Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di Indonesia masih sangat tinggi tahun
2007 AKI di Indonesia tercatat 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target yang diharapkan
adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Atmawiraka, 2010). Yang
menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia disamping pendarahan adalah pre-
eklampsia atau eklampsia dan penyebab kematian perinatal yang tinggi.
Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan. Pada kondisi berat pre-eklamsia dapat menjadi eklampsia
dengan penambahan gejala kejang-kejang.
Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada
stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang, Jika eklampsia
tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena
kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Oleh karena
itu kejadian kejang pada penderita eklampsia harus dihindari.Karena eklampsia
menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih tinggi.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mampu memahami masalah kegawatdaruratan yaitu pre-eklampsia dan eklampsia
serta hipertensi dalam kehamilan.
1
b. Tujuan Khusus
1. Mengenali gejala dan tanda hipertensi karena kehamilan dan menentukan
diagnosa yang paling mungkin dalam hubungan dengan hipertensi yang dipicu
oleh kehamilan dan hipertensi kronik pada ibu hamil.
2. Melakukan penatalaksanaan pre-eklampsia dan eklampsia dan hipertensi kronik
pada ibu hamil.
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai kegawatdaruratan yaitu pre-eklampsia dan
eklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
2. Mengetahui penanganan kegawatdaruratan pre-eklampsia dan eklampsi dan
hipertensi dalam kehamilan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. HIPERTENSI KRONIK
Hipertensi kronik Hipertensi Kehamilan < 20 minggu
Superimposed Hipertensi kronik Proteinuria dan tanda lain dari
preeclampsia preeclampsia
2. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg atau Proteinuria (-)
kenaikan 15 mmHg dalam 2 Kehamilan > 20 minggu
pengukuran berjarak 1 jam
Preeklampsia ringan Idem Proteinuria 1+
Preeklampsia berat Tekanan diastolik > 110 mmHg Proteinuria 2+
Oliguria
Hiperrefleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Eklampsia Hipertensi Kejang
3
Diabetes melitus
Isoimunisasi rhesus
Faktor herediter
Autoimun: SLE
b. Hipertensi karena kehamilan:
Hipertensi tanpa proteinuria atau edema
Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
Eklampsia
c. Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala,
kecuali peningkatan tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya
proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeklampsia.
d. Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:
1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg
2. Proteinuria 2+
3. dapat diikuti dengan:
4. Oliguria < 400 ml per 24 jam
5. Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
6. Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
7. Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut
8. Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa
9. Hiperrefleksia
10. Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina
11. Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
12. Pertumbuhan janin terhambat
13. Otak: edema serebri
14. Jantung: gagal jantung
4
1.2 DIAGNOSIS BANDING
1. Hipertensi kronik
a. Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulit untuk
membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal demikian, tangani
sebagai hipertensi karena kehamilan.
2. Proteinuria
1. Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga terdapat
proteinuria
2. Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi
3. Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus lama juga dapat
menyebabkan proteinuria
4. Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria positif palsu
1.3 KOMPLIKASI
1. Iskemia uteroplasenter
a. Pertumbuhan janin terhambat
b. Kematian janin
c. Persalinan prematur
d. Solusio plasenta
2. Spasme arteriolar
a. Perdarahan serebral
b. Gagal jantung, ginjal dan hati
c. Ablasio retina
d. Thromboemboli
e. Gangguan pembekuan darah
f. Buta kortikal
5
3. Kejang dan koma
a. Trauma karena kejang
b. Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan
1.4 PENCEGAHAN
a. Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena
kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin
b. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum
sepenuhnya terbukti
c. Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harus ditindak
lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke
pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang tua, mertua dll.)
harus dilibatkan sejak awal
d. Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru
A. PRE-EKLAMPSIA
2.1.1 Definisi
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.
6
2.1.2 Diagnosis
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan berat bila ditemukan satu
atau lebih gejala sebagai berikut.
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit
dan sudah menjalani tirah baring.
2. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
3. Oligura, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
terenggangnya kapsula glisson)
7. Edema paru-paru dan sianosis.
8. Hemolisis mikroangiopatik.
9. Trombositopenia berat: ≤ 100.000 sel atau penurunan trombosit dengan cepat.
10. Gangguan fungsi hepal atau (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin
dan aspartate amino transperase.
11. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
12. Sindrom HELLP
Preeklampsia berat dibagi menjadi (a) preeklampsia berat tanpa impending eclampsia
dan (b) preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut impending eclampsia
bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala berat,
gangguan virus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan
darah.
7
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia berat
selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri dan ditambah pemberian obat-
obatan. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu atau lebih,
adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi dengan obat-
obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya “HELLP
syndrome” (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low Platelet).
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pemberian
obat-obatan.Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan kurang dari 37
minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia serta keadaan janin baik.
B. Eklampsia
2.1.5 Definisi
Eklampsia adalah kejang pada wanita yang disebabkan oleh hipertensi yang disebabkan
kehamilan (hipertensi gestasional), sebuah penyebab signifikan kematian ibu melahirkan.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan / atau koma
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia.
2.1.6 Patofisiologi
Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati,
ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-
organtersebut.
Eklampsi merupakan kasus akut pada penderita pre-eklampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh atau koma. Sama halnya dengan pre eklampsia, eklampsia dapat
timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya terjadi
dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umunya memberi gejala-gejala atau tanda-
tanda khas yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang.
Preeclampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending
edampsia atau imminent eclampsia.
8
1.7 PRINSIP DASAR
MASALAH
1. Wanita hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau penglihatan
kabur
2. Wanita hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau kehilangan kesadaran/ koma
1. Jika ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh tenaga
yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan
darah, dan pernapasan).
3. Jika pasien tidak bernafas:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Berikan O2 dengan sungkup
c. Lakukan intubasi jika diperlukan
4. Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Baringkan pada satu sisi
c. Ukur suhu
d. Periksa apakah ada kaku tengkuk
5. Jika pasien syok lihat keadaan umum, bebaskan jalan umum, periksa tanda vital
6. Jika terdapat perdarahan Hentikan sumber darah, mengganti cairan tubuh yang hilang
7. Jika pasien kejang (Eklampsia)
a. Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah
b. Bebaskan jalan nafas
c. Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
d. Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur
9
PENILAIAN KLINIK
Tekanan Darah
Meningkat Normal
(TD ≥ 140/90 mmHg)
Hipertensi Superimposed
Kronik Preeclampsia Kejang (-) Kejang (+)
Eklampsia
Preeklampsia Preeklampsia
Hipertensi ringan berat
10
TANDA DAN GEJALA
Diagnosis
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan,
bagaimana:
11
Tujuan utama perawatan preeklampsia
Mencegah kejang, pendarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan
melahirkan bayi sehat.
Penanganan
1. Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan penilaian 2
kali seminggu secara rawat jalan:
a. Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin
b. Lebih banyak istirahat
c. Diet biasa
d. Tidak perlu pemberian obat
e. Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
Diet biasa
Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari
Tidak memerlukan pengobatan
Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut
Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:
Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda preeklampsia
berat
Periksa ulang 2 kali seminggu
Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
Jika tidak terdapat tanda perbaikan tetap dirawat
Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan
Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat
12
Rawat jalan (ambulatoir)
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat jalan. Dianjurkan
ibu hamil banyak istirahat (berbaring / tidur miring), terapi tidak harus mutlak selalu
tirah baring.
Pada umur kehamilan di atas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring
menghilangkan tekanan rahim pada v. Kava inferior, sehingga meningkatkan aliran
darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan
aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan
meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan diuresis. Diuresis dengan
sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskular,
sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan
pula aliran darah rahim, menambah oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi
janin dalam rahim.
Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal
masih normal. Pada preeklampsia, ibu hamil umumnya masih muda, berarti fungsi
ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam.
Diet yang mengandung 2 gr natrium atau 4 – 6 NaCl (garam dapur) adalah cukup,
kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi pertumbuhan
janin justru membutuhkan lebih banyak konsumsi garam. Bila konsumsi garam
hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak, berupa
susu atau air buah.
Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan
roboransi pranatal.
Pada keadaaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsi ringan ibu hamil perlu
dirawat dirumah sakit. Kriteria preeklampsi ringan dirawat di rumah sakit ialah :
(a) bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu;
13
(b) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-
turut
(2 minggu).
(b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsi berat.
1. Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre-
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
2. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1
minggudan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama
2 harilagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan
rawatjalan.
Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila tekanan darah mencapai normotensif,
selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm. Sementara itu, pada
kehamilan aterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan
atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal
persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala
II.
Diagnosa banding
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain.
Diagnosa banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan otak, hipertensi,
lesi otak, kelainan metabolik, meningitis, epilepsi iatrogenik.
Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa melihat,
kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke kiriataukekanan.
14
Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini semua otot menjadi
kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata menonjol, tangan menggenggam, kaki
membengkok ke dalam, pernapasan berhenti,muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo
yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai
pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi
intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot
tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringpula lidah
tergigit, dan mulut keluar liur yang berbusa kadan disertai bercak-bercak darah, wajah
tampak membengkak karena kongesti dan sianosis, pada konjungtiva mata dijumpai
bintik-bintik pendarahan, klien menjadi tidak sadar.
d) Tingkat Koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita mulai sadar lagi, akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan berulang sehingga ia
tetap dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu
meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena gangguan serebral. Penderita
mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atauanuria dan kadang-kadang terjadi
aspirasi bahkan muntah. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami
disorientasi dan sedikit gelisah.
Perawatan Eklampsia
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital,
yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi dan mencegah
kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada waktu
kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan
janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.
15
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Monitoring selama di rumah sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik
berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan cepat berat
badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria,
pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan
NST.
16
Dipasang Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila
produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan antasida
untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat
menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang cukup
protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
Pengelolaan kejang:
17
pemeriksaan: Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
ANTI KONVULSAN
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya
depresi neonatal.
18
ANTI HIPERTENSI
1. Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang
sampai 8 kali/24 jam
2. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin
sublingual.
3. Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan lagi
Labetolol 20 mg oral.
PERSALINAN
1. Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada
eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
2. Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia), lakukan bedah Caesar
3. Jika dipilih persalinan pervaginam, dilakukan upaya untuk memperingan kala II
4. Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:
a. Tidak terdapat koagulopati. (koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi
spinal).
b. Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan
spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
5. Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-5 IU
dalam 500 ml Dekstrose 5% mulai 8 tetes/menit yang dinaikan 4 tetes/15 menit
sampai didapat his yang adekuat atau dengan cara pemberian prostaglandin /
misoprostol
1. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
2. Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
3. Lakukan pemantauan jumlah urin
RUJUKAN
19
Asuhan Ibu Dengan Eklampsi
Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
1. Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
2. Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi jantung bayi,
dan dieresis
3. Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek patella
harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik (harus sesuai
instruksi dokter)
4. Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht, leukosit,
LED, ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin lengkap.
5. Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan darah
tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral sesuai instruksi
dokter.
6. Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan monitor DJJ.
7. Siapkan alat-alat pertolongan persalinan
8. Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh
karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional
pasien.
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1
jam atau lebih
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
1. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20
minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum
2. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu
Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena
kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam
mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti, yang lebih perlu adalah deteksi
dini dan penanganan cepat-tepat.
Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus
kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang tua, mertua
dll.) harus dilibatkan sejak awal. Pemasukan cairan terlalu banyak dapat mengakibatkan edema
paru.
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko terjadinya
depresinafas pada neonatus.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://sittisarti.blogspot.com/2015/01/tugas-makalah-preeklampsia-berat.html
http://myblogdrees.blogspot.com/2015/05/makalah-peb.html
http://annisafdal.blogspot.com/2014/10/peb-pre-eklampsia-berat.html
22