternakan adalah
sebesar Rp. 15.000,- (lima belas ribu rupiah).
(3) Iuran Ijin Usaha Peternakan harus disetorkan ke Kas Daerah
dengan menyampaikan tembusan bukti pembayaran kepada Pejabat
yang menangani perijinan usaha peternakan cq. Kepala Biro
Perekonomian pada Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I Irian
Jaya dan juga kepada Dinas Pendapatan Daerah.
(4) Surat Ijin usaha Peternakan akan disampaikan kepada pemohon
ijin setelah bukti pembayaran iuran ijin usaha peternakan
diterima pada Biro Perekonomian tersebut pada ayat (3) pasal
ini.

BAB V
HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Pasal 12

(1) Disamping bidang Usaha Utama dimaksud ayat (1) pasal 3


Peraturan Daerah ini, maka kepada Pemegang Ijin Usaha
Peternakan juga diperkenankan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan mengumpulkan mengedarkan dan memasarkan hasil
produksi.
(2) Setiap Pemegang Ijin Usaha Peternakan yang akan habis masa
berlakunya dapat memperbaharui Ijin Usaha Peternakan dengan
mengajukan permohonan tertulis kepada gubernur selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya.

Pasal 13

Pemegang Ijin Usaha Peternakan sebagaimana dimaksud pada apasal 3


ayat (1) dan ayat (2) wajib memperhatikan dan melaksanakan segala
ketentuan di bidang Peternakan, pencegahan, pemberantasan dan
pengobatan penyakit hewan serta ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 14

Kepada setiap Pemegang Ijin Usaha Peternakan diwajibkan :


a. Melunasi Iuran Ijin Usaha Peternakan dimaksud pasal 11
Peraturan Daerah ini;
b. Memberikan laporan berkala setiap 6 (enam) bulan mengenai
perkembangan usahanya kepada Gubernur Kepala Daerah dengan
tembusan kepada Dinas Pertanian Cq. Seksi Peternakan dan
Bupati Kepala Daerah Tingkat II setempat.
Pasal 15

Pemegang Ijin Usaha Peternakan dilarang :


a. Melakukan usaha yang bertentangan dengan kebijaksanaan
Pemerintah.
b. Memindahkan hak atas Ijin Usaha Peternakan kepada Pihak/orang
lain tanpa seijin Gubernur.
c. Menyalahgunakan Ijin Usaha Peternakan untuk tujuan-tujuan di
luar ketentuan Ijin Usaha Peternakan atau mengganggu keamanan
dan ketentraman masyarakat sekitarnya.

BAB VI
LAPORAN DAN PENGAWASAN

Pasal 16

Bupati setampat wajib memberikan laporan setiap 6 (enam) bulan


kepada Gubernur mengenai Perusahaan Peternakan di Daerahnya.

Pasal 17

Gubernur melakukan pengawasan umum terhadap Perusahaan-perusahaan


Peternakan, sedangkan pengawasan dan penyidikan teknis atas
pelaksanaan dan pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Daerah ini dilakukan oleh Dinas Peternakan.

BAB VII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 20

Palanggaran atas ketentuan Pasal 2, Pasal 13, Pasal 14 huruf b dan


Pasal 15 Peraturan Daerah ini diancam dengan sanksi pidana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP

Pasal 21

(1) Usaha Peternakan yang telah melakukan kegiatan usahanya


sebelum ketentuan ini dikeluarkan diberikan waktu selambat-
lambatnya 8 (delapan) bulan setelah berlakunya Peraturan
Daerah ini untuk menyesuaikan dengan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
(2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai Peraturan Pelaksanaannya diatur kemudian
dengan Surat Keputusan Gubernur.

Pasal 22

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Jayapura, 26 April 1983


GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I
IRIAN JAYA
ttd.
IZAAC HINDOM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


PROPINSI DAERAH TINGKAT I IRIAN JAYA
KETUA
ttd.
BARNABAS SUEBU, SmHK.

Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Irian


Jaya Seri : D Nomor : 12 Tanggal : 29-1-1985

SEKRETARIS WILAYAH/DAERAH TINGKAT I


IRIAN JAYA
ttd.
Drs. A. SOENARTO
NIP. 170002687

DISAHKAN
Dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor : 503.83-127
Tanggal : 21-1-1985

Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum


Dan Otonomi Daerah
Direktur Pembinaan Pemerintahan Daerah
Cap/ttd.
Drs. H. Soemarno

CATATAN :
- Peraturan Daerah ini telah dicabut oleh Peraturan Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Nomor 4 Tahun 1998.

You might also like