You are on page 1of 26

STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE

PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN


TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya kemacetan pada jalan dikota-kota besar seperti Jakarta


khususnya di Jl. Yos Sudarso, yang disebabkan oleh lalu lintas yang
kebanyakan dilalui oleh kendaraan-kendaraan berat. dan kurang tertibnya
para pengguna jalan yang merupakan persoalan utama dibanyak negara.

Urbanisasi meningkat dikarenakan Jakarta memiliki daya tarik bagi


seluruh penduduk Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dalam
bidang ekonomi maupun sosial. Hal ini merupakan salah satu faktor
meningkatnya kebutuhan kendaraan dan bertambahnya volume lalu lintas
dan menyebabkan terjadinya kemacetan. Kondisi ini menuntut pemerintah
untuk meningkatkan sarana dan prasarana penunjang untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas yang menjadi masalah sehari-hari penduduk Jakarta.

Karena volume lalu lintas yang rata-rata dilalui kendaraan berat dan
luas jalan yang tidak seimbang, kemacetan merupakan fenomena yang tidak
dapat di hindarkan dalam hiruk pikuknya Jakarta. Dalam hal ini jalan layang
bebas hambatan sebagai alternatif pilihan yang diharapkan menjadi solusi
mengurangi kemacetan di Jakarta.

Proyek yang kami amati ini adalah jalan layang bebas hambatan / access
road Tanjung Priok Paket 5 section NS Direct dan judul dari studi kasus ini
adalah

“STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE


PILE PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS
HAMBATAN TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT”

Page | 1
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari penulisan ini ialah

- Menjelaskan mengenai tahapan pelaksanaan Bored Pile pada Proyek


NS Direct.

- Menguraikan kendala yang terjadi pada pelaksanaan Bored Pile


Proyek NS Direct.

- Menguraikan solusi pada kendala yang terjadi pada pelaksanaan


Bored Pile Proyek.

1.3. Batasan Masalah

Dalam Studi Kasus ini dibatasi hanya pelaksanaan pekerjaan Bored Pile
pada lokasi Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok
Seksi NS Direct.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalam penulisan ini ialah ;


BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika

penyusunan dalam penulisan ini.

BAB II PENGENALAN PROYEK

Menjelaskan mengenai gambaran umum Jalan Bebas Hambatan Tajung


Priok Seksi NS Direct.

BAB III PEMBAHASAN

Menjelaskan tahapan pelaksanaan dan kendala yang terdapat pada


pelaksanaan Bored Pile Proyek Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Seksi
NS Direct.

BAB IV KESIMPULAN

Menguraikan kesimpulan berdasarkan tujuan dan uraian pembahasan.


Page | 2
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

BAB II

PENGENALAN PROYEK

2.1. Tinjauan Umum

Proyek tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2)


Package 5, Section NS Direct Ramp adalah proyek jalan layang yang
dimiliki oleh Kementerian Pekerjaan Umum dengan nilai Proyek senilai Rp.
291.000.000.000,- (dua ratus sembilan puluh satu milyar rupiah). Proyek ini
dapat terealisasi berkat pinjaman dana dari Japan Bank for International
Coorperation (JBIC).

Sebagai syarat kerjasama antara kementerian pekerjaan umum dan


JBIC tersebut, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya:

- Penyedia jasa konstruksi dalam proyek tersebut harus merupakan


kerja sama antara kontraktor dari Jepang dan Indonesia.

- Penyedia jasa konstruksi yang berasal dari Indonesia harus berupa


BUMN atau BUMD yang berpengalaman menangani proyek sejenis
dengan nilai kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,-

- Sebesar 30% pengadaan material untuk proyek tersebut harus


didatangkan dari jepang.

2.2. Gambaran Umum Proyek

Pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction Project


(Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp merupakan pekerjaan dari
kementerian pekerjaan umum dengan sumber dana pinjaman dari Japan
Bank for International Cooperation (JBIC Loan). Rencana waktu
pelaksanaan pekerjaan adalah 540 hari kalender.

Page | 3
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

Pembangunan Access Road ini merupakan konstruksi fly over yang


menggunakan pondasi dalam berupa bore pile beton bertulang, Pile Cap,
Pilar, Pile Slab, Pier Head, Concrete Girder, Steel Girder dan Concrete
Barier yang lokasinya berada di atas Jalan Raya Yos Sudarso.

Lingkup pekerjaan Pembangunan Tanjung Priok Access Road Construction


Project (Phase-2) Package 5, Section NS Direct Ramp, adalah :

1. Umum (Pemeliharaan dan Perlindungan Lalu Lintas, Laboratorium,


mobilisasi serta pekerjaan penangann aliran air yang sudah ada).

2. Pekerjaan Pembersihan Tempat Kerja

3. Pekerjaan Pembongkaran

4. Pekerjaan Tanah

5. Pekerjaan Galian Struktur

6. Pekerjaan Widening

7. Pekerjaan Pile Slab

8. Pekerjaan Instalasi Bore Pile

9. Pekerjaan Instalasi Pile cap

10. Pekerjaan Instalasi Kolom Beton

11. Pekerjaan Instalasi Pier Head

12. Pekerjaan Instalasi Girder

13. Pekerjaan Plat Beton ( Concrete Barrier )

14. Pekerjaan Drainase

15. Pekerjaan Struktur Beton

Page | 4
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur


penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang lainnya yang
akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, misalnya : direksi
keet, gudang, barak kerja, posisi peralatan, dan fungsi lainnya. Dalam
menempatkan

barang dan material kebutuhan pelaksanaan, baik di gudang maupun di


halaman terbuka akan diatur sedemikian rupa sehingga :

- Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan lingkungan disekitar


proyek.

- Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh


konsultan pengawas.

- Memudahkan pelaksanaan tahap lanjutannya.

- Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

- Terjamin kebersihannya.

Untuk penerangan lokasi kerja akan digunakan daya listrik dari PLN

melalui unit kerja yang terkait di lingkungan proyek atau menggunakan


Genset terutama untuk pekerjaan lapangan. Kebutuhan air bersih, bila
mungkin akan dicukupi dari sambungan lokal seijin pemegang otoritas yang
mengurusi air bersih, bila hal tersebut tidak memungkinkan maka kebutuhan
air akan dicukupi dari sumur dalam yang dibuat ditempat. Barang-barang
dan material yang tidak akan digunakan lagi untuk kebutuhan langsung pada
pekerjaan sesegera mungkin akan dikeluarkan dari site, dan seandainya
masih bisa dimanfaatkan akan digunakan di dalam areal proyek dengan
seijin Direksi lapangan. Berikut ini adalah site plan pada pembangunan
Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5,
Section NS Direct Ramp.

Page | 5
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

Gambar 2.1 Lokasi proyek tanjung priok access road

Gambar 2.2 Letak direksi kit pada proyek tanjung priok access road

Page | 6
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

2.3. Data Umum

2.3.1. Data Umum Proyek

Data umum proyek mengacu pada dokumen kontrak pembangunan Tanjung


Priok Acces Road Construction Project (Phase 2) Package 5, section NS Direct
Ramp No. HK 02 03/Bv.PJBHTP-PLN/NS-DIRECT/XI/2013

1. Nama Proyek : Tanjung Priok Acces Road Construction Project (Phase


2) package 5, section NS Direct Ramp.
2. Lokasi : Jalan Yos Sudarso
3. Pemilik Proyek : Kementrian Pekerjaan Umum
4. Konsultan Perencana : Katahira Associate
5. Konsultan Pengawas : Katahira Associate
6. Kontraktor Utama : Tobishima Corporation-PT. Wijaya Karya
7. Sub Kontraktor : PT. Berdikari Pondasi Perkasa(Bore pile dan Tiang
pancang) , PT. DCA dan PT. WIKA KOBE (PCU Girder), IHI Co. Ltd. (Steel
Girder), PT. Cigading H-beam Centre (Fibrication Steel), PT. DCA (Beton
Ready Mix)
8. Masa Pelaksanaan : 540 hari kalender dimulai pada 6 Januari 2014
9. Masa Pemeliharaan : 365 hari kalender, terhitung sejak tanggal serah terima
pertama
10. Kontrak :
- Sifat Kontrak : Fixed Unit Price
- No. Kontrak : HK 02 03/Bv.PJBHTP-PLN/NS-DIRECT/XI/2013
- Tanggal Kontrak :
Kontrak Awal : 18 November 2013
Addendum : 18 Desember 2013
Nilai kontrak Rp.291.000.000.000,- sudah termasuk PPN 10%, pajak dan biaya
asuransi.

Page | 7
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

2.3.2. Data Teknis Proyek

Pekerjaan Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2)


Package 5, Section NS Direct Ramp terdiri dari dari 2 Ramp yaitu Ramp A
dan Ramp B

RAMP A
Panjang : 1519 m
Kecepatan rencana : 80 km/jam
Lebar lajur :3m
Lebar jalur : 9 – 12,25 m
Tebal pelat lantai : 0,25 m
Panjang pile slab : 260 m
Jumlah pilar : 20
RAMP B
Panjang : 1727 m
Kecepatan rencana : 80 km/jam
Lebar lajur :3m
Lebar jalur : 9 – 12,25 m
Tebal pelat lantai : 0,25 m
Panjang pile slab :240 m
Jumlah pilar : 22

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar,

Page | 8
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

Gambar 2.3 Layout Pekerjaan dan Tampak Samping

Page | 9
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

2.4. Pekerjaan Teknis

Secara teknis jenis-jenis pekerjaan pada proyek pembangunan


Tanjung Priok Access Road Construction Project (Phase-2) Package 5,
Section NS Direct Ramp dapat diuraikan sesuai flowchart pekerjaan berikut:

Gambar 2.4 Flow chart pekerjaan

Page | 10
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

BAB III

PEMBAHASAN

Pondasi yang digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas


Hambatan Tanjung Priok Section NS Direct adalah tipe pondasi Bore Pile.
Pemilihan tipe Pondasi Bore Pile dikarenakan kondisi proyek yang
berdekatan dengan bangunan lain sehingga pelaksanaan pekerjaan pondasi
diharapkan tidak menimbulkan kebisingan atau getaran yang mengganggu
bangunan lain disekitarnya. Pondasi Bore Pile yang digunakan memiliki
diameter 1,2 m dan kedalaman sesuai dengan hasil N-SPT perencanaan atau
yang tertera pada gambar. Proses pelaksanaan pekerjaan pondasi Bore Pile
yaitu dimulai dari survey/pengukuran, perakitan tulangan, pekerjaan
preboring, pemasangan casing sementara, pekerjaan pengeboran &
pembersihan lubang bor, instalasi tulangan pada lubang bor, pekerjaan
pengecoran, dan pekerjaan uninstall casing sementara.

Selama melakukan kegiatan Studi Kasus di Proyek Pembangunan


Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok Section NS Direct ini, kami
mengamati berbagai macam kegiatan konstruksi namun tidak semua
kegiatan yang terlibat dalam proyek ini kami amati dikarenakan terbatasnya
waktu kegiatan. Pembahasan yang akan dibahas pada penulisan ini hanya
Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile dan Kendala yang terjadi pada
Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile.

3.1. Pekerjaan Konstruksi Pondasi Bored Pile

Pada proyek yang kami amati dilaksanakan pekerjaan Bore Pile


dengan metode casing dikarenakan struktur tanah dan kondisi tanah yang
dinilai kurang bagus sehingga dimungkinkan terjadinya keruntuhan pada
lubang bor. Peralatan yang digunakan :

Page | 11
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

1. Drilling machine (Diameter 1200 mm) 7. Truck mixer 7m3


2. Service crane (35 Ton) 8. Ultrasonic measurement
3. Excavator (0.60 m3) 9. Genset
4. Dump truck (11 Ton) 10. Vibro
5. Pipa tremie (untuk pengecoran, D 0,26) 11. Mixing tank
6. Pipa tremie (untuk airlifting, D 0,14) 12. Chasing

Berikut ini penjelasan dan urutan proses pekerjaan bore pile yang
berlangsung dilapangan.

Gambar 3.1. Flow Chart Pelaksanaan Bore Pile

Page | 12
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

3.2. Metode Pelaksanaan

A. Penentuan Titik Bore Pile

Setelah pekerjaan mobilisasi selesai, pekerjaan selanjutnya adalah


menentukan titik bored pile dengan menggunakan alat theodolit. Penentuan
titik bored pile mengacu pada data perencanaan yang sebelumnya sudah
dilakukan untuk menentukan titik Bench Mark (BM) dilapangan.
Perhitungan kembali sangat mungkin dilakukan pada pekerjaan ini, agar titik
yang akan digali sesuai dengan yang tertera pada gambar kerja.

Gambar 3.2. Pekerjaan Survey/Penentuan Titik

B. Pengeboran Awal ( Pre Boring)

Setelah pekerjaan penentuan titik stake out bore pile telah selesai dan
titik sudah ditetapkan maka tahap selanjutnya adalah pemasangan chasing,
sebelum pemasangan chasing tahap sebelumnya adalah pengeboran awal
dengan menggunakan mata bor augher. Augher sendiri adalah mata bor yang
berbentuk spiral, digunakan karena tanah permukaan yang dinilai cukup
keras sehingga lebih efektif menggunakan mata bor augher. Selain itu, mata
bor augher juga memiliki titik sentris, sehingga bisa menancapkan mata bor
Page | 13
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

tepat di atas titik yang telah ditentukan. Pengeboran awal dilakukan untuk
membuat casing dapat berdiri dan tidak menyimpang dari titik yang
direncanakan, tidak ada batasan khusus berapa kedalaman pengeboran awal,
namun menurut site engineer pengeboran awal ini sebaiknya sedalam 1-1,5
meter. Pipa casing yang dipasang memiliki diameter 1300 mm dan memiliki
panjang 7 dan 9 meter, panjang 9 meter digunakan apabila tanah yang
nantinya akan dibor memiliki kemungkinan keruntuhuan yang tinggi hal ini
terlihat pada jenis tanah di lapisan permukaan. Mata bor augher pada saat
pengeboran awal dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 3.3. Mata Bor Augher Pada Saat Pengeboran Awal

C. Pemasangan Casing

Pemasangan casing dilakukan dengan menggunakan alat vibrator, alat ini


diletakan diatas casing dengan bantuan mobile crane. Pengendalian
kemiringan juga harus dilakukan dengan menggunakan alat water pass atau
bias juga menggunakan unting – unting, namun dalam hal ini tidak memiliki
batasan berapa kali harus dilakukan. Pemasangan pipa casing dihentikan
apabila tinggi atas pipa casing sudah berada 0,5 m dari dasar tanah dan
setelah pipa casing terpasang maka tahap selanjutnya adalah menimbun
kembali galian disekitar pipa casing. Setelah semua selesai maka tugas
seorang surveyor mencari data elevasi top casing yang nantinya data
tersebut akan digunakan site engineer untuk menentukan kedalaman lubang
dilapangan. Pemasangan chasing dapat dilihat pada gambar 2.
Page | 14
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

Gambar 3.4. Pemasangan Chasing

D. Pekerjaan Pengeboran

Pengeboran adalah proses pengerjaan penggalian menggunakan mata bor


untuk menghasilkan lubang yang bulat pada lahan atau tanah yang sudah
rencanakan. Penggalian dilakukan dengan drilling bucket dengan mata bor
diameter 1200 mm. Tahap sebelum melakukan pengeboran adalah dengan
meletakan plat baja untuk menjadi pijakan mesin bor yang apabila tidak
dilakukan ditakutkan akan mengakibatkan runtuhnya tanah disekitar
pengeboran. Ketika penggalian berlangsung untuk menjaga agar tidak terjadi
keruntuhan didalam lubang galian maka ketika proses ini berlangsung
ditambahkan air yang mengandung polimer ke dalam lubang galian, air
polimer ini sebelumnya diaduk pada mixing tank dan diuji terlebih dahulu
spesifikasinya, spesifikasi yang disyaratkan adalah viscosity >42 detik, pH >
8, dan Density 1,03-1,05 g/cm3. Selama proses pengeboran berlangsung
pengendalian kedalaman dilakukan secara manual dengan memasukan
meteran ke dalam lubang galian dan toleransi galian yang dapat diterima
adalah ± 10 cm dari kedalaman rencana.

Page | 15
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

Gambar 3.5. Pekerjaan Pengeboran dengan Drilling Bucket

Setelah selesainya pekerjaan galian dengan menggunakan Drilling


Bucket, lubang galian harus segera dibersihkan dari lumpur dikarenakan
lumpur yang berada digalian apabila tidak dibersihkan nantinya akan
mempengaruhi kualitas dari beton bore pile. Metode yang digunakan adalah
dengan mengganti mata bor pada Drilling Bucket dengan Clearing Bucket.
Ketebalan lumpur pun dapat dihitung dengan menggunakan meteran hasil
perbandingan tinggi lubang sebelum di bersihkan dengan tinggi lubang
setelah dibersihkan.

E. Pekerjaan Air-Lift 1

Setelah pembersihan dasar galian selesai dengan Cleaning Bucket, dasar


galian perlu dibersihkan kembali untuk meyakinkan lubang galian bersih

Page | 16
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

dari lumpur. Pada proyek ini pembersihan menggunakan metode Air-Lift,


prinsip kerja air lift adalah memasukan air bersih kedalam lubang dan
menekan air dengan udara melalui pipa tremie diameter 0.14 m yang berada
dibawahnya dengan tekanan dari kompresor dengan cara tersebut
diharapkan air yang mengandung lumpur akan terangkat keluar dan
mengalir ke water pit atau penampungan air semetara.

Gambar 3.6. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lubang Bor


dengan Metode Air Lift

F. Pekerjaan Polymer

Ketika penggalian berlangsung untuk menjaga agar tidak terjadi


keruntuhan didalam lubang galian maka ketika proses ini berlangsung
ditambahkan air yang mengandung polimer ke dalam lubang galian, air
polimer ini sebelumnya diaduk pada mixing tank dan diuji terlebih dahulu
spesifikasinya.
Pada proyek NS Direct digunakan jenis polymer Bentonite. Bubuk
Bentonite dicampur dengan air didalam penampung air dengan kapasitas 2m
per satu kali batching.

Page | 17
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

Pada dasarnya , adukan terdiri dari campuran yang seragam dalam air.
Tempat pengujian Bentonite Slurry dilakukan di mixing tank dan pengujian
bentonite slurry dilakukan bila proses casting bored pile akan di mulai.
Proses pencatatan laporan lab hasil pengujian bentonite slurry
disimpan dan kemudian dilampirkan dengan Bore Log.

Peralatan pengujian Bentonite Slurry terdiri dari:


1. Mud Balance (Density Test)
2. March Cone (Viscosity Test)
3. pH paper (mengukur pH)
dengan spesifikasi yang disyaratkan adalah viscosity >42 detik, pH >
8, dan Density 1,03-1,05 g/cm3.

G. Pekerjaan Air Lift 2

Pada metode Air Lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara
kedalam lubang galian dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan
diperbesar. Pekerjaan Air Lift ini dilakukan mulai dari interval saringan atas
ke bawah secara berurutan hingga ke dasar sumur dalam.
Setelah terpasangnya pipa tramie maka sebelum dilakukan pengecoran
sebaiknya dilakukan pembersihan secara Air-Lift yang dimaksudkan agar
lubang galian benar-benar tidak memiliki endapan lumpur, berbeda dengan Air-
Lift sebelumnya pada tahapan kali ini tidak digunakan pipa Air-Lift diameter
0.14 namun langsung menggunakan pipa tramie untuk pengecoran diameter
0.26 hal ini dimaksudkan agar pekerjaan berjalan secara efektif.
Prinsip kerja Air-Lift adalah dengan memasukan air bersih kedalam
lubang dan menekan air dengan udara melalui pipa tremie diameter 0.26 m
yang berada dibawahnya dengan tekanan dari kompresor untuk memastikan
sudah tidak ada lagi kandungan lumpur didalamnya. Proses Air-Lift selesai
ketika air buangan telah bersih.
Page | 18
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

H. Test Ultrasonic Measurement

Setelah proses Air-Lift selesai dan diperkirakan sudah tidak ada lagi
lumpur didalam lubang bore pile maka langkah selanjutnya adalah
melakukan Test Ultrasonic Measurement (KODEN) pada tahapan ini
seorang quality control bertugas melakukan pengujian Non Destructive
terhadap lubang yang nantinya akan dilakukan pengecoran. Test Ultrasonic
Measurement adalah suatu alat dengan menggunakan gelombang ultrasonic
sebagai untuk mengetahui bentuk dari lubang bore plie dengan cara
mengukur kecepatan dari frekuensi gelombang yang ada dalam lubang ke
alat penerima gelombang. Syarat dari test ini adalah titik sensor harus berada
tepat ditengah-tengah lubang, dan persyaratan kemiringan yang diizinkan
adalah <1/100.

Gambar3.7. Pemasangan UMT diatas casing

Gambar3.8. Hasil UMT berupa grafik dari dinding tanah yang ada

Page | 19
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

I. Fabrikasi Tulangan

Fabrikasi tulangan sebaiknya dikerjakan pada saat pekerjaan


pengukuran berlangsung agar pada saat pekerjaan pemasangan tidak
terganggu atau tidak terlambat. Pada proyek ini fabrikasi tulangan untuk
pekerjaan bore pile dilakukan di lokasi proyek hal ini diperkirakan akan
mempermudah atau membuat pekerjaan bore pile menjadi efektif, namun
dikarenakan pekerjaan dilakukan langsung dilapangan maka pengendalian
pekerjaan fabrikasi tulangan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena
dilihat sangat pentingnya tulangan pada kekuatan yang nantinya akan
menjadi kualitas beton pondasi bore pile. Tulangan yang digunakan
dilapangan berdasarkan gambar perencanaan.

Gambar 3.9.Perakitan tulangan Pondasi Bore Pile

J. Pemasangan Tulangan

Setelah pekerjaan fabrikasi tulangan selesai dan lubang bore pile telah
dilakukan Test Ultrasonic Measurement dan telah disetujui oleh quality control
maka tahap selanjutnya adalah pemasangan tulangan ke dalam lubang bore pile,
dikarenakan dalamnya lubang galian melebihi 12m maka tulangan dibagi
menjadi beberapa segmen dan untuk sambungannya dilakukan secara las
dengan overlap nya 50 dari diameter tulangan, dikarenakan dasar tulangan tidak
Page | 20
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

boleh menyentuh dasar galian maka untuk membuatnya tetap menggantung


digunakan hook yang terbuat dari besi dengan panjang 2,5 m sebanyak 3
buah, yang dibuat menggantung dengan atap casing.

Gambar 3.10. Pengangkutan Rangkaian Tulangan Ke Titik Bore Pile

K. Pengecoran

Setelah lubang galian diyakini sudah tidak mengandung lumpur dan


pemasangan tulangan sudah selesai dan pipa tremie telah terpasang, maka
tahap selanjutnya adalah pengecoran. Pada tahap ini site engineer
malakukan analisa kebutuhan beton bore pile untuk dilapangan. Namun,
seorang site engineer tidak akan memesan sesuai dengan yang dianalisa
namun akan ditambahkan sekitar 1-2m3 untuk memastikan bahwa
pengecoran tidak akan kurang. Setelah volume beton yang dibutuhkan
dilapangan sudah didapat maka site engineer akan menghubungi staff
batching plant untk pengiriman beton tersebut.
Setelah truk mixer yang membawa mortar sudah berada dilokasi pengecoran
maka tahap selanjutnya adalah mengambil sample dari setiap truk mixer
untuk dilakukan analisa lab, namun seorang quality control akan tetap

Page | 21
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

menguji slump masing-masing truk mixer dilapangan dengan ketentuan


slump 18 ±2 cm dan membuat benda uji sebanyak 8 buah setiap 60m³.

Gambar 3.11. Uji Slump Pada Pelaksanaan Bored Pile

Setelah truk mixer selesai dari pengujian maka pengecoran sudah


bisa dimulai, hal yang terpenting dalam proses ini adalah pelepasan pipa
tramie. Pipa tremie harus diangkat dan kemudian dilepas pada saat yang
tepat, dimana bila pipa tremie dicabut terlalu cepat, beton pada bagian
bawah belum terkonsolidasi dengan baik, sehingga terjadi terjadi segregasi.
Bila dicabut terlalu lama, beton yang tertuang terlalu banyak sehingga
membuat pencabutan tremie lebih sulit.

Gambar 3.12. Instalasi Tremie

Page | 22
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

L. Pelepasan Casing
Setelah pengeceoran selesai, dilanjutkan dengan pencabutan casing
dengan menggunakan vibrator (vibro-hammer). Untuk mencabut casing ,
sebelumnya kait (hook) yang sebelumnya terpasang perlu dilepas, kemudian
casing dijepit dengan vibrator dan dicabut dengan bantuan mobile crane.
Setelah casing selesai dicabut maka tiang bor pile tersebut sudah jadi dan
selanjutnya lubang yang baru di cor tersebut harus dijaga agar tidak rusak.

Gambar 3.13. Proses Pengangkatan Casing

3.3. Test Bore Pile


a. Test PDA
Test PDA merupakan test uji beban yang dilakukan minimal pada 1
titik pondasi bore pile dalam 1 pier. Berat beban yang di gunakan
pada test PDA di proyek NS Direct ini seberat 600 Ton.
b. Test Sonic
Test Sonic merupakan test untuk melihat keretakan beton. Dengan
memasukan alat test sonic yang menggunakan gelombang ultrasonic
yang dimasukan ke dalam pipa yang telah dipersiapkan di dalam
pondasi tiang pancang bore pile.
c. Test Kekuatan
Pada uji Kuat Tekan yang dilakukan pada 7 hari dan 28 hari setelah
pengecoran berlangsug di dapatkan dari beton segar pada saat

Page | 23
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

pengecoran sebanyak 8 pasang benda uji silinder dengan diameter 15


cm dan tinggi 30 cm pada setiap 60 m3.

3.4. Kendala Pada Pelaksanaan Bore Pile

Kendala yang terjadi pada saat pekerjaan bore pile cukup beragam,
kasus yang terjadi antara lain :

a. Pipa Utilitas
Permasalahan utilitas adalah hal yang umum ditemui pada proyek
yang berlangsung di kota-kota besar, pada proyek ini ditemukan pipa utilitas
yang tidak tertera pada gambar pelaksanaan yang terjadi pada saat
pelaksanaan pengeboran awal berlangsung, Site engineer mengetahui hal ini
ketika pada saat pengeboran awal berlangsung mata bor pada drilling
machine terdapat patahan yang mengakibatkan pekerjaan pengeboran
dihentikan.

Solusi
Solusi yang dilakukan dimulai dengan menghubungi bagian
bertanggung jawab menangani utilitas pada proyek untuk mengetahui
keaktifan dan berbahaya atau tidaknya pipa tersebut, setelah dihubungi
bagian utilitas dan bagian utilitas memberikan arahan untuk penaganan
utilitas tersebut.

b. Kondisi Pengeboran di dalam Sungai

Gambar 3.15. Posisi Pier yang berada didalam Air

Page | 24
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

Kondisi pier yang terletak di atas sungai mengakibatkan pelaksanaan


pekerjaan bore pile yang terletak di atas sungai menimbulkan masalah yang
menyebabkan pelaksanaan pekerjaan. Sehingga dalam metode pelaksanaan
memerlukan penanganan yang berbeda pada pekerjaan pemasangan pondasi
bore pile di atas tanah.

Solusi
Solusi yang dilakukan pada saat menangani kondisi tersebut yaitu
dengan memancangkan sheet pile baja di lokasi pier yang akan di
laksanakan pekerjaan konstruksi dengan menggunakan vibrator. Kemudian
air sungai yang terdapat di titik pelaksanaan pekerjaan pier dipompa ke
dalam sungai tersebut. Lalu dilakukan penimbunan guna ditempatkannya
alat-alat konstruksi untuk pelaksanaan pekerjaan pengeboran.

Page | 25
STUDI KASUS PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI BORE PILE
PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
TANJUNG PRIOK PAKET 5 SECTION NS DIRECT

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

1. Proses pelaksanaan pekerjaan pondasi Bore Pile yaitu dimulai dari


survey/pengukuran, perakitan tulangan, pekerjaan preboring,
pemasangan casing sementara, pekerjaan pengeboran & pembersihan
lubang bor, instalasi tulangan pada lubang bor, pekerjaan
pengecoran, dan pekerjaan uninstall casing sementara. Pelaksanaan
pekerjaan bore pile juga menggunakan alat ultra sonic measurement
test hal ini diharapkan dapat memastikan mutu lubang bore pile.
2. Permasalahan atau kendala yang terjadi diproyek tersebut sangatlah
beragam, namun kami melihat masalah yang diperlukan penanganan
khusus adalah perihal pipa utilitas yang tidak terdapat pada gambar
kerja yang harus dipindahkan dari lokasi proyek.
3. Solusi untuk permasalahan utilitas yang dilakukan dimulai dengan
menghubungi bagian yang bertanggung jawab menangani utilitas
pada proyek untuk mengetahui keaktifan dan berbahaya atau
tidaknya pipa tersebut, setelah dihubungi bagian utilitas dan bagian
utilitas akan memberikan arahan untuk penaganan utilitas tersebut
maka pipa tersebut baru dipindahkan sesuai dengan yang telah di
arahkan.

Page | 26

You might also like