You are on page 1of 5

Analisis Sintesis Tindakan Skin Test (Injeksi Intra Cutan) Pada An.

K
Di Ruang Anggrek RSUD Kota Salatiga

Hari : Kamis
Tanggal : 29 November 2018
Jam : 08.00 WIB

A. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan pasien rewel dan akan dioperasi
B. Diagnosa Medis
Cedera Kepala Sedang
C. Diagnosa Keperawatan
Risiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
D. Data yang Mendukung Diagnosa Keperawatan
DS :
 Ibu pasien mengatakan pasien mau dilakukan operasi
DO :
 Keadaan umum cukup.
 Kesadaran: Composmetis
 Klien tampak rewel
 TTV : N : 108x/menit RR : 24x/menit S: 36,9oC
 Terdapat hematom pada kepala bagian belakang
E. Dasar Pemeriksaan
a. Pengertian
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008).
Disebut cedera kepala sedang bila GCS 9-14, kehilangan kesadaran atau
terjadi amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama
pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan
atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan
menyebabkan peningkatan TIK.

b. Etiologi
Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera Kepala adalah:
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Terjatuh
3) Pukulan atau trauma tumpul pada kepala
4) Olah raga
5) Benturan langsung pada kepala
6) Kecelakaan industri.
c. Manifestasi Klinik
1) Keadaan kulit kepala dan tulang tengkorak.
 Trauma kepala tertutup
 Trauma kepala terbuka
2) Trauma pada jaringan otak
 Konkosio: di tandai adanya kehilangan kesadaran sementara tanpa
adanya kerusakan jaringan otak, terjadi edema serebral.
 Kontosio: di tandai oleh adanya perlukaan pada permukaan jaringan
otak yang menyebabkan perdarahan pada area yang terluka,
perlukaan pada permukaan jaringan otak ini dapat terjadi pada sisi
yang terkena (coup) atau pada permukaan sisi yang berlawanan
(contra coup).
 Laserasi: ditandai oleh adanya perdarahan ke ruang subaraknoid,
ruang epidural atau subdural.Perdarahan yang berasal dari vena
menyebabkan lambatnya pembentukan hematome, karena
rendahnya tekanan. Laserasi arterial ditandai oleh pembentukan
hematome yang cepat karena tingginya tekanan.
3) Hematom epidural.
 Perdarahan anatara tulang tengkorak dan duramater.
 Lokasi tersering temporal dan frontal.
 Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.
 Katagori talk and die.
 Gejala : (manifestasi adanya proses desak ruang).
 Penurunan kesadaran ringan saat kejadian —– periode Lucid
(beberapa menit – beberapa jam) —- penurunan kesadaran hebat —
koma, deserebrasi, dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat,
reflek patologik positip.
4) Hematom subdural.
 Perdarahan antara duramater dan arachnoid.
 Biasanya pecah vena — akut, sub akut, kronis.
 Akut :
Gejala 24 – 48 jam.
Sering berhubungan dnegan cidera otak & medulla oblongata.
PTIK meningkat.
Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.
 Sub Akut :
Berkembang 7 – 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK
meningkat — kesadaran menurun.
 Kronis :
Ringan , 2 minggu – 3 – 4 bulan.
Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.
5) Hematom intrakranial.
 Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih.
 Selalu diikuti oleh kontosio.
 Penyebab : Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi –
deselerasi mendadak.
 Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema
lokal
F. Prinsip Tindakan Keperawatan
a. Persiapan alat
1. Spuit 1cc
2. Obat antibiotik cefotaxime 1 gr
3. Kapas alkohol
4. Perlak
5. Bengkok
6. Handscoon
7. Bolpoin / Spidol
b. Persiapan pasien
1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2. Atur posis pasien
3. Jaga privacy pasien
c. Cara kerja
1. Mencuci tangan
2. Berdiri di sebelah kanan/kiri pasien sesuai kebutuhan
3. Cek daftar obat pasien untuk memberikan obat
4. Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan nama
pada gelang pasien dengan nama pada daftar obat
5. Injeksi intrakutan dilakukan dengan cara spuit diisi oleh obat sesuai dosisnya
6. Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan bawah bagian dalam
7. Membersihkan lokasi tusukan dengan kapas alkohol, tunggu sampai kering
8. Lubang jarum menghadap keatas dan membuat sudut antara 5 - 15o dari
permukaan kulit
9. Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk gelembung kecil, dosis
yang diberikan 0,1 cc atau sesuai jenis obat.
10.Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi.
11.Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan
pada area penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter
kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit
setelah penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor
melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik
tersebut.
12.Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk tentang penilaian pada daerah
penyuntikan dan anjurkan untuk tidak menggaruk, memasage atau memberi
apapun pada daerah penyutikan. Menyimpan obat obat sisa dan daftar obat
pasien ketempatnya
13.Mengobservasi keadaan umum pasien
d. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan (subyektif dan obyektif),
Mengkaji kembali kondisi kulit disekitar tempat dilakukan injeksi
2. Berikan reinforcement positif pada klien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya untuk melihat hasil reaksi dari skin test adakah
alergi seperti kemerahan, gatal, bengkak.
4. Merapikan dan kembalikan alat
5. Mencuci Tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
e. Tahap Dokumentasi
1) Mencatat prosedur dan respon klien selama prosedur
2) Mencatat waktu tindakan (hari tanggal, jam).
3) Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tanda tangan
f. Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Tempat penusukan harus benar benar tepat yaitu dibawah kulit/ epidermis
2. Tempat pengambilan tidak dalam keadaan trauma atau luka
3. Tidak mengenai pembuluh darah
4. Harus disterilkan dengan alkohol sebelum ditusuk jarum
G. Analisis Tindakan
Skin test merupakan pengujian yang sering dan harus dilakukan terhadap
pasien di rumah sakit maupun klinik karena setiap individu memiliki sensitivitas yang
berbeda-beda terhadap berbagai macam bahan maupun obat. Selain itu, skin
test relatif mudah dilakukan, nyaman bagi pasien, tidak mahal, dan hasil pemeriksaan
bisa didapatkan hanya dalam waktu 15-20 menit.
Skin test bertujuan untuk:
 Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
 Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian
obat.
 Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test).
H. Bahaya Dilakukannya Tindakan
1. Salah pasien
Pencegahan: periksa identitas pasien sebelum tindakan
2. Tidak betul-betul mengobservasi reaksi dari skin test
Pencegahan: observasi dengan benar reaksi alergi dari skin test
3. Pastikan benar saat melakukan penyuntikan yaitu intra cutan

I. Tindakan Keperawatan Lain yang Dilakukan


1. Observasi Skintest
2. Injeksi antibiotik jika tidak terjadi alergi
J. Hasil yang Didapatkan Setelah Dilakukan Tindakan
S :-
O :Terdapat bekas skintest pada kulit, setelah 15 menit dilakukan tindakan skintest
tidak ada kemerahan sekitar area skintest, tidak bengkak dan tidak terasa panas.
A : Masalah teratasi
P : Intervesi dilanjutkan injeksi antibiotik cefotaxime 350 mg.
K. Evaluasi Diri
Pelaksanaan skintest (injeksi intracutan) yang telah dilakukan sudah sesuai dengan
standar operasional prosedur dan tidak mengalami kesulitan saat melakukan tindakan.
L. Daftar Pustaka / Referensi
1) Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
2) Tarwoto, Wartonah, Suryati, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Sagung Seto..
3) https://www.scribd.com/document/358039884/Analisa-sintesa. Diakses tanggal 29
November 2018. Jam 16.00.

Mengetahui
Mahasiswa Praktikan Pembimbing Klinik/CI

Rizki Vita Astuti Natalia Yustiningsih Amd.Kep.

You might also like