You are on page 1of 5

SET OUT YOUR PLANS TO SAVE YOUR TIME!!!

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum Anda berniat melanjutkan pendidikan
dengan beasiswa adalah lakukan kontemplasi kembali pada tujuan Anda. Jika tujuan yang
Anda miliki saat ini hanya terbatas pada tiga poin yang telah saya tuliskan pada slide power
poin di atas, maka mungkin tujuan Anda masih terlalu biasa. Anda membutuhkan tujuan
yang lebih dari biasa, tidak hanya untuk memenangkan beasiswa yang Anda tuju, tetapi
juga untuk memberikan motivasi yanag kuat pada diri Anda untuk melalui setiap proses
untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan tersebut tidak harus luar biasa seperti setelah
menyelesaikan pendidikan, Anda akan membangun sebuah sekolah yang berkualitas
sangat baik atau memberantas korupsi dll. Sebaliknya tujuan yang Anda miliki haruslah
realistis dan doable, namun juga harus memiliki visi jangka panjang. Sebagai contoh tujuan
saya ketika ingin mendaftar beasiswa LPDP untuk membiayai pendidikan master saya di
bidang pendidikan adalah berasal dari refleksi pada pengalaman saya ketika menjadi guru
di salah satu sekolah di kota saya, saya ingin ada lebih banyak siswa yang tertarik pada
pembelajaran sains sehingga dapat berdampak positif bagi perkembangan sains dan IPTEK
di Indonesia. Jika saya bisa menjadi dosen bagi calon guru dan membagikan visi
pengajaran sains ini pada lebih banyak calon guru makan dampak positifnya akan lebih
luas. Oleh karena, itulah saya termotivasi untuk melanjutkan pedidikan master di bidang
pendidikan. Tujuan yang berasal dari refleksi saya ini melekat begitu kuat pada diri saya
sehingga dapat saya representasikan pada semua tahapan seleksi beasiswa LPDP.
Hal kedua yang sangat penting menurut saya adalah memahami visi dan misi
pemberi beasiswa itu sendiri. Mungkin beberapa pendapat menyarankan untuk mencoba
segala kemungkinan, tapi menurut saya ini akan lebih memakan waktu kita sebagai pencari
beawiswa karena hanya bergantung pada kemungkinan acak (keberuntungan). Menurut
saya, hasil seleksi dari setiap pemberi beasiswa adalah berasal dari berbagai aspek dan
pertimbangan yang mendalam untuk memenuhi visi dan misi dari pemberi beasiswa itu
sendiri. Sehingga, ketika seorang pendaftar tidak lulus pada seleksi beasiswa tertentu, bisa
jadi hal itu bukan karena kurangnya kualifikasi kandidat tersebut dibandingkan kandidat
lainnya, namun kemungkinannya adalah kadidat tersebut tidak memenuhi kriteria yang
sesuai dengan tujuan si pemberi beasiswa. Namun, hal yang perlu diingat adalah sebelum
memilih dan menetapkan untuk mendaftar pada salah satu beasiswa adalah lakukan
research pada semua jenis beasiswa yang berpotensi bagi Anda.

Sejauh mana Anda mengenal diri Anda dalam hal kekuatan/keunggulan, kelemahan,
potensi dan kemungkinan buruk yang ada pada diri Anda akan sangat membantu Anda
untuk memilih beasiswa yang cocok dengan karakter diri Anda. Hal ini dapat mengurangi
kemungkinan gagal lebih banyak, yang mungkin Anda alami ketika bergantung pada
kemungkinan acak untuk memenangkan beasiswa. Selain itu, Anda akan lebih percaya diri
dengan kelebihan Anda sendiri dan mempersiapkan diri untuk meningkatkan kekurangan
Anda. Pertanyaan-pertanyaan ini juga merupakan bebrapa pertanyaan yang sangat sering
ditanyakan oleh para pewawancara pada seleksi beasiswa.

Bagaimana jika ….? Jika anda berhasil mendapatkan beasiswa yang Anda Inginkan
atau jika Anda belum berhasil? Kedua pertanyaan ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh
ayah saya sebelum saya mendaftarkan diri belajar IELTS di salah satu lembaga bimbingan
belajar Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri. Bukan tanpa alasan pertanyaan ini
diajukan karena beberapa pertimbangan mendasar yaitu kondisi keuangan keluarga, waktu
yang dibutuhkan untuk persiapan IELTS dal proses seleksi beasiswa, usaha fisik dan mental
serta kondisi saya saat itu yang merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dan adik-adik
saya masih di bangku pendidikan semua. Tentu faktor-faktor tersebut membuat keputusan
yang akan saya ambil sangat berat. Kedua pertanyaan di atas mengingatkan saya untuk
tidak hanya mempersiapkan diri akan kemungkinan terbaik yang saya capai namun juga
kemungkinan terburuknya. Sekali lagi, keputusan saya untuk belajar IELTS di Pare, tempat
yang jauh bagi saya yang berasal dari Palembang, selama 3 bulan tanpa bekerja dan harus
mendapatkan score IELTS minimal 6,5 adalah tekanan dan motivasi yang sangat kuat bagi
saya untuk menjalani prosesnya dengan penuh kesungguhan dan doa. *Dalam konteks
yang saya miliki tingkat stress yang saya alami sebisa mungkin saya ubah menjadi motivasi
mungkin dalam konteks yang berbeda bagi beberapa orang tekanan/tingkatan stress yang
bisa diterima akan berbeda-beda dan sekali lagi Anda perlu dan sangat perlu untuk
mengenali diri Anda.
Mengenai perencanaan yang ambisius dan realistis ini sudah saya singgung pada
penjelasan mengenai tujuan di atas. Sekali lagi rencana Anda harus berimbang, tidak hanya
ambisius tapi juga realistis. Sebagai contoh sebelum saya merencanakan untuk melakukan
tes IELTS, hanya dua minggu setelah saya menyelesaikan persiapan belajar saya yang selam
3 bulan di Pare, saya sangat menyadari bahwa ini adalah rencana yang ambisius bagi saya,
karena 3 bulan itu adalah pengalaman pertama saya mengenal dan belajar IELTS. Namun,
saya juga melihat bahwa dari beberapa kali melakukan tes simulasi IELTS score saya hampir
bisa dikatakan stabil di 6.5-7.0. Oleh karena melihat adanya peluang yang cukup realistis
dalam perencanaan yang ambisius tersebut saya memutuskan untuk segera melakukan tes
IELTS. Dan hasilnya saya mendapatkan score yang cukup untuk mendaftar ke universitas
tujuan saya, The University of Queensland.

Dibalik rencana awal saya yang Alhamdulillah berhasil, saya juga menyiapkan
beberapa backup plans, seperti rencana B adalah jika saya gagal di tes IELTS pertama saya,
maka saya akan bekerja dan mengumpulkan biaya sendiri untuk melakukan tes IELTS kedua
karena saya tidak mungkin mendapat pembiayaan dari orang tua lagi karena masih ada
kedua adik saya yang juga mebutuhkan pembiayaan untuk pendidikan mereka. Begitu jug
ajika rencana B gagal, maka saya juga telah menyusun rencana C. Namun, hal yang perlu
diperhatikan disini adalah Anda harus sering melakukan refleksi pada setiap rencana yang
Anda buat juga tahapan apa saja yang belum terlewati dengan baik. Selain itu, Anda juga
perlu menetapkan batas waktu untuk setiap perencanaan yang Anda buat.

Kesimpulan dari penjelasan saya di atas adalah strategi yang saya gunakan pada
pengalaman saya mendapatkan score IELTS yang saya butuhkan pada tes pertama dan
juga lolos pada beasiswa LPDP pada ‘percobaan pertama’ adalah mengenali serta menggali
kembali kekuatan, kelemahan, kesempatan serta kemungkinan buruk yang ada pada diri
saya serta hold tight my goal.

Semoga apa yang saya sampaikan bisa bermanfaat bagi kita semua.

Best wishes,

Eka

You might also like