You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan Keluarga pada Hipertensi

[tabgroup][tab title=”BAB I PENDAHULUAN“]

A. Latar Belakang

Hipertensi ( Tekanan Darah Tinggi ) adalah penyakit dimana umumnya penderita tidak mengetahui
dirinya mengidap penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Dimana tekanan
darah itu sendiri adalah tekanan didalam pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung
keseluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya
ditunjukkan dengan angka seperti berikut 120/180 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan sistolik.
Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi, disebut dengan tekanan
diastolik.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Dikatakan tekanan darah tinggi jika
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau
lebih. Dikatakan hipertensi jika didapatkan ukuran yang tinggi ( misalnya 160/90 mmHg ) sebanyak
dua kali dalam tiga kali pengukuran, selama paling sedikit dua bulan.

B. Tujuan

Untuk mempelajari Asuhan keperawatan Hipertensi pada keluarga

Untuk memberikan pengetahuan pada keluarga tentang : tanda, gejala dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan hipertensi

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga

[/tab][tab title=”BAB II TINJAUAN PUSTAKA“]

A. Konsep Keperawatan Keluarga

1. Pengertian

Asuhan keperawatan keluarga menurut Salvicion G. Bail.on dan Aracelis Maglaya 1978. Perawatan
kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan
pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang di rawat dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai sarana atau penyalur.2.2 Konsep CVA

CVA / Stroke disebut juga dengan serangan otak, merupakan jenis penyakit yang paling banyak
dialami oleh orang yang berusia sudah tua. Stroke terjadi karena aliran darah yang mengalir ke
daerah otak menjadi terputus sehingga sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan
glukosa yang dibawa oleh darah pada akhirnya tidak berfungsi afektif dan menjadi mati.

Ada 2 tipe stroke :

a. Stoke iskemik kurang lebih memiliki pola kerja atau gangguan yang hamper sama seperti serangan
jantung. Perbedaannya adalah terjadinya gangguan ini ada didalam pembuluh darah yang terdapat
dalam otot. Stroke iskemik juga dapat terjadi apabila terlalu banyak plak (endapan lemak dan
kolesterol yang menyumbat pembuluh darah di otak).

b. Stroke hemoragik, stroke ini terjadi karena adanya keretakan atau terpecahnya pembuluh darah
yang ada di otak. Akibat terjadinya pemecahan ini, maka darah yang mengalir ke dalam jaringan otak
menyababkan terjadinya kerusakan, terutama pada sel-sel otak.Gejala umum terjadinya stroke
ditandai dengan beberapa hal, antara lain :

Mengalami kelemahan, atau bahkan mati rasa, terutama pada bagian wajah, lengan, dan tungkai
pada salah satu sisi tubuh.

Mengalami kekaburan penglihatan, atau bahkan mungkin hilangnya penglihatan dan kekaburan
pada salah satu mata.

Mengalami kesulitan untuk berbicara atau sulit memahami apa yang sedang dibicarakan orang lain
kepadanya.

Mengalami sakit kepala yang amat sangat, tanpa diketahui sebab-sebabnya.

Mengalami kehilangan keseimbangan tubuh atau mengalami ketidakstabilan pada saat berjalan.Ada
dua factor resiko yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya stroke :

Factor resiko yang dapat dikendalikan. Faktor resiko bagi penderita stroke yang masih dapat
dikendalikan sehingga mereka masih memiliki peluang untuk disembuhkan, meliputi : sekaligus
menderita hipertensi, menderita diabetes, mengalami peningkatsn kolesterol yang cukup tinggi,
pecandu alcohol, perokok, mengalami kelebihan BB, dan menderita penyakit arteri koroner.

Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan Sementara penderita stroke yang factor resikonya tidak
dapat dikendalikan sehingga ulit disembuhkan secara medis, antara lain : factor usia yang sudah
mencapai 65 thn ke atas, jenis kelamin (seorang pria memiliki potensi yang lebih banyak mengalami
stroke, sedangkan wanita lebih berpotansi mengalami stroke yang lebih mematikan), factor sejarah
keluarga, artinya seseorang yang memiliki gen dari sebuah keluarga yang mengalami stroke, maka
factor itu secara medis biasanya akan sullit dikendalikan.

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol.
(Elisabet Corwin, hal 356). Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm
Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90
mmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih.
(Barbara Hearrison 1997)

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik
lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih
pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah
peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.

2. Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan pada organ targeet seperti
otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak teratasi, hipertensi dapat menimbulkan stroke, gagal ginjal,
dan kebutaan, dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2
bagian yaitu :
(Mansjoer Arif,dkk,1999 hal 518)

Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat atau maligna, namun banyak
factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress

Sekunder atau hipertensi renal disebabkan oleh proses penyakit dasar. Dapat diakibatkan karena
penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin
dll.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon
peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa factor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
• Keturunan
• Usia
• Berat badan
• Perokok
• Pola makan dan gaya hidup
• Aktivitaas olah raga

3. Patofisiologi

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan
ginjal. Penurunan kesadaran, daan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.Menurunnya
tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias
meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi
pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen.

Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan
pada organ organ seperti jantung.

4. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi (JNL, 1997) : The sixt Report of Join National Committee on Prevention 1997
dikutip oleh Mansjoer Arif, dkk, 1999 hal 519, dapat dilihat dalam tabel berikut :
Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg
a. Normal Sistolik 130 – 139 Diastolik 85 – 89
b. Perbatasan Sistolik140 – 159 Diastolik 90 – 99
c. Hipertensi tingkat 1 Sistolik160 – 179 Diastolik 100 – 109
d. Hipertensi tingkat 2 Sistolik> 180 Diastolik < 85
e. Hipertensi tingkat 3 Sistolik< 130 Diastolik > 110

5. Manifestasi Klinik

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian, gejala baru
ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering
ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang dan
pusing . (Mansjoer Arif, dkk, 1999).

Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak).Pada tingkat awal sesungguhnya, Hipertensi asimtomatis, mempunyai
gejala :

a. Sakit kepala : pada occipital,, seringkali timbul pada pagi hari.


b. Vertigo dan muka merah.
c. Epistaksis sppontan.
d. Kelelahan
e. Mual dan muntah
f. Sesak nafas
g. Gelisah
h. Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
1. Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh gangguan ginjal.
j. Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan, maka akan terjadi :

Insufiensi koronen dan penyumbatan.

Gagal jantung.

Gagal ginjal.

Cerebrovaskular accident (stroke).

6. PNP
Pathway Keperawatan disusun dengan mengambil sumber dari ;Kapita Selecta Kedokteran, Jilid I, Ed.
Ketiga, 1999 dan Nasrul Effendy, Asuhan Keperawatan Keluarga, 1999

[/tab][tab title=”BAB III ASUHAN KEPERAWATAN“]

1. Pengkajian
a. Demografi:
Usia : Terjadi pada usia 30-40 tahun

Ras : terjadi dua kali lebih besar pada orang kulit hitam (orang afrika)

Jenis kelamin : meningkat pada laki-laki

B. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:

Kegemukan / obesitas

Riwayat keluarga positif

Peningkatan kadar lipid serum

Merokok sigaret berat

Penyakit ginjal

Terapi hormon kronis

Gagal jantung

Diet

Kehamilan

C. Pemeriksaan fisik:

Otak : sakit kepala, mual, muntah,kebas kaki atau kesemutan pada ekstremitas,ensefalopati
hipertensif (mengantuk, kacau mental, kejang atau koma).

Mata :retinopati (hanya dapat dideteksi dengan menggunakan oftalmoskop yang menunjukkan
hemoragi retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur

Jantung :gagal jantung (dispnea ppada pengerahan tenaga,takikardia)

Ginjal : penurunan pengeluaran urin dalam hubungannya dengan pemasukan cairan, penambahan
berat badan tiba-tiba dan edema.

D. Pemeriksaan Diagnostik

Sinar X dada dapat menunjukkan kardiomegali

EKG dapat menunjukkan proteinuria, hematuria mikroskopik

Survei kimia dapat menunjukkan peningkatan kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN)

Profil lipid dapat menunjukkan peningkatan kolesterol dan trigliserida

Elektrolit serum dapat menunjukkan peningkatan natrium Kadar katekolamin meningkat bila
hipertensi disebabkan oleh feikromositoma (tumor medulla adrenal)

[divider style=”double”]

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan


ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pengobatan, faktor resiko.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
[divider style=”double”]

3. Intervensi

Diagnosa 1: Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang


berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pengobatan,
faktor resiko.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi kenaikan tekanan darah
diatas 140/90 mmHg.

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan dan penyuluhan, keluarga mampu mengenal masalah
kesehatan.

Intervensi:

Gali pengetahuan keluarga mengenai hipertensi.

Rasional : persepsi yang salah dapat menghambat program pengobatan

[divider style=”soften”]

Jelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala hipertensi.

Rasional : keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengertian, penyebab , tanda dan
gejala dari hipertensi.

[divider style=”soften”]

Jelaskan cara pencegahan hipertensi

Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi

[divider style=”soften”]

Beri kesempatan pada keluarga untuk mengelompokkan makanan yang tidak boleh/dikurangi.

Rasional : makanan yang tinggi garam dan tinggi lemak akan memperberat hipertensi.

[divider style=”soften”]

Jelaskan pada keluarga akibat lanjut dari hipertensi.

Rasional : keluarga mengetahui akibat lanjut hipertensi bila tidak ditangani.

[divider style=”soften”]

Bimbing keluarga untuk mencegah serangan.

Rasional : dengan membimbing keluarga diharapkan tidak terjadi serangan ulang.

[divider style=”soften”]

Diskusikan bersama keluarga cara pengolahan makanan untuk penderita hipertensi.

Rasional : memberikan pengetahuan pengolahan makanan dimana keluarga membuat pertimbangan


dalam mengolah makanan untuk penderita hipertensi

[divider style=”soften”]
Bimbing keluarga untuk melakukan pencegahan dan perawatan hipertensi.

Rasional : keluarga mengetahui dan memahami perawatan hipertensi dengan benar.

[divider style=”soften”]

Jelaskan pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan.

Rasional : keluarga dapat memilih fasilitas kesehatan yang sesuai dengan pilihannya.

[divider style=”soften”]

Tanyakan pada keluarga fasilitas mana yang akan digunakan apabila ada keluarga yang sakit.

Rasional : untuk mengetahui respon keluarga apabila ada keluarga yang sakit.

[divider style=”soften”]

Anjurkan untuk mengunjungi tempat pelayanan kesehatan bila sakit.

Rasional : keluarga dapat mengunjungi fasilitas kesehatan yang ada.

Diagnosa 2: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan atau penyuluhan , diharapkan nyeri
berkurang sampai dengan hilang.

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau penyuluhan kesehatan diharapkan
keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengurangi nyeri.

Intervensi:

Gali pengetahuan keluarga tentang relaksasi.

Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai relaksasi.

[divider style=”soften”]

Diskusikan cara relaksasi.

Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana keluarga dapat membuat pertimbangan dalam
melakukan relaksasi.

[divider style=”soften”]

Beri penjelasan tentang relaksasi.

Rasional : memberikan informasi yang benar sehingga tahu tentang relaksasi.

[divider style=”soften”]

Demonstrasikan tekhnik relaksasi

Rasional : melihat secara langsung tekhnik relaksasi.

[divider style=”soften”]

Beri kesempatan redemonstrasi relaksasi.


Rasional : dapat melakukan relaksasi tanpa bantuan.

[divider style=”soften”]

Jelaskan penyebab nyeri

Rasional : keluarga tahu penyebab nyeri sehingga tidak salah dalam menangani atau mengobati
nyeri.

[divider style=”soften”]

Bimbing keluarga untuk mengurangi nyeri.

Rasional : keluarga mampu mengurangi / menanggulangi nyeri.

[divider style=”soften”]

Diskusikan cara mengurangi nyeri

Rasional : keluarga membbuat pertimbangan untuk mengatasi nyeri.

[divider style=”soften”]

Jelaskan tentang akibat nyeri

Rasional : keluarga mampu menangani nyeri sedini mungkin.

[divider style=”soften”]

Ulangi penjelasan yang kurang dimengerti.

Rasional : keluarga mengerti betul akibat nyeri.

[divider style=”soften”]

Jelaskan pada keluarga tempat–tempat pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.

Rasional : untuk mengarahkan keluarga ke mana harus membawa anggota keluarganya yang sakit.

[divider style=”soften”]

Tanyakan fasilitas kesehatan mana yang akan digunakan keluarga kaitannya dengan sakit yang di
derita anggota keluarganya.

Rasional : untuk mengetahui respon keluarga tentang adanya fasilitas kesehatan yang ada.

[divider style=”soften”]

Anjurkan pada keluarga untuk mengunjunginya.

Rasional : keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

[divider style=”double”]

D. Implementasi

1. Diagnosa 1 :

Menggali pengetahuan keluarga mengenai hipertensi.

Menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta pencegahan hipertensi.
Mendiskusikan cara pencegahan hipertensi.

Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengelompokkan makanan yang tidak boleh/dikurangi.

Menjelaskan pada keluarga komplikasi dari penyakit hipertensi.

Mendiskusikan cara pengolahan makanan untuk penderita hipertensi.

Memberikan bimbingan cara pengolahan makanan.

Menggali pengetahuan keluarga tentang perawatan hipertensi.

Membimbing keluarga tentang pencegahan dan perawatan hipertensi.

Mengulangi penjelasan cara perawatan hipertensi.

Menjelaskan pada keluarga berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat didunakan.

Menanyakan pada keluarga fasilitas kesehatan yang akan digunakan.

Memberikan dorongan untuk mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat.

2. Diagnosa 2 :

Menanyakan pada keluarga tentang relaksasi.

Mendiskusikan cara menangani nyeri.

Memberi penyuluhan tentang relaksasi.

Melakukan demonstrasi relaksasi.

Memberikan keempatan pada keluarga untuk redemonstrasi relaksasi.

Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab nyeri.

Mendiskusikan dengan keluarga untuk mengurangi nyeri.

Memberikan bimbingan untuk mengurangi nyeri.

Menjelaskan tentang akibat nyeri.

Mengulangi penjelasan agar lebih jelas lagi.

Menjelaskan pada keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.

Menanyakan pada keluarga fasilitas mana yang akan digunakan.

Memberikan dorongan untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat.

[divider style=”double”]

E. Evaluasi

1. Diagnosa 1 :

Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang hipertensi.

Keluarga sudah tahu tentang tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi.

Keluarga mampu menyebutkan jenis makanan yang tidak boleh/dikurangi.


Keluarga mengatakan sudah jelas dengan materi yang disampaikan oleh perawat.

Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang komplikasi dari hipertensi.

Keluarga mampu menyebutkan cara pengolahan makanan bagi penderita hipertensi.

Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang perawatan hipertensi dengan di bantu oleh penyuluh.

Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan dan perawatan hipertensi.

Keluarga mengatakan penjelasan yang disampaikan cukup jelas.

Keluarga mampu menyebutkan jenis fasilitas pelayanan kesehatan,

Keluarga mengatakan mau mengunjungi Puskesmas untuk mengobati sakitnya.

2. Diagnosa 2 :

Keluarga sudah tahu tentang relaksasi.

Keluarga mampu melakukan relaksasi.

Keluarga mampu menyebutkan penyebab nyeri.

Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengurangi nyeri.

Keluarga mampu menyebutkan akibat nyeri yang berkelanjutan.

Keluarga dapat mengerti fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan.

Keluarga mengatakan akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada bila ada yang mengalami
gangguan kesehatan, mau mengunjungi Puskesmas.

[/tab][tab title=”BAB IV PENUTUP“]

A. Kesimpulan

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi
dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan
dengan mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang
terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat
arteriol.

Hipertensi disebabkan oleh pola makan dan kebiasaan yang kurang baik, begitu juga factor usia dan
keturunan termasuk factor resiko terjadinya hipertensi.

Keluarga dengan salah satu anggota mengalami hipertensi harus mengetahui pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, pencegahan hipertensi dan komplikasi hipertensi yang bisa menyebabkan CVA /
stroke.

B. Saran

Hindari makanan yang tinggi garam dan tinggi lemak karena hal itu akan memperberat hipertensi

Olahraga yang cukup dan terapkan pola hidup yang sehat, berhenti merokok.

Pergilah ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa keadaan tubuh jika dirasa ada yang sakit,
sehingga penyakit akan diketahui sedini mungkin.
[/tab][/tabgroup]

DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. 1998. Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Jakarta : EGC.

FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta : 2001.

Mansjoer Arif, dkk, The sixt Report of Join National Committee on Prevention (JNL, 1997).

Scribd, Askep Hipertensi dan CVA, 2009.

Susilawati. Kumpulan Askep. 29 Februari 2008.

Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

You might also like