Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Karena volume lalu lintas yang rata-rata dilalui kendaraan berat dan
luas jalan yang tidak seimbang, kemacetan merupakan fenomena yang tidak
dapat di hindarkan dalam hiruk pikuknya Jakarta. Dalam hal ini jalan layang
bebas hambatan sebagai alternatif pilihan yang diharapkan menjadi solusi
mengurangi kemacetan di Jakarta.
Proyek yang kami amati ini adalah jalan layang bebas hambatan / access
road Tanjung Priok Paket 5 section NS Direct dan judul dari studi kasus ini
adalah
Page | 1
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Dalam Studi Kasus ini dibatasi hanya pelaksanaan pekerjaan Bored Pile
pada lokasi Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok
Seksi NS Direct.
BAB IV KESIMPULAN
BAB II
PENGENALAN PROYEK
Page | 3
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
3. Pekerjaan Pembongkaran
4. Pekerjaan Tanah
6. Pekerjaan Widening
Page | 4
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
- Terjamin kebersihannya.
Untuk penerangan lokasi kerja akan digunakan daya listrik dari PLN
Page | 5
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Gambar 2.2 Letak direksi kit pada proyek tanjung priok access road
Page | 6
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Page | 7
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
RAMP A
Panjang : 1519 m
Kecepatan rencana : 80 km/jam
Lebar lajur :3m
Lebar jalur : 9 – 12,25 m
Tebal pelat lantai : 0,25 m
Panjang pile slab : 260 m
Jumlah pilar : 20
RAMP B
Panjang : 1727 m
Kecepatan rencana : 80 km/jam
Lebar lajur :3m
Lebar jalur : 9 – 12,25 m
Tebal pelat lantai : 0,25 m
Panjang pile slab :240 m
Jumlah pilar : 22
Page | 8
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Page | 9
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Page | 10
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
BAB III
PEMBAHASAN
Page | 11
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Berikut ini penjelasan dan urutan proses pekerjaan bore pile yang
berlangsung dilapangan.
Page | 12
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Setelah pekerjaan penentuan titik stake out bore pile telah selesai dan
titik sudah ditetapkan maka tahap selanjutnya adalah pemasangan chasing,
sebelum pemasangan chasing tahap sebelumnya adalah pengeboran awal
dengan menggunakan mata bor augher. Augher sendiri adalah mata bor yang
berbentuk spiral, digunakan karena tanah permukaan yang dinilai cukup
keras sehingga lebih efektif menggunakan mata bor augher. Selain itu, mata
bor augher juga memiliki titik sentris, sehingga bisa menancapkan mata bor
Page | 13
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
tepat di atas titik yang telah ditentukan. Pengeboran awal dilakukan untuk
membuat casing dapat berdiri dan tidak menyimpang dari titik yang
direncanakan, tidak ada batasan khusus berapa kedalaman pengeboran awal,
namun menurut site engineer pengeboran awal ini sebaiknya sedalam 1-1,5
meter. Pipa casing yang dipasang memiliki diameter 1300 mm dan memiliki
panjang 7 dan 9 meter, panjang 9 meter digunakan apabila tanah yang
nantinya akan dibor memiliki kemungkinan keruntuhuan yang tinggi hal ini
terlihat pada jenis tanah di lapisan permukaan. Mata bor augher pada saat
pengeboran awal dapat dilihat pada gambar 1.
C. Pemasangan Casing
D. Pekerjaan Pengeboran
Page | 15
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
E. Pekerjaan Air-Lift 1
Page | 16
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
F. Pekerjaan Polymer
Page | 17
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Pada dasarnya , adukan terdiri dari campuran yang seragam dalam air.
Tempat pengujian Bentonite Slurry dilakukan di mixing tank dan pengujian
bentonite slurry dilakukan bila proses casting bored pile akan di mulai.
Proses pencatatan laporan lab hasil pengujian bentonite slurry
disimpan dan kemudian dilampirkan dengan Bore Log.
Pada metode Air Lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara
kedalam lubang galian dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan
diperbesar. Pekerjaan Air Lift ini dilakukan mulai dari interval saringan atas
ke bawah secara berurutan hingga ke dasar sumur dalam.
Setelah terpasangnya pipa tramie maka sebelum dilakukan pengecoran
sebaiknya dilakukan pembersihan secara Air-Lift yang dimaksudkan agar
lubang galian benar-benar tidak memiliki endapan lumpur, berbeda dengan Air-
Lift sebelumnya pada tahapan kali ini tidak digunakan pipa Air-Lift diameter
0.14 namun langsung menggunakan pipa tramie untuk pengecoran diameter
0.26 hal ini dimaksudkan agar pekerjaan berjalan secara efektif.
Prinsip kerja Air-Lift adalah dengan memasukan air bersih kedalam
lubang dan menekan air dengan udara melalui pipa tremie diameter 0.26 m
yang berada dibawahnya dengan tekanan dari kompresor untuk memastikan
sudah tidak ada lagi kandungan lumpur didalamnya. Proses Air-Lift selesai
ketika air buangan telah bersih.
Page | 18
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Setelah proses Air-Lift selesai dan diperkirakan sudah tidak ada lagi
lumpur didalam lubang bore pile maka langkah selanjutnya adalah
melakukan Test Ultrasonic Measurement (KODEN) pada tahapan ini
seorang quality control bertugas melakukan pengujian Non Destructive
terhadap lubang yang nantinya akan dilakukan pengecoran. Test Ultrasonic
Measurement adalah suatu alat dengan menggunakan gelombang ultrasonic
sebagai untuk mengetahui bentuk dari lubang bore plie dengan cara
mengukur kecepatan dari frekuensi gelombang yang ada dalam lubang ke
alat penerima gelombang. Syarat dari test ini adalah titik sensor harus berada
tepat ditengah-tengah lubang, dan persyaratan kemiringan yang diizinkan
adalah <1/100.
Gambar3.8. Hasil UMT berupa grafik dari dinding tanah yang ada
Page | 19
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
I. Fabrikasi Tulangan
J. Pemasangan Tulangan
Setelah pekerjaan fabrikasi tulangan selesai dan lubang bore pile telah
dilakukan Test Ultrasonic Measurement dan telah disetujui oleh quality control
maka tahap selanjutnya adalah pemasangan tulangan ke dalam lubang bore pile,
dikarenakan dalamnya lubang galian melebihi 12m maka tulangan dibagi
menjadi beberapa segmen dan untuk sambungannya dilakukan secara las
dengan overlap nya 50 dari diameter tulangan, dikarenakan dasar tulangan tidak
Page | 20
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
K. Pengecoran
Page | 21
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Page | 22
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
L. Pelepasan Casing
Setelah pengeceoran selesai, dilanjutkan dengan pencabutan casing
dengan menggunakan vibrator (vibro-hammer). Untuk mencabut casing ,
sebelumnya kait (hook) yang sebelumnya terpasang perlu dilepas, kemudian
casing dijepit dengan vibrator dan dicabut dengan bantuan mobile crane.
Setelah casing selesai dicabut maka tiang bor pile tersebut sudah jadi dan
selanjutnya lubang yang baru di cor tersebut harus dijaga agar tidak rusak.
Page | 23
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Kendala yang terjadi pada saat pekerjaan bore pile cukup beragam,
kasus yang terjadi antara lain :
a. Pipa Utilitas
Permasalahan utilitas adalah hal yang umum ditemui pada proyek
yang berlangsung di kota-kota besar, pada proyek ini ditemukan pipa utilitas
yang tidak tertera pada gambar pelaksanaan yang terjadi pada saat
pelaksanaan pengeboran awal berlangsung, Site engineer mengetahui hal ini
ketika pada saat pengeboran awal berlangsung mata bor pada drilling
machine terdapat patahan yang mengakibatkan pekerjaan pengeboran
dihentikan.
Solusi
Solusi yang dilakukan dimulai dengan menghubungi bagian
bertanggung jawab menangani utilitas pada proyek untuk mengetahui
keaktifan dan berbahaya atau tidaknya pipa tersebut, setelah dihubungi
bagian utilitas dan bagian utilitas memberikan arahan untuk penaganan
utilitas tersebut.
Page | 24
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
Solusi
Solusi yang dilakukan pada saat menangani kondisi tersebut yaitu
dengan memancangkan sheet pile baja di lokasi pier yang akan di
laksanakan pekerjaan konstruksi dengan menggunakan vibrator. Kemudian
air sungai yang terdapat di titik pelaksanaan pekerjaan pier dipompa ke
dalam sungai tersebut. Lalu dilakukan penimbunan guna ditempatkannya
alat-alat konstruksi untuk pelaksanaan pekerjaan pengeboran.
Page | 25
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Page | 26