You are on page 1of 2

Ketika beliau berusia 29 tahun, putera pertamanya lahir dan diberi nama Rahula.

Setelah itu
Pangeran Siddharta meninggalkan istana, keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru mencari
ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan mati. Pertapa Siddharta
berguru kepada Alära Käläma dan kemudian kepada Uddaka Ramäputra, tetapi tidak merasa
puas karena tidak memperoleh yang diharapkannya. Kemudian beliau bertapa menyiksa diri
dengan ditemani lima orang pertapa. Akhirnya beliau juga meninggalkan cara yang ekstrim itu
dan bermeditasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan Agung.
Tiga jenis golongan Buddha adalah:

 Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya dengan usaha
sendiri
 Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-Sambuddha, tetapi
senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada diri sendiri.
 Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai tahap
Kesadaran dengan mendengar Dhamma.

Kitap Suci agama Buddha adalah Tripitaka.

Artikel ini mengenai konsep Tridharma dalam budaya Tionghoa. Untuk semboyan dari
Raden Mas Said, silakan melihat: Tridarma

Tempat Ibadah Tridharma Kelenteng Sam Po Kong saat perayaan 600 tahun Muhibah Cheng Ho

Tridharma (Hanzi: 三教, hanyu pinyin: sanjiao) adalah sebuah kepercayaan yang dapat
digolongkan ke dalam agama Buddha. Tridharma disebut Samkau dalam dialek Hokkian, berarti
harfiah tiga ajaran. Tiga ajaran yang dimaksud adalah Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme.

Tridharma lebih tepat disebut sebagai salah satu bentuk kepercayaan tradisional masyarakat
Tionghoa sebagai hasil dari sinkretisme ketiga filsafat yang memengaruhi kebudayaan Tionghoa
dan sejarah Tiongkok sejak 2500 tahun lalu.

DELAPAN JALAN KEBENARAN


Ketika Buddha memberikan khotbah pertamanya di Taman Rusa, ia memulai 'Berputarnya Roda
Dharma' tersebut. Dia memilih simbol roda yang indah dengan delapan kisi untuk mewakili
Delapan Jalan Mulia. Ajaran Sang Buddha berjalan berputar-putar seperti roda besar yang tidak
pernah berhenti, yang mengarah ke titik pusat roda, satu-satunya yang tetap, Nirvana. Delapan
jari-jari pada roda mewakili delapan bagian dari Delapan Jalan Mulia. Sama seperti setiap jari-
jari diperlukan bagi roda untuk terus berputar, kita perlu mengikuti setiap langkah dari jalan
tersebut.

1. Pandangan Benar. Cara yang tepat untuk berpikir tentang hidup adalah melihat dunia melalui
mata Sang Buddha - dengan kebijaksanaan dan belas kasihan.

2. Pikiran Benar. Kita adalah apa yang kita pikirkan. Pikiran-pikiran yang jernih dan baik
membangun karakter-karakter yang baik dan kuat.

3. Ucapan Benar. Dengan mengucapkan kata-kata yang baik dan bermanfaat, kita dihormati dan
dipercaya oleh semua orang.

4. Perilaku Benar. Tidak peduli apa yang kita katakan, orang lain mengenal kita dari cara kita
berperilaku. Sebelum kita mengkritik orang lain, pertama-tama kita harus melihat kelakuan kita
sendiri.

5. Penghidupan Benar. Ini berarti memilih pekerjaan yang tidak menyakiti orang lain. Sang
Buddha berkata, "Jangan mencari nafkah Anda dengan merugikan orang lain. Jangan mencari
kebahagiaan dengan membuat orang lain tidak bahagia."

6. Usaha Benar. Sebuah kehidupan yang berharga berarti melakukan yang terbaik setiap saat
dan memiliki niat baik terhadap orang lain. Ini juga berarti tidak menyia-nyiakan upaya pada hal-
hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

7. Perhatian Benar. Ini berarti sadar akan pikiran, kata-kata, dan perbuatan kita.

8. Konsentrasi Benar. Fokus pada satu pikiran atau objek pada satu waktu. Dengan melakukan
ini, kita bisa tenang dan mencapai kedamaian pikiran yang sejati.

Setelah Jalan Mulia Berunsur Delapan dapat dibandingkan dengan mengolah taman, tapi dalam
Buddhisme seseorang memupuk kebijaksanaannya sendiri. Pikiran adalah tanah dan pikiran
adalah benih. Perbuatan-perbuatan adalah cara seseorang merawat taman. Kesalahan-kesalahan
kita adalah rumput liar. Mencabutinya adalah seperti menyiangi taman. Panen adalah
kebahagiaan sejati dan abad

Berbakti kepada budha ( Buddha),berbakti kepada ajaran-ajaranya (dharma), berbakti kepada pemeuk-
peluk budha (sangga)

You might also like