You are on page 1of 35

Program Keluarga Berencana

Julio Atlanta Chandra

102014089

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

e-mail: juliocandera@yahoo.com

PENDAHULUAN
Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat
atau angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam
rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas. Dalam konteks gerakan KB nasional, konsep
mandiri merupakan suatu inovasi baru dimana titik berat dalam penawaran dalam awal
pelaksanaan program KB, berubah menjadi fokus permintaan. Dengan kata lain mandiri dalam
program KB meminta masyarakat untuk berinisiatif serta berpartisipasi dalam memenuhi
kebutuhan yang berhubungan dengan perencanaan keluarga, khususnya kebutuhan alat kontrasepsi
di tempat pelayanan KB. Permasalahan yang dihadapi dalam skenario adalah pada saat koordinasi
dengan camat dan BKKBN dilaporkan bahwa wilayah kerja puskesmas mengalami kenaikan
jumlah kelahiran yang signifikan dibandingkan dengan 2 tahun yang lalu. Disepakati untuk
menggalakkan KB di wilayah tersebut. Prioritas program yang dilaksanakan adalah peningkatan
cakupan IUD dan pemasangan susuk KB. Yang menjadi hambatan adalah adanya anggapan bahwa
KB masih menjadi tabu bagi masyarakat sekitar. Tingkat pendidikan masyarakat juga umumnya
rendah (80% tidak tamat SMP). Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai definisi dari
KB, jenis-jenisnya, program puskesmas mengenai KB, peran masyarakat dalam bentuk Posyandu,
peran pemerintah, angka demografi dan juga problem solving cycle .

1
KELUARGA BERENCANA (KB)

1. PROGRAM KB

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan


nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi
nasional (Depkes, 1999).

2. TUJUAN MELAKSANAKAN PROGRAM KB


A. Penjarangan kehamilan, meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi serta mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pertumbuhan penduduk Indonesia.
B. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. 1
3. SASARAN PROGRAM KB
 Menurunnya rata- rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 % per tahun.
 Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan
 Menurun PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/ cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%
 Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%
 Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien
 Meningkatnya rata-rata usia perkahwinan pertama perempuan menjadi 21 tahun
 Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak
 Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif
 Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan Program KB
Nasional.

SASARAN
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur

2
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase intervensi
pelayanan KB

4. STRATEGI PROGRAM KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:

1. Strategi Dasar
2. Strategi Operasional

Strategi Dasar
Lima grand strategi yang merupakan program utama dalam mensukseskan KB Nasional
guna mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
a) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB
b) Menata kembali pengelolaan KB
c) Memperkuat sumber daya manusia operasional program KB
d) Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB
e) Meningkatkan pembiayaan program KB

Program KB yang terintergrasi dengan outcome yang jelas, sistem informasi yang terkini,
fasilitas, advokasi dan supervise dari Pusat untuk daerah, jejaring kerja yang aktif dengan
mitra kerja serta adanya dukungan pemda dengan membuat perda ini semua merupakan
bentuk menata kembali pengelolaan KB

Memperkuat SDM operasional KB dengan mengelola KB untuk setiap kecamatan serta


petugas KB dengan jumlah yang memadai dengan kompensasi yang baik dan petugas
lapangan KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa atau kelurahan.

3
Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui KB untuk seluruh keluarga
dengan balita, aktif jadi anggota badab KB, pra keluarga sejahtera anggota unit
pembinaan dan peningkatan keluarga sejahtera punya usaha ekonomi produktif,
kelompok percontohan bina keluarga remaja untuk setiap kecamatan serta bina
lingkungan keluarga untuk kabupaten/ kota.

Sedangkan untuk meningkatkan pembiayaan program KB dengan memprioritas anggaran


dari pusat ke daerah, sistem pembiayaan terutama bagi rakyat miskin serta alat/ obat
kontrasepsi dengan harga terjangkau di setiap kecamatan.

Strategi Operasional
 Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
 Peningkatan kualitas dan prioritas program
 Penggalangan dan pemantapan komitmen
 Dukungan regulasi dan kebijakan
 Pemantauan, evaluasi dan akuntabilitas pelayanan1

5. BENTUK KEGIATAN DI PUSKESMAS


1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam pembangunan kesehatan melalui
kerja sama lintas program dan lintas sektoral
a) Mengoptimalkan koordinasi dan jejaring lintas sektoral dan lintas program di
tingkat kecamatan
b) Membuat jejaring dengan lembaga di tingkat desa dalam rangka implementasi
program kesehatan.
c) Membuat jejaring dengan kader sebagai pelaksana program kesehatan di
masyarakat
d) Membina posyandu, desa siaga yang telah ada di masyarakat
e) Meningkatkan jejaring pelayanan kesehatan di sekolah ataupun pondok pesantren
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta
berbasis bukti, menyeluruh dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
a) Mengoptimalkan bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan fasilitas yang tersedia

4
b) Mengoptimalkan peran SDM sesuai tupoksi pelayanan yang ada
c) Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan medis secara bertahap sesuai
perkembangan jaman
d) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
e) Melaksanakan rujukan horizontal dalam rangka meningkatkan peran klinik sehat,
dengan tetap memberikan pelayanan rujukan vertikal sesuai standar.
f) Meningkatkan koordinasi antar unit pelayanan
3. Meningkatkan cakupan pembangunan kesehatan, melalui pendanaan yang ada di puskesmas dan
masyarakat
a) Mendorong masyarakat untuk mendukung pendanaan kesehatan yang bersumber
dari masyarakat
b) Merencanakan anggaran kegiatan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan
yang ada di masyarakat
c) Mendukung pencapaian SPM (Standar Pelayanan Minimal) melalui dana yang ada.
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.
a) Melaksanakan transfer ilmu (kalakarya) dari SDM yang mengikuti pelatihan
kepada rekan-rekan lainnya.
b) Membuat peta jabatan sesuai dengan kompetensi yang ada
c) Melaksanakan analisis beban kerja dan mutasi internal
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta
menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan.
a) Mengoptimalkan peran apotek dan gudang obat dalam pelayanan kesehatan
b) Mengoptimalkan monitoring dan evaluasi penggunaan obat pelayanan kesehatan
c) Mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan obat dan alkes
d) Merencanakan kebutuhan obat dan alkes secara rutin
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan berhasilguna
untuk memantapkan pelayanan kesehatan yang bertanggungjawab
a) Melaksanakan monitoring dan evaluasi terpadu setiap bulan
b) Menanggapi dengan segera setiap keluhan konsumen yang disampaikan
c) Melaksanakan lokmin tribulanan secara rutin1

5
6. RUANG LINGKUP KEGIATAN PUSKESMAS
a. Mengadakan penyuluhan KB baik di Puskesmas maupun di mayarakat (pada saat
kunjungan rumah, Posyandu, pertemuan dengan kelompok PKK, dasa wisma, dan
sebagainya), termasuk konseling untuk PUS.

b. Penyediaan dan pemasangan alat–alat kontrasepsi, serta memberikan pelayanan


pengobatan efek samping KB.

c. Mengadakan kursus KB untuk dukun bersalin. Dukun bersalin diharapkan dapat


bekerjasama dengan Puskesmas dan menjadi motivator KB untuk ibu–ibu yang mencari
pertolongan pelayanan dukun bersalin. Kegiatan KB di Puskesmas diitegrasikan ke dalam
program KIA

7. TAHAP-TAHAP PROGRAM KB NASIONAL


Adapun tahap kebijakan pemerintah dalam penyelenggarakan program KB Nasional di
Indonesia adalah
 Tahun 1970 – 1980 di kenal dengan Manajement For The People
1) Pemerintah lebih banyak berinisiatif
2) Partisipasi masyarakat rendah sekali
3) Terkesan kurang demokratif
4) Ada unsure pemaksaan
5) Berorientasi pada target
 Tahun 1980 – 1990 terjadi perubahan pada Manajement With The People
1) Pemaksaan di kurangi
2) Di mulainya program safari pada awal 1980an
 Tahun 1985 – 1988 pemerintah menetapkan program KB Lingkaran Biru, dengan
kebijakan:
1) Masyarakat bebas memilih kontrasepsi yang akan dipakainya meskipun masih tetap
dipilhkan jenis kontrasepsinya.
2) Dari 5 jenis kontrasepsi di pilihkan salah satu dari jenisnya

6
 Tahun 1988 terjadi perkembangan kebijakan, pemerintah menerapkan program KB
Lingkar Emas yaitu:
1) Pilih alat kontrasepsi sepenuhnya diserahkan pada peserta, asal jenis kontrasepsi
sudah terdapat di departemen kesehatan.
2) Masyarakat sudah mulai membayar sendiri untuk alat kontrasepsinya.
 Tahun 1998 terjadi peningkatan kesejahteraan keluarga melalui
peningkatanpendapatan kelurga ( Income Generating ) pada tanggal 29 juni 1994
presiden Suharto di sidoarjho melaksanakan plesterisasi / lantainisasi rumah- rumah
secara gotong royong untuk keluarga presejahtera.4,5

8.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA


a) Sosial Ekonomi
Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk Indonesia di pengaruhi oleh
perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas
dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan dengan kemampuan untuk membeli alat
kontrasepsi yang digunakan.
Dengan suksesnya program KB maka perekonomiansuatu negara akan lebih baik karen dengan
anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin.
b) Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi, faktor –
faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai metode, kepercayaan
religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita.
c) Pendidikan
Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak di gunakan oleh
pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita berpendidikan menginginkan
keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait sebagai
metode kontrasepsi.4,5
d) Agama
Para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan
sebagian metode hormonal akan sangat menyulitksn mereka selama haid mereka dilarang

7
bersembahyang. Disebaagian masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan selama
haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah.
e) Status Wanita
Status wanita dalam masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan
menggunakan berbagai metode kontrasepsi didaerah daerah yang status wanitanya meningkat,
sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar metode – metode yang
lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga di daerah yang
wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai
metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat
diperoleh.
9. JENIS-JENIS KONTRASEPSI
a. Sistem Kelender (Pantang Berkala/ogino-knaus )
1) Pengertian
Metode ini disebut juga dengan The Rhythm Method.
Jika cara ini jadi pilihan maka pengetahuan kita tentang masa subur atau
fertility awareness harus tinggi. kita harus mengetahui dengan tepat masa subur
atau saat yang paling memungkinkan kita mengalami kehamilan.
Bila kita emang ingin menunda kehamilan, maka pada saat tubuh
memasuki masa subur tundalah keinginan berhubungan intim dengan pasangan.
Atau kita tetap melakukan hubungan seksual tapi menggunakan kondom.
dianjurkan untuk memperhatikan terlebih dahulu siklus
mentruasi kita selama 3 bulan kalau perlu 6 bulan guna mendapatkan
perhitungan waktu siklus mentruasi yang tepat, secara umum masa "aman"
seorang wanita adalah 2 hari setelah mentruasi hingga 20 hari menjelang
mentruasi berikutnya buat yang memiliki siklus haid pendek.
Jika siklus menstruasi kita panjang, maka masa "aman" 2 hari setelah
haid hingga 16 hari menjelang menstruasi yang akan datang.
Namun perlu di ingat sebenarnya masa subur sangat sulit ditebak
dengan pasti jadi masih ada kemungkinan Anda mengalami "kebobolan"
1) Metode Perlindungan (Barrier)
a. Kondom

8
i. Pengertian
Kondom digunakan pada fenis pria untuk mencegah sperma bertemu sel telur
ketika terjadi ejakulasi.
ii. Efektivitas
Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara tepat dan benar.
iii. Cara Kerja
Mencegah masuknya sperma ke alat kelamin wanita sampai ke ovum
iv. Keuntungan
- Mudah digunakan
- Tidak membutuhkan bantuan medis untuk memakai.
- Bisa menlindungi dari PMS
- Mudah didapat
- Tidak Merepotkan

Gambar :Kondom
v. Kerugian
- Kegagalan terjadi jika kondom bocor, robek
vi. Efek Samping
- Kondom dapat tertinggal di dalam alat kelamin ibu
- Ibu bisa mengeluh keputihan yang banyak dan berbau
- Terjadi infeksi ringan
b. Vagina Diafragma / Kap serviks ( cervical cap)
1) Pengertian
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila
dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama.
2) Cara Kerja
Diafragma atau cervical cap berguna untuk menutupi uterus sehingga mencegah
sperma membuahi sel telur
3) Efektifitas
Efektifitasnya alat kontrasepsi ini bisa menurun bila terlalu cepat dilepas kurang
dari 8 jam setelah senggama.

9
4) Keuntungan
- Tidak mengganggu produksi ASI
- Bisa menghambat keluarnya darah haid
5) Kerugian
- Mahal
- Kegagalan Tinggi
- Harus ke tenaga kesehatan
Gambar : cap serviks
- Tidak nyaman

6) Efek samping
- Resiko infeksi tinggi
c. IUD (Intrauterine Device) = AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
1) Pengertian
Teknik kontrasepsi ini adalah dengan cara memasukkan alat yang terbuat dari
tembaga kedalam rahim.
2) Cara Kerja
- Menimbulkan reaksi keradangan lokal dalam endometrium kavum uteri
sehingga menghambat terjadinya penempelan sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim.
- IUD diduga juga menghambat motilitas tuba sehingga memaksa sperma
"berenang" melawan arus.
3) Efektifitas
Efektivitasnya bisa mencapai 98%, layaknya
seperti pil, IUD juga mudah mengembalikan
kesuburan Anda.
4) Keuntungan
- Bisa digunakan untuk metode jangka panjang
Gambar : IUD
- Bisa digunakan untuk klien yang mempunyai
tekanan darah tinggi
- Tidak mengganggu produksi ASI
5) Kerugian

10
- Mengganggu hubungan seksual
- Harus datang ke tenaga kesehatan untuk memasang, melepas, dan kontrol
- Mahal
- Tidak bsa mencegah darib PMS
6) Efek Samping
- Amenorhea
- Spoting / perdarahan bercak
- Nyeri

2) Metode Hormonal
a. Pil KB
1) Jenis pil dan Pengertian
a) Minipil yaitu alat kontrasepsi jenis pil yang hanya mengandung hormon
progesteron. Pil ini cocok untuk ibu menyusui.
b) Pil Kombinasi yaitu alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen
dan progesteron.
2) Cara Kerja
- Mencegah pelepasan sel telur
- Mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu dengan sel telur
3) Efektifitas
Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi (99%) bila digunakan
dengan tepat dan secara teratur.
4) Keuntungan
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Kesuburan cepat kembali
- Membuat menstruasi teratur,
- Mengurangi kram atau sakit saat menstruasi.
5) Kerugian
- Bisa menambah/mengurangi berat badan
- Harus selalu mengingat-ingat minum pil Gambar : Pil KB
- Tidak bisa mencegah dari PMS

11
6) Efek Samping
- Mual, muntah
- Amenorhea
- Spotting

PERANAN PUSKESMAS
Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
Fungsi Puskesmas
A. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
 Menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
 Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
 Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
B. Pusat pemberdayaan masyarakat.
 Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta
ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
 Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
C. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
a. Pelayanan kesehatan perorangan

12
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Unsur pokok puskesmas terdiri dari:
1. Masukan (management tools)
2. Proses (function) – planning, organizing, actuating, controlling (menurut George Terry)
3. Keluaran (output) : terselenggara pelayanan kesehatan
4. Sasaran (perorangan, keluarga, kelompok, masyarakat)
5. Dampak yang berasaskan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
MASUKAN (MANAGEMENT TOOLS) BAGI PUSKESMAS
Masukan Puskesmas disebut sebagai 4M (man, money, material, method8-11

Man (sumber daya manusia)


Organisasi dan tata kerja
A. Organisasi
Susunan organisasi puskesmas terdiri dari :
a. Unsur pimpinan : Kepala puskesmas
Mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkordinasi kegiatan puskesmas
yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan jabatan fungsional.
b. Unsur pembantu pimpinan : Urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan surat-menyurat serta
pencatatan dan palaporan.

13
c. Unsur pelaksana
1. Unit yang terdiri dari tenaga atau pegawai dalam jabatan fungsioanal
2. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah masing-masing
3. Unit-unit terdiri dari
UNIT 1
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana
dan perbaikan gizi
UNIT II
Bertugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit
khususnya imunisasi, kesehatan lingkuangan dan lab sederhana.
UNIT III
Bertugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja
dan manula.
UNIT IV
Bertugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan
sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus
lainnya.
UNIT V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan
masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat.
UNIT VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap.
UNIT VII
Melaksanakan kefarmasian.
B. Tata kerja
Kepala puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
baik dalam lingkungan puskesmas maupun dengan satuan organisasi diluar puskesmas
sesuai dengan tugasnya masing.
Kepala puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk atasan yang
ditetap kan oleh kantor departemen kesehatan kabupaten/kotamadya sesuai dengan

14
perundang-undangan yang berlaku. Setiap unsur dilingkungan puskesmas wajib mengikuti
dan mematuhi petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada kepala puskesmas

Five Star doctor

Strategi WHO ini juga dikenal dengan sebutan Five Stars Doctor di mana setiap dokter
diharapkan dapat berperan :

 Sebagai health care provider yang bermutu, berkesinambungan dan komprehensif


dengan mempertimbangkan keunikan individu , berdasarkan kepercayaan dalam jangka
panjang.

 Sebagai decision maker yang mampu memilih teknologi yang tepat dengan
pertimbangan etika dan biaya.

 Sebagai communicator yang mampu mempromosikan gaya hidup sehat melalui


komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta memberdayakan masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.

 Sebagai community leader yang mampu memperoleh kepercayaan, membangun


kesepakatan tentang kesehatan serta berinisiatif meningkatkan kesehatan bersama

 Sebagai manager yang mampu menggerakkan individu dan lingkungan demi


kesehatan bersama dengan menggunakan data yang akurat

Money (pembiayaan)
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
yang menjadi tanggungjawab puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang
cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan puskesmas, yakni:
A. Pemerintah
a. Terutama dari pemerintah kabupaten/kota.
b. Menerima dana yang berasal dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
c. Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni:
1. Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung,
pengadaan peralatan serta pengadaan obat.

15
2. Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan
peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.
d. Disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan
Kegiatan ke pemerintah kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas bersana DPRD
kabupaten/kota. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk
kedua anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
e. Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan
gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut dikelola langsung olen Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh pemerintah kabupaten/kota.
f. Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima puskesmas adalah kepala
puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan
puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atas usulan kepala puskesmas.
g. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan
memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Pendapatan puskesmas
a. Sesuai dengan kebijakan pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban membiayai
upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh
pemerintah daerah masing-masing (retribusi).
b. Pada saat ini ada beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang
diperoleh dari penyelenggraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
i. Seluruhnya disetor ke Kas Daerah
Untuk ini secara berkala puskesmas menyetor langsung seluruh dana retribusi
yang diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
ii. Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan puskesmas menggunakan sebagian dari
dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang
lazimnya berkisar antara 25 – 50% dari total dana retribusi yang diterima.
Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan operasional
puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala dipertanggungjawabkan
oleh puskesmas ke pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

16
iii. Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas menggunakan
seluruh dana yang diperolehnya dari penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan untuk membiayai kegiatan operasional puskesmas. Dahulu
puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana seperti ini disebut
puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar puskesmas yang
juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya
ditanggung oleh pemerintah, diubah menjadi puskesmas swakelola. Dengan
perkataan lain puskesmas tidak mungkin sepenuhnya menjadi swadana.
Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya
kesehatan masyarakat yang memang menjadi tanggungjawab pemerintah.
Material (sarana yang dibutuhkan )7-11
Antara sarana yang dibutuhkan bagi membentuk Puskesmas adalah:
Tanah Puskesmas Peralatan Puskesmas
Bangunan Puskesmas Poliklinik set
Bangunan ruang perawatan dan Minor set surgery
sarananya Bidan kit
Bangunan perumahan tenaga Partus set
kerja dan sarananya Implant kit
Sarana penunjang Intrauterine device kit
Transportasi Imunisasi kit
Sarana komunikasi dan Sanitasi kit
informasi Dental kit
Sumber energy Laboratorium set
Prasarana Puskesmas Nutrition kit
Fungsi dari sarana air bersih Radiologi unit
Sarana pembuangan sampah Paket penyuluhan
Sarana pembuangan limbah
(SPAL)
Sarana pembuangan tinja
(jamban)

17
Fasilitas penunjang
Puskesmas pembantu
Berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan- kegiatan yang
dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
Puskesmas keliling
o Memberikan pelayangan kesehatan kepada masyarakat didaerah terpencil
yang tidak terjangkau
o Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa
o Sebagai alat transpor penderita dalam rangka rujukan kasus gawat darurat
o Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan audio visual
o Bidan yang bertugas didesa 7
Method

Manajemen Puskesmas
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat
yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas
yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk
menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang
dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen
pusksesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan
dan pertanggungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan
berkesinambungan.
A. PERENCANAAN
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas untuk mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja pusksesmas. Rencana tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam.
Pertama, rencana tahunan upaya kesehatan wajib. Kedua, rencana tahunan upaya kesehatan
pengembangan.
1. Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib
 Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas, yakni
i. Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan
ii. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana

18
iii. Perbaikan Gizi Masyarakat
iv. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan.
 Langkah-langkah perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah sebagai
berikut:
i. Menyusun usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan
yang berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai
hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Usulan ini
disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian
kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta
perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. Rencana ini disusun
melalui pertemuan perencanaan tahunan puskesmas yang dilaksanakan

Tabel 1: Contoh Gantt Chart

sesuai dengan siklus perencanaan kabupaten/kota dengan mengikut

sertakan BPP serta dikoordinasikan dengan camat.


ii. Mengajukan usulan kegiatan tersebut ke dinas kesehatan kabupaten/kota
untuk persetujuan pembiayaannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan
usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin, sarana dan
prasarana, dan operasional puskesmas beserta pembiayaannya.
iii. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam
bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah
(mapping)
2. Jenis upaya kesehatan pengembangan
a. Dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya
inovasi yang dikembangkan sendiri. Upaya laboratorium medik, upaya
laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan dan pelaporan tidak termasuk

19
pilihan karena ketiga upaya ini merupakan upaya penunjang yang harus dilakukan
untuk kelengkapan upaya-upaya puskesmas.
b. Langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan
oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut:
i. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan
 Berdasarkan ada/tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan setiap
upaya kesehatan pengembangan tersebut.
 Jumlah upaya kesehatan pengembangan yang terpilih dapat lebih dari satu,
tergantung dari kemampuan yang dimiliki yaitu:
a. Survey mawas diri
Kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan masalah
yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah
tersebut.
Dilakukan apabila puskesmas memiliki kemampuan, identifikasi
masalah dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data
secara langsung di lapangan
Tahapan pelaksanaan:
1. Pengumpulan data cepat berupa data primer (dikumpulkan
langsung dari sumber data) atau data sekunder (berasal dari
catatan yang ada)
2. Pengolahan data
3. Penyajian data berupa data masalah dan potensi
b. Delbecq Technique
Perumusan masalah dan identifikasi potensi melalui kesepakatan
sekelompok orang yang memahami masalah tersebut.
Teknik ini dilakukan apabila kemampuan pengumpulan data bersama
masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh puskesmas, identifikasi
dilakukan melalui kesepakatan kelompok oleh petugas puskesmas
dengan mengikut sertakan Badan Penyantun Puskesmas
Tahapan pelaksanaan:
1. Pembentukan tim.

20
2. Menyusun daftar masalah
i. Menetapkan kriteria penilaian masalah
ii. Menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan
kriteria
3. penilaian dilengkapi dengan uraian tentang potensi yang dimiliki
Di samping itu identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula
memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar
upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri
sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan
puskesmas.
ii. Menyusun usulan kegiatan
 menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan sasaran,
besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya
untuk setiap kegiatan.
 Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks (Gantt
Chart).
 Penyusunan rencana pada tahap awal pengembangan program dilakukan
melalui pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk musyawarah masyarakat
 Penyusunan rencana pada tahap pelaksanaan tahun berikutnya dilakukan
secara terintegrasi dengan penyusunan rencana upaya kesehatan wajib
iii. Mengajukan usulan kegiatan
 Mengajukan usulan kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke Badan
Penyantun Puskesmas atau pihak-pihak lain.
 Apabila dilakukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus dilengkapi
dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu
dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut.
iv. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan
 Menyusun rencana pelaksanaan yang telah disetujui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau penyandang dana lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of

21
Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan
pemetaan wilayah (mapping). Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan secara terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upaya
kesehatan wajib.

B. PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN


Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian
terhadap penyelenggaraan rencana tahunan puskesmas, baik rencana tahunan upaya kesehatan
wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan, dalam mengatasi masalah
kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan pengendalian adalah
sebagai berikut:

1. Pengorganisasian
Untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan puskesmas, perlu dilakukan pengorganisasian.
Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan. Pertama, pengorganisasian berupa
penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk setiap kegiatan serta untuk setiap
satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan pembagian habis seluruh program kerja
dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas puskesmas dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya. Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan
penggalangan tim pada awal tahun kegiatan. Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan
kerjasama tim secara lintas sektoral.
Ada dua bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:
 Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait, misalnya
antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan
kerja.
 Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan pada
waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.
Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:
Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait
Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan

22
2. Penyelenggaraan
Setelah pengorganisasian selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah menyelenggarakan
rencana kegiatan puskesmas, dalam arti para penanggungjawab dan para pelaksana yang telah
ditetapkan pada pengorganisasian, ditugaskan menyelenggarakan kegiatan puskesmas sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Untuk dapat terselenggaranya rencana tersebut perlu
dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun, terutama yang
menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi wilayah
kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan pelaksana.
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai dengan
rencana pelaksanaan yang telah disusun. Beban kegiatan puskesmas
harus terbagi habis dan merata kepada seluruh petugas.
c. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Pada waktu menyelenggarakan kegiatan puskesmas harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
i. Azas penyelenggaraan puskesmas
A. Azas pertanggungjawaban wilayah
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara
merata dan terjangkau di wilayah kerjanya
B. Azas pemberdayaan masyarakat
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB)
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)

23
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar
Gizi (Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang
tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga
(TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat,
Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan
C. Azas keterpaduan
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas program antara lain:
i. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
ii. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
iii. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
iv. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor

24
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
i. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
ii. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
iii. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB
iv. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha, PKK, PLKB
v. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
vi. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha
D. Azas rujukan
Terbagi kepada rujukan pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.

PROBLEM SOLVING CYCLE

Jaminan mutu layanan kesehatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan atau suatu
proses tanpa henti. Dengan demikian, keseluruhan rangkaian kegiatan yang terdapat dalam proses
tersebut merupakan suatu siklus. Siklus tersebut akan terus berlangsung mengikuti urutan yang
berulang sehingga disebut sebagai siklus pemecahan masalah mutu pelayanan kesehatan.

25
Gambar 8: Siklus pemecahan masalah

Identifikasi keadaan dan masalah


Maksudnya di sini adalah menginventarisasi atau melakukan pengumpulan semua masalah
mutu pelayanan kesehatan yang ada dalam puskesmas dan wilayah kerjayanya yang mencakup
puskesmas pembantu, bidan desa dan posyandu.
Masalah mutu layanan kesehatan dikenali dengan:8-11
Pengamatan langsung terhadap petugas kesehatan yang sedang melakukan layanan
kesehatan
Wawancara terhadap pasien dan keluarganya, masyarakat dan petugas kesehatan
Mendengar keluhan pasien dengan keluarganya, masyarakat serta petugas kesehatan
Membaca dan memeriksa catatan dan laporan puskesmas serta rekam medik.

Langkah ini akan menghasilkan satu rumusan tentang keadaan dan prioritas masalah yang dihadapi
Puskesmas serta alternatif pemecahannya.
Kegiatan-kegiatan ini mencakup:

26
1) Mengetahui kebijaksanaan yang telah ditetapkan:
a. PUSAT, misalnya SKN, RP3JPK, Repelita V dan kebijaksanaan sector lain yang
terkait;
b. DATI-I, misalnya Repelita Propensi, target, strategi pelaksanaan program propinsi
dan sector lain yang terkait yang dikeluarkan Dati-I;
c. DATI-II, misalnya target, strategi pelaksanaan program dan kebijaksanaan sector
lain terkait yang dikeluarkan Dati-II
2) Pengumpulan data
a) Data Umum
Data yang dihimpun oleh keadaan umum wilayah kerja Puskesmas, misalnya
pembagian administratif, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.
b) Data Wilayah
Data yang dihimpun meliputi peta, luas wilayah, jumlah desa, jumlah RK/RW,
jarak desa ke Puskesmas, sarana komunikasi, dan lain sebagainya.
c) Data Penduduk
Data yang dihimpun meliputi jumlah seluruh penduduk, distribusi per desa dan per
RK/RW; menurut jenis kelamin dan golongan umur dengan penekanan pada
distribusi yang disesuaikan dengan sasaran program.
d) Data Sumber Daya
i. Puskesmas:
- Sarana Fisik
Meliputi seluruh bangunan fasilitas kesehatan (Puskesmas, Puskesmas
Pembantu), Puskesmas Keliling, kebdaraan, peralatan medis &
nonmedis.
- Tenaga
Meliputi seluruh macam tenaga, status kepegawaiannya, jumlah dan
latar belakang pendidikan.
- Dana
Meliputi semua dana yang diterima Puskesmas yaitu yang berasal dari
APBN, APBD I dan II termasuk dari BKKBN, PHB dan sector lain yang

27
terkait, serta kemungkinan sumbangan-sumbangan yang bias
didapatkan.
ii. Masyarakat:
- Sarana Fisik
Meliputi Posyandu, Pos KB dan Pos lainnya serta peralatan yang
dimiliki seperti dacin, set alat masak, dukun kit dan lain sebagainya.
- Tenaga
Meliputi kader PKK, kader Dasawisma, kader Posyandu dan kader
lainnya, serta dukun bersalin atau tenaga kesehatan tradisonal lainnya.
- Dana
Meliputi Dana Sehat, Dana Koperasi Simpan Pinjam dan dana lainnya
yang dapat dipergunakan untuk kegiatan kesehatan.
e) Data Status Kesehatan
Dihimpun dari data indicator derajat kesehatan yaitu IMR (Infant Mortality Rate),
CMR (Children Mortality Rate), MMR (Maternal Mortality Rate), CDR (Crude
Death Rate), Incidence/Prevalence Rate dan CFR (Case Fatality Rate) penyakit
tertentu, CBR (Crude Birth Rate), FR (Fertality Rate), LE (Level of Education) dan
sebagainya.
f) Data Cakupan Program
Meliputi data cakupan untuk masing-masing program sesuai dengan indikator dan
variabelnya.
3) Analisa data
Analisa keadaan dan masalah dalam perencanaan meliputi:
 Analisa Derajat Kesehatan
 Analisa Aspek kependudukan
 Analisa Upaya Pelayanan Kesehatan
 Analisa Perilaku
 Analisa Lingkungan

4) Perumusan Masalah

28
Permasalahan tersebut harus dirumuskan dengan baik secara epidemiologis, sehingga
tergambarkan masalahnya, dimana, kapan dan seberapa besar. Dengan perkataan lain,
besarnya masalah diusahakan dapat tergambarkan secara kwantitatif.
5) Penentuan peringkat masalah
Untuk menentukan peringkat masalah, dapat dipergunakan cara Delbecg atau cara Hanlon.
Kriteria yang dipakai untuk masing-masing masalah adalah:
 Besarnya masalah
Penentuan score untuk besarnya masalah dilaksanakan dengan memberi nilai (0-
10) pada faktor-faktornya yaitu:
- Persentase penduduk yang terkena
- Biaya yang dikeluarkan per orang per bulan karena masalah tersebut
- Kerugian yang dialami penduduk
 Tingkat kegawatan masalah
Penentuan score untuk kegawatan masalah dilaksanakan dengan memberi nilai (0-
10) pada faktor-faktornya yaitu:
- Tingkat keganasannya
- Tingkat urgensinya
- Kecendrungannya
 Kemudahan penanggulangan masalah
Penentuan kemudahan untuk penanggulangan masalah dilaksanakan dengan
memberi nilai (0,5-1,5).
 PEARL factor yaitu menentukan dapat atau tidaknya program tersebut
dilaksanakan.
Penentuan scorenya untuk masing-masing factor dilaksanakan melalui voting (1 =
ya, 0 = tidak)
P = Appropriantness (tepat guna)
E = Economic feasibility (secara ekonomi murah)
A = Acceptability (dapat diterima)
R = Resource Availability (tersedianya sumber)
L = Legality (legalitas terjamin)

29
Penentuan prioritas masalah

Program prioritas adalah program yang dipilih dan dikembangkan dari program pokok
Puskesmas secara intensif untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan masyarakat
yang potensial berkembang di wilayah kerja Puskesmas.
Pelayanan kesehatan Puskesmas di Indonesia dimulai dengan program Basic Seven
menurut World Health of Organization (WHO). Awal tahun 1970, Basic Seven ini
dikembangkan lagi menjadi Basic Twelve. Penambahan program pokok Puskesmas terus
berjalan dan sampai awal tahun 2003 program pokok Puskesmas sudah berkembang menjadi
18 bahkan lebih.
Keterbatasan sumber daya mengharuskan dilakukannya penentuan prioritas. Pada waktu
ini, Puskesmas diharuskan melaksanakan 18 program pokok. Jelas dengan keterbatasan dana
tidak dapat semua program tersebut diselenggarakan dengan mutu yang baik.
Dengan merumuskan prioritas program, Puskesmas dapat lebih terfokus bekerja sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat. Program Puskesmas dapat saja berbeda dengan
program Puskesmas lain meskipun lokasinya berada di dalam satu kabupaten.
Untuk menyusun rencana pengembangan program Puskesmas dan menjadi motor
penggerak masyarakat untuk menjadikan Kecamatan Sehat 2010, di tingkat kecamatan, perlu
dibentuk Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat
setempat dan LSM. Anggota BPP harus memahami visi dan misi Puskesmas di era
desentralisasi saat ini. Kajian 10 penyakit terbesar yang tercatat di Puskesmas dan hasil analisis
kebutuhan masyarakat dapat dipakai sebagai bahan diskusi pada saat BPP merencanakan
langkah-langkah operasional program pembangunan kecamatan sehat.4, 5
Kegiatan pokok puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut;

30
1. KIA
2. Keluarga Berencana
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit menular
6. Pengobatan Termasuk Pelayanan darurat karena kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Kesehatan Sekolah
9. Perawatan Kesehatan Masyarakat
10. Kesehatan kerja
11. Kesehatan Gigi dan Mulut
12. Kesehatan Jiwa
13. Laboratorium Sederhana
14. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka system informasi kesehatan
15. Kesehatan usia lanjut
Penentuan penyebab masalah dipilih

Selain digunakan untuk menganalisis program pelayanan kesehatan masyarakat menurut


tempat, epidemiologi dan statistic dapat digunakan untuk mendeskripsi masalah program dan
masalah kesehatan masyarakat menurut tempat, waktu dan orang serta faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah yaitu faktor
genetic, pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat dan lingkungan.
Paradigm sehat menurut HL Blum dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara 4
faktor utama yang menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Ini dapat dilihat
dalam gambar berikut.

Gambar 9: Paradigma sehat menurut Blum

31
Penentuan alternatif penyelesaian masalah

Comprehensive Health Care Services


Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat
yang berdomisili di wilayah kerjanya. Comprehensive health care services terdiri dari
preventive health care, promotive health care, medical care, dan rehabilitative yang
merupakan penjabaran dari ketiga tingkatan kedokteran pencegahan.
Contoh aplikasi ketiga tingkatan pecegahan pada program Puskesmas:
1) Pencegahan primer
Terdiri dari health care promotion (program Puskesmas) dan Specific protection
(imunisasi, kesehatan lingkungan dan sebagainya)
2) Pencegahan sekunder
Penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan yang tepat: antenatal care, kegiatan
surveillans, pap-smear, pemeriksaa hemoglobin pada ibu hamil, penimbangan rutin balita
dan sebagainya
3) Pencegahan tertier
Medical and social rehabilitation: Mengurangi ketidakmampuan dan rehabilitasi yang
bersifat medis dan social. Misalnya, program pengobatan untuk pasien umum, program
kesehatan gigi, program gizi (supplementasi). Rehabilitasi social khusus untuk pasien yang
pernah dirawat di rumah sakit jiwa, dilakukan dengan pendekatan keluarga pasien dengan
masyarakat setempat.

Promosi kesehatan Puskesmas


Promosi kesehatan puskesmas adalah upaya puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada
masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga
serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat.
Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya, baik masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang
berpotensi mengancam, secara mandiri. Disamping itu, petugas kesehatan puskesmas
diharapkan mampu menjadi teladan bagi pasien, keluarga dan masyarakat untuk melakukan
PHBS.

Strategi Promosi Kesehatan Puskesmas

32
A. Pemberdayaan
a. Pemberdayaan individu
Pemberdayaan terhadap individu dilakukan oleh setiap petugas kesehatan
puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan
puskesmas. Disamping itu, individu-individu yang menjadi sasaran kunjungan misal,
upaya keperawatan kesehatan masyarakat, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Tujuan dari upaya tersebut adalah memperkenalkan perilaku baru kepada individu
yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktekkan oleh individu tersebut.
b. Pemberdayaan Keluarga
Pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh petugas puskesmas yang
melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga, yaitu keluarga dari individu
pengunjung puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di wilayah kerja
puskesmas.
Tujuan dari pemberdayaan keluarga juga untuk memperkenalkan perilaku baru
yang mungkin mengubah perilaku yang selama ini dipraktekkan oleh keluarga tersebut.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan terhadap masyarakat (sekelompok anggota ) yang dilakukan oleh
petugas puskesmas merupakan upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat.
Penggerakan atau pengorganisasian masyarakat diawali dengan membantu
kelompok masyarakat mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan
sehingga masalah tersebut menjadi masalah bersama. Kemudian masalah tersebut
dimusyawarahkan untuk dipecahkan secara bersama.
Dari hasil tersebut masyarakat melakukan upaya-upaya agar masalah tersebut
tidak menjadi masalah lagi. Tentunya upaya-upaya kesehatan tersebut bersumber dari
masyarakat sendiri dengan dukungan dari puskesmas. Peran aktif masyarakat tersebut
diharapkan dalam penanggulangan masalah kesehatan di lingkungan mereka dengan
dukungan dari puskesmas.
Beberapa yang harus dilakukan oleh puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat yang
berwujud UKBM :
 Upaya kesehatan Ibu dan anak : Posyandu, polindes, Bina keluarga balita.
 Upaya pengobatan : Pos obat desa, Pos kesehatan desa.
 Upaya perbaikan gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga sadar gizi
(Kadarzi).

33
 Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bakti Husada, Pos Kesehatan Pesantren.
 Upaya kesehatan lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan.

Disamping itu puskesmas juga berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan


berwawasan kesehatan yaitu :
 Menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha diwilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yanag berwawasan kesehatan.
 Memantau dan melaporkan secara aktif dampak kesehatan dan
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
 Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
Ketiga hal tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat LS/LSM/Dunia
swasta untuk membantu pelayanan promosi kesehatan melalui bantuan dana,
sarana, metode yang dimilikinya dan diutamakan pada sasaran yang tepat.
B. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam
setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.
Petugas kesehatan Puskesmas dapat menjadi panutan atau teladan dalam sikap dan tingkah
laku. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas kesehatan puskesmas yang
melayani harus benar-benar konsisten dengan pelayanan yang diberikan. Misalnya, ramah
(tidak terkesan stress), tidak merokok, memelihara hygiene atau kebersihan dan kesehatan
perorangan, dan lain sebagainya.
Selain itu, dapat dilakukan kegiatan seperti pemasangan poster yang sesuai dinding
puskesmas atau di rumah sakit atau kawasan yang dapat dilihat dengan mudah oleh
masyarakat selain melaksanakan penyuluhan kelompok.

PENUTUP
Program Keluarga Berencana yang dicanangkan pemerintah memegang peranan penting
dalam mengatur angka pertumbuhan penduduk melalui demografi. Yang berperan dalam
34
terlaksananya program ini tidak hanya dari pemerintah, namun juga ada peran serta dari
masyarakat, keluarga dan juga pasangan suami istri dalam bimbingan puskesmas. Maka dengan
kerja sama yang menyeluruh dan terpadu program Keluarga Berencana dapat terlaksana
dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

1) Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihanna.
2) BKKBN. Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah badan kependudukan dan
keluarga berencana nasional tahun 2013. Jakarta. 2014. h. 27-35
3) Kepmenkes RI No. 585/MENKES/SK/V/2007, Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas, Jakarta, Depkes RI, 2008
4) Maulana HDJ. Konsep promosi kesehatan dalam Promosi kesehatan.
Jakarta:EGC;2009. H.16-41
5) Muninjaya GAA. Pusat kesehatan masyarakat dalam Edisi 2. Jakarta;ECC;2004. H.
128-79
6) Pohan SI. Keadaan tingkat mutu layanan kesehatan dewasa ini dalam Jaminan mutu
layanan kesehatan; Dasar-dasar pengertian dan penerapan. Jakarta: EGC; 2007.
H.123-40.
7) Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006. h. 243-53.

35

You might also like