Professional Documents
Culture Documents
EKONOMI DI INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Artikel yang berjudul “Peranan Bank Indonesia Dalam
Pencegahan Krisis Ekonomi Serta Aturan-Aturan Di Indonesia”.
Karena penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak,
baik materi maupun spiritual serta teman sekelas yang membantu dalam
penyusunan makalah ini, dan pelaksana beasiswa BI yang telah memotivasi penulis
serta memberikan petunjuk dalam pembuatan persyaratan pendaftaran beasiswa BI.
karena tanpa bantuan dan motivasi dari semuanya penulis tidak akan dapat
menyelesaikan artikel ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan artikel ini masih kurang, baik
dari segi bahasa, cara penulisan, dan juga materi karena keterbatasan ilmu dan
pengetahuan yang penulis miliki.
Kiranya artikel bisa membantu dalam persyaratan penerimaan beasiswa BI.
PENDAHULUAN
Pada Tahun 1997 yang merupakan tahun dimana krisis merajalela dan
memporakporandakan hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia. Krisis
keuangan Asia termasuk Indonesia, lebih dikenal dengan nama Krisis Moneter
(krismon) itu, berawal di Thailand pada bulan Juli. Krisis ini membawa dampak
yang sangat besar terhadap nilai tukar, bursa saham, dan harga aset lainnya di
beberapa negara Asia.
Tahun yang sama, hampir semua pihak beranggapan bahwa Indonesia sangat
kecil kemungkinannya untuk terimbas krisis. Waktu itu fundamental ekonomi
Indonesia menunjukkan tingkat inflasi yang rendah. Tapi siapa sangka sebulan
setelah itu ekonomi di Indonesia terkena imbasnya juga. Sunggu hal yang tak
terduga yang dialami Indonesia. Gejolak diawali dengan kejatuhan nilai tukar
rupiah terhadap USD. Sehingga, banyak bank mulai ditimpa kerugian, terutama
bank yang punya pinjaman dalam mata uang asing dan tidak melakukan lindung
nilai atas pinjamannya. Gejolak kurs yang ditambah dengan pemburukan arus kas
bank-bank menyebabkan bank menghadapi kesulitan likuiditas. Masalah likuiditas
ini mengakibatkan bank kehilangan kepercayaan sehingga masyarakat ramai-ramai
menarik uangnya secara besar-besaran dari bank. Puluhan bank harus ditutup
dengan konsekuensi perekonomian bisa lumpuh total. Oleh karena itu, upaya
penyelamatan adalah pilihan yang diambil ketika itu. Namun ongkos yang harus
dibayar juga tidak sedikit karena jumlah bank yang harus diselamatkan juga
tergolong banyak.
Agar hal yang sama tidak terulang lagi, Pemerintah dan Bank Indonesia
(Bank Sentral) proaktif melakukan tindakan pencegahan. Beberapa ketentuan
perbankan direlaksasi untuk menghindari runtuhnya sistem keuangan dan
perbankan. Tindakan ini dilakukan agar dana nasabah di bank aman sehingga
masyarakat tidak Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan Indonesia.
PEMBAHASAN
Akuntabilitas
Dalam UU‐BI dianut pertanggungjawaban publik, dimana pada setiap awal
tahun anggaran Bank Indonesia wajib menyampaikan informasi kepada masyarakat
secara terbuka melalui media masa mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan
moneter tahun sebelumnya dan rencana kebijakan moneter tahun yang akan datang.
Informasi tersebut juga disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat. Disamping itu, setiap 3 (tiga) bulan Bank Indonesia wajib menyampaikan
laporan perkembangan pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Apabila diperlukan, Dewan Perwakilan Rakyat dapat meminta
Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenangnya (Pasal. 58). Anggaran tahunan Bank Indonesia harus disampaikan
kepada DPR (Pasal. 60). Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan
tahunan kepada Badan Pemeriksa Keuangan. Laporan keuangan tahunan Bank
Indonesia diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, yang hasilnya disampaikan
kepada DPR. Bank Indonesia juga diwajibkan untuk mengumumkan laporan
keuangan tahunan kepada publik melalui media massa (Pasal. 61).
Ketentuan Hukum
1. Produk Hukum
Salah satu yang menonjol dalam UU‐BI adalah ketentuan pelaksanaannya
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur dan mengikat publik serta
Peraturan Dewan Gubernur yang mengatur dan mengikat ke dalam Bank Indonesia.
Penetapan Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan Dewan Gubernur merupakan
bentuk independensi dalam pembuatan peraturan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Dengan demikian maka dapat dieliminir
intervensi dari Pemerintah atau pihak lain melalui peraturan perundang‐undangan.
2. Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif
Ketentuan Pidana dan sanksi administratif diatur dalam mulai Pasal 65
sampai dengan Pasal 72. Tindakan atau perbuatan yang diancam dengan pidana
dalam UU‐BI meliputi pelanggaran terhadap kewajiban penggunaan uang rupiah di
wilayah RI, pelanggaran terhadap kewajiban untuk tidak menolak penggunaan uang
rupiah, pelanggaran atas larangan campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank
Indonesia, pelanggaran kewajiban untuk menolak campur tangan, pelanggaran atas
kewajiban memberikan keterangan dan data yang diperlukan, pelanggaran atas
larangan membeli surat berharga di pasar primer, serta pelanggaran atas rahasia
jabatan. Pelanggaran terhadap ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah sebagai
alat pembayaran di wilayah RI diancam dengan pidana kurungan sekurang‐
kurangnya 1 bulan dan paling lama 3 bulan serta denda sekurang‐kurangnya Rp. 2
juta dan paling banyak Rp. 6 juta (Pasal. 65). Setiap orang atau badan yang menolak
rupiah sebagai alat pembayaran di wilayah RI diancam pidana penjara
sekurangkurangnya 1 tahun dan paling lama 3 tahun serta denda
sekurangkurangnya Rp. 1 miliar dan paling banyak Rp. 3 miliar (Pasal. 66).
Pelanggaran terhadap larangan untuk melakukan campur tangan terhadap
pelaksanaan tugas Bank Indonesia diancam pidana penjara sekurang‐kurangnya 2
tahun dan paling lama 5 tahun serta denda sekurang‐kurangnya Rp. 2 miliar dan
paling banyak Rp. 5 miliar (Pasal. 67). Anggota Dewan Gubernur dan/atau pejabat
Bank Indonesia yang tidak menolak adanya campur tangan pihak lain diancam
dengan pidana penjara 2 tahun dan paling lama 5 tahun serta denda sekurang‐
kurangnya Rp.2 miliar dan paling banyak Rp. 5 miliar (Pasal. 68). Badan yang tidak
memenuhi kewajiban untuk memberikan keterangan dan/atau data yang diperlukan
dalam kegiatan survei diancam pidana denda paling banyak Rp. 50 juta (Pasal. 69).
Pelanggaran terhadap larangan pembelian surat utang negara di pasar primer
diancam dengan pidana penjara penjara 1 tahun dan paling lama 3 tahun serta denda
sekurang‐kurangnya Rp. 6 miliar dan paling banyak Rp. 15 miliar (Pasal. 70).
Pelanggaran rahasia jabatan yang dilakukan oleh anggota Dewan Gubernur,
pegawai Bank Indonesia serta pihak lain yang melakukan pekerjaan tertentu dari
Bank Indonesia diancam pidana penjara 1 tahun dan paling lama 3 tahun serta denda
sekurang‐kurangnya Rp. 1 miliar dan paling banyak Rp. 3 miliar. Apabila
pelanggaran tersebut dilakukan oleh badan, diancam pidana denda sekurang‐
kurangnya Rp. 3 miliar dan paling banyak Rp. 6 miliar (Pasal. 71). Disamping
ketentuan pidana, Dewan Gubernur dapat menetapkan sanksi administratif kepada
pegawai Bank Indonesia serta pihak lain yang tidak memenuhi kewajiban yang
ditentukan UU‐BI. Bentuk sanksi administratif tersebut dapat berupa denda,
teguran tertulis, pencabutan atau pembatalan izin usaha serta sanksi disiplin
pegawai (Pasal. 72).