Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pressure ulcer
Pressure ulcer, sinonimnya adalah bed sores, atau luka tekan.pressure
ulcer adalah suatu area yang terlokalisir dengan jaringan mengalami nekrosis
yang biasanya terjadi pada bagian permukaan tulang yang menonjol, sebagai
akibat dari tekanan dalam jangka waktu yang lama yang menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler.
Pressure ulcer atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang
disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang
menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu
yang lama (Morison, 2004).
a. Faktor ekstrinsik
1) Tekanan
Faktor tekanan, terutama sekali bila tekanan tersebut terjadi dalam jangka
waktu lama yang menyebabkan jaringan mengalami iskemik (Lestari,
2010). Tekanan pada bagian tubuh tertentu dalam jangka waktu lama
mengakibatkan gangguan aliran oksigen ke jaringan (Fitriyani, 2009).
3) Kelembaban
b. Faktor intrinsik
1) Usia
2) Temperatur
3) Nutrisi
a. Gesekan (friction)
Pergesekan merupakan tekanan yang diberikan pada kulit dengan arah pararel
terhadap permukaan tubuh (AHCPR, 1994). Gesekan terjadi saat individu
berusaha melakukan perpindahan posisi atau bergerak di atas tempat tidur,
biasanya dengan cara di dorong, digeser, atau ditarik. Jika 20
terdapat gaya gesek maka kulit dan lapisan subkutan yang menempel pada
permukaan tempat tidur serta lapisan otot mengikuti gerakan pergeseran tersebut,
sehingga memberi gaya pada kulit. Kapiler jaringan yang berada dibawahnya
tertekan dan mengalami beban berat, jika terjadi dalam waktu lama dapat
menyebabkan hipoksia, perdarahan hingga nekrosis jaringan (Morison, 2004).
Pergesekan terjadi ketika ada dua permukaan bergerak dengan arah yang
berlawanan.Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan
epidermis kulit.Pergesekan bisa terjadi pada saat pergantian sprei pasien yang
kurang berhati hati (Wahyu, 2015). Pergesekan dan perobekan mempermudah
terlepasnya jaringan kulit dan berkembang menjadi pressure ulcer (Irawan, 2014).
luka biasanya nampak pada daerah sakrumdan tumit, dimana pasien menahan diri
dalam posisi duduk atau saat menahan posisi (Guy, 2012). Pemakaian virgin
coconut oil dapat meminimalkan terjadinya pergesekan antara kulit dan pakaian
pasien sehingga mencegah terjadinya pressure ulcer (Dewandono, 2014).
b. Kelembaban
c. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk luka tekan karena kulit
dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan
kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori,
penurunan elstisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis.
Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain yang akan membuat kulit
menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan dan tenaga merobek
(Irawan, 2014). Pasien usia lanjut dengan kondisi bed rest total lebih berisiko
mengalami pressure ulcer (Huda, 2012). Pada pasien anak usia kurang dari 24
bulan berisiko mengalami luka tekan pada area oksipital.
d. Nutrisi Buruk
Kadar albumin adalah ukuran variabel yang bisa digunakan untuk mengevaluasi
status protein dan status nutrisi pada pasien, selain itu level albumin rendah sering
dihubungkan dengan lamanya waktu penyembuhan luka (Morison, 2004). Status
nutrisi yang buruk dapat diabaikan jika pasien memiliki berat badan sama dengan
atau lebih dari berat badan ideal (Evelyn, 1997).
Pada individu yang menderita penyakit menahun sehingga tidak dapat beraktifitas
mandiri menyebabkan tekanan yang terus menerus pada lokasi yang sama hal ini
menghambat sirkulasi oksigen dan menyebabkan berkembangnya luka baru (Guy,
2012). Perubahan posisi seperti mobilisasi pasif, merupakan salah satu alternatif
untuk memberikan aktifitas kepada pasien untuk menurukan resiko terjadinya
pressure ulcer (Sari, 2013).
Mary, (2007), mengungkapkan bahwa tenaga gesekan dan robekan merupakan hal
yang berkontribusi sangat besar terhadap berkembangnya kerusakan kulit menjadi
pressure ulcer. Tenaga merobek adalah kekuatan mekanis yang meregangkan dan
merobek jariangan pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam dan
berdekatan dengan tulang yang menonjol (Wahyu, 2015). Robekan dan gesekan
pada jaringan yang kekurangan nutrisi akibat penyakit ataupun usia tua terutama
pada bagian yang menonjol dapat menyebabkan pressure ulcer (Joseph & Davies,
2013).
Tekanan arteriolar yang rendah menurunkan tekanan sirkulasi sehingga nutrisi dan
oksigen tidak dapat sampai ke jaringan, hal ini dapat menurunkan elastisitas kulit
dan kulit menjadi mudah robek ditambahkan oleh faktor gesekan dan pergerakan
(Joseph & Davies, 2013). Tekanan sistolik dan tekanan diastolic yang rendah
dapat mengakibatkan luka pressure ulcer (Suriadi, 2004).Tekanan arteriol yang
rendah dapat menyebabkan iskemia jaringan.
i. Stress emosional
Stress emosional biasa terjadi pada pasien psikiatrik, yang dapat menyebabkan
terjadinya luka pressure ulcer (Wawan, 2014).Salah satu faktor yang menghambat
dalam penyembuhan luka, yaitu stress (Niken,2014). Hormon stress yaitu CRH,
ACTH dan glukokortikoid dapat mempengaruhi sistem imun, sehingga
menyebabkan resorpsi tulanh, kerusakan jaringan serta menghambat
penyembuhan luka (Morteson & Miller 2008).
j. Merokok
Menurut Potter & Perry (2006), ada berbagai faktor resiko yang menjadi
predisposisi terjadinya pressure ulcer pada pasien yang dirawat di rumah sakit,
yaitu :
Pasien yang tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri dapat berisiko
mengalami pressure ulcer. Pasien tersebut dapat merasakan tekanan namun tidak
dapat melakukan perubahan posisi. Terutama pada pasien dengan penyakit kronis
dan cidera medulla spinalis.
Pada pasien dengan gangguan tingkat kesadaran tidak mampu melindungi dirinya
sendiri dari pressure ulcer. Pasien mungkin dapat merasakan tekanan namun tidak
mampu memu menghilangkan tekanan tuskan bagaimana cara menghilangkan
tekanan itu. Contohnya pada pasien yang mengalami operasi dan dalam pengaruh
sedasi.
Pressure ulcer dapat pula dicegah dengan menggunakan beberapa alat yang
memang khusus di rancang untuk mencegah PU, seperti matras, tempat tidur
otomatis, kursi, dan alat alat bantu lain (potitioning devices)
2.6 Faktor Pencegahan Pressure Ulcer dalam Manajemen Patient Safety
Panduan yang diberikan oleh beberapa organisasi seperti Institute for Healthcare
Improvement, National Pressure Ulcer Advisory Panel dan AHRW telah
menghasilkan keberhasilan implementasi praktek berbasis bukti di seluruh
Amerika. Sullivan, N. dan Schoelles, M. (2013) menyatakan bahwa strategi yang
dapat dilakukan untuk pencegahan pressure ulcer adalah penggunaan pelindung
permukaan, memposisikan pasien secara teratur, mengoptimalkan status nutrisi
dan melembabkan kulit luar. Selain itu, perlu perhatian dari komponen organisasi
dan komponen koordinasi perawatan. Komponen organisasi termasuk dalam
memilih pemimpin dalam keanggotaan tim, membangun kebijakan dan prosedur,
evaluasi proses mutu, memberikan pendidikan pada staf dan komunikasi tertulis
mengenai rencana perawatan. Sedangkan komponen koordinasi seperti melakukan
pertemuan rutin untuk memfasilitasi komunikasi, kolegalitas dan pembelajaran.
2. Implementation Tools
Tools yang dapat digunakan seperti audit dan feedback, pendidikan dan pelatihan.
Feedback manajemen real time pada penelitian Rosen dkk. (2006), dengan
termometer yang ditunjukkan untuk melacak insiden pressure ulcer mingguan.
Feedback informal mingguan oleh pengawas perawat. Tools unik yang digunakan
selama sesi pendidikan dan pelatihan seperti yang dilakukan pada penelitian
Young J. (2010), yaitu melakukan implementasi dengan cara partisipan duduk di
bejana selama 30 menit sebagai pengingat bahwa pressure ulcer bisa terjadi
kurang dari 1 jam.
4. Barriers Solved
5. Sustainability
7. Effects of Context
Menurut Lyder dkk. (2004) dan Abel RL dkk. (2005), menyatakan bahwa
intervensi yang paling dapat dipertahankan adalah yang terinstitusionalisasikan
(intitutionalized). Misalnya intervensi yang kurang tergantung pada staf yang
memadai (mengubah matras pereda tekanan dan menggunakan alat penilaian
risiko) lebih mudah dipertahankan daripada intervensi yang lebih independen pada
staf yang memadai (memastikan bahwa setiap pasien pindah tiap 2 jam).
Pencegahan Patient
Pressure Ulcer
Safety
Penilaian Kulit
Dukungan Permukaan
- Tanda – tanda Pergantian Posisi
- Bed dekubitus kemerahan
- Cincin - Kelembaban - Mika – miki
Penilaian Resiko
- Handscoen - Iritasi - Frekuensi mika –
- Bantal - Tanda – tanda - Identifikasi resiko miki
- Plabot kehitaman berdasarkan kasus - Edukasi mika -
- Donat pasien miki
Peningkatan Nutrisi - Dampak Potensial
Perawatan Kulit berdasarkan Pendokumentasian
- Pengkajian status kondisi pasien dan
- Personal hygiene nutrisi berkolaborasi lingkungan - Pengkajian kulit
- Menjaga - Monitor status nutrisi - Pengkajian Resiko - Perawatan kulit
kelembaban berkolaborasi dengan - Reposisi &
- Masase - Estimasi oleh tim gizi pemeriksaan fisik Edukasi