You are on page 1of 13

ANALISIS ALIRAN DAYA DENGAN METODE HOLOMORPHIC EMBEDDING MENGGUNAKAN EKSPANSI

DERET PANGKAT

Muhammad Fahmy Madjid, Mahfudz Shidiq, Teguh Utomo

ABSTRACT

Seiring perkembangan waktu, ada banyak solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan analisis aliran
daya. Salah satunya adalah penyelesaian analisis aliran daya dengan metode ekspansi deret pangkat
yang dikenal dengan metode Holomorphic Embedding. Metode Holomorphic Embedding adalah
metode yang menggunakan suatu fungsi Holomorphic dengan menggunakan ekspansi deret
pangkat. Untuk mengetahui seberapa efektif metode Holomorphic Embedding dengan metode
sebelumnya, terkait dengan kompleksitas yang mencakup kecepatan waktu eksekusi, maka perlu
dilakukan suatu analisis perbandingan dengan metode sebelumnya. Sebagai metode perbandingan,
dipilih metode Newton-Raphson, metode yang paling dikenal dan paling banyak digunakan untuk
sistem yang besar karena kemampuan konvergensi yang tidak bergantung pada besarnya sistem.
Nilai yang dibandingkan adalah tegangan riil dan imajiner di masing-masing bus, rugi daya tiap
saluran, error tiap iterasi, dan waktu iterasi di setiap sistem. Dalam penelitian ini, ada 4 sistem yang
akan diteliti yaitu sistem transmisi 5 bus, sistem transmisi IEEE 14 bus, sistem distribusi 21 bus, dan
sistem transmisi IEEE 30 bus. Dari hasil perhitungan tegangan riil dan imajiner pada masing-masing
metode, baik metode Newton-Raphson maupun Holomorphic Embedding, memiliki hasil yang sama.
Begitu juga dengan rugi daya tiap saluran. Untuk error tiap iterasi, bahwa metode Holomorphic
Embedding memiliki nilai konvergensi yang lebih baik sejak iterasi pertama. Dan ditinjau dari segi
waktu iterasi, metode Holomorphic Embedding memiliki kecepatan waktu yang lebih baik, sebagai
contoh pada sistem transmisi 5 bus, untuk metode Holomorphic Embedding adalah 0,0596 detik dan
untuk metode Newton-Raphson adalah 0,1225 detik.

Kata kunci – Metode Newton-Raphson, Metode Holomorphic Embedding, Tegangan, Rugi Daya Tiap
Saluran, Waktu Iterasi, Sistem Transmisi, Sistem Distribusi.

ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

KOMPONEN-KOMPONEN SIMETRIS

Gangguan tak simetris pada sistem transmisi, yang dapat terjadi karena hubungan singkat,
impedansi antar saluran, impedansi dari satu atau dua saluran ke tanah, atau penghantar yang
terbuka, dipelajari dengan metoda komponen simetris ini.

A. Sintesis Fasor Tak Simetris dari Komponen-Komponen Simetrisnya


Karya Fortescue membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang terdiri dari n fasor yang
berhubungan (related) dapat diuraikan menjadi n buah sistem dengan fasor seimbang yang
dinamakan komponen-komponen simetris (symmetrical components) dari fasor aslinya. n buah fasor
pada setiap himpunan komponennya adalah sama pan-jang, dan sudut di antara fasor yang
bersebelahan dalam himpunan itu sama besarnya. Meskipun metoda ini berlaku untuk setiap sistem
fasa-majemuk tak seimbang, kita akan membatasi pembahasan kita pada sistem tiga-fasa saja.
Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga-fasa dapat di- uraikan menjadi
tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang komponen itu adalah:

1. Komponen urutan-positif (positive sequence components) yang terdiri dari tiga

fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar

120°, dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya.

2. Komponen urutan-negatif yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,

terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120°, dan mempunyai urutan

fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.

3. Komponen urutan nol yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan

dengan penggeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.

Telah menjadi kebiasaan umum, ketika memecahkan permasalahan dengan

menggunakan komponen simetris bahwa ketiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai a, b, dan c
dengan cara yang demikian sehingga urutan fasa tegangan dan arus dalam sistem adalah abc. Jadi,
urutan fasa komponen urutan positif dari fasor tak seimbang itu adalah abc, sedangkan urutan fasa
dari komponen urutan negatif adalah acb. Jika fasor aslinya adalah tegangan, maka tegangan
tersebut dapat dinyatakan dengan Va, Vb, dan Vc. Ketiga himpunan komponen simetris dinyatakan
dengan subskrip tambahan 1 untuk komponen urutan-positif, 2 untuk, komponen urutan-negatif,
dan 0 untuk komponen urutan nol. Komponen urutan positif dari Va, Vb dan Vc adalah Va1, Vb1, dan
Vc1. Demikian pula, komponen urutan negatif adalah Va2, Vb2, dan Vc2, sedangkan komponen
urutan nol adalah Va0, Vb0, dan Vc0.

Proteksi Dengan Menggunakan Relay

Yang dimaksud dengan proteksi terhadap tenaga iistrik ialah sistem pengamanan yang diiakukan
ternadap peralatan-peralatan listrik, yang terpasang pada sistem tenaga iistrik tersebut. Misalnya
generator, transformator, jaringan transmisi / distribusi dan lain-lain ternadap kondisi operasi
abnormal dari sistem itu sendiri. Yang dimaksud dengan kondisi abnormal tersebut antara laindapat
berupa :

1. Hubung singkat

2. Tegangan lebih/kurang

3. Beban iebih

4. Frekuensi sistem turun/naik dan lain-lain

Adapun fungsi dari sistem proteksi adalah:

Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan peralatan iistrik akibat adanya gangguan (kondisi
abnormal). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan, maka akan semakin sedikitlah
pengaruh gangguan terhadap kemungkinan kerusakan alat. Untuk mempercepat melokaliser
luas/zone daerah yang terganggu, sehingga daerah yang terganggu menjadi sekecii mungkin. Untuk
dapat memberikan pelayanan iistrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen, dan juga mutu
listriknya baik.

Untuk mengamankan manusia (terutama) terhadap bahaya yang ditimbulkoleh iistrik. Agar sistem
proteksi dapat dikatakan baik dan benar (dapat bereaksi dengan cepat, tepat dan murah), maka
perlu diadakan pemiiihan dengan seksama dan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut
:

1. Macam saluran yang diamankan.

2. Pentingnya saluran yang dilindungi.

3. Kemungkinan banyaknya terjadi gangguan.

4. Tekno-ekonomis sistem yang digunakan.

Beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh sebuah sistem proteksi yang baik dan handal antara
lain:
1. Fleksibel (flexibility)

Kemampuan untuk mengakomodasi kondisi sistem yang berbeda dan kemungkinan perluasan sistem
yang ada.

2. Sensitivitas (sensitivity)

Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi, artinya harus cukup sensitif terhadap
gangguan didaerahnya meskipun gangguan tersebut minimum, selanjutnya memberikan jawaban /
response.

3. Diskriminasi (discrimination)

Relai mampu membedakan kondisi operasi ketika gangguan minimal pada daerah proteksinya dan
tidak beroperasi ketika pembebanan maksimum dan gangguan diluar daerahnya. Dicapai melalui
beberapa cara:

a. Time grading: cepat untuk daerah dalam zona, lambat diluar zona

b. Sensitivity grading: sensitif untuk daerah dalam zona, kurang sensitive untuk luar zona

c. Unit protection: zona didefinisikan per unit

d. Kombinasi metoda diatas

4. Selectivitas (selectivity)

Yang dimaksud dengan selektif disini adalah kecermatan pemilihan dalam mengadakan
pengamanan, dimana hai ini menyangkut koordinasi pengamanan dari sistem secara keseluruhan.
Untuk rnendapatkan keandalan yang tinggi, maka relay pengaman harus mempunyai kemampuan
selektif yang baik. Dengan demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibatnya gangguan dapat
dieliminir menjadi

Gambar 1.1 suatu sistem tenaga listrik yang sederhana mengalami i gangguan pada titik k

Daiam sistem tenaga iistrik seperti gambar di atas, apabila terjadi gangguan pada titik k, maka hanya
c.b.6 saja yang boleh bekerja sedangkan untuk c.b.1, c.b.2 dan c.b. - c.b. yang lain tidak boleh
bekerja,

5. Kecepatan operasi (speed of operation)

Relay harus cepat bereaksi / bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja abnormal.
Kecepatan bereaksi dari relay adalah saat relay muiai merasakan adanya gangguan sampai dengan
pelaksanaan pelepasan circuit breaker (c.b) karena komando dari relay tersebut. Waktu bereaksi ini
harus diusahakan secepat mungkin sehingga dapat menghindari kerusakan pada alat serta
membatasi daerah yang mengalami gangguan / kerja abnormal. Mengingat suatu sistem tenaga
mempunyai batas-batas stabilitas serta kadang-kadang gangguan sistem bersifat sementara, maka
relay yang semestinya bereaksi dengan cepat kerjanya perlu diperlambat (time delay), seperti yang
ditunjukkan persamaan : top = tp + tcb …………………………………………………….. (1.1.)

Dimana :
Top = total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan

Tp = waktu bereaksinya unit relay

Tcb = waktu yang dipergunakan untuk pelepasan c.b

Relai harus beroperasi secepat mungkin sehingga:

a. Waktu penghilangan gangguan (fault clearance time) tidak berlebihan.

b. Kerusakan peralatan sistem (akibat pemanasan berlebih/efek thermal gangguan) dapat


dihindari.

c. Resiko penurunan tegangan dikurangi

d. Risiko keselamatan berkurang

e. Ketidakstabilan sistem berkurang.

5. Reliabilitas / andal (reliability)

Keandalan relay dihitung dengan jumlah relay bekerja / mengamankan daerahnya terhadap jumlah
gangguan yang terjadi. Keandalan relay dikatakan cukup baik bila mempunyai harga : 90 % - 99 %.
Misal, dalam satu tahun terjadi gangguan sebanyak 25 x dan relay dapat bekerja dengan sempurna
sebanyak 23 x, maka : keandaian relay = x 100 % = 92 % 25 23

Relai dapat beroperasi seketika diperlukan dan tidak beroperasi jika tidak diperlukan. Reliabilitas
terbagi atas 2 karakteristik:

a. Dependabilitas: relay harus dapat diandalkan setiap saat (tidak gagal beroperasi jika terjadi
gangguan).

b. Security: tidak boleh bekerja yang bukan seharusnya bekerja tetap dalam kondisi tidak
beroperasi ketika tidak ada gangguan yang terkait dengan sistem yang diproteksi (tidak salah kerja).

Komponen utama sistem proteksi

Untuk mengamankan dari adanya gangguan, dilakukan dengan memasang alat pengaman atau
pelindung. Sedangkan untuk menghilangkan gangguan dengan cepat oleh sistem perlindungannya,
diperlukan sistem operasi yang cepat dan benar. Suatu sistem proteksi/pengaman terdiri dari
komponen alat-alat utama meliputi:

a. Pemutus daya

Untuk mempermudah dalam membuka dan menutup sustu rangkaian dalam suatu sistem tenaga
listrik baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan gangguan, maka antar kedua rangkaian
yang berdekatan dipasang peralatan yang disebut pemutus beban atau pemutus daya (pmt).
Pemutus beban yang hanya bisa memutus rangkaian tanpa beban saja disebut saklar pemisah (pms).
Dalam operasinya memutuskan atau menghubungkan daya listrik akan terjadi busur api.
Pemadaman busur api dapat dilakukan dengan media minyak, udara dan gas.

Berdasarkan media pemadaman busur api listrik tersebut, pmt dibagi menjadi:

1. PMT dengan media minyak

2. PMT dengan media udara, dapat dibedakan atas:

a. PMT dengan udara hembus (air blast circuit breaker)

b. PMT dengan hampa udara (vacuum circuit breaker)

3. Pmt dengan media gas, yang menggunakan gas sf6 dan dibedakan atas dua yaitu:

a. Tipe tekanan tunggal

b. Tipe tekanan ganda

b. Relai

Penggunaan pengaman pemutus daya untuk kerja otomatis perlu dilengkapi dengan peralatan
tambahan yang dapat mendeteksi perubahan keadaan yang terjadi pada rangkaian. Peralatan
tersebut berupa gulungan yang diberi daya dari sumber dc melalui saklar yang dioperasikan dengan
peralatan khusus yang disebut relai. Relai merupakan suatu peralatan yang dilengkapi dengan
kontak-kontak yang mampu merubah rangkaian lain. Oleh karena itu pemutus tenaga yang
dilengkapi dengan relai digunakan sebagai peralatan perlindungan suatu sistem tenaga dari
kemungkinan kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan.

Dari beberapa macam relay yang ada, dapatlah kita membedakannya menurut klasifikasi berikut :

1. Berdasarkan prinsip kerjanya

Ø Relay elektro-magnetis; tarikan dan induksi

Ø relay termis

Ø Relay eiektronis

2. Berdasarkan kontruksinya

Ø Tipe angker tarikan

Ø Tipe batang seimbang

Ø Tipe cakram induksi

Ø Tipe kap induksi

Ø Tipe kumparan yang bergerak

Ø Tipe besi yang bergerak dan lain-lain


3. Berdasarkan besaran yang diukur

Ø Relay tegangan

Ø Relay arus

Ø Relay impedansi

Ø Relay frekwensi dan iain-iain

Selain itu pada relay-relay di atas masih juga dapat dibedakan serperti berikut :

Ø Over, yaitu relay akan bekerja bila besaran / ukuran yang telah ditentukan dilampaui.

Ø Under, yaitu relay akan bekerja bila berada sebelum / di bawah harga besaran yang telah
ditentukan.

Ø Directional, yaitu bekerjanya relay ditentukan oleh arah aiiran tenaga iistriknya.

Transformator Arus Dan Transformator Tegangan

Penggunaan transformator ini didesain secara khusus untuk pengukuran dalam sistem daya. Trafo
pengukuran terdiri atas dua jenis yaitu: trafo tegangan dan trafo arus. Arus dan tegangan pada
peralatan daya yang harus dilindungi dirubah oleh trafo arus dan trafo tegangan ketingkat lebih
rendah untuk pengoperasian relai. Tingkat yang lebih rendah ini diperlukan sebagai masukan ke relai
sehingga komponen-komponen yang digunakan untuk konstruksi relai-relai tersebut secara fisik
akan menjadi cukup kecil, disamping itu petugas-petugas yang bekerja dengan relai tersebut dapat
bekerja dalam lingkungan yang aman.

AREA PROTEKSI

Untuk memperoleh tingkat selektifitas yang tinggi, dimana hanya bagian sistem yang terganggu saja
yang diisolasi (mengalami pemutusan), maka pada sistem proteksi dibentuk daerah - daerah proteksi
yang dinamakan zona proteksi. Zona - zona proteksi ini biasanya dibatasi dengan PMT (cb) yang
dapat memutuskan dan menghubungkan antar zona proteksi yang mengalami ganguan jika
menerima instruksi dari relai.

1. Zona proteksi utama (main protection)


Zona utama yang terdiri atas peralatan pengaman utama yang harus beroperasi untuk zona yang
diproteksinya.

2. Zona proteksi pendukung (backup protection)

Zona pendukung (cadangan) yang diperlukan untuk mengantisipasi kegagalan peralatan pada zona
proteksi utama.

Berdasarkan fungsinya pengaman dapat dibagi dua yakni

a. Pengaman utama

Pengaman utama merupakan pengaman yang paling berperan didalam daerah pengamanan atau
daerah yang dilindungi dan pada umumnya selektif dan cepat bekerja jika terjadi gangguan
didaerahnya.

b. Pengaman cadangan

Pengaman cadangan (back-up) merupakan pengaman dibelakang pengaman utama. Maksudnya


adalah pengaman ini bekerja jika pengaman utama gagal operasi.

Pengaman ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Local back-up yaitu dimana pengaman cadangan terletak satu lokasi dengan pengaman utama.

2. Remote back-up yaitu dimana pengaman cadangan tersebut diletakkan pada lokasi yang
berlainan dengan pengaman utama.

Dari penempatan satu tempat antara relay pengaman utama dan back-up relays adalah pada pilot
relay, sedangkan yang kedua adalah pada distance relay untuk s.u.t.t. apabila relay pengaman utama
berada pada satu lokasi dengan back-up relays disebut local back-up, bila back-up relay berada pada
sisi selanjutnya yang berdampingan disebut remote back-up.

Skema proteksi sistem

Skema proteksi sistem merupakan mekanisme (metoda) pengamanan yang akan dipilih untuk
diterapkan pada suatu sistem proteksi. Pada dasarnya, skema proteksi sitem tenaga dapat
dikelompokkan atas 2 yaitu:

1. Proteksi unit

Pada skema proteksi ini, zona kerja peralatan proteksi memiliki batasan yang jelas yang biasanya
didefinisikan menurut lokasi ct, peralatan hanya beroperasi untuk unit yang diproteksi.

Keuntungan:

a. Sensitifitas tinggi

b. Kecepatan operasional tinggi

c. Prinsip operasi sederhana

d. Tidak dipengaruhi power swing dan arus pembebanan.


Kekurangan :

a. Membutuhkan komunikasi antara batasan unit yang diproteksi

b. Tidak memiliki skema proteksi backup. Contoh: proteksi differential, phase comparison dan
directional comparison.

2. Proteksi non unit

Pada skema proteksi ini tidak ada batasan operasi yang didefinisikan secara jelas, peralatan proteksi
pada zona lain dapat beroperasi untuk memberikan proteksi cadangan bagi zona utama. Agar
peralatan proteksi bekerja sebagaimana mestinya, diterapkan diskriminasi gangguan untuk
menentukan urutan peralatan proteksi yang harus bekerja terlebih dahulu. Diskriminasi gangguan
dicapai melalui pembedaan waktu operasi (time grading) dan pengukuran arus serta impedansi.

Keuntungan:

a. Tidak membutuhkan jalur komunikasi khusus

b. Menyediakan backup proteksi pada sisi system yang berdekatan.

c. Lebih sederhana terutama untuk proteksi arus lebih.

Kerugian:

a. Sensistivitas dipengaruhi arus beban.

b. Terpengaruh oleh power swing.

c. Waktu operasi bertambah untuk mencapai koordinasi.

d. Relatif rumit untuk proteksi jarak.

e. Memerlukan komponen tambahan untuk kondisi tertentu (vt untuk relai jarak dan direksional)
contoh: proteksi arus lebih, proteksi gangguan tanah dan proteksi jarak.

Komponen-Komponen Sistem Proteksi

Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:

1. Circuit Breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT)

2. Relay

3. Trafo arus (Current Transformer, CT)

4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)

5. Kabel control
6. Catu daya, Supplay (batere

I. Gangguan Beban Lebih

Beban lebih mungkin tidak tepat disebut sebagai gangguan. Namun karena beban lebih adalah suatu
keadaan abnormal yang apabila dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan peralatan, jadi
harus diamankan, maka beban lebih harus ikut ditinjau.

Beban lebih dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena beban yang dipasoknya terus
meningkat, atau karena adanya maneuver atau perubahan aliran beban di jaringan setelah adanya
gangguan. Beban lebih dapat mengakibatkan pemanasan yang berlebihan yang selanjutnya panas
yang berlebihan itu dapat mempercepat proses penuaan atau memperpendek umur peralatan
listrik.

II. Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit)

Gangguan hubung singkat dapat terjadi antara fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau antara 1 fasa ke tanah,
dan dapat bersifat temporair (non persistant) atau permanent (persistant). Gangguan yang
permanent misalnya hubung singkat yang terjadi pada kabel, belitan trafo atau belitan generator
karena tembusnya (break downnya) isolasi padat. Gangguan temporair misalnya akibat flashover
karena sambaran petir, pohon, atau tertiup angin.

Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara termis dan mekanis. Kerusakan termis
tergantung besar dan lama arus gangguan, sedangkan kerusakan mekanis terjadi akibat gaya tarik-
menarik atau tolak-menolak.

Keterangan pada gambar di atas :

1. Hubung singkat 1 fasa ke tanah

2. Hubung singkat 2 fasa (antar fasa)

3. Hubung singkat 2 fasa ke tanah

4. Hubung singkat 3 fasa

5. Hubung singkat 3 fasa ke tanah

III. Gangguan Tegangan Lebih

Tegangan lebih dapat dibedakan sebagai berikut :

Tegangan lebih dengan power frequency

Tegangan lebih transient


Tegangan lebih transient dapat dibedakan :

Surja Petir (Lightning surge)

Surja Hubung (Switching surge)

Timbulnya tegangan lebih dengan power frequency, dapat terjadi karena :

Kehilangan beban atau penurunan beban di jaringan akibat switching, karena gangguan atau karena
maneuver.

Gangguan pada AVR (Automatic Voltage Regulator) pada generator atau pada on load tap changer
dari trafo.

Over speed pada generator karena kehilangan beban.

IV. Gangguan Kurangnya Daya

Kekurangan daya dapat terjadi karena tripnya unit pembangkit (akibat gangguan di prime movernya
atau di generator) atau gangguan hubung singkat di jaringan yang menyebabkan kerjanya relay dan
circuit breakernya yang berakibat terlepasnya suatu pusat pembangkit dari sistem. Jika kemampuan
atau tingkat pembebanan pusat atau unit pembangkit yang hilang atau terlepas tersebut melampaui
spinning reverse system, maka pusat-pusat pembangkit yang masih ada akan mengalami
pembebanan yang berkelebihan sehingga frequency akan merosot terus, yang bila tidak diamankan
akan mengakibatkan tripnya unit pembangkit lain (cascading) yang selanjutnya dapat berakibat
runtuhnya (collapse) sistem (pemadaman total).

V. Gangguan Ketidakstabilan (Instability)

Gangguan hubung singkat atau kehilangan pembangkit dapat menimbulkan ayunan daya (power
swing) atau yang lebih hebat dapat menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron (out of
synchronism). Power swing dapat menyebabkan relay pengaman salah kerja yang selanjutnya
menyebabkan gangguan yang lebih luas. Lepas sinkron dapat mengakibatkan berkurangnya
pembangkit karena tripnya unit pembangkit tersebut atau terpisahnya sistem, yang selanjutnya
dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas bahkan runtuh (collapse).

LATAR BELAKANG

Listrik memiliki peran vital dan strategis, ketersediannya harus memnuhi aspek andal, aman dan
akrab lingkungan.

Keandalan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem dan konstruksi instalasi listrik yang
memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Keamanan sistem tenaga listrik ditentukan oleh sistem pengaman (protection system) yang baik,
benar, andal atau tepat sesuai dengan kebutuhan sistem yang ada.

PENGERTIAN UMUM/DEFINISI

Pengertian/ definisi :

Proteksi : perlindungan/ pengaman.

Sistem tenaga listrik : suatu sistem yang terdiri dari dari beberapa sub sistem, yaitu : pembangkitan
(pembangkit tenaga listrik), penyaluran (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi
pemanfaatan

Proteksi sistem tenaga listrik : perlindungan/ pengaman pembangkitan (pembangkit tenaga listrik),
penyaluran (transmisi), pendistribusian (distribusi) dan instalasi pemanfaatan.

FUNGSI UTAMA PROTEKSI

Dua fungsi utama proteksi, adalah :

Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian sistem yang
diamankannya.

Melepaskan bagian sistem yang terganggu, sehingga bagian sistem lainnya yang tidak mengalami
gangguan dapat terus beroperasi.

KRITERIA SISTEM PROTEKSI

Kepekaan (sensitivity) :

Peralatan proteksi (rele) harus cukup peka dan mampu mendeteksi gangguan di kawasan
pengamannya.

Meskipun gangguan yang terjadi hanya memberikan rangsangan yang sangat minim, peralatan
pengaman (rele) harus mampu mendeteksi secara baik.

Keandalan (reliability) :

Dependability :

Peralatan proteksi (rele) harus memiliki tingkat kepastian bekerja (dependability) yang tinggi.

Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki keandalan tinggi (dapat mendeteksi dan
melepaskan bagian yang terganggu), tidak boleh gagal bekerja.

Keandalan (reliability) :

Security :

Peralatan proteksi (pengaman) harus memiliki tingkat kepastian untuk tidak salah kerja atau tingkat
security (keamanannya) harus tinggi.

Yang dimasksud salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak kerja, misal : karena lokasi gangguan
di luar kawasan pengamannya atau sama sekali tidak ada gangguan.

Salah kerja bisa mengakibatkan terjadinya pemadaman, yang semestinya tidak perlu terjadi.

Selektifitas (selectivity) :
Peralatan proteksi (pengaman) harus cukup selektif dalam mengamankan sistem.Dapat memisahkan
bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin, yaitu hanya sub sistem yang terganggu saja yang
memang menjadi kawasan pengamanutamanya. Rele harus mampu membedakan, apakah gangguan
terletak di kawasan pengaman utamanya, dimana rele harus bekerja cepat, atau terletak di sub
sistem berikutnya, dimana rele harus bekerja dengan waktu tunda atau tidak bekerja sama sekali.

Kecepatan (speed) :

Peralatan proteksi (pengaman) harus mampu memisahkan sub sistem yang mengalami gangguan
secepat mungkin. Untukmenciptakan selektifitas yang baik, ada kemungkinan suatu pengaman
terpaksa diberi waktu tunda (time delay), tetapi waktu tunda tersebut harus secepat
mungkin.Dengan tingkat kecepatan yang baik, maka terjadinya kerusakan/ kerugian, dapat
diperkecil.

You might also like