Professional Documents
Culture Documents
Analisis Sintesis Tindakan Pemasangan Enteral Tube pada bayi Ny. W dengan
BBLR Di Ruang Perinatologi RSUD Kota Salatiga
Hari : Sabtu
Tanggal : 1 Desember 2018
Jam : 09.00 WIB
A. Keluhan Utama
By Ny W tampak kekuningan Ikterik
B. Diagnosa Medis
BBLR SMK KB SPT
C. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola pemberian ASI
Prosedur :
PERSIAPAN ALAT:
1. NGT sesuai ukuran (no.6 dan no.8 )
2. Sarungtangan.
3. Kasa
4. Spuit ukuran 3cc dan 5 cc.
5. Plester dan gunting
6. Stetoscope.
7. Handuk/pengalas
8. Bengkok.
9. Wadah berisi air hangat untuk oral hygiene
10.Plastik/botol untuk menampung cairan lambung jika puasa
PERSIAPAN PERAWAT:
1. Mempersiapkan alat.
2. Mencuci tangan.
3. Membaca ulang status pasien untuk melihat advis
PERSIAPAN PASIEN:
1. Memberikan penjelasan kepada orang tua bayi, prosedur serta tujuan dan
tindakan yang dilakukan.
2. Mengatur posisi bayi.
PELAKSANAAN:
1. Mencuci tangan.
2. Atur posisi pasien/bayi.
3. Pasang handuk pada dada bayi.
4. Dekatkan bengkok dengan bayi.
5. Pasang stetoscope.
6. Gunakan sarung tangan.
7. Ukur kedalaman feeding tube (muiai danhidung ke teiinga lalu ditarik ke
prosesusxipoedeus)beri tanda kedaiaman
8. Masukkan seiang sesuai dengan panjang selang yang sudah diukur.
9. Memeriksa ietak selang dengan cara memasang spuit pada ujung seiang dan
memasang stetoscope pada diafragma, kemudian suntikan kira-kira 1-2 cc
udara bersama dengan auskuitasi abdomen 10 cc udara bersama dengan
auskultasiabdomen.Kemudian aspirasi pelan-pelan untukmengeluarkan isi
cairan lambung.
10. Setelah terpasang, evaluasi pasien.
11. Rapihkan alat-alat.
12. Cuci tangan.
13. Dokumentasikan tindakan yang telah diIakukan.
G. Analisis Tindakan
Tabung makan enteral pada bayi baru lahir digunakan untuk menyusui bayi
prematur dan bayi berat lahir rendah di unit perawatan intensif neonatal karena
mereka sering tidak mengisap secara efektif karena kurangnya koordinasi antara
mengisap, menelan dan bernapas karena ketidakmatangan neurologis dan
pengosongan lambung yang tertunda (Bohnhorst, 2010).
Tabung makan dapat disisipkan oleh rute nasogastrik (NG) atau dengan rute
orogastrik (OG). Kedua rute digunakan dalam Unit Perawatan Intensif Neonatal
(NICUs) atau Perinatologi. Kedua metode ini terkait dengan berbagai efek
samping.
Karena bayi yang baru lahir bernapas dengan hidung yang wajib, tabung
nasogastrik (NGT) dapat menyebabkan sumbatan hidung parsial yang dapat
meningkatkan resistensi saluran napas dan kerja pernapasan meskipun mereka
mudah untuk aman ke wajah daripada secara lisan ditempatkan tabung. Orogastric
tubes (OGT), di sisi lain, mungkin tidak mengarah pada potensi risiko
peningkatan kerja pernapasan yang terkait dengan NGT tetapi lebih sering
malposisi dan dapat mengulang di dalam mulut. Juga ada kemungkinan
peningkatan apnea dan bradikardia karena stimulasi vagal (Bohnhorst, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Bohnhorst, 2010)
yang berjudul Oral versus Nasal Route for Placing Feeding Tubes: No Effect on
Hypoxemia and Bradycardia in Infants with Apnea of Prematurityyang dilakukan
pada 32 bayi prematur dengan umur gestasi 29 minggu didapatkan hasil bahwa
tidak ada perubahan signifikan yang mengarah kepada brachicardi dan desaturasi
pada subjek. Rasionalisasi pada subjek yang mengalami desaturasi adalah bisanya
lubang hidung lebih kecil dibandingkan ukuran selang tube sehingga mengganggu
kepatenan jalan napas secara parsial pada bayi. Pada penelitian diatas
merekomendasikan pada pemasangan enteral tube dilaksanakan melalui oral
dikarenakan terdapat laporan bahwa nasogastric menimbulkan masalah sumbatan
jalan napas.
Review junal yang telah disusun oleh Watson (2013) yang berjudul Nasal
versus oral route for placing feeding tubes in pretermor low birth weight infants
(Review), menujukankesimpulan bahwatidak ada penelitian sebelumnya yang
menunjukan data statistik yang signifikan tentang laporan kasus dilapangan yang
mengatakan bahwa Nasal dan oral tube berpengaruh pada kejadian apnea,
desaturasi dan brakikardi.Rekomendasi pada tenaga kesehatan di pelayanan dalam
pelaksanaan tindakan harus disesuaikan dengan kebijakan tempat pelayanan yang
bersaangkutan kemudian dibutuhkan observasi terhadap pemasangan enteral tube
pada bayi.
H. Evaluasi diri
SOP dilakukan sesuai prosedur, perawat harus memonitor residu bayi dan TTV
bayi dengan adanya curiga terjadinya apnea desaturasi dan brakikaardi dikarenkan
pasien juga dipasang O2 NC
Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Mengetahui,