You are on page 1of 9

ANALISA TINDAKAN: PEMBERIAN PACKED RED CELLS (PRC)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan


Dasar

Dosen Pembimbing: Ns Devi Nurmalia, S. Kep., M. Kep.


Pembimbing Ruangan: Ns. Rina Maryani, S.Kep

Disusun Oleh:
SALSABILA IZZATURROHMAH
22020116120014

Kelas A16.1

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
A. Identitas Klien

Nama : Tn. S
Tanggal Lahir : 19 Februari 1963
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Golongan Darah :O
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan wiraswasta
Pendidikan : Tidak sekolah
Alamat : Kp. Kepatihan 01/05, Kutoharjo, Kaliwangu,
Kendal
No. RM : 568850
Bangsal : Flamboyan
Pembayaran : BPJS-PBI
Tanggal MRS : 21 November 2018
Diagnosa Medis : Anemia
Alergi : Tidak Ada

B. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang mengindikasikan perlunya pemberian PRC adalah


Keletihan b.d ditandai dengan Anemia berat dengan Hb mencapai 3,8 g/dL

C. Jenis Tindakan yang dilakukan: Pemberian PRC

Jenis tindakan pemberian PRC adalah termasuk dalam tindakan invasif berupa
transfusi atau pemberian produk produk darah. PRC merupakan komponen
yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen
darah lain hingga mencapai hematokrit dengan kepekatan 65-75% yang berarti
menghilangnya 125-150 ml plasma dari suatu unitnya. PRC merupakan pilihan
yang terbaik bagi anemia kronik karena volumenya lebih sedikit dibanding
WB. Setiap PRC memiliki volume 128-240 ml, tergantung kadar hemoglobin
pasien dan proses separasi awal. Volume darah diperkirakan mengandung
plasma darah 50ml atau 20-150 ml (Alimoenthe, 2011)

PRC dibuat secara khusus pada kantong plastik pada saat segera setelah donasi
darah diputar secara khusus sehingga terpisah dari komponen darah lainnya,
jauh lebih baik dan tahan lama disimpan (Depkes, 2008)

Dalam memberikan PRC, indikasi mutlak pemberian PRC adalah ketika kadar
Hb sudah mencapai 5 gr/dL. Terdapat rumus dosis pemberian PRC yakni:

Jumlah PRC= Hb x 3 x BB

Hb = Selisih Hb yang diinginkan setelah transfusi

BB = Berat badan pasien

Secara umum, transfusi PRC hampir selalu diindikasikan pada kadar Hb <7,0
g/dL, terutama pada keadaan anemia akut. Transfusi juga dapat dilakukan pada
kadar Hb 7,0-10,0 g/dL, apaapabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang
bermakna secara klinis dan laboratorium.

Transfusi jarang dilakukan pada kadar Hb >10,0 g/dL kecuali terdapat indikasi
tertentu, seperti penyakit yang membutuhkan kapasitas transpor oksigen lebih
tinggi. PRC juga tidak boleh diberikan untuk anemia yang dapat diobati
denganterapi selain transfusi darah (misal terapi Fe), PRC juga tidak boleh
digunakan sebagai sumber volume darah, atau tekanan onkotik atau
memperbaiki luka

Prosedur pemberian PRC dapat dilakukan dengan langkah langkah berikut:

1. Informed consent dengan pasien dan keluarga


2. Mengisi blangko permintaan darah kepada bank darah RS atau PMI
setempat
3. Mengambil darah sebagai sampel darah untuk dicocokkan di bank
darah atau PMI setempat
4. Meminta pasien mengajukan blangko dan mengambil darah
5. Mengganti infuse set dengan transfusi set
6. Melakukan pemberian NaCl atau saline sebagai larutan yang larut
dalam darah
7. Memberikan pre medikasi yaitu furosemide agar cairan tubuh tidak
menumpuk
8. Mengukur dan mencatat tanda tanda vital pasien sebelum pemberian
darah
9. Menghangatkan darah pasien dengan animex yang dipasang di selang
transfusi set
10. Mengatur jumlah tetesan (biasanya diguyur), menanyakan
kenyamanan pasien
11. Mengevaluasi daerah invasif, memastikan PRC tidak habis sampai
udara masuk ke selang transfusi set
12. Memberikan NaCl atau normal saline setelah PRC habis
13. Mengukur tanda tanda vital setelah pemberian transfusi
14. Mengkaji keluhan pasien setelah dilakuka transfusi PRC

D. Dasar Pemikiran Pemberian PRC

Transfusi sel darah merah digunakan untuk mengobati perdarahan dan


untuk meningkatkan pengiriman oksigen ke jaringan.
- Transfusi sel darah merah harus didasarkan pada kondisi klinis pasien.
Indikasi untuk transfusi termasuk anemia gejala (menyebabkan sesak napas,
pusing, gagal jantung kongestif, dan penurunan toleransi latihan), krisis sel
sabit akut, dan kehilangan darah akut lebih dari 30 persen volume darah.
- Infus plasma beku segar dapat digunakan untuk pembalikan efek
antikoagulan. Transfusi trombosit diindikasikan untuk mencegah
perdarahan pada pasien dengan trombositopenia atau defek fungsi
trombosit.
- Kriopresipitat digunakan pada kasus hipofibrinogenemia, yang paling
sering terjadi pada pengaturan perdarahan masif atau koagulopati
konsumtif.
Infeksi terkait transfusi kurang umum dibandingkan komplikasi noninfeksi.
Semua komplikasi tidak menular dari transfusi diklasifikasikan sebagai bahaya
infeksius yang tidak menular. Komplikasi akut terjadi dalam beberapa menit
hingga 24 jam transfusi, sedangkan komplikasi yang tertunda dapat
berkembang hari, bulan, atau bahkan bertahun-tahun kemudian.

Transfusi darah dapat menjadi prosedur menyelamatkan nyawa, tetapi


memiliki risiko, termasuk komplikasi infeksi dan noninfeksi. Ada perdebatan
dalam literatur medis tentang penggunaan yang tepat dari darah dan produk
darah. Uji klinis yang menyelidiki penggunaannya menunjukkan bahwa
menunggu transfusi pada kadar hemoglobin lebih rendah bermanfaat.Tinjauan
ini akan mempertimbangkan indikasi untuk transfusi darah dan produk darah,
dan akan membahas komplikasi noninfeksi umum yang terkait dengan
transfusi.

Maka dari itu bank darah harus menetapkan dan mempertahankan jaminan
kualitas sistem berdasarkan standar internasional saat ini yang mencakup hal-
hal penting berikut.

- Organisasi dan Manajemen


- Sumber daya
- Peralatan
- Masalah pasokan dan pelanggan
- Pengendalian proses
- Dokumen dan catatan
- Penyimpangan tidak sesuai dan komplikasi
- Penilaian
- Peningkatan proses
- Fasilitas dan keamanan

E. Implikasi dan Pencegahan

Komplikasi terkait transfusi dapat dikategorikan sebagai akut atau tertunda,


yang dapat dibagi lebih lanjut ke dalam kategori tidak menular dan infeksius.
Komplikasi akut terjadi dalam beberapa menit hingga 24 jam transfusi,
sedangkan komplikasi yang tertunda dapat berkembang hari, bulan, atau bahkan
bertahun-tahun kemudian. The AABB (sebelumnya dikenal sebagai American
Association of Blood Banks) menggunakan istilah "bahaya serius non-infeksi
transfusi" untuk mengklasifikasikan komplikasi yang tidak menular. Infeksi
terkait transfusi kurang umum karena kemajuan dalam proses skrining darah;
risiko tertular infeksi dari transfusi telah berkurang 10.000 kali lipat sejak tahun
1980-an. Bahaya-bahaya transfusi yang tidak menular mencapai 1.000 kali
lebih mungkin daripada komplikasi infeksi. Namun, belum ada kemajuan dalam
mencegah bahaya serius dari transfusi yang tidak menular, meskipun perbaikan
dalam tes skrining darah dan kemajuan medis terkait lainnya. Oleh karena itu,
pasien jauh lebih mungkin mengalami bahaya serius transfusi non-infeksi
daripada komplikasi infeksi.

Bahaya noninfeksius serius dari transfusi:

Akut:

- Reaksi hemolitik akut


- Reaksi alergi (bengkak, kemerahan, sakit di daerah invasif)
- Reaksi anafilatik
- Masalah koagulasi pada transfusi masif
- Reaksi nonhemolytik
- Gangguan metabolik
- Mistransfusion (transfusi produk yang salah ke penerima yang salah)
- Kontaminasi septik atau bakteri
- Transfusion-associated circualtory overload
- Cedera paru akut terkait transfusi
- Reaksi urtikaria (gatal gatal)

Terlambat:

- Reaksi hemolitik yang tertunda


- Besi terlalu banyak
- Microchimerism
- Overtransfusion atau undertrasnfusion
- Purpura pasca transfusi
- Transfusi terkait graft versus host penyakit
- Immunomodulasi terkait transfusin

Bahaya infeksius dari transfusi darah:

Pencegahan terjadinya implikasi akibat pemberian PRC dapat dilakukan


dengan:
- Memastikan nomor yang tertera pada kantong darah sesuai dengan
yang ada di berkas pasien
- Memastikan golongan darah dan rhesus pasien sama dengan yang
tertera di kantong darah
- Memastikan nama pasien, dan identitas sesuai dengan gelang pasien
- Monitor tanda tanda vital pasien sebelum dan sesudah pemberian
- Monitor area invasi dan deteksi adanya reaksi kemerakan, bengkak,
panas dan sebagainya

F. Kekurangan dan Kelebihan Pemberian PRC


Kekurangan dari pemberian PRC adalah antara lain:
- Dapat menjadi media penularan penyakit yang menular lewat darah
apabila proses screening dan seleksi di bank darah terlewati
Kelebihan dari pemberian PRC adalah antara lain:
- Kenaikan Hb dapat diukur seusai dengan yang diinginkan
- Menghindari kemungkinan penularan dan penyakit dan reaksi
imunologis
- Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan
overload cairan lebih rendah dibanding pemberian WB

G. Evaluasi Diri
Dalam memberikan PRC kepada pasien, untuk seringkali darah menggumpal
dan menghambat tetesan, Untuk menanggulanginya lebih sulit daripada
memperbaiki infus yang macet. Saya biasanya menekan dripnya, melakukan
masase pada daerah vena dan menghilangkan sumbatan di selang transfusi set.
DAFTAR PUSTAKA

Alimoenthe, 2011. Perempuan Dalam Cengkraman HIV dan AIDS: Kajian.


Sosiologis Feminis Perempuan Ibu Rumah Tangga. Jakarta: Komunitas

Depkes RI, 2008. Pedoman Donor Darah di Rumah. Sakit, Jakarta: Depkes RI

National AIDS Control Organisation (NACO). 2017. Standards for Blood Banks
and Blood Services. New Delhi: Goverment of Ministry of Health and
Family Welfare. India. Diambil dari
http://naco.gov.in/sites/default/files/Standards%20for%20Blood%20Ban
ks%20and%20Blood%20Transfusion%20Services.pdf pada 10 Desember
2018 pukul 23.15

Sanjeev Sharma, MD; Poonam Sharma, MD, Lisa N. Tyler, MD. 2011. Transfusion
of Blood and Blood Products: Indications and Complications. American
Family Physician Volume 83, Number 6. March 15, 2011 720-724.
Diambil dari https://www.aafp.org/afp/2011/0315/p719.html pada 10
Desember 2018 pukul 23.47

Wahidiyat, PA, dkk. 2016. Transfusi rasional pada anak Sari Pediatri, Vol. 18, No.
4, Desember 2016. 325-331

You might also like