Professional Documents
Culture Documents
Toksisitas Korosif
OLEH:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
JUNI 2017
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mendeteksi, dan menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif cara kerja racun
dalam tubuh dan bahan yang digunakan untuk menetralkan racun. Racun adalah zat
atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi),
suntikan dan absorbsi melalui kulit, atau digunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif besar akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius
Zat korosif terdapat luas di alam. Zat korosif merupakan zat/bahan yang
apabila kontak dan tinggal dalam jaringan, akan menyebabkan kerusakan (terjadi
reaksi kimia). Zat ini meliputi asam (seperti asam hidroklorida, asam sulfat, asam
Zat korosif dapat menyebabkan iritasi atau terbakar pada kulit. Semua produk
yang menyebabkan korosif dapat merusak jaringan tetapi tergantung pada tipe zat
korosifnya. Secara umum keracunan yang disebabkan oleh zat korosif terjadi
karena kecelakaan. Kerusakan jaringan karena zat korosif secara umum merupakan
tipe keracunan yang dapat terjadi disekitar rumah. Oleh karena itu, akan dibahas
lebih lanjut dalam makalah ini mengenai pengertian toksisitas korosif sampai
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi senyawa asam, dan alkali/basa yang merupakan zat korosif?
zat korosif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi senyawa asam, dan alkali/basa yang merupakan zat
korosif.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Zat korosif terdapat luas di alam. Zat korosif merupakan zat/bahan yang
apabila kontak dan tinggal dalam jaringan, akan menyebabkan kerusakan (karena
terjadi reaksi kimia). Zat ini meliputi asam (seperti asam hidroklorida, asam sulfat,
asam oksalat, fenol) dan basa/alkali (seperti kalium hidroksida, natrium hidroksida,
ditemukan disekitar rumah atau tempat kerja). Zat korosif dapat menyebabkan
iritasi atau terbakar pada kulit yang menyebabkan proses pengkaratan dan korosi
lempeng baja. Semua produk yang menyebabkan korosif dapat merusak jaringan
tergantung pada tipe zat korosifnya. Beberapa contoh zat korosif yaitu asam dan
basa/alkali.
seperti sari buah lemon dan minuman bersoda dapat mempunyai pH asam kuat,
hidroklorida/muriatik, nitrat, fosfat) dan asam organik (oksalat, tartrat, asetat dan
intensitas kerusakannya berbeda. Tidak semua asam yang cukup korosif menjadi
6
2. Basa/Alkali bersifat korosif
rumah tangga. Jumlah yang keracunan alkali (di USA) lebih banyak dibanding
keracunan asam. Hal ini berhubungan dengan produk rumah tangga yang disimpan
dengan ceroboh dan mudah dijangkau anak-anak, misalnya saja menyimpan cairan
pembersih lantai beraroma lemon dalam botol air minum mineral sehingga anak-
sekitar 20 %. 75% dari semua kasus kerusakan esofagus terjadi pada anak berusia
kurang dari 5 th dan 83% korban dari semua kasus berusia kurang dari 3 tahun
ditimbulkan oleh zat korosif alkali bentuk cairan akan berbeda dengan kerusakan
1. Asam
7
Sebagai konsekuensinya, baik struktur protein maupun enzim diuraikan tetapi
Kerusakan terutama dengan kuantitas asam yang rendah sering terjadi pada
intens terhadap mukosa oral dan esofagus dapat terjadi tetapi secara signifikan
kerusakan terjadi didaerah duapertiga lambung bagian bawah. Zat yang bersifat
asam merusak lambung dan terjadi koagulasi nekrosis sedangkan zat yang
yang terjadi tidak hanya pada permukaan epitel tetapi juga berpenetrasi ke
dinding mukosa dibawahnya). Daerah yang terkena zat menjadi coklat atau
hitam (kecuali kerusakan oleh pikrat dan asam nitrat dimana jaringan menjadi
kuning). Sifat kerusakannya adalah permanen. Jaringan yang rusak tidak dapat
diperbaharui tetapi jaringan yang rusak dapat diganti oleh lapisan epitel baru
yang tipis.
cepat dan menyebabkan sedikit kerusakan pada area tersebut. Pada sebuah
dari semua zat yang tertelan. Zat korosif yang masuk ke dalam saluran
pencernaan juga dapat mengakibatkan perforasi dan hal ini sangat tergantung
dari tipe kerusakannya yang akan dipengaruhi oleh jumlah makanan atau isi
8
lambung. Jika dalam lambung terdapat makanan, maka kerusakannya tidak
akan terlalu parah karena kontak antara zat korosif dengan dinding lambung
sebagai insektisida untuk kecoa atau serangga merayap lain. Asam borat secara
keliru telah digunakan sebagai antiseptik pada persiapan kelahiran bayi dan
borat umumnya digunakan sebagai bahan pelincir dalam bedak. Boraks juga
yang besar. Meski begitu penggunaan zat ini memberikan rasa gurih dan lezat
pada makanan.
asam borat baik solutio atau serbuk yang digunakan pada luka terbuka dapat
pada luka dan menyebabkan efek sistemik yang signifikan. Asam borat sangat
berbahaya bagi semua jaringan dan efeknya tergantung pada organ tubuh serta
konsentrasi yang dicapai pada organ tersebut. Kadar tertinggi tercapai saat zat
9
sedangkan dosis letal pada anak adalah 5-6 g. Meski begitu, sejumlah kecil
asam borak kronik adalah terjadi rash eritemarus yang sangat parah (boiled
lobster rash).
lemah dan lesu.Korban dapat juga mengalami depresi sistem saraf pusat,
kolaps dan koma.Selain itu dapat juga terjadi kolaps kardiovaskular, gugup,
jaundice (kuning) dan jika parah dapat pula menyebabkan gagal ginjal.Bila
pertolongan pertama dengan cara membuat saluran arus udara serta tetap
perhatikan pernafasan korban. Jika zat masuk melalui mulut, evakuasi lambung
perlu dilakukan. Usahakan untuk muntah dan diberi karbon aktif. Jika kontak
dengan kulit atau selaput lendir maka segera cuci kulit/selaput lendir yang
Korban dapat diberi cairan secara peroral agar pengeluaran urin lancar.
Dengan demikian asam borat dan turunannya yang ada dalam tubuh dapat
terekskresi secara cepat melalui urin. Jika korban muntah terus sebaiknya beri
10
Keluarkan asam borat atau senyawa borat dari darah melalui dialisis peritonial
atau hemodialisis. Untuk mengatasi keracunan kronik maka kita harus segera
borat dari darah dapat dilakukan dengan dialisis peritoneal atau hemodialisis.
2. Basa
lemak akan membentuk sabun. Dengan demikian, bila senyawa alkali kontak
(liquevactive necrosis) yang terjadi tidak saja pada permukaan epitel tetapi juga
b) Tahap kedua
11
2) Jika pada saluran cerna tahap ini bisa saja korban mengalami ulkus,
bekas luka. Setelah 3-4 minggu, kontraksi dan penyempitan luka mulai
terlihat.
Ammonia, pembersih oven, dan pembersih pipa adalah alkali yang sangat
terhadap semua sel. Jika ammonia atau larutan ammonium terminum, maka
korban diterapi seperti menangani keracunan karena zat kaustik lainnya. Zat
yang terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran nafas atas, batuk, dyspnea, dan
edema pulmonal. Jika terkontaminasi pada kulit atau mata akan terasa sangat
nyeri dan bersifat sangat korosif. Penanganan keracunan zat ini sama seperti
1. Asam
tergantung rute zat korosif masuk kedalam tubuh/melukai jaringan. Pemaparan zat
korosif dapat melalui oral (masuk melalui mulut kemudian merusak saluran
12
Tabel 1. Manifestasi Klinik Toksisitas Zat Korosif Pada Keracunan Akut
2. Basa
memberikan tanda/gejala yang berbeda tergantung rute zat korosif masuk kedalam
i. Mulut: Rasa sakit, muntah, diare, kolaps. Gejala ikutan: rasa sangat sakit,
kanker.
13
ii. Keracunan oleh senyawa alkali lain seperti heksametofosoat, tripolifosfat,
iv. Kulit yaitu terjadi penetrasi secara perlahan. Kulit terbakar, korosi, iritasi
dermatitis kronik.
D. Penanganan keracunan
1. Asam
Keracunan oleh asam, baik yang terpapar melalui mulut, inhalasi, dermal atau
mata harus ditangani dengan segera. Aturan penanganan keracunan ini didasarkan
pada pengalaman klinik dan tidak selalu dilakukan menurut standar umum.
Adanya kontaminasi pada kulit atau mata karena asam harus diberikan
penanganan segera. Penanganan keracunan asam yang kontak dengan mata atau
kulit dilakukan dengan cara mencuci mata atau kulit yang terkena zat korosif asam
dengan air biasa sebanyak-banyaknya kurang lebih 15 – 20 menit. Bila iritasi yang
terjadi parah, maka tutup mata dengan kain kasa steril tanpa diberi pengobatan dan
segera bawa ke dokter mata. Selain itu, pakaian, perhiasan atau lensa kontak yang
terkontaminasi harus segera di lepas. Mencuci luka dengan larutan sabun yang
antidot bahan kimia karena itu akan memperparah iritasi. Atasi rasa sakit dengan
14
obat analgetika dan atasi kerusakan kulit seperti mengatasi kerusakan kulit karena
luka bakar.
penggunaan emetikum atau menguras lambung. Hal ini dilakukan untuk mencegah
asam mengenai jaringan lain serta mencegah meluasnya iritasi mukosa yang
terjadi. Dalam beberapa detik setelah keracunan, korban segera diberi minum air
putih sebanyak-banyaknya atau susu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengencerkan konsentrasi asam yang tertelan. Jumlah air atau susu untuk
mengencerkan kira-kira 100 kali dari jumlah asam yang tertelan. Antasida dapat
diberikan sebagai demulcent. Selain itu, korban jangan diberi minuman soda atau
Hindari terjadinya depresi system saraf pusat dengan obat antidpresan yang
bias juga berfungsi sebagai penghilang rasa sakit walaupun bias juga diatasi
dengan pemberian morfin sulfat 5-10 mg tiap 4 jam. Tindakan lain yang diperlukan
dan harus segera dilakukan adalah mengatasi sesak karena edema pangkal
menjaga tekanan darah dengan transfusi darah atau pemberian larutan infus
15
Korban harus tetap mendapatkan nutrisi cukup. Pemberian karbohidrat atau cairan
2. Basa
alkali yang tertelan dengan air atau susu dan biarkan korban muntah secara alami
tetapi jangan dilakukan usaha untuk muntah atau menguras lambung karena akan
Penanganan keracunan alkali yang kontak dengan mata atau kulit adalah
dengan mencuci mata atau kulit dengan air biasa sebanyak-banyaknya, kurang
lebih selama 15 – 20 menit dan bila parah cuci sampai 8-24 jam. Bila kontaminasi
pada mata parah, segera tutup mata dengan kain kasa steril tanpa diberi pengobatan
dan segera bawa ke dokter mata. Pakaian, perhiasan atau lensa kontak yang
1. Studi Kasus I
tanpa diencerkan. Karena noda sulit dihilangkan walaupun dengan sabun maka dia
menambahkan sani flush (mengandung 80% Natrium bisulfat). Dengan cepat dia
merasa terbakar pada mulut, hidung, tenggorokan dan mata. Pada akhirnya dia
16
kesulitan bernafas. Dia masuk UGD dengan gejala pulmonari edema.
Pembahasan:
Apa yang terjadi ketika pemutih dicampur dengan sani flush (80% Natrium
bisulfat)?
Pemutih jika bereaksi dengan basa (Natrium bisulfat) akan melepaskan gas
klorin atau kloramin menyebabkan iritasi membran mukosa dan saluran nafas jika
2. Studi Kasus II
Anak laki-laki berusia 4,5 bulan mengalami seizure sejak berumur 2 bulan.
Ketika berusia 3 bulan, dia didiagnosa menderita epilepsi dan diterapi dengan
dibawa ke RS, ia pucat, cepat marah, eritema kering diatas kepala, badan dan
menangis. Untuk menenangkan anak, ibunya memberi makanan dot dalam botol
coklat kecil yang dia bawa. Ketika dia memberi bayi dot dengan cairan kuning
Botol berlabel Borax dan Madu”. Daftar kandungannya yaitu borax 10,5 g,
gliserin 5,25 g, dan madu 100 g. Secara jelas dia mempelajari hal ini dari ibunya
17
yang telah menggunakan sediaan tersebut kepada semua anaknya. Anak telah
Dengan informasi ini, sampel urin dan darah dianalisa kandungan asam
boraksnya. Setelah terapi minuman dot borax madu tidak dilanjutkan anak tidak
mengalami seizure lanjutan, dan rekaman EEG kembali normal setelah 1 minggu.
Terapi fenobarbital tidak dilanjutkan. Bayi diizinkan keluar RS, tetapi terapi
Pembahasan:
Pada bayi tersebut mengalami keracunan borax kronik yang berasal dari
menambah gurih cita rasa makanan sehingga bayipun menyukainya. Asam borat
sendiri akan dieliminasi secara alami melalui sekresi urin. Seizure dan epilepsi
yang dialami bayi tersebut merupakan manifestasi klinik keracunan asam borat
sehingga saat minuman yang mengandung borax dihentikan dan bayi tidak lagi
Keracunan Arsen
18
pemeriksaan fisik, dan dilakukan kultur dari tenggorok, dia didiagnosa
menderita infeksi viral pernafasan atas. Dua hari kemudian, pria ini kembali ke
dilakukan evaluasi, pasien ini mengalami syok, henti nafas, dan kejang-kejang.
meninggal. Semua anggota keluarga pasien yang lainnya lalu diperiksa setelah
melakukan tes pemeriksaan tanah dan air dari lingkungan sekitar tempat
dijumpai pada 4 orang anggota keluarga. Muntah, diare, anemia, dan epistaksis
serum. Jumlah air yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut berhubungan secara
langsung dengan jumlah arsenic yang ditemukan pada urin mereka. Sampel-
sampel air mengandung 108 ppm (part permillion / bagian perjuta) arsenic.
Sampel tanah mengandung 781 sampai 5070 ppm arsenic pada area sekitar
19
Pembahasan:
darah.
iii. Baru didapatkan titik terang setelah 9 anggota keluarga yang lain
gastrointestinal.
v. Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa para pasien dari keluarga
20
vi. Gejala-gejala keracunan arsen yang terlihat dari para pasien tersebut
antara lain:
koma.
viii. Cara masuknya racun kemungkinan besar lewat mulut (peroral) dari
arsen.
ix. Para pasien diduga menderita keracunan arsen yang bersifat kronis,
21
tubuh (umur, status kesehatan pasien – pengaruh penyakit lain,
xiii. Kasus keracunan arsen pada keluarga ini adalah murni karena
kriminal.
4. Studi Kasus IV
Keracunan Lithium
meninggal dunia akibat keracunan lithium pada tanggal 13 Mei 2002. Sejarah
hipotiroid, dan parkinsonism. Pada tanggal 13 April 2002, salah satu tersangka
yang dibawa oleh korban. Farmasis memberikan lithium karbonat 300 mg/kapsul
kepada pasien padahal dari resep yang dibawa pasien lithium yang diberikan
22
adalah 150 mg/kapsul. Pada tanggal 25 April 2002, dokter pribadi korban (juga
selama tiga hari. Dokter pribadi korban mencatat bahwa korban tidak memiliki
kelainan klinis berupa dehidrasi, oleh karenanya dia menyarankan agar korban
meningkatkan asupan cairan serta diet seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
aktifitas yang ditetapkan sebagai lesu, atau gejala memburuk. Selama beberapa
hari berikutnya korban masih terus mengalami diare dan gangguan makan. Akan
2002, korban kembali diperiksa oleh terdakwa PCP. Tidak ada notasi tentang
keluhan diare seperti yang terlihat pada lima hari sebelumnya, sehingga PCP
mencatat bahwa symptom yang dialami korban telah membaik dan mulai hilang.
PCP mencatat adanya sedikit perubahan pada kondisi korban, tetapi tidak mencari
melakukan tes darah selama kunjungan ini, tetapi melupakan pemeriksaan kadar
lithium.
Pada tanggal 2 Mei 2002, korban masih mengalami diare. Keluarga korban
23
gejala-gejala yang dialami pasien. Pada waktu itu PCP melakukan penghentian
bergerak, dan sangat lemah dan tak berdaya. Akan tetapi keadaan ini tidak
dalam darah korban adalah 6,8 mEq/L. Hari berikutnya ia tercatat memiliki
gagal ginjal akut, akibat tanda toksisitas lithium. Pasien meninggal pada tanggal
13 Mei 2002. Litigasi terus dilakukan dalam kasus ini. PCP dan psikiater
Pembahasan:
Kasus diatas merupakan salah satu dari kasus medication error yang
pembacaan resep dan dispensing obat yang dilakukan oleh farmasis tempat korban
24
menebus resepnya. Farmasis memberikan 300 mg lithium karbonat per kapsul
kepada pasien padahal pada resep tertulis 150 mg lithium per kapsul. Kesalahan
Peningkatan dosis lithium hingga dua kali lipat ini mengakibatkan korban
mengalami gejala toksisitas lithium yang ditandai dengan diare kronis yang
dialami korban setelah tiga hari mengkonsumsi obat. Selain itu terjadi juga
Namun gejala ini tidak disadari oleh PCP dan dokter korban sampai akhirnya
hipotensi, serta gagal ginjal akut dan meninggal dunia. Dari hasil pemeriksaan,
kadar lithium darah korban mencapai 6,8 mEq/L setelah hampir satu bulan
mengkonsumsi lithium.
Kadar ini merupakan kadar yang sangat tinggi mengingat kadar lithium
normalnya berkisar antara 0,6 dan 1,2 mEq/L (non-beracun). Lithium merupakan
obat yang memiliki indeks terapi sempit (narrow terapeutic index) dimana
konsentrasi yang digunakan untuk mencapai efek terapi tidak jauh berbeda dengan
dosis tunggal tergantung dari lamanya pengobatan dan akan meningkat pada
pasien pediatri dan gangguan ginjal. Selain itu dosis litihium dari satu pemberian
25
activity” dan menghambat ”cyclic AMP” (adenosine monophospat). Lithium
bentuk bebas melalui urin dalam 10 hari. Ekskresi lithium melalui urin akan lebih
lambat pada pediatri. Ekskresi lithium juga dipengaruhi oleh kadar natrium dan
kalium. Pada pasien yang asupan natriumnya rendah, lithium akan direabsorpsi
melalui tubulus ginjal dan sebaliknya pada pasien dengan asupan natrium tinggi,
ekskresi lithium akan meningkat. Klirens plasma setelah dosis tunggal kira-kira
korban, kondisi fisik korban, umur, serta penyakit yang dideritanya maka
bentuk bebas melalui urin dalam 10 hari dan akan lebih lambat pada pediatri. Hal
ini disebabkan karena terjadinya penurunan fungsi ginjal pada pasien pediatri
sehingga klirens plasma akan menurun dan obat akan lebih lama berada didalam
dimana ekskresi lithium juga dipengaruhi oleh kadar natrium dan kalium. Pada
kondisi dimana kadar natrium dalam tubuh rendah, lithium yang seharusnya
akan kembali berada pada sistem sistemik. Oleh karenanya sebelum korban
26
meninggal korban mengalami dehidrasi berat persisten dengan kekacauan
metabolisme dan hipotensi dan akhirnya terjadi gagal ginjal akut akibat toksisitas
dari lithium. Pada review dokumen dan wawancara yang dilakuan sebelum dan
selama litigasi, jelas bahwa staf perumahan mencatat dan menyatakan bahwa
satu bulan sebelum dia meninggal. Keadaan ini juga terjadi pada waktu dua kali
kunjungan ke PCP. Akan tetapi tidak ada tanda-tanda atau gejala yang dicatat oleh
PCP terkait dengan evaluasi terhadap tingkat lithium yang dikonsumsi korban.
Akan tetapi jika dianalisis secara keseluruhan, pada kasus diatas tidak ada
komunikasi yang baik antara PCP, psikiater, farmasis, dan keluarga korban. Pada
mampu melakukan evaluasi terhadap resep yang dibawa oleh korban dan lebih
teliti sebelum dan pada saat melakukan peracikan obat. Bahkan jika perlu,
menyarankan untuk dilakukan TDM pada korban karena obat yang diresepkan
merupakan obat yang tergolong kedalam obat yang memiliki narrow terapeutic
dosis yang tetap. PCP sebagai ahli medis pribadi korban seharusnya melakukan
efek samping atau gejala toksisitas obat dapat segera dikenali dan
dikomunikasikan dengan tenaga medis lainnya dalam hal ini adalah psikiater
27
meramalkan kemungkinan terburuk dari peresepan yang dilakukan dan tidak
memang terjadi komunikasi yang baik dari tenaga medis terkait maka tentunya
medication error seperti kasus diatas tidak akan terjadi (Purbandika, 2010).
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
yang bersifat korosif yaitu zat yang bersifat asam (asam borat) merusak
lambung dan terjadi koagulasi nekrosis sedangkan zat yang bersifat basa
necrosis (kerusakan yang terjadi tidak hanya pada permukaan epitel tetapi juga
3. Manifestasi klinik senyawa asam dan basa/alkali yang bersifat korosif akan
dengan sani flush yang mengandung 80% Natrium bisulfat. Selain itu terdapat
kasus berupa bayi yang mengalami keracunan borax kronik yang berasal dari
minuman.
29
B. SARAN
sempurna.
30
DAFTAR PUSTAKA
Cox, Robert D., Joe Alcock, MD, MS. 2015. Chemical Burns. Updated October 06,
2015. Emedicine medscape.
Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC. Hal
206 dan 1113.
Insley, Jack. 2005. Vade-Mecum Pediatri, Edisi 13, EGC, Jakarta, 145.
Issley, Steven, MD, FRCPC, Asim Tarabar, MD. 2013. Ammonia Toxicity.
Updated: Sep 16, 2013. Emedicine Medscape. (diakses 26 November 2015)
melalui http://emedicine.medscape.com/article/820298-overview#showall.
Lalani, Amina, MD, Suzan S. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri. EGC, Jakarta, 364
– 371.
Olson, K. R. 2007. Poisoning and Drug Overdose 5th ed, McGraw-Hill Inc., p. 157-
159.
Singh, G. B., Chauhan, R., Kumar, D., Arora, R., & Ranjan, S. (2015). Lithium
Battery Ingestion: An Unusual Cause of Bilateral Cord Palsy. Case Reports
in Otolaryngology, 2015, http://doi.org/10.1155/2015/790830.
Sartono, drs., 2001, Racun dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta, 224–235.
Tierney, L.M., Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd ed, McGraw-Hill
Inc, 2004.
World Health Organization. 2008. Pocket Book of Hospital Care for Children,
Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited
Resources. WHO-Indonesia
31
PERTANYAAN TOKSISITAS KOROSIF
1. Bagaimana cara melakukan hemodialysis untuk penanganan keracunan akut
toksisitas korosif?
Jawab:
tabung filter (dialyzer) kemudian secara perlahan darah di pompa keluar dari
dalam tubuh dan masuk ke dalam dialyzer. Dimana semua racun dan kelebihan
cairan dibuang. Daerah yang sudah bersih kemudian masuk ke dalam sebuah
darah.
darah serta kelebihan cairan di dalam tubuh menggunakan alat buatan manusia
Dialyzer memiliki dua bagian, 1 bagian untuk darah penderita dengan 1 bagian
lainnya untuk cairan cuci yang disebut dialisat. Dimana ada membran tipis
yang memisahkan 2 bagian itu. Dialyzer berfungsi sebagai ginjal buatan berisi
ribuan serat berongga kecil dan darah mengalir melalui serat ini. Serat
2. Dialysis adalah suatu proses pencucian darah untuk membersihkan tubuh dari
zat-zat korosif yang berbahaya yang terdapat dalam aliran darah. Normalnya
pencucian darah ini secara alami dilakukan oleh organ tubuh kita sendiri yaitu
32
ginjal yang sehat. Ada dua jenis dialysis yaitu hemodialysis dan dialysis
peritoneal.
peritoneal, selang fleksibel kecil yang disebut kateter terpasang di perut melalui
sayatan kecil. Cairan khusus yang disebut cairan dialysis dipompa keruang
sekitar rongga peritoneal. Ketika darah bergerak melalui rongga, racun dan
kelebihan cairan dipindahkan dari dalam darah ke dalam cairan dialysis. Cairan
dialysis dikeringkan dari rongga. Proses dialysis ini berlangsung selama 30-40
33