Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses
adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah, 2011).
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat,
kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah, 2011).
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik
diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).
2.1.6 Tahapan Proses Penuaan
Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai berikut (Pangkahila,
2007):
1) Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu
hormon testosteron, growth hormon dan hormon estrogen. Pembentukan radikal
bebas dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini
biasanya tidak tampak dari luar, karena itu pada usia ini dianggap usia muda dan
normal
2) Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahunnya. Pada tahap ini orang mulai merasa idak muda
lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi
genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, radang sendi,
berkurangnya memori, penyakit jantung koroner dan diabetes.
3) Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang meliputi DHEA,
melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan juga hormon tiroid. Terjadi
penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin dan
mineral. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami
kegagalan.
3) Depresi
Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi. Menurut Jayanti,
Sedyowinarso, dan Madyaningrum (2008) beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya depresi lansia adalah:
a) Jenis kelamin, dimana angka lansia perempuan lebih tinggi terjadi depresi
dibandingkan lansia laki-laki, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan
hormonal, perbedaan stressor psikososial bagi wanita dan laki-laki, serta
model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari.
b) Status perkawinan, dimana lansia yang tidak menikah/tidak pernah menikah
lebih tinggi berisiko mengalami depresi, hal tersebut dikarenakan orang
lanjut usia yang berstatus tidak kawin sering kehilangan dukungan yang
cukup besar (dalam hal ini dari orang terdekat yaitu pasangan) yang
menyebabkan suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan kesendirian.
c) Rendahnya dukungan sosial.
REUMATOID ARTHRITIS
2.2 KONSEP MEDIS
2.2.1 Definisi
Rheumatoid Artritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris. (Nurarif, Huda Amin & Kusuma Hardhi, 2015)
Rematik (Rheumatoid Arthritis) adalah penyakit inflamasi sistem kronis,
inflamasi sistemik yang dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi
terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi. (Bawarodi, Fera. Dkk. 2017)
Artritis Reumatoid (AR) merupakan penyakit kronik, sistemik yang menyebabkan
inflamasi sinovial sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari kartilago artikular
dan deformitas. ( Setyohadi, Bambang. Dkk. 2017)
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan salah satu kelainan multissistem yang
etiologinya belum diketahui secara pasti dab dikarakteristikkan dengan distruksi
sinovitis. Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan
inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi
(poliartritis). Kesehatan penderita RA akan menurun dikarenakan rasa nyeri kelelahan
ketidakmampuan fungsional tubuh serta ekonomi pasien yang dapat melemah akibat
perkembangan yang progresif. (Arthritis Foundation, 2017)
2.2.2 Etiologi
Rheumatoid arthritis disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang keliru
menyerang diri sendiri dan masih belum diketahui pemicunya.
1. Usia.
Kebanyakan penderita rheumatoid arthritis berusia 40 tahun ke atas, tapi bisa
juga menjangkiti orang pada usia berapa pun.
2. Jenis kelamin.
9. Obesitas.
Seseorang dengan berat badan lebih memiliki risiko tinggi terserang rheumatoid
arthritis, khususnya wanita berusia dibawah 55 tahun.
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu (Nasution,
2011) :
a. Stadium sinovitis.
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu inflamasi pada
membran sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat umumnya
simetris, meski pada awal bisa jadi tidak simetris. Sinovitis ini menyebabkan
erosi permukaan sendi sehingga terjadi deformitas dan kehilangan fungsi
(Nasution, 2011). Sendi pergelangan tangan hampir selalu terlibat, termasuk
sendi interfalang proksimal dan metakarpofalangeal (Suarjana, 2009).
b. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
(Nasution, 2011).
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution, 2011).
Manifestasi klinis RA terbagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi
artikular dan manifestasi ekstraartikular (Suarjana, 2009).
1. Manfestasi artikular RA
2. Manifestasi ekstraartikular
2.2.4 Patofisiologi
Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti
vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
synovial menjadi menbal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk panus atau penut yang menutupi kartilago. Panus
masuk ke tulang subchondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis,
tingkat erosi dari kartilago menetukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka menjadi adhesi di antara permukaan sendi, karena jaringan
fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan
tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendiaan. Invasi dari tulang subchondrial bisa menyebabkan osteoporosis
setempat.
Lamanya athrtitis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Di tandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Dan ada juga klien terutama
yang mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan rheumatoid) gangguan
akan menjadi kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012)
2.2.5 Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arhtristis menjadi 4 tipe,
yaitu :
1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu
2) Rheumatoid arthritis deficit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu
3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu
4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan
1) Stadium sinovisis
Pada stadim ini terdapat perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi,edema karena kongesti,nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak,bengkak dan kekakuan
2) Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3) Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali ,deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.
(Chabib, Lutfi. 2015)
2.2.6 Komplikasi
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan komplikasi yang serius
pada RA. Hal ini terjadi karena penutupan epifisis dini yang sering terjadi pada tulang
dagu metacarpal dan metatarsal. Kelainan tulang dan sendi lain dapat terjadi, yang
tersering adalah ankilosisi, luksasio,dan fraktur. Komplikas-komplikasi ini terjadi
tergantung berat, lama penyakit dan akibat pengobatan dengan steroid. Komplikasi yang
lain adalah faskulitis, ensefalitis. Amiloidosisi sekunder dapat terjadi walaupun jarang
dan fatal karena gagal ginjal. Rheumatoid arthtritis adalah bukan hanya penyakit
kerusakan sendi. Hal ini dapat melibatkan hamper semua organ. Masalah yang mungkin
terjadi meliputi :
a. Nodulus rheumatoid ekstra sinofial dapat terbentuk pada katub jantung atau pada
paru-paru mata atau limfa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu.
b. Anemia karena kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan cukup sel-sel darah
merah baru
c. Kerusakan pada jaringan paru (paru arthtritis)
d. Cedera pada tulang belakang saat tulang leher menjadi tidak stabil sebagai akibat dari
RA.
e. Reunatouid faskulitis (radang pembuluh darah) yang dapat menyebabkan bisul dan
infeksi kulit, pendarahan tukak lambung, dan masalah saraf yang menyebabkan
nyeri, mati rasa, atau kesemutan. Faskulitas juga dapat mempengaruhi otak, saraf,
dan jantung. Yang dapat menyebabkan stroke, serangan jatung, atau gagal jaunting.
f. Pembengkakan dan peradangan pada lapisan luar jantung atau perikarditis dan dari
otot jantung (miokarditis). Kedua kondisi ini dapat menyebabkan gagal jantung
kongestif.
g. Syndrome Sjorgen yang merupakan gangguan autoimun dimana kelenjar yang
memproduksi air mata dan ludah yang hancur. Kondisi ini dapat mempengaruhi
berbagai bagian tubuh, termasuk ginjal dan paru-paru.
(Wiley J dan Blackwell,2011)
2.2.7 Penatalaksanaan
a) Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b) Perlindungan sendi
c) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d) Dukungan psikososial
e) Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter
karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f) Fisioterapi