You are on page 1of 8

LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan Pemasangan Enteral Tube pada bayi Ny. W dengan
BBLR Di Ruang Perinatologi RSUD Kota Salatiga

Hari : Sabtu
Tanggal : 1 Desember 2018
Jam : 09.00 WIB

A. Keluhan Utama
By Ny W tampak kekuningan Ikterik

B. Diagnosa Medis
BBLR SMK KB SPT

C. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola pemberian ASI

D. Data yang mendukung diagnosa keperawatan


Ds : -
Do :
1. Prematur 34 Minggu, Umur 1 Hari
2. Keadaan umum : sedang
3. Kesadaran : composmentis
4. TTV : Nadi : 144 x/menit
Suhu : 36,9oC
RR : 55x/i
SpO2 : 98% Via O2 blend 28%
5. BB 2430 g
6. Asi 5cc sufor, muntah (+), reflek sucking kurang adekuat
7. Asi tidak keluar, ikterik skor kremer 1
E. Dasar Pemikiran
Kelahiran prematur merupakan sebuah predisposisi penyakit berat pada
neonatus selama bertahun tahun di dunia, kelahiran prematur menyebabkan sistem
pencernaan, ekskresi dan saraf masih belum matang. Meskipun saluran
gastrointestinal (GI) secara anatomi sepenuhnya berkembang pada usia kehamilan
20 minggu, namun belum seoptimal usia term pada bayi normal lainya. Oleh
karena itu, bayi prematur mengalami keterbatasan tertentu dalam fungsi GI
(Manea, 2016).
Problem Pada BBLR dimulai ketika terjasi adaptasi yang belum waktunya
ketika masa intrauteri bayi mendapatkan suply nutrisi melalui plasenta dan
kemudian pada waktu lahir bayi harus sudah bisa mandiri. Pada bayi prematur
mereka membutuhkan adaptasi dari intrauterian ke dunia luar, bayi-bayi ini
memerlukan asupan nutrisi awal untuk menghentikan penurunan berat badan,
mengompensasi defisiensi metabolik dan memastikan kebutuhan pertumbuhan
terpenuhi menurut untuk potensi metabolik mereka
Bayi prematur membutuhkan nutrisi untuk memastikan bahwa pertumbuhan
dan kematangan fungsional mereka setelah lahir stabil dan mirip dengan bayi-bayi
full-term dari usia pasca-konsepsi yang sama. The American Academy of
Pediatrics merekomendasikan bahwa diet bayi prematur menghasilkan rasio
pertumbuhan yang sebanding dengan pada trimester ketiga kehamilan, tanpa
memberi tekanan pada fungsi metabolisme dan ginjal bayi yang belum
matang(Manea, 2016).
Nutrisi enteral dini atau yang dikenal sebagai nutrisi enteral minimal, yaitu
pemberian makan bayi prematur (menggunakan ASI atau formula ASI) dalam 72
jam pertama kehidupan. Manfaat nutrisi enteral dini dapat (a) memastikan asupan
zat trofik aktif yang merangsang perkembangan epitelium mukosa, sistem
kekebalan usus dan mikrobiokenosis; (B) merangsang motilitas, produksi enzim,
GI pelepasan hormon, munculnya refleks menelan dan, kemudian, munculnya
refleks mengisap; (c) meningkatkan toleransi pencernaan, memungkinkan
peningkatan laju volume yang lebih cepat, membantu bayi mencapai nutrisi
enteral penuh dan memastikan kebutuhan nutrisi mereka; dan (d) membatasi
penurunan berat badan postnatal dan memastikan pertumbuhan berat badan yang
sama dengan bayi prematur dengan usia pascakonsepsi yang sama(Manea, 2016).
Faktanya dilapangan masih banyak BBLR Memiliki reflek sucking yang
kurang efetif sehingga menimbulkan resiko aspirasi muntah sampai tujuan awal
pemberian nutrisi dini tidak tercapai. melihat dari kondisi itu maka dibutuhkan
enteral tube untuk menunjang pemberian nutrisi yang adekuat dan menilai
arbsorbsi neonatus dengan mengevaluasi residu yang terdapat di gastric bayi
(Wallace, 2014).

F. Prinsip Tindakan Keperawatan


Pengertian : memasang selang tube ke dalam lambung malalui rongga mulut /
rongga hidung hingga menuju ke lambung.
Tujuan :
1. Memasukkan makanan cair atau obat-obatancair atau padat yang dicairkan.
2. Mengeluarkan cairan atau ¡si lambung atau gasyang ada di lambung.
3. Mengirigasi lambung karena perdarahan ataukeracunan dalam lambung.
4. Mencegah atau mengurangi muai dan muntahseteiah pembedahan atau
trauma.
5. Mengambil spesimen daiam iambung untukpemeriksaan laboratorium.

Prosedur :
PERSIAPAN ALAT:
1. NGT sesuai ukuran (no.6 dan no.8 )
2. Sarungtangan.
3. Kasa
4. Spuit ukuran 3cc dan 5 cc.
5. Plester dan gunting
6. Stetoscope.
7. Handuk/pengalas
8. Bengkok.
9. Wadah berisi air hangat untuk oral hygiene
10.Plastik/botol untuk menampung cairan lambung jika puasa
PERSIAPAN PERAWAT:
1. Mempersiapkan alat.
2. Mencuci tangan.
3. Membaca ulang status pasien untuk melihat advis

PERSIAPAN PASIEN:
1. Memberikan penjelasan kepada orang tua bayi, prosedur serta tujuan dan
tindakan yang dilakukan.
2. Mengatur posisi bayi.
PELAKSANAAN:
1. Mencuci tangan.
2. Atur posisi pasien/bayi.
3. Pasang handuk pada dada bayi.
4. Dekatkan bengkok dengan bayi.
5. Pasang stetoscope.
6. Gunakan sarung tangan.
7. Ukur kedalaman feeding tube (muiai danhidung ke teiinga lalu ditarik ke
prosesusxipoedeus)beri tanda kedaiaman
8. Masukkan seiang sesuai dengan panjang selang yang sudah diukur.
9. Memeriksa ietak selang dengan cara memasang spuit pada ujung seiang dan
memasang stetoscope pada diafragma, kemudian suntikan kira-kira 1-2 cc
udara bersama dengan auskuitasi abdomen 10 cc udara bersama dengan
auskultasiabdomen.Kemudian aspirasi pelan-pelan untukmengeluarkan isi
cairan lambung.
10. Setelah terpasang, evaluasi pasien.
11. Rapihkan alat-alat.
12. Cuci tangan.
13. Dokumentasikan tindakan yang telah diIakukan.

G. Analisis Tindakan
Tabung makan enteral pada bayi baru lahir digunakan untuk menyusui bayi
prematur dan bayi berat lahir rendah di unit perawatan intensif neonatal karena
mereka sering tidak mengisap secara efektif karena kurangnya koordinasi antara
mengisap, menelan dan bernapas karena ketidakmatangan neurologis dan
pengosongan lambung yang tertunda (Bohnhorst, 2010).
Tabung makan dapat disisipkan oleh rute nasogastrik (NG) atau dengan rute
orogastrik (OG). Kedua rute digunakan dalam Unit Perawatan Intensif Neonatal
(NICUs) atau Perinatologi. Kedua metode ini terkait dengan berbagai efek
samping.
Karena bayi yang baru lahir bernapas dengan hidung yang wajib, tabung
nasogastrik (NGT) dapat menyebabkan sumbatan hidung parsial yang dapat
meningkatkan resistensi saluran napas dan kerja pernapasan meskipun mereka
mudah untuk aman ke wajah daripada secara lisan ditempatkan tabung. Orogastric
tubes (OGT), di sisi lain, mungkin tidak mengarah pada potensi risiko
peningkatan kerja pernapasan yang terkait dengan NGT tetapi lebih sering
malposisi dan dapat mengulang di dalam mulut. Juga ada kemungkinan
peningkatan apnea dan bradikardia karena stimulasi vagal (Bohnhorst, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Bohnhorst, 2010)
yang berjudul Oral versus Nasal Route for Placing Feeding Tubes: No Effect on
Hypoxemia and Bradycardia in Infants with Apnea of Prematurityyang dilakukan
pada 32 bayi prematur dengan umur gestasi 29 minggu didapatkan hasil bahwa
tidak ada perubahan signifikan yang mengarah kepada brachicardi dan desaturasi
pada subjek. Rasionalisasi pada subjek yang mengalami desaturasi adalah bisanya
lubang hidung lebih kecil dibandingkan ukuran selang tube sehingga mengganggu
kepatenan jalan napas secara parsial pada bayi. Pada penelitian diatas
merekomendasikan pada pemasangan enteral tube dilaksanakan melalui oral
dikarenakan terdapat laporan bahwa nasogastric menimbulkan masalah sumbatan
jalan napas.
Review junal yang telah disusun oleh Watson (2013) yang berjudul Nasal
versus oral route for placing feeding tubes in pretermor low birth weight infants
(Review), menujukankesimpulan bahwatidak ada penelitian sebelumnya yang
menunjukan data statistik yang signifikan tentang laporan kasus dilapangan yang
mengatakan bahwa Nasal dan oral tube berpengaruh pada kejadian apnea,
desaturasi dan brakikardi.Rekomendasi pada tenaga kesehatan di pelayanan dalam
pelaksanaan tindakan harus disesuaikan dengan kebijakan tempat pelayanan yang
bersaangkutan kemudian dibutuhkan observasi terhadap pemasangan enteral tube
pada bayi.

H. Bahaya dilakukannya tindakan


1. Iritasi pada tenggorok: dapat dikurangi dengan pemberian tablet hisap
anestesi (misalnya lozenges benzokain) sebelum tindakan pemasangan
nasogastric tube
2. Epistaksis: dapat dicegah dengan melumasi ujung nasogastric tube secara
adekuat dan berhati-hati saat melakukan pemasangan selang
3. Pneumonitis atau pneumonia aspirasi akibat pemasangan selang yang salah di
saluran pernafasan
4. Pneumotoraks, cedera pada pleura
5. Perforasi dan cedera esofagus
6. Gejala: nyeri pada leher dan dada, disfagia, dispnea, emfisema subkutan,
hematemesis
7. Trauma pada jaringan sekitar

I. Tindakan Keperawatan Lain sesuai NIC (Nurse Intervention Criteria)


1. Memonitor adanya tanda ikterik
2. menimbang BB Setiap hari
3. memastikan intake asi terpenuhi sesuai kebutuhan
4. Anjurkan ibu meningkatkan intake nutrisi
5. Anjurkan ibu untuk memerah Asinya
6. rekomendasikan ibu untuk melakukan perawatan payu dara
7. memonitor tanda tanda dehidrasi
8. mengelola cairan yang masuk dan keluar
9. pasang enteral tube dan monitor residu cairan
10. kolaborasikan pemberian cairan parenteral
J. Hasil yang di dapatkan setelah dilakukan tidakan
Jam evaluasi : 14.00 / 1-12-2018
S :-
O :
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran : CM
 Infus D10% 8tpm, residu 4cc coklat
 Asi belum keluar
 tanda tanda dehidrasi (-) turgor baik, ubun ubun cekung (-),
mukosa lembab, BB : 2430 g, skor kremer 1
 TTV : Nadi:158x/menit, Suhu : 37,2oC, RR : 56x/Menit, SpO2
98 Via 02 blend 28%
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan semua intervensi dan puasakan bayi untuk sementara

H. Evaluasi diri
SOP dilakukan sesuai prosedur, perawat harus memonitor residu bayi dan TTV
bayi dengan adanya curiga terjadinya apnea desaturasi dan brakikaardi dikarenkan
pasien juga dipasang O2 NC

I. Daftar Pustaka / referensi


Bohnhorst, 2010.Oral versus Nasal Route for Placing Feeding Tubes: No Effect
on Hypoxemia and Bradycardia in Infants with Apnea of Prematurity,
(https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT03073993). Diakses pada tanggal 2
Desember2018.

Bulechek, Gloria M et all. 2016. Nursing Intervention Clasification (NIC) Edisi


Bahasa Indonesia, Edisi 6. Elsevier

Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC

Manea et al 2016. Benefits Of Early Enteral Nutrition In Extremely Low Birth


Weight Infants,
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5331136/). Diakses pada
tanggal 2 Desember2018.
RSIA SUROSO, 2015. SOP Pemasangan OGT,
(https://dokumen.tips/documents/001-pemasangan-ogt-oral-gastro-tube-
ruang-perinatologi.html). Diakses pada tanggal 2 Desember2018.
Watson, 2013. Nasal versus oral route for placing feeding tubes in pretermor low
birth weight infants (Review),
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23450546). Diakses pada tanggal
2 Desember2018.

Tasia, 2014. Pemasangan Nasogastric Tube, (https://www.alomedika.com/tindakan-


medis/gastroentero-hepatologi/pemasangan-nasogastric-tube/komplikasi).
Diakses pada tanggal 2 Desember 2018.

Mengetahui,

Mahasiswa Praktikan Pembimbing Klinik/CI

Yuni Mairina Tri Utami Handayani, S.Kep., Ns


NIM. P27220018222

You might also like